Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Super Fantasy Idol (Chapter 8)

$
0
0

Super Fantasy Idol

Author             : Azumi Aozora & Kunang

Main Cast        : Yang Shin Young (Sandy) (OC), Oh Se Ra (OC),  Oh Se Hun (EXO-K), Baek Hyun (EXO-K), Zelo (B.A.P), Kai (EXO-K), Lee Tae Min (SHINee), Luhan (EXO-M)

Support Cast   : Yang Seung Ho (MBLAQ, Shin Young’s oldest brother), the rest of MBLAQ member, Bi/ Rain, Two-X members, EXO members, SHINee members

Length             : sequel

Genre              : Family, romance, life, friendship, business entertainment

Rating              : PG-15

Summary        : Populer grup EXO boleh punya kekuatan super di MV mereka, tapi di dunia nyata ada dua orang yeoja yang memiliki kekuatan yang tidak dimiliki manusia biasa. Kedua yeoja itu adalah Yang Shin Young, (17 tahun) dan Oh Se Ra (16 th). Dari mulai mereka mulai jadi trainee di JTUNE ent ada saja yang selalu mereka ributkan, dan lagi mereka sama-sama menyimpan rahasia. Rahasia kekuatan yang bisa berguna bagi mereka ataupun mencelakakan mereka ….

 ~~ Chapter 8 ~~

===== Lee Tae Min’s PoV ======

Aku duduk di atas dahan pohon yang besar. Menatap langit berwarna jingga yang benderang. Sore yang cerah. Saat ini juga aku berharap hujan turun dengan deras, seperti hari-hari sebelumnya, semenjak Se Ra datang ke bumi.

Aku meremas majalah gossip murahan dengan kesal. Akhir-akhir ini, semenjak Sera dan Baekhyun menghilang, banyak media massa memberitakan gossip tentang mereka berdua.

Oh Se Ra..,  sebenarnya kau pergi ke mana? Apakah kau pulang ke Mato? Tapi … tidak mungkin. Aku tahu dia tidak akan mungkin pulang ke Mato tanpa membawa Sehun.

Aku merobek majalah yang menampakkan wajah Baek Hyun. Cih! Byun Baek Hyun! Sejak awal aku sudah tahu kalau dia menyukai Sera. Bukan hanya Baekhyun, tapi Luhan juga. Tidak akan kubiarkan siapapun merebut Sera dariku! Termasuk Kai. Meskipun dia manusia bumi pertama yang kukenal, teman baikku, aku tidak akan membiarkannya memiliki apa yang harusnya kumiliki. Aku tahu Kai tidak memiliki perasaan khusus pada Sera, tapi sepertinya Sera menyukainya…..

Tatapanku langsung terpaku begitu melihat sebuah mobil berhenti tak jauh di bawahku. Sehun?

Aku melihat Sehun keluar dari dalam mobil sambil berbicara di ponsel-nya. “Oh.., Onew hyung.., iya..aku sudah sampai. Hyung di mana? Villa? Bisakah kau kemari sebentar? Aku bersama Candy. Hmm.., ya.., dia tertidur. Dan aku lupa membeli pesanan hyung. Cepatlah kemari hyung dan tolong jaga Sandy sementara aku pergi membeli ayam goreng untuk hyung. Ne..ne.., aku melihat toko-nya tadi, tapi aku lupa berhenti. Lagipula bensin mobilku habis, jadi aku tidak bisa memutar balik. Oke hyung.., cepatlah kemari, aku pergi sekarang sebelum gelap…, sekalian membeli bensin.” Sehun mengunci pintu mobilnya, lalu mulai berjalan menjauh.

Aku menyipitkan mataku. Di dalam mobil, Yang Shin Young alias Sandy sedang tertidur pulas. Seketika sebuah ide muncul di kepalaku. Aku yakin sebentar lagi ia akan terbangun karena kesakitan…, karena kalung itu…

Benar saja, beberapa saat kemudian, Sandy keluar dari dalam mobil sambil memegang kepalanya. Dia terduduk di tanah sambil mengerang kesakitan.

Aku langsung melompat turun dari atas pohon dan mendarat dengan mulus. Perlahan aku memegang bahu gadis itu.

“Gwenchanayo?” tanyaku dengan suara lembut. Aku menampakkan senyum termanis-ku. Berbagai rencana mulai berputar di kepalaku.

Di jagad raya ini.., ada 3 orang yang tidak akan pernah kumaafkan. Ayah tiriku. Zelo. Dan.., gadis ini.

Rencanaku berjalan mulus.

BYUUUURRRRR….

Jembatan kayu itu terputus dan mulai berjatuhan ke dalam sungai. “Oppa tolong…” bisik Sandy. Wajahnya terlihat pucat. Ketakutan. Aku hanya tersenyum menyeringai.

Biar saja.., biarkan dia terjatuh ke dalam sungai penuh bebatuan tajam itu. Biarkan saja dia hanyut dan tenggelam. Biarkan saja dia menghilang selamanya…

Gara-gara dia.., aku kehilangan sahabatku. Gara-gara dia.., Sera kehilangan Sehun. Jadi, biarkan saja gadis pembawa sial ini mati.

Bawa dia…

Tiba-tiba saja sebuah suara berat memenuhi kepalaku. Telepati. Aku mendengus. Hafal betul suara siapa ini.

Bawa dia kepadaku.

“Untuk apa? Biarkan saja dia mati….”

Aku yang akan menghukumnya. Belum saatnya dia mati. Dia masih berguna.

“Cih! Berguna?”

Cepat selamatkan dia dan bawa padaku! Aku akan memberikan apa yang kau inginkan.

“Apa? Kekuasaan? Aku tidak menginginkan posisi raja. Bagiku status tidak penting. Lihat saja…, suatu hari nanti.., aku-lah yang akan lebih kuat darimu, Yang Mulia…”

Hahahaha…, aku tahu. Kau tidak membutuhkan kekuasaan. Aku selalu tahu Lee Tae Min. Aku juga tahu…. Sejak dulu… kau menginginkan keponakanku.

Sera. Keponakan kesayanganku. Dia ada di sini.

Cepat bawa gadis itu kemari! Dan aku akan memberikan Sera padamu.

“Jangan berani-berani melukai Sera!”

Hahahaha…, tenang saja. Aku tidak mungkin melukai keponakan kesayanganku.

Pergilah ke dekat jurang. Aku sudah menyediakan kapsul untukmu. Sampai jumpa di Mato, anakku…

Telepati itu pun terputus. Kedua tanganku terkepal keras. Sial!

Dengan terpaksa, aku berbalik ke arah Sandy. Dia masih bergelantungan pada sepotong kayu. Mata sayu-nya hampir terpejam, dan sebelum kehilangan kesadaran sepenuhnya, cepat-cepat aku meraih tangannya dan menariknya ke tempat yang aman.

Gadis itu tak sadarkan diri. Dengan ringan, aku membopong tubuhnya di atas pundakku. Aku berjalan ke arah selatan, menuju jurang. Seperti yang ayah tiri-ku katakan, di bawah jurang, tersembunyi di balik bebatuan, sebuah pesawat ruang angkasa dari planet Mato sudah tersedia.

Dengan cekatan aku menuruni jurang yang curam itu sambil tetap membopong Sandy di bahu kanan-ku. Hanya perlu beberapa menit sampai aku tiba di dasar jurang.

Aku menekan tombol sebuah pesawat kecil titanium berbentuk capsule. Pesawat itu hanya berkapasitas 4 penumpang. Pesawat otomatis, tanpa perlu kendali, yang akan membawaku ke Mato. Pulang.., tapi rasanya tidak seperti pulang.

Se Ra.., tunggu aku. Beberapa jam lagi aku akan segera tiba.

Pesawat mulai bergetar halus, dan dalam sekejap mata langsung melesat keluar dari atmosfer bumi. Menembus ruang angkasa yang hampa dan gelap. Meninggalkan planet biru yang berjarak jutaan tahun cahaya dari planet asalku.

==== End of Tae Min PoV ====

==== Oh Se Ra’s PoV ====

“YAAH!! Baek Hyun! Bangun!!” aku mengguncang-guncang tubuh Baekhyun yang terentang di atas karpet tebal di dalam kamarku.

Baekhyun masih tetap tertidur pulas. Napas-nya teratur. Mulutnya agak terbuka sedikit. Wajah polos-nya itu mau tak mau membuatku tersenyum. Dasar! Seperti bayi saja! Padahal dia sedang berada di planet orang, tapi malah tertidur layaknya di rumah sendiri!

Sudah berapa lama aku tiba di sini? 1 hari? 1 minggu? Rasanya seperti terbangun dari mimpi yang panjang.

Aku membuka jendela kamarku lebar-lebar. Meskipun aku benci karena pamanku membawaku pulang dengan paksa, tapi aku senang bisa kembali menghirup udara Mato yang bersih.

Sehun.

Bagaimana dengan Sehun?

Apakah ia akan mencariku? Apakah ia akan merasa kehilangan? Apakah ia…. Peduli?

Hhhhh…, aku menghela nafas panjang. Perlahan awan gelap mulai berkumpul di langit. Rintik hujan mulai turun. Semakin lama semakin deras. Air di Mato sama dengan air di bumi, tapi entah kenapa tetap saja terasa berbeda….

Sera.

Panggil Pamanku. Suaranya bergema di dalam kepalaku.

Sera, sayang.., turunlah untuk makan siang.

Aku hanya terdiam. Sama sekali tidak membalas telepati pamanku.

Sera.., sudah 3 hari kau tertidur. Makanlah. Aku menyediakan makanan kesukaanmu.

Aku masih terdiam.

Kau marah padaku?

Aku mengepalkan tanganku dengan keras. Kuku-kuku jari tanganku yang tajam menusuk telapak tanganku.

Sera….

Tanpa perlu membalas telepati pamanku, aku segera keluar dari dalam kamarku. Berjalan menuruni tangga, menuju ruang makan. Kini aku baru menyadari, ternyata istana ini kelewat luas. Sepi. Dingin…

Pamanku menyambutku dengan senyuman lebar. Aku hanya menatapnya dingin, dan duduk di sebrang.

“Kau sudah bangun, sayang?” tiba-tiba saja Ratu datang dan duduk di samping pamanku. “Kau bertemu Taemin di bumi? Apakah dia baik-baik saja?”

“Untuk apa Paman membawa Baekhyun juga?” tanyaku to the point, mengabaikan ibu Taemin.

“Kau akan merindukan pacarmu itu kalau dia kutinggalkan di bumi.”

“Dia bukan pacarku! Cepat pulangkan dia ke bumi sebelum dia terbangun!”

Pamanku tertawa terbahak-bahak. “Hahahaha…hahahaha.., Sera..Sera.., kau yakin?” Pamanku menatapku tajam. “Mungkin dia tidak akan pernah sampai di bumi. Dalam perjalanan-nya bisa saja aku mengirimnya ke tempat lain. Kau yakin ingin mengusirnya dari sini?”

Aku mendengus kesal. Belum pernah seumur hidupku aku merasa se-marah ini pada pamanku.

“Aku ingin kembali ke bumi!” kataku tegas.

Pamanku menggeleng. “Bumi tidak cocok untukmu, Sera. Di sinilah tempatmu. Aku akan mengizinkan manusia itu tinggal di sini, selama kau mau tetap berada di istana ini.”

“Aku akan pergi ke bumi! Dan aku akan membawa Baekhyun bersamaku. Masih banyak yang harus kuketahui..” Aku berdiri dan berjalan pergi. Tapi, baru juga beberapa langkah, kedua pengawal berbaju besi langsung menghampiriku dan mencekal kedua lenganku dengan keras.

“DUDUK, SERA!” Teriak Pamanku. Dingin.

Kedua pengawal itu menyeretku kembali ke meja makan.

“Yang Mulia.., kau berlebihan…” kata ibu Taemin.

Pamanku hanya menatapku lurus-lurus. Sekilas, aku melihat matanya berubah menjadi merah, lalu hitam lagi. “Jangan berpikir aku tidak bisa bersikap tegas padamu, Sera. Jadilah anak baik seperti dulu! Semua ini demi kebaikanmu.”

Aku menyeringai. Kedua pengawal berbaju besi itu masih menahanku dengan meletakkan tangan dingin mereka di atas kedua bahuku. Mengunci gerakanku.

“SERAAAAA!!! Sera!!!!!” suara Baekhyun tiba-tiba saja terdengar.

“Baekhyun…” kataku pelan. Baekhyun berlari menuruni tangga. Tapi, tepat ketika ia sampai di undakan tangga terakhir, tiba-tiba saja ia menjerit kesakitan dan menggeliat-geliat di lantai.

“BAEKHYUUUNNNN!!!!” Aku meronta-ronta, tapi cengkraman kedua pengawal itu terlalu keras. “PAMAN!!! HENTIKAN!!!” aku tahu itu ulah pamanku.

Pamanku tersenyum lebar. “Kau tidak menginginkan dia di sini, bukan?”

“HENTIKAN!!!! AKU AKAN TINGGAL DI SINI!!! JADI HENTIKAN SEKARANG JUGA!!!!”

Pamanku tersenyum puas. Seketika, Baekhyun berhenti mengerang. Kedua pengawal melepaskan tangan besi mereka dariku, dan secepat kilat aku menghampiri Baekhyun.

Baekhyun meringkuk di lantai, terengah-engah. Keringat dingin membanjiri wajahnya.

“Mianhae….” Kataku pelan. Air mataku menetes. “Mianhae, Baekhyun~ah…”

Baekhyun terbatuk-batuk. Aku tahu, ia masih merasa kesakitan akibat ulah pamanku tadi. Ia duduk dan memegang kedua lenganku hangat. “Kau baik-baik saja, Sera ssi?”

Aku mengangguk. Air mataku masih mengalir. Aku merasa sangat bersalah pada Baekhyun. Ditambah lagi.., ini pertama kalinya aku melihat Pamanku bersikap sekasar itu.

“Uljima…” Baekhyun mengusap air mataku dengan ibu jarinya.

Aku mengangguk lagi. “Kau bisa berdiri?” aku membantu Baekhyun berdiri. “Kajja…” Aku menggenggam tangan Baekhyun.

“Sera.., makan-lah..” kata Pamanku.

Tanpa memedulikan pamanku, aku pun menuntun Baek Hyun keluar dari dalam ruang makan. Kami menyusuri lorong-lorong istana yang panjang dan berliku. Baekhyun hanya terdiam dan terus berjalan mengikutiku.

Kami keluar dari gate belakang istana. Masih menuntun tangan Baekhyun, aku membimbingnya berjalan di padang rumput.

Baekhyun tiba-tiba berhenti. Aku menoleh dan menatapnya.

“Apakah ini mimpi?” tanya Baekhyun polos. Dia memandang sekeliling. Beberapa binatang (yang mungkin terlihat aneh bagi Baekhyun) bergerombol di padang rumput. “Waaaaa…..ada singa!!!!” Baekhyun menjerit dan segera bersembunyi di balik punggungku.

Aku hanya tertawa. “Itu bukan singa, pabo!” aku menuntun Baekhyun. “Ayo kemarilah…” aku mendekati binatang yang Baekhyun kira singa itu. Binatang itu memang memiliki wajah seperti singa, tapi begitu binatang itu bangkit dari duduknya, akan terlihat jelas kalau binatang itu memiliki tubuh, kaki, dan ekor seperti kuda di bumi. Tapi dengan tambahan sayap yang bisa dilipat maupun direntangkan lebar-lebar.

Binatang itu merunduk begitu aku menghampirinya. Aku mengelus-elus kepalanya penuh sayang. “Hallo.., kau penghuni baru di padang rumput ini ya? Aku baru pertama kali ini melihatmu. Sayap perak-mu cantik sekali….” kataku penuh sayang pada binatang itu. Aku menatap Baekhyun yang hanya bisa membuka mulutnya. Syok. Aku tertawa pelan. “Binatang ini disebut Lihorse. Jangan takut. Meskipun wajahnya seperti singa di bumi, tapi dia lebih mirip kuda bumi. Kau bisa menunggangi-nya dan dia akan membawamu berlari, bahkan terbang.”

Baekhyun masih terlihat tak percaya dengan apa yang ia lihat di sekelilingnya. Ia menatap langit takjub. “Kenapa langitnya terlihat berbeda? Kenapa siang-siang begini terlihat banyak bintang? Dan kenapa bentuknya aneh-aneh? Oh! Mobil terbang!!!!!!” Baekhyun menunjuk-nunjuk mobil terbang yang mulai berseliweran di langit.

Aku hanya terkekeh. “Selamat datang di Planet Mato, makhluk bumi.”

“Mwo???”

Aku tersenyum. “Kau satu-satunya makhluk bumi yang pernah menginjakan kaki di planet ini. Sekarang kau jadi alien di sini…”

“Alien?”

“Hmmm.” Aku mengangguk. “Ayo! Akan kutunjukkan banyak hal padamu.” Aku mengulurkan tanganku. Baekhyun masih terlihat kebingungan. Cepat-cepat aku meraih tangannya dan menuntunnya pergi.

Akhirnya, lama-lama Baekhyun bisa menerima kenyataan bahwa saat ini dia sedang berada di planet Mato, bukan bumi.

Aku menunjukkan banyak sekali hal padanya. Bunga-bunga yang berbeda dengan bumi, mobil terbang, orang-orang yang beraktivitas dengan kekuatan special masing-masing. Aku bahkan mengajak Baekhyun berjalan super cepat. Di sini, aku tidak perlu menyembunyikan kekuatanku.

Selama berkeliling kota, orang-orang yang melihatku otomatis membungkuk hormat dan menyapaku. Baekhyun seperti ingin menanyakan sesuatu, tapi ia hanya terdiam.

Kami tiba di depan sebuah gedung pencakar langit, dengan design futuristik, dan di-dominasi warna perak.

Aku melepaskan tangan Baek Hyun. Menatap gedung yang dijaga banyak sekali pengawal berbaju besi dan bersenjata.

“Di bumi…, kau akan menyebut tempat ini bandara…” kataku. Menatap gedung yang tinggi dan luas itu. Perlahan bagian atas bangunan yang berbentuk bulat membuka, dan hanya dalam sekejap mata, beberapa pesawat ruang angkasa dengan berbagai design dan ukuran melesat ke luar dengan cepat, menembus atmosfer Mato. Menembus jagad raya.

“Woaaaahhh…, daebak!!!” gumam Baekhyun kagum.

“Kau bisa pergi ke planet mana-pun.” Kataku. “Baekhyun~ah…, kau harus mengingat tempat ini. Kalau suatu saat terjadi sesuatu denganku.., kuharap kau bisa pulang ke bumi dengan selamat.”

“Sera ssi…” Baekhyun menyentuh bahu kiri-ku. Aku masih tetap memunggungi-nya. Seketika, hujan turun dengan sangat deras, membasahi sekujur tubuhku dan juga tubuh Baekhyun.

“Aku hanya ingin tahu…, mengapa Sehun meninggalkanku. Mengapa dia tidak pernah kembali kemari.” Kataku sambil berurai air mata. Masih tetap memunggungi Baekhyun. Dia tidak akan tahu aku menangis, karena aku terus menurunkan hujan deras. “Aku rindu Sehun…, meskipun dia tidak merindukanku, tapi aku sangat merindukannya…, karena itulah aku datang ke bumi. Aku merindukan kakak-ku..”

Perlahan Baekhyun menurunkan tangannya dari bahu-ku, menyusuri lenganku dan menggenggam telapak tanganku. Sebelah lengan Baekhyun yang lain melingkari pinggangku, membuatku berbalik dan menghadapnya. Baekhyun menarikku ke dalam sebuah pelukan hangat.

“Sehun juga merindukanmu. Dia sering menyebut nama-mu semenjak kami masih menjadi trainee . Dia selalu berkata…, dia merindukan adiknya yang berada di London. Sekarang aku tahu, adiknya ternyata alien.” Baekhyun memegang kedua bahuku dan menatapku lekat-lekat.  “Hey alien cantik..,” kata Baekhyun serius. “Apakah ada makanan yang bisa kumakan?” sudut mulutnya berkedut menahan tawa. Kruyuuuukkk…

Aku tertawa mendengar suara perut Baekhyun yang kelaparan. Ya ampuun.., aku lupa kalau kami belum makan apapun sejak 3 hari yang lalu.

“Ayo! Aku akan membelikanmu makanan paling enak di sini.”

“Horeeeee!!!!!! Asyiik..asyiiikkk…., aku mau semua makanan alien yang paling enak yaaa!!!” Baekhyun tersenyum lebar sambil menggoyang-goyangkan lenganku kesana-kemari. “Tapiiii…, aku tidak akan keracunan kan?” Baekhyun menatapku takut-takut dengan ekspresi bodoh.

Aku terpingkal-pingkal melihat wajahnya. “Hahahaha…, bacon, kau tahu? Kau lebih cocok bersikap seperti ini daripada bersikap sok cool seperti beberapa hari yang lalu.”

“Oh ya?” sikapnya kembali cool.

Aku mengangguk. “Hmm. Aneh sekali melihat kau pendiam. Kau lebih cocok bersikap periang seperti biasanya.”

Baekhyun berdehem, lalu nyengir lebar sambil membentuk peace-sign dengan kedua jari-nya. Matanya yang sipit menghilang. Eye smile khas Baekhyun.

Yah.., setidaknya kini aku tidak akan merasa kesepian lagi. Tapi kuharap.., aku bisa kembali ke bumi. Bersama Baekhyun.

Tanpa kusadari, sejak tadi…ada sepasang mata yang terus mengawasi kami.

********

Aku tidak tahu.., yang kulihat kini apakah mimpi atau kenyataan. Atau.., masa lalu?

Aku hanya melihat sekilas-sekilas. Tidak utuh. Seperti cuplikan film.

Adegan pertama berlokasi di sebuah padang rumput indah, yang telah dihias menyerupai pesta pernikahan outdoor. Aku memakai gaun putih cantik dan tiara perak anggun. Mungkin aku baru berusia 5 tahun? Atau 6 tahun?

“Kau cantik sekali, Putri.” Puji seorang anak laki-laki yang lebih tua dariku. Rambut anak itu pirang. Wajahnya terlihat polos, tapi tinggi dan ukuran badan-nya membuat dia terlihat sudah dewasa.

Aku tersenyum pada anak laki-laki itu. “Kau jadi apa? Pendeta?” Aku melihat jubah emas yang dikenakan anak laki-laki itu.

Anak pirang itu mengeructkan bibirnya. “Bukan! Tentu saja aku jadi raja. Hmm.., raja sekaligus pendeta. Hehehe. Oh, sekaligus pengiring pengantin. Hehehe. Kau suka permainan kita kali ini, Putri?”

Aku mengangguk. “Hmm. Aku sukaaaa bermain hal-hal baru. Tapi.., Zelo.., kenapa kalian ingin permainan ini? Lebih seru main balapan dengan menaiki Lihorse.”

Zelo mengangkat bahu. “Karena di masa depan.., kau dan Taemin akan seperti ini. Menikah.”

“Kenapa? Kenapa dengan Taemin? Kenapa tidak dengan kau? Kenapa tidak dengan Sehun?”

Anak laki-laki pirang itu tertawa terbahak-bahak, lalu membungkuk dan menepuk-nepuk kepalaku pelan. “Anak nakal.., kau tidak mungkin bisa menikah dengan 3 orang sekaligus! Hahaha. Dan kau tidak mungkin menikah dengan Sehun. Dia itu kakak-mu.”

“Tidak boleh menikah dengan kakak?”

Zelo menggeleng dan menyilangkan tangannya membentuk huruf X. “Tidak boleh.”

“Kau bukan kakak-ku.” kataku polos.

Zelo tertawa sambil mengelus kepalaku. “Aku menganggapmu sebagai adikku, Putri bodoh!” Zelo tersenyum. Aku ikut tersenyum.

Zelo mengulurkan tangannya. “Ayo…”

Aku nyengir lebar dan menggandeng lengan Zelo. Zelo membimbingku menuju altar putih berhias bunga. Di depan altar, Taemin kecil sudah menungguku sambil tersenyum. Dia memakai tuksedo.

Zelo menyerahkan tanganku pada Taemin, lalu cepat-cepat berdiri di balik altar, layaknya pendeta.

“Lee Tae Min, apakah kau bersedia selalu mencintai Oh Se Ra di saat suka dan duka, sehat dan sakit, sepanjang hidupmu, sepanjang eksistensi-mu di jagad raya ini?”

“Ya, aku bersedia…” kata Taemin.

“Ya, aku bersedia.” Aku membeo.

“Yah! Oh Se Ra! Belum saatnya kau bicara! Hahaha. Tapi tidak apa-apa…” Zelo mengangguk-angguk.

Perlahan Taemin mendekatkan wajahnya padaku dan mencium bibirku.

“LEE TAEMIN!!! APA YANG KAU LAKUKAN????!!!” Teriak seseorang. Sehun, dengan wajah marah, segera berlari mendekati kami dan langsung menonjok Taemin. Taemin tersungkur ke tanah.

Sehun terus memukul Taemin bertubi-tubi. Darah mengucur dari hidung dan bibir Taemin. Taemin hanya terdiam dan tidak balas memukul Sehun. Tapi tiba-tiba saja Sehun menggeliat kesakitan. Sehun berguling-guling di tanah sambil mengerang menahan sakit. Taemin menggunakan salah satu kekuatan-nya.

“Huwaaaa…., hentikaaannn….huwaaaa….” aku menangis keras. Zelo memelukku sambil mengelus-elus kepalaku.

Taemin pun menghentikkan kekuatannya. “Zelo.., hapus ingatan Sera dan Sehun tentang kejadian ini.”

Adegan pertama berakhir.

 

Adegan ke-2 yang kulihat berlokasi di dalam sebuah kamar. Kamar Sehun.

Sehun duduk di atas tempat tidurnya sambil memegang sebuah kertas yang agak buram.

“Kakak.., kau sedang apa?” aku – yang terlihat lebih tua dibanding kilasan adegan pertama – melongokkan kepalaku di balik pintu kamar Sehun.

Sehun masih terdiam. Aku masuk dan berjongkok di hadapan Sehun. Menatap wajah tampan-nya yang terlihat murung.

“Kenapa kau tidak mau makan malam?” tanyaku.

Sehun tetap terdiam dan terus saja menatap kertas itu. Dia menghela napas panjang. “Aku harus pergi. Aku mungkin tidak akan kembali dalam waktu yang lama…”

Adegan ke-2 berakhir.

 

Adegan ke-3 sepertinya berlokasi di ruang bawah tanah istana, dengan dinding yang terbuat dari bebatuan hitam.

Terdengar jeritan kesakitan. Aku mengintip di balik sebuah batu besar. Seorang laki-laki pirang diikat pada dinding. Kedua tangannya diborgol dengan borgol besi yang menempel di dinding batu. Tubuhnya penuh luka.

“Kau membantu gadis itu menyelamatkan diri?” tanya sebuah suara berat. Pamanku.

“Tidak.” Kata laki-laki pirang itu. “Aaaarrgghhhh..” Ia menjerit kesakitan.

“Kau tahu gadis itu seharusnya dihukum mati, dan kau malah membantunya melarikan diri???!!! Apa yang harus kulakukan padamu, Zelo?” kata pamanku, geram.

“Aaarrrrgghhhhhh….!!!!!!!!” Zelo menjerit, menahan rasa sakit yang luar biasa.

Aku menutup mulutku dan terisak.

Adegan ke-3 berakhir.

 

 

Adegan ke-4 berlokasi di padang rumput lagi. Tapi kali ini, padang rumput itu tidak berhiaskan seperti pesta pernikahan outdoor. Sebagai gantinya, padang rumput itu dipenuhi banyak sekali binatang.

Aku, Taemin, dan Zelo berbaring di atas rumput. Kepalaku disandarkan di perut Zelo, dan kepala Taemin bersandar di paha-ku. Zelo tampak asyik membaca buku, sementara aku asyik mengganggunya dengan bertanya banyak hal padanya. Taemin sibuk mengangkat berbagai macam benda dengan kekuatannya. Kadang dia jahil dengan mengangkat serangga, membuat serangga-serangga itu mendekati wajahku.

Cuaca sangat cerah. Langit biru keperakan membentang di atas kami.

Samar-samar terdengar suara tertawa anak laki-laki dan perempuan. Semakin lama semakin jelas.

“Seraaaa!!!” Sehun melambaikan tangannya dengan riang, dia berlari mendekati kami, sambil menuntun seorang anak perempuan.

Aku, Zelo, dan Taemin langsung duduk begitu Sehun dan gadis itu datang. “Sera.., dia teman baruku yang sering kuceritakan.” Kata Sehun.

Gadis di sebelah Sehun tersenyum padaku. “Hallo, Sera…”

“Waahhh.., Kak Candy kan?”

Gadis itu terkekeh dan menjabat tanganku. “Aku Sandy. Senang akhirnya bisa bertemu denganmu.”

Adegan ke-4 berakhir.

Aku merasakan keningku disentuh sebuah tangan. Dingin. Kilasan-kilasan adegan yang terasa nyata itu pun terputus.

“Good morning, Princess.” Sapa sebuah suara lembut. Aku membuka mataku, dan mendapati Lee Tae Min tersenyum padaku. Aku bisa merasakan nafasnya yang hangat di pipi-ku.

“Taemin?” cepat-cepat aku duduk dan menatap sekelilingku. Rupanya tadi aku tertidur. Mimpi. Kejadian-kejadian yang kulihat tadi hanyalah mimpi.

Tapi.., benarkah? Benarkah itu semua hanya mimpi? Kenapa terasa begitu nyata?

“Kenapa kau ada di sini?” tanyaku, baru sadar mengapa Taemin bisa tiba-tiba ada di Mato. Di istana. Di dalam kamarku.

“Aku pulang.” Taemin duduk di atas tempat tidurku dan menatapku sambil tersenyum.

“Taemin…”

“Ya?” Taemin masih tersenyum.

“Zelo.., bukan hanya sahabatmu kan?” tanyaku. Taemin menatapku lekat-lekat. Senyumnya seketika lenyap. “Zelo bukan hanya sahabatmu, tapi dia juga sahabatku. Dulu…”

Taemin hanya terdiam dan terus menatapku.

“Gadis yang kau maksud saat di hutan itu…, Sandy kan? Semuanya berhubungan. Kau – Zelo – Sehun – gadis itu – pamanku – dan aku. Gadis itu.., Sandy kan?”

Taemin tersenyum sinis. “Kau sudah ingat?”

“Ternyata memang bukan mimpi.” Aku memijit keningku yang terasa pusing. Aku menatap Taemin tajam. “Tapi kenapa? Kenapa dulu Sandy bisa ada di sini? Apa yang dia lakukan? Kenapa Pamanku ingin membunuhnya? Apa hubungan Sehun dengan semua itu? Apakah Zelo dihukum karena Sandy? Kenapa kau membenci Zelo? Dan.., kenapa kau meminta Zelo menghapus ingatanku?”

Taemin menatapku tajam. Perlahan dia mendekatiku dan berbisik pelan. “Terkadang.., tidak ingat adalah hal yang baik. Terkadang mengingat hanya akan membuatmu terluka. Lebih baik kau tidak mengingat semuanya. Lebih baik kepingan puzzle itu tidak pernah bersatu selamanya, Oh Se Ra.” Taemin meraih tanganku dan mengecup punggung tanganku. “Kau yakin ingin mengingat semuanya?”

Aku hanya menatap Tae Min. Tae Min masih memegang tanganku, menyusuri bekas luka di telapak tanganku.

“Benar. Gadis itu Sandy. Sehun tidak mengingatnya, sama sepertimu. Tapi Sehun pergi ke bumi untuk mencari ingatannya yang hilang. Karena dia berpikir sesuatu…, seseorang yang hilang dari ingatannya itu ada di bumi. Sehun meninggalkanmu. Demi gadis itu.” Taemin berhenti sejenak, masih menatapku lekat-lekat. “Sekarang…, gadis itu ada di sini. Terkurung. Di bawah tanah. Awalnya aku ingin melenyapkannya.., tapi pamanmu memintaku membawanya kemari.”

Aku tersentak. “Sandy ada di sini?”

“Sekarang.., semuanya kuserahkan padamu. Aku tidak akan menuruti pamanmu. Aku hanya akan menurutimu. Apa yang ingin kau lakukan, Princess?”

Aku memijit keningku yang terasa sakit. “Aku tidak tahu. Aku tidak bisa mengingat semuanya. Bisakah kau mengembalikan semua ingatanku?”

Taemin tersenyum dan menggeleng. “Tidak. Tapi.., mungkin sebentar lagi bisa. Setelah aku mendapatkan Crystal of Life….”

Aku mengerutkan keningku. Tidak mengerti. “Bukankah benda itu berada pada Zelo? Di bumi?”

Taemin tersenyum. “Benda itu sedang menuju kemari.”

“Zelo akan datang ke Mato?” tanyaku.

Taemin mengangguk. “Yap. Aku berani bertaruh. Aah…, akhir-akhir ini banyak sekali tamu dari bumi.” Taemin membaringkan tubuhnya di tempat tidurku.

“Baekhyun.” Tiba-tiba aku teringat Baekhyun. “Di mana Baekhyun?”

Taemin menyeringai. “Kau pikir.., di mana seharusnya dia berada, Princess?”

==== End of Se Ra PoV ====

==== Author PoV =====

Oh Se Hun mengacak-ngacak rambutnya dengan kesal. Frustasi. Niatnya untuk mencari Se Ra bersama Sandy gagal, karena kini justru Sandy juga ikut menghilang.

“Kau dapat petunjuk?” Zelo terengah-engah. Dia sudah mencari tanda-tanda keberadaan Sandy, Sera, dan Baekhyun , tapi sama sekali tak ada jejak.

Sehun menggeleng lemah. Zelo terduduk di atas tanah yang lembap. Keringat bercucuran dari dahi-nya. “Sial!” umpat Zelo. Malam semakin gelap, dan sama sekali tidak ada cahaya rembulan. Langit mendung, tapi hujan tidak turun.

“Kuharap hujan turun…” gumam Sehun. “Kuharap Sera baik-baik saja.” Sehun menghembuskan nafas panjang. “Baekhyun hyung dan Sandy juga. Hhhhh…”

“Hey, Sehun! Kau bawa ponsel? Cepat nyalakan senter di ponselmu. YA! Sehun! Kau dengar aku? Di sini semakin gelap!” ujar Zelo panjang lebar, tapi Sehun tidak memedulikannya. Sejak tadi Sehun hanya menghela nafas panjang berkali-kali sambil sibuk berpikir.

“Sial! Awas kau Oh Sehun! Kubunuh Kau nanti!” umpat Zelo kesal. Keadaan di hutan benar-benar gelap. Seketika itu juga Zelo langsung berubah menjadi anak kecil. Menjadi Leo.

Ponsel Sehun berbunyi. “Onew hyung…” ternyata Onew yang meneleponnya. Sebenarnya dia agak kesal pada Onew, karena gara-gara Onew, tadi sore dia terpaksa meninggalkan Sandy di dalam mobil. “Apa? Taemin hyung juga menghilang? Arrasseo.., oke…” Sehun menutup ponselnya.

“Mato.” Ujar Leo.

“Siapa kau?” Sehun tersentak kaget.

“Ini aku, bodoh!” ujar Leo sinis. “Gara-gara kau! Coba kalau sejak tadi kau mengeluarkan ponselmu. Di sini gelap sekali, aku jadi berubah.”

“Kenapa gara-gara aku?” Sehun tidak terima.

“Sudahlah!” Leo mengalah. “Mereka pasti ada di Mato. Mungkin Taemin yang membawa mereka.”

“Tapiii…, untuk apa?” tanya Sehun. “Kenapa Taemin hyung membawa Sandy dan Baekhyun hyung juga?”

Leo alias Zelo menatap Sehun dengan tatapan meremehkan. “Pabo! Kau masih belum bisa mengingat semuanya ya? Aku tidak tahu kenapa Baekhyun di bawa juga. Tapi Sandy.., sudah jelas…, pasti si Raja menyebalkan itu!”

Sehun mengerutkan keningnya. Tidak sepenuhnya mengerti apa yang Leo alias Zelo katakan.

“Kalau begitu.., ayo kita pergi ke Mato.” Kata Sehun.

“Bagaimana caranya? Memangnya kau punya capsule?” Leo mengangkat sebelah alis matanya sambil menatap Sehun sinis.

“Tidak. Tapi temanku punya.”

“Teman? Teman yang mana?”

“Jangan banyak bicara! Ayo naik!” Sehun naik ke dalam mobilnya. Zelo pun mengikuti Sehun.

@Rumah D.O

“Hyung…, boleh kan aku…”

“Meminjam capsule ayahku?” sebelum Sehun selesai bicara, D.O langsung melanjutkan apa yang hendak Sehun katakan. Sehun mengangguk.

Leo menatap D.O tajam dan sinis sambil menyilangkan kedua lengannya di depan dada.

“Ya, aku punya capsule. Milik ayahku sebenarnya.” Kata D.O pada Leo. Leo tersentak dan terus menatap D.O. “Ya, aku orang Mato. Aku bisa membaca pikiranmu, Zelo.” D.O menyeringai. Tampak puas.

Pembicaraan D.O dan Zelo tampak seperti pembicaraan satu arah bagi Sehun.

“D.O hyung manusia Mato pertama yang kutemui di sini. Aku banyak berhutang budi padanya.” Kata Sehun pada Leo.

D.O menepuk-nepuk punggung Sehun. “Sesama Mato harus saling membantu. Hehehe.”

Leo masih terus menatap D.O dan bertanya melalui pikirannya. D.O membaca pikiran Leo dan menjawabnya. Terlihat seperti monolog bagi orang normal.

“Ya, kau benar Zelo. Aku lahir di bumi. Orangtua-ku dibuang ke bumi karena raja menganggap orangtua-ku pengkhianat. Aku tidak pernah melihat Mato secara langsung.” Kata D.O. “Apa? Pergi bersama kalian? Hahaha.., tidak..tidak. Meskipun orangtuaku berasal dari Mato, tapi aku lahir dan besar di bumi. Jadi aku orang bumi. Dengan kekuatan khusus tentunya. Hehehe…”

D.O membimbing Sehun dan Leo ke halaman belakang rumahnya yang luas. D.O mengetuk-ngetuk tanah dibalik rumput tipis. “Di sini.” Katanya. Ia pun memijit sebuah tombol. Seketika, sepetak tanah di balik rumput tipis itu membuka, menampakkan sebuah pesawat kecil berbentuk capsule.

“Ayahku selalu menyimpannya baik-baik. Aku tidak pernah ingin menggunakannya untuk pergi ke Mato. Karena bagiku.., bumi adalah rumahku.” D.O tersenyum. “Nah, Sehun, Zelo…, semoga kalian berhasil.”

D.O menatap Leo alias Zelo. “Kau hanya bisa berubah kalau dicium Sandy ya?” celetuk D.O, kontan Sehun langsung menatap Zelo tajam.

“Aku punya teori. Boleh kucoba kan?” tanya D.O pada Leo.

“Teori apa?” tanya Leo. Dia menggulung baju dan celana-nya yang kebesaran sekali. Tidak sempat membawa ransel berisi baju Leo saking terburu-burunya tadi sore ketika menelepon Sandy.

D.O membungkuk dan perlahan mendekatkan wajahnya pada Leo.

Cup.

D.O mengecup pipi kanan Leo.

“YAAA!!! APA YANG KAU LAKUKAN???!! DASAR MAHO!!!!” teriak Leo.

Dalam beberapa detik, tubuh Leo memanjang, dan 1 menit kemudian, Leo sudah berubah kembali menjadi Zelo.

“Oh? Kenapa bisa?” Zelo menatap takjub tubuhnya.

D.O tersenyum puas. “Teori-ku benar kan? Selama ini kau baru bisa berubah kalau dicium Sandy. Kau pernah dicium wanita lain, manusia bumi, tapi tidak mempan kan? Tapi kau tidak pernah mencoba dicium Sera kan?”

Lagi-lagi Sehun langsung menatap Zelo tajam dan sinis.

“Teori-ku…., kau akan berubah bila dicium orang yang memiliki kekuatan Mato. Bukan hanya wanita, tapi pria juga. Itu artinya Sehun juga bisa merubahmu.” Kata D.O, Zelo menatap Sehun jijik. Tapi Sehun tampak serius. “Sandy berasal dari Mato?” tanya Sehun.

D.O menggeleng. “Dia manusia bumi, tapi dia memiliki kekuatan Mato. Aku tidak tahu kenapa.., aku hanya membaca pikirannya waktu itu..” D.O mengangkat bahu.

Sehun menatap Zelo. “Kau tahu hal ini? Bagaimana bisa…Sandy mempunyai kekuatan Mato? Kekuatan itu.., kupikir itu kelebihannya, bukan kekuatan yang berasal dari Mato..”

Zelo menarik nafas panjang. “Sudahlah. Lama-lama kau akan mengingatnya. Sekarang…, yang terpenting…, kita harus menyelamatkan Sera dan Sandy.”

Sehun mendengus. “Sera? Untuk apa kau peduli pada adikku? Kau menyukai adikku?”

Zelo menyeringai. “Pabo! Tentu saja aku peduli. Aku sudah menganggapnya sebagai adikku sendiri. Terlebih…dulu dia sahabatku. Tapi dia tidak mengingatnya, sama sepertimu. Kau sama sekali tidak mengingatku kan, Oh Se Hun?”

Sehun hanya menatap Zelo datar. “Ayo pergi.” Ajaknya. Sehun pun masuk ke dalam capsule.

D.O melambaikan tangannya. “Good luck Sehun, Zelo. Oh ya.., Zelo.., bukankah ruang angkasa itu gelap? Kalau kau berubah jadi kecil lagi…, minta saja agar Sehun mencium-mu! Hahaha.”

“No way! Aku akan terus menyalakan senter!” tukas Zelo. Sehun juga hanya menatap Zelo jijik. D.O terbahak-bahak dan terus melambaikan tangannya dengan riang.

Sehun menekan tombol otomatis. Capsule bergetar halus, lalu melesat secepat kilat ke angkasa. Membelah langit yang kelam.

-          TBC -

 



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles