Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Happy Birthday Kim Jong Dae

$
0
0

[First Version] Happy Birthday Kim Jong Dae

(Sequel of ‘Happy Birthday Our Dansheen Masheen’)

Author             : @ridhoach

Main cast        : Kim Jong Dae a.k.a CHEN (EXO-M)

Support Cast    :

- Kim Jae Hyun (OC)

- Kim Jong Deok a.k.a CHEN’s Real Brother

- Member of EXO

Genre              : Brothership, Family, Sad, Hurt, Tragedy.

Rating              : PG-17

Length             : Oneshoot

 

Happy Birthday Kim Jong Dae

——

Kesendirian itu memakannya

Menggerogoti setiap nafas yang berhembus

Menguncinya di dalam ruang yang tak pernah tersentuh

Dia dilupakan…

Dia disingkirkan…

Tanpa pernah mencaci, dia terus tersenyum

Tapi, apakah kalian mengetahui apa yang ada di dalam hatinya?

Apa kalian mengetahui perasaannya yang sebenarnya?

Tidak, kalian tidak tau…

Kalian tidak pernah peduli…

Karena kalian telah menghilangkan sosok itu perlahan, dan menghapus eksistensinya demi sosok yang lain

Tanpa pernah mengerti apa yang ia rasakan

Tanpa pernah mengerti apa yang dia pendam sendiri

—–

Author’s POV

 

Namanya Kim Jong Dae. Tapi, kebanyakan orang mengenalnya dengan nama Chen. Dia lahir pada tanggal 21 September di tahun 1992. Memiliki bakat menyanyi yang sangat luar biasa, lelaki ini masuk ke dalam salah satu boy group yang cukup terkenal di Korea Selatan. Mereka menyebut  diri mereka sebagai, EXO. Di dalam group yang cukup terkenal ini, Jongdae terpilih masuk dan duduk sebagai member dengan posisi Main Vocal. Kemampuan menyanyinya yang sangat luar biasa sekali lagi membuktikan hasilnya.

 

Pribadi Jongdae yang dikenal oleh khalayak luas adalah pribadi yang periang, sedikit aneh dan senang tersenyum. Dia juga suka tertawa. Bercanda bersama member EXO yang seumuran dengannya, Chanyeol dan Baekhyun, adalah salah satu kebiasaan Jongdae yang diketahui oleh fan EXO yang ada di seluruh dunia. Tapi, ada sebuah kisah yang tak pernah di ketahui oleh mereka. Ada sebuah rahasia yang ditutupi olehnya. Ditutup dengan sangat rapat sampai – sampai tak pernah ada satu pun yang mengetahuinya. Dan disini semuanya akan sedikit terbongkar. Ini kisah tentang dia, Kim Jong Dae, yang mungkin kau tidak mengetahuinya.

 

—–

 

Rasa sakit itu masih saja membekas

Menganga tanpa pernah kembali tertutup

Ada pedih yang membumbui setiap getir yang ada

Dia tersenyum

Menutupi setiap rasa sakit yang berdenyut di dalam hatinya

Tapi, apa yang kau lakukan untuknya?

Kau hanya bisa menyingkirkannya demi sesuatu yang lain

Tapi, senyum itu tak pernah ia lupakan

Satu senyum untukmu…

—–

Jong Dae’s POV

 

Sakit. Ada sakit yang berhembus di hatiku. Sedikit mengusik ketenanganku di Selasa pagi yang senggang ini. Aku tau apa yang aku rasakan. Semakin sakit saat melihat setiap baris kata yang tersusun di surat penggemar yang sedang aku baca saat ini. Sedikit sendu akan sakit yang teramat dalam berhambur di dalam hatiku. Sakit. Pedih. Semuanya bermain menjadi satu di dalam kelamnya hatiku.

 

Ini Selasa pagi yang senggang di musim gugur. Cuacanya cukup cerah. Kami, member EXO, kebetulan sekali tidak memiliki jadwal apapun di hari ini. Dan untuk itu, kami memutuskan untuk mengisi hari yang senggang ini dengan membaca semua surat penggemar yang dikirimkan untuk kami, baik melalui media online atau pun tertulis biasa. Dan sedari tadi kebanyakan surat penggemar ini ditujukan untuk 4 nama, Kris-hyung, Kai, Luhan-hyung dan juga Baekhyun. Dan yang lebih menyakitkan lagi, aku tak melihat satu pun namaku disebut di salah satu surat penggemar yang telah kami baca. Dan itu rasanya sangat sakit. Ada sakit yang menari – nari di setiap nadiku. Disetiap kata yang telah aku baca, ada luka yang mulai terbuka. Menganga dengan sensasi perih yang luar biasa.

 

Aku terus mencoba untuk tersenyum. Setulus yang aku bisa. Selebar yang aku bisa. Sekalipun itu hanya senyum yang palsu, tapi aku ingin tetap terlihat bahagia di depan semua member EXO yang lain. Dan juga di depan mereka, fan dari EXO. Aku tak ingin terlihat sedih sedikitpun. Biarkan hanya aku yang mengerti sakit ini. Cukup aku yang menikmati setiap pedih yang mengalir di dalamnya.

 

“Hyung, ada surat untukmu!”, ujar Sehun ditengah – tengah aktivitas kami.

“He?”, ujarku terkejut.

“Iya, ini surat dari penggemarmu”, jawab Sehun kembali.

Terasa sedikit miris saat mendengar kata terakhir yang keluar dari mulut Sehun. Aku memiliki penggemar? Jangan bercanda. Yang ada hanya penggemarmu dan teman – temanmu Sehun, bukan milikku.

 

Aku meraih surat yang diberikan Sehun. Surat dengan amplop berwarna jingga. Berukuran seperti surat biasa. Tertulis ‘Kim Bersaudara’ pada bagian nama pengirimnya. Kim Bersaudara? Dasar mereka. Aku tau siapa pengirim surat ini. Dasar, kalian pikir lucu dengan menyamarkan nama kalian berdua. Aku dengan mudah mengetahuinya, pabbo. Tanpa ku sadari, aku menyungggingkan senyum simpul sambil melihat surat yang ku pegang. Senyum simpul yang rumit. Senyum itu terajut oleh bahagia, sendu dan sedikit kepedihan.

 

Aku memulai membaca surat dari mereka. 2 saudara laki – laki kandungku. Jongdeok-hyung dan Jaehyunnie. Ya, ini surat dari mereka berdua. Hanya mereka berdua yang pernah mengirimiku surat selama 2 tahun belakangan ini selama aku terjun di dalam dunia entertainment. Ya, hanya mereka berdua. Miris.

 

~~~

            Hyung, bagaimana kabarmu? Aku tau kau baik – baik saja. Setidaknya itulah apa yang aku pikirkan. Iya, apa yang aku pikirkan. Tapi aku sangat berharap memang begitu. Tapi, kau tau siapa aku kan, hyung? Akan aku jitak kepalamu jika kau tidak mengetahuiku. Haha. Ya, ini aku. Jaehyun. Dongsaeng tergantengmu. Hahaha.

 

~

 

Orang ini. Kim Jae Hyun. Namja kelahiran 12 November 1995. Satu – satunya dongsaeng yang aku miliki. Namja yang berbeda umur 3 tahun dariku itu memiliki sifat yang kurang lebih mirip dengan sifat luarku. Sedikit aneh dan periang. Ya, sifat luarku. Bukan sifat dalamku yang sebenarnya. Walaupun begitu, dia adalah maknae di dalam keluargaku yang menerima banyak kasih sayang dari kami, hyung – hyungnya dan juga yang pasti dari kedua orang tua kami.

 

~

 

            Hey, hey. Ini bukan hanya surat dari dongsaengmu itu saja Jongdae. Ini juga surat dari hyungmu yang masih lebih tampan darimu. Hahaha. Kau tau siapa hyungmu kan?

 

~

 

            “Tentu saja aku tau siapa kau hyung. Kau pikir aku amnesia, hyung?”, ujarku dalam hati.

Kim Jong Deok. Hyung yang memiliki beda umur 2 tahun lebih tua  dariku ini adalah satu – satunya orang yang dapat membaca apa yang ada di dalam fikiranku. Mungkin karena dia sudah dewasa dan sudah sangat mengenal bagaimana tabiatku sebagai adiknya dengan sangat jelas. Jongdeok-hyung sendiri memiliki sifat yang mirip dengan sifat asliku. Pendiam, tenang dan jarang berbicara. Sangat mirip dengan sifat asliku yang lebih terkesan dingin.

 

~

 

            Oh iya, hyung. 4 atau 5 hari lagi kami akan datang mengunjungimu. Ada beberapa hal yang ingin kami bicarakan. Kau mungkin tau apa yang ingin kami bicarakan padamu. Iya kan hyung? Persiapkan dirimu ya, hyung. Dan jangan sampai lupa dengan agenda ini. Hyung, sranghaeyeo. Haha

 

            Jongdae-ya. Jaga kesehatanmu. Eomma dan appa bilang kalau mereka sedikit khawatir saat melihat tubuhmu yang terlihat kurus saat ada di acara televisi belakangan ini. Jangan lupa makan dan jangan pernah menunjukkan senyum palsumu itu lagi. Kau tau kan kalau hyung sangat membenci itu? Jangan kecewakan kami. Jadilah dirimu sendiri, Jongdae-ya. Saranghaeyeo. Sampai jumpa 4 hari kedepan, kami merindukanmu.

 

~

            Ah, mereka mau kesini ya? Pasti mempermasalahkan masalah itu. Haha. Aku jadi ingat dengan kejadian di SMTOWN Jakarta satu tahun lalu. Ya, tentang aku yang ingin mengundurkan diri dari groupku, EXO. Dan juga tentang mereka, yang menamakan dirinya sebagai penggemarku. Semenjak kejadian itu, dulunya aku menjadi sedikit lebih tenang dan menjadi sedikit lebih dihargai. Tapi sekarang, kemana perginya mereka semua? Mereka sudah melupakan siapa aku? Penggemarku sudah tidak ada? Mengapa Sehun yang bahkan tidak mendapat line di setiap lagu kami mendapatkan lebih banyak penggemar dibandingkan denganku? Apa kekuranganku? Apa aku kurang ‘terbuka’ seperti yang sering dilakukan oleh Kai? Apa aku harus bersikap bodoh seperti yang sering dilakukan oleh Chanyeol agar mendapatkan perhatian dari para penggemar mereka? Atau haruskah aku menjadi pribadi seperti Xiumin-hyung agar bisa mendapatkan penggemar? Apa yang harus aku lakukan?

 

Dan yang lebih menyebabkan aku lebih terpuruk adalah pembagian line di lagu baru kami. Penyatuan EXO-K dan EXO-M menjadi satu kesatuan menurutku sangat payah. Aku membenci ini. Sangat, sangat membenci konsep baru ini. Kenapa? Lihatlah. Seberapa banyak line yang aku miliki di setiap lagu baru kami, dalam Wolf ataupun Growl. Semua line yang aku miliki cukup singkat dan kurang bermakna. Apa arti posisiku sebagai seorang Main Vocal kalau line yang ku dapatkan hanya segitu saja. Tak menunjukkan bakatku sebagai seorang Main Vocal utama di EXO. Apa bagusnya D.O, huh? Aku memiliki rang vocal lebih luas daripadanya. Suaraku lebih powerful daripadanya. Tapi, kenapa dia mendapatkan part lebih banyak dariku? Sebenarnya, apa arti keberadaanku di sini? Kalau memang aku tidak dibutuhkan, kenapa aku masih dipaksa untuk bertahan? Aku sudah jengah.

 

“Hyung, gwaenchanha?”, tanya Tao sambil memperhatikanku dengan tatapan heran.

“He? Memangnya aku kenapa?”, tanyaku terkejut.

“Kau terlihat lesu, Jongdae-ya”, balas Suho-hyung.

“He? Ani. Mana mungkin aku akan terlihat lesu, hyung. Kau tau siapa aku kan?”, ujarku mengelak, disertai sepasang senyum yang kaku.

“Senyummu aneh, Jongdae-ya. Ada masalah?”, tanya Xiumin-hyung.

Aku berdiam sejenak. Seketika kesebelas pasang mata yang ada di ruangan itu menatapku dengan tatapan ingin tahu. Cih, mereka mulai mencurigaiku.

“Ada apa kalian? Sudah aku bilang kan, kalau aku baik – baik saja? Jangan mempermasalahkanku. Aku baik – baik saja”, jawabku sekenanya.

 

Aku memutuskan untuk pergi meninggalkan kesebelas temanku. Menyendiri dan menenangkan isi kepalaku yang bergejolak mungkin adalah salah satu jalan terbaik yang harus aku lakukan sekarang. Sebaris air mata mengalir pelan dari ambang pelupuk mataku. Aku menangis dalam diam.

“Dia berbohong”, ujar Baekhyun pelan saat aku melintas melewatinya.

 

END of Jong Dae’s POV

 

—–

Setiap bulir air mata itu terlupakan

Menghempaskan tubuh lelah sang manusia

Yang meringkuk di balik tawa bahagia dunia bebas

Dia terhimpit

Raga lemahnya terhuyung tanpa pernah disambut senyum manis sang tuhan

Keberadaanya meredup

Senyum indahnya mulai terkikis oleh kehidupan

Habis terkulum tak berbias

 

—–

4 Days Later …

 

Author’s POV

 

Di dalam sebuah restoran keluarga yang tenang siang itu. Tampak 3 orang namja yang sedang duduk saling tatap – menatap satu sama lainnya. Tatapan ketiganya begitu serius. Tak ada tawa atau senyum di antara mereka. Sang namja tertua, Jongdeok, hanya menatap namja yang ada tepat di hadapannya dengan seraut tampang serius. Sedangkan namja yang di tatap, Jongdae, hanya memberikan Jongdeok sebuah tatapan kosong. Jongdae tak merespon sama sekali dengan apa yang ada di hadapnnya. Pikirannya tak sedang berada di mana tubuhnya berada. Pikiran Jongdae, berkelana. Jauh. Ke berbagai memori mengenai kejadian – kejadian yang telah terjadi beberapa tahun belakangan ini. Sedangkan namja yang paling muda, Jaehyun, hanya menatap kedua hyungnya dalam diam. Jaehyun tak mau banyak mengomentari apa yang sedang diperbincangkan oleh kedua hyungnya. Dia tahu, permasalahan yang sedang mereka bahas sekarang sangatlah penting. Dan dia juga sangat tahu, kalau pendapat seorang anak SMA tidak mungkin bisa menenangkan gejolak permasalahan antara kedua hyungnyya tersebut.

 

“Jadi, apa yang akan kau lakukan ke depannya, Jongdae-ya?”, tanya Jongdeok.

“Tidak ada, hyung. Aku akan tetap sama seperti yang dulu. Aku tidak akan merubah semuanya”, jawab Jongdae disertai sebuah senyum. Senyum yang terkesan dipaksakan itu.

“Ada 3 hal yang aku tidak suka dari kau Jongdae-ya. Yang pertama, senyum palsumu. Yang kedua, ide bodohmu yang dengan sangat mudah tidak mengakui adikmu di muka umum dan mengaku sebagai anak bungsu di keluarga kita. Apa kau pikir, adikmu sudah mati, huh?! Dan yang ketiga, pekerjaanmu saat ini”, ujar Jongdeok panjang lebar.

“Iya, hyung. Kenapa kau tak mau mengakuiku di muka umum? Apa karena aku tak berbakat sepertimu, hyung?”, tanya Jaehyun pelan.

“Aniyeo, Jaehyun-ah. Hyung menyayangimu. Tapi ini semua permintaan dari CEO dimana hyung bekerja, semua kehendak Lee Soo Man seosangnim. Hyung hanya menurutinya saja”, jawab Jongdae pelan, tetap dengan segaris senyum simpul yang terlihat palsu itu.

“Ah, arraseo hyung”, jawab Jaehyun pelan.

“Peraturan bodoh macam apa itu, huh? Kalau kau memang sangat ingin meraih mimpimu sebagai penanyi, bukan begini caranya Jongdae-ya. Kau tak perlu sakit hati demi tawa orang lain. Ini mimpi yang kau impikan selama ini. Harusnya kau bisa bahagia dengan menggapainya, bukan sebaliknya. Kau terlalu bodoh”, jelas Jongdeok.

“Sakit hati? Kau tak mengetahui jalan pikiranku, hyung. Darimana kau bisa mengetahui kalau aku sakit hati?”, tanya Jongdae santai.

“Aku tau. Aku hyungmu. Aku telah tinggal bersama denganmu selama belasan tahun. Ingat, kita berikatan darah. Dan lagi, aku adalah orang yang paling mengerti jalan poikiranmu yang rancu itu. Jangan berbohong lagi, Jongdae-ya”, ujar Jongdeok dengan wajah seriusnya.

“Aku juga tahu itu hyung. Kau terlihat begitu tersiksa saat satu panggung dengan temanmu lainnya. Aku juga mengetahuinya. Tentang kejadian di SMTOWN tahun lalu juga tentang kau yang tak mendapatkan sama sekali satu pun kado dari fan groupmu, hyung. Aku dan Jongdeok-hyung mengetahuinya. Tapi kami memutuskan untuk tidak mengambil tindakan apa pun. Kami percaya sepenuhnya dengan pilihanmu sekarang, hyung”, ujar Jaehyun panjang lebar.

“Jadi, sekarang hyung memintamu atas perwakilan keluarga kita. Maukah kau keluar dari group tempatmu menjadi penyanyi sekarang? Hyung tak ingin lagi melihat eomma yang selalu bersedih saat melihatmu yang sangat terlihat sedikit di setiap music video milik groupmu”, bujuk Jongdeok.

“Biarkan aku hyung. Ini pilihanku. Apapun yang krasakan sekarang, bukan permasalahan kalian berdua. Sekalipun aku selalu sakit hati berada di sana, setidaknya aku telah menebarkan banyak tawa yang dapat menggantikan peliknya sakit hati ini. Sekalipun banyak kepingan hati ini yang tak mungkin kembali, setidaknya aku tetap membiarkan banyak hati yang tetap utuh sebagaimana mestinya. Ini pilihanku. Dan aku bahagia bisa menjadi penyebab kebahagiaan fan dari groupku”, ujar Jongdae panjang lebar disertai sebuah senyuman simpul di wajahnya.

 

“Apapun pilihanmu sekarang, hyung sangat ingin kau bisa kembali menjadi Jongdae yang dulu kami kenal. Bukan pembohong seperti sekarang ini. Kami ingin melihat senyum tulusmu sekali lagi. Bukan senyum palsu yang selama ini kau perlihatkan. Kembalilah ke rumah. Kapanpun kau datang, kami semua menunggumu”, ujar Jongdeok pelan seraya bergegas bangkit dari kursi yang ia duduki.

“Hyung, jaga kesehatanmu. Pulanglah. Jangan memaksakan dirimu”, ujar Jaehyun yang juga bergegas bangkit menyusul kepergian Jongdeok.

 

Di dalam restoran keluarga yang bergaya modern itu, kini hanya meninggalkan Jongdae yang masih terduduk lemas di balik mejanya. Wajahnya menekuk, segaris air mata mengalir pelan membasahi kedua pelupuk matanya. Jongdae menangis. Ia menangis dalam diam. Akal Jongdae sangat tak bisa membantunya untuk sedikit menahan emosi yang meluap – luap di dalam hatinya. Terlalu banyak permainan emosi yang bergejolak di dalam hatinya saat ini. Terlalu banyak remah – remah sisa hatinya yang berserakan. Tak terurus. Terlalu banyak luka yang menganga di dalamnya. Dibiarkan terbuka tanpa pernah terobati. Kesendiriannya selama ini memakan seluruh kebahagiaan yang selama ini ia miliki. Keseluruh pedih itu menggerogoti emosi yang di miliki Jongdae. Mungkin, air mata Jongdae adalah salah satu jawaban bagaimana sakitanya ia saat ini.

 

—–

Apakah kau menyadarai setiap beban yang ia miliki?

Apakah kau pernah sekedar membuka hati untuk kehadirannya?

Apakah kau mengetahui apa yang ia sembunyikan?

—–

A few days later…

 

Keadaan dorm EXO beberapa hari belakangan ini terlihat lebih tenang daripada keadaan biasanya. Tak ada tawa nyaring dari seorang Chanyeol. Tak ada teriakan yang memekakkan telingan dari Baekhyun. Tak ada omelan – omelan keras dari seorang Suho. Juga tak ada tawa khas dan tindakan konyol dari seorang Jongdae. Kedua belas member EXO belakangan ini lebih memlih untuk berdiam diri. Jongdae dengan kesendirian miliknya sendiri dan kesebelas member lain yang membiasakan diri dengan perubahan sifat Jongdae yang sekarang.

 

Tak banyak yang Jongdae katakan belakangan ini. Tak banyak senyum yang ia siratkan. Tak ada lagi tawanya yang melambung tinggi. Dia banyak berdiam diri. Menghabiskan harinya dengan hanya membaca buku di kamar. Dan menghabiskan malamnya dengan banyak air mata yang ia keluarkan dalam diamnya. Jongdae lebih sering berdialog melalui keheningan beberapa waktu belakangan ini. Ia telah berubah. Walaupun di hadapan kamera dia masih menjadi Jongdae yang dikenal oleh fan mereka, tapi ia telah berubah. Setidaknya ia merubah sikapnya di dorm EXO.

 

“Hyung, apa yang sebenarnya terjadi dengan Jongdae?”, tanya Baekhyun saat kesebelas member EXO menyantap makan malamnya, tanpa Jongdae.

“Hyung juga tak mengerti, Baekhyun-ah”, jawab orang yang merasa ditanya, Suho.

“Apa ini ada hubungannya dengan surat yang ia baca beberapa waktu lalu?”, tanya Sehun.

“Meolla”, tukas Chanyeol asal.

“Chanyeol-hyung. Kau mau dilempar ke luar rumah, huh?”, sungut Kai.

“Hyung, sekarang dimana surat itu? Siapa tau kita bisa mengetahui masalahnya kalau kita membaca surat tersebut”, ujar Baekhyun.

“Aku tidak tau. Setau hyung yang pernah memegangnya hanya Sehun dan Jongdae. Tak ada yang pernah memgangnya lagi setelah itu”, jelas Suho.

“Jadi, dimana surat itu Sehun?”, tanya Chanyeol.

“He? Entah. Aku kan hanya menyerahkannya saja. Aku tak tau pasti setelah itu nasib sang surat bagaimana”, jawab Sehun.

“Ne, kami tau itu Sehunnie. Hmm.. Bagaimana kalau kita ajak Jongdae bicara?”, tawar sang member tertua, Xiumin.

“Bicara? Kau yakin dia akan memberitahu apa yang ia rasakan?”, tanya Kris.

“Siapa yang tahu. Biar aku dan Suho yang mencoba untuk berbicara”, ujar Xiumin lagi.

“Ah, baiklah hyung”, ujar Suho

 

—–

Kepribadian itu menarik eksistensinya

Menghilang bersama semilir angin malam yang dingin

Tak pernah kah kalian menyadari

Setiap tawa yang keluar dari mulut kalian

Melukai setiap ruang yang ada di hatinya

Dan ketika bayangan itu sepenuhnya menghilang

Apa yang akan kalian lakukan untuk merasakan keberadaannya kembali?

 

—–

 

Malam itu, Suho dan Xiumin, kedua member yang dianggap paling dekat dengan Jongdae mencoba untuk sedikit mencairkan batas yang dibangun oleh Jongdae belakangan ini. Benteng diantara dirinya dan mereka, member EXO yang lain.

 

Tok.. Tok..

Xiumin mengetuk pelan pintu kamar yang ada di hadapannya. Tak ada suara yang menyahut dari dalam. Hanya keheningan yang sempat merajai suasana malam itu.

“Jongdae-ya, hyung tau kalau kau ada di dalam. Hyung akan masuk”, ujar Xiumin pelan sebelum akhirnya membuka pintu itu perlahan.

 

Kondisinya gelap. Tak ada cahaya sedikitpun. Tak ada suara sama sekali. Hanya terlihat tempat yang gelap dan sunyi. Desiran angin malam yang dingin dapat dirasakan oleh Xiumin dan Suho. Tempat ini terlihat sedikit aneh bagi mereka berdua.

“Aku tak ingat kalau suhu kamar ini sedingin ini”, ujar Suho membuka suara.

“Aku juga asing dengan bau yang ada di kamar ini”, ujar Xiumin.

“Benar hyung. Sekalipun ini juga kamarku, aku tak pernah mencium bau ini. Bau ini seperti…”, ujar Suho.

“… Darah!!”, ujar Suho dan Xiumin bersamaan.

“Hyung, aku tak mau mengatakan ini. Tapi sepertinya aku merasakan firasat sangat buruk dari ini semua”, ujar Suho.

“Nyalakan lampunya Joonmyeon-aa”, ujar Xiumin.

 

Klik.

Seketika ruangan itu menjadi terang. Suho dan Xiumin kini bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi sebenarnya di kamar itu. Dan, betapa kagetnya mereka dengan apa yang terhampar di hadapan mereka berdua.

 

Kondisi kamar itu sangat berantakan. Banyak sampah robekan kertas bertaburan di setiap sudut lantai kamar itu. Terdapat banyak baju dan buku yang berserak tak teratur di lantai, meja dan seluruh perabotan yang ada di dalam kamar itu. Terdapat sebuah hand phone yang terletak di lantai dalam keadaan yang mengenaskan. Handphone itu tampak seperti di banting oleh seseorang. Begitu juga dengan sebuah laptop yang tergeletak hancur berantakan di dekat pintu kamar mandi. Laptop dan handphone itu berwarna putih. Milik Jongdae.

 

Dan satu – satunya benda yang menraik perhatian sekaligus mengejutkan Suho serta Xiumin adalah selimut putih yang berserak tak jelas di ambang pintu kamar mandi. Warna selimut yang aslinya putih itu berubah menjadi merah dengan banyak bercak merah kehitaman di sana.

“Suho! Cepat panggil polisi dan ambulan! Cepat!”, pekik Xiumin begitu melihat dengan pasti apa yang sebenarnya ada di dalam kamar mandi.

“Ne, hyung! KRIS!!! CHANYEOL!! KESINI CEPAT!!!”, teriak sang leader, Suho dengan suara yang sangat keras.

 

Seketika, kesembilan member lain yang menunggu di ruang tengah dorm EXO itu segera bergegas memenuhi kamar Jongdae yang juga merupakan kamar Suho dan Kai. Kesembilan pasang mata menatap kamar mandi itu dengan tatapan tak percaya. Bahkan Tao dan Luhan meneteskan air mata mereka. Tak ada dari mereka bersebelas yang ada di sana yang tidak terkejut dengan apa yang ada di hadapan mereka. Semuanya membeku. Tak ada yang berani berkata atau bertindak apa pun saat ini.

 

“Hyung, aku menemukan ini”, ujar Suho seraya mendekati Xiumin.

Di tangan Suho terdapat selembar amplop berwarna jingga yang terbungkus rapi. Di bagian depan amplop itu tertulis dengan gambling, “Untuk kalian, ‘Teman’-ku”.

 

~~~

            Hai. Mungkin saat kalian semua sedang membaca suratku ini. Aku sudah tidak bisa berada bersama di samping kalian lagi. Aku tak bisa memberikan segaris senyumku seperti biasanya. Maafkan aku.

 

            Kalian pikir ini mimpi? Tidak, ini bukan mimpi. Hey,sadarlah.  Ini nyata. Semuanya nyata. Tentang surat ini, tentang malam ini dan juga tentang kematianku. Semuanya nyata. Jangan memungkirinya. Ini bukan mimpi. Tersenyumlah.

 

            Mungkin kalian pikir aku ini bodoh. Kalian pikir aku ini gila. Terserah kalian saja menanggapiku bagaimana. Tapi ini keputusan bulat yang telah aku ambil secara matang. Aku tak ragu dan menyesal untuk mengakhiri hidupku. Karena aku pikir, ada atau tidaknya aku di dunia ini, tak ada pengaruhnya untuk kalian dan fans kalian. Benar kan?

 

            Aku terlalu rapuh. Aku akui itu. Aku tak bisa begitu saja untuk terus berbohong dan menampikkan kalau aku sebenarnya diterima di kalangan fans kalian. Berbohong kalau aku sebenarnya diterima. Aku tak bisa. Aku bukan malaikat. Aku tak bisa begitu saja menerima kenyataan yang ada dengan lapang dada. Sekeras apapun aku mencoba untuk tersenyum. Tetap ada bagian hati ini yang terluka. Tetap ada air mata yang menetes di dalam hati ini. Luka – luka ini tak pernah tertutup sepenuhnya. Luka itu terus memberikan pedih ke setiap nadi di dalam tubuh ini. Aku terlalu sakit. Tak ada yang tak terluka di dalam perjalanan karier kita selama ini. Sadar atau tidak. Aku selalu tersakiti. Banyak luka yang tergores dalam di dalam hatiku. Tapi aku mencoba untuk menghadapi semuanya. Aku hanya bisa memberikan senyumku sebagai penghibur lukaku ini. Tapi apa hasilnya? Nihil. Aku tetap saja sakit. Sekalipun kalian tak pernah mengerti rasa sakit ini. Aku terus menutupnya. Agar tak ada lagi yang merasa tersakiti sepertiku.

 

            Tapi. Kali ini aku benar – benar depresi. Mungkin kalian tidak mengerti bagaimana rasanya tidak dianggap. Tapi ini yang aku rasakan beberapa bulan terakhir ini. Aku tertekan oleh berbagai macam luka – luka baru yang terus bermunculan dari mulut manis fan kalian. Aku tersakiti. Dan aku memutuskan untuk mengakhiri hidup ini. Kalau aku memang tidak dibutuhkan oleh siapapun, untuk apa aku terus hidup? Kalau aku hidup hanya untuk terus disakiti, apa arti sebenarnya dari semua yang telah aku berikan? Aku tak mengerti mengapa hal ini hanya terjadi padaku saja. Kenapa harus aku, yang dibuang tanpa pernah diperhatikan. Apa kalian tau? Itu rasanya sakit.

 

            Tapi, aku ingin berterima kasih atas setiap kasih yang kalian berikan selama aku berada bersama kalian. Walaupun itu tak dapat menyembuhkan luka hati milikku, seidaknya aku bahagia bisa berada bersama kalian. Dan satu lagi, tolong sampaikan permintaan maafku pada Jongdeok-hyung dan dongsaengku, Jaehyun. Aku sangat meminta maaf atas perilaku yang telah aku lakukan malam ini. Dan sampaikan pada keluargaku, kalau aku sangat mencintai mereka lebih dari aku mencintai diriku sendiri.

 

            Selamat tinggal semuanya. Selamat berbahagia atas kepergianku.

 

~~~

            Tak ada yang berani berbicara saat ini. Kesebelas member EXO yang ada di kamar itu hanya berdiam dalam sendu milik mereka masing – masing. Tak ada yang tak meneteskan air matanya saat itu. Semuanya menangis. Mereka meratapi kepergian Jongdae, main vocal mereka, untuk selama – lamanya.

 

“Jongdae-ya, kalau kamu memang merasakan sakit ini, kenapa kau tak mengatakannya padaku? Tak ingin membiarkan kami merasakan sakit yang kau miliki? Kau terlalu baik Jongdae-ya. Kalau aku tau kehilanganmu akan sesakit ini, aku akan terus ingin berada di sisimu dan mengetahui perasaan sakit yang kau pendam”, ujar sang leader, Suho.

Sepuluh member lain hanya membagi isakan tangisnya tanpa komentar terhadap kematian Jongdae. Mereka tak pernah tau kalau selama ini Jongdae menyimpan beban seberat ini. Tak ada yang tau kalau Jongdae yang selama ini selalu terlihat bahagia, senang tersenyum dan tertawa menyimpan banyak luka dan sakit hati di dalamnya. Tak ada yang mengerti. Mereka kacau saat ini.

 

—–

A few days later…

 

Tanah di makam itu belum sepenuhnya kering. Kelembaban masih setia menghiasinya. Selubung kesedihan masih menyelimuti setiap mereka yang berdiri mengelilingi makam itu. Seorang perempuan tua tampak menangis histeris seraya memeluk nisan di makam itu. disampingnya seorang namja muda tengah menangis sambil menatap makam itu dengan kosong. Disampingnya terdapat seorang namja tua dan seorang namja yang berumur jauh lebih muda tengah menatap makam itu dalam diam.

 

Tak jauh dari keempat manusia yang tengah mengerumuni makam itu. Berdiri sebelas member EXO yang semuanya mengenakan pakaian serba hitam. Raut wajah mereka datar. Tak ada senyum. Hanya ada mata mereka yang lembab oleh air mata.

 

 ~

Terbaring dalam damai

Kim Jong Dae

21091992 – 22092013

~

            “Hyung, kau tahu, ini menjadi ulang tahun terburuk yang pernah kau miliki. Ini kado terburuk yang diberikan untukmu dan untuk kami juga. Hyung, kenapa kau pergi?”, ujar sang namja muda, Jaehyun, yang masih menangis di atas makam itu.

“Sudahlah Jaehyun-aa. Relakan saja. Mungkin ini memang yang direncanakan oleh tuhan untuknya”, ujar namja yang lebih tua, Jongdeok.

“Ah. Selamat ulang tahun, Jongdae-ya. Kami semua juga mencintaimu. Tidurlah yang tenang di sana”, ujar Jongdeok pelan.

 

—–

A few months later…

 

Berita mengenai kematian main vocal dari EXO mulai meluas di seluruh penjuru Korea. Bahkan sampai meluas ke berbagai Negara. Tak banyak dari fan EXO yang ikut menangis begitu mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di balik kematian Jongdae. Banyak karangan bunga yang masuk setiap harinya ke kantor SM Entertainment. Dan juga beberapa surat teror yang masuk mengahantui member EXO yang tersisa.

 

Beberapa bulan setelah kematian Jongdae, EXO memutuskan untuk membubarkan diri mereka. Sebagian dari personilanya, banyak yang memutuskan untuk bersolo karir menjadi seorang penyanyi. Seperti Lay, Kai, Kyungsoo, Baekhyun dan Tao. Sedangkan Xiumin memutuskan untuk mendaftarkan diri di program wajib militer tahun itu. Chanyeol dan Kris memutuskan untuk menjadi seorang model dan aktor di berbagai macam drama. Suho dan Luhan memutuskan untuk menjadi pengusaha di keluarga mereka. Sehun memutuskan berhenti melanjutkan untuk menjadi penyanyi dan memutuskan kembali melanjutkan sekolahnya.

 

Tak ada lagi boy group yang bernama EXO. Bagi sebelas member yang tersisa. EXO tanpa Jongdae bukanlah EXO. Itulah yang menyebabkan mereka semua berpencar, keluar dari boy group tersebut.

 

Ini hanya segelintir kisah mengenai dia, Kim Jong Dae. Yang tak pernah kalian pahami. Benar, kan?

- END -

- Maaf. Author minta maaf kalau ini FF terlalu berlebihan. Tapi jujur, author banyak bermain perasaan di FF ini. Mungkin ini lebih mirip suara hati author dibanding FF special birthday -

- Anw. Kapanpun FF ini nanti dipublishkan. Author mau ngucapin ‘HAPPY BIRTHDAY’ buat satu – satunya bias author di EXO, CHEN. Tetaplah menjadi bias yang mengagumkan dan berbakat ^^ -

- Jangan lupa buat comment dan like ya, thankseu ^^ -

 



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles