Title: Damn! He’s pregnant!
Author: huanqzi (@huanqzi).
Genre: Humor, Brothership.
Rating: K+
Length: Drabble
Main Cast: Zi Tao, Huang and Kris, Wu
Summary: “Aku hamil, Ge! Anak kita kembar!”
Disclaimer: Semua karakter bukan milik saya, kecuali Tao. Mereka milik Tuhan.
Huanqzi’s Note: Let’s rolling like a buffalo! Yuhuu~ makasih sekali lagi yang sudah mengklik fanfic ga waras ini *bungkuk-bungkuk* saya mau berterima kasih banyak buat yang mau ngasih saran dan komentar *peluk cium* Selamat membaca~
Warning: Humor ga jelas! Brothership! Siap-siap kantung sampah buat muntah! /dances/
Damn! He’s pregnant © Huanqzi
.
.
.
Seoul, South Korea.
Pukul setengah delapan pagi. Bunyi denting sendok dan perbincangan dua belas orang laki-laki mengisi ruang makan kecil dorm mereka. Semuanya sibuk mengunyah makanan kecuali seorang pemuda dengan rambut hitam berantakan yang dari tadi hanya memain-mainkan sendoknya.
Huang Zi Tao, tak dapat di jelaskan bagaimana rupanya. Berantakan, pucat, dan terlihat ingin muntah. Di sampingnya, Byun Baekhyun menyikut lengannya.
“Kau kenapa?” tanyanya setengah berbisik. Tao menggeleng. Wajahnya pucat lagi, dan sekarang terlihat benar-benar ingin muntah.
“Aku ke belakang!” Tao meninggalkan sebelas temannya. Mereka menatap Tao dengan heran, cemas, dan khawatir.
“Tao kenapa?” tanya Suho.
“Kelihatannya dia sedang sakit.” Lay menambahkan.
“Ku liat dari tadi dia muntah-muntah dan dia bilang kepalanya pusing,” Luhan meletakan sendoknya di atas piring dan menatap teman-temannya.
“Hari ini, kita ada interview di Cheongju, apa sebaiknya Tao tidak ikut. Aku takut dia kenapa-kenapa,” ujar Xiumin.
“Aku ikut! Aku tidak apa-apa!” Tao perlahan muncul dari kamar mandi. Yah, wajahnya masih pucat, gemetar menahan sakit. Sebelas temannya hanya menganguk.
***
“Oke, ada yang ingin kalian sampaikan? Silahkan acungkan tangan,” MC bertanya kepada dua belas laki-laki yang ada di sampingnya sekarang.
“Aku!” Tao mengangkat tanganya. Wajahya masih pucat, bedanya dia sedikit rapi. Tidak berantakan ketika ia masih di dorm.
“Silahkan, Tao-ssi. Apa yang ingin kau katakan.” MC memberikan mikrofon ke Tao.
“Kris gege…”
Suara ramai di studio mendadak menipis dan seluruh pasang mata tertuju ke arah Tao yang saat ini sedang memegang mikrofon dengan gemetar. Dan Kris, duduk mematung, dengan mata yang berkata penuh curiga.
Nyali Tao ciut ketika seluruh isi studio menatapnya. Tapi, ia harus mengatakan hal ini. Kesempatan ini langka.
“K-kriss Gege…” suaranya terdengar serak, ia menggigit bibir bawahnya. Nafasnya memburu. “Aku… aku hamil, ge! Aku mengandung anakmu!”
Setiap sudut aula membeku, dan tidak ada satu manusiapun yang bersuara. Tao melanjutkan untuk berbicara.
“Aku hamil, Ge. Tiga bulan,” Tao menunjuk perutnya, menatap Kris yang tampak shock berat. Matanya memanas, “Awalnya aku hanya menyangka semua rasa mual itu hanya gejala sakit ringan—tapi saat aku cek—ada bayi dalam perutku. Bayi kita kembar, mereka bayi kita, kita orang tua mereka, Ge…” Tao menatap mata Kris yang melebar— karena shock berat—dengan nanar. “A-a-aku bicara seperti ini karena aku peduli. Karena, bayi-bayi ini adalah darah dagingku. Biarpun terjadi karena ketidaksengajaan…”
Seorang penonton wanita yang membawa hand-banner bertuliskan nama Kris jatuh pingsan. Dan Tao yakin ia mendengar isak tangis seorang gadis yang membawa hand-banner bertuliskan namanya.
“Apa—maksudmu—Tao—? Kita? ”
Tao menjatuhkan mikrofon yang dari tadi ia pegang, dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, lalu mulai menangis, “Aku tau, Gege akan menolak kehadiran anak kita. Aku tahu!” seru Tao lalu mengangkat wajahnya membuat matanya yang memerah bertemu tatap dengan mata Kris yang sudah mirip bola pingpong. “Tapi, biarkan aku menjaga anak ini. Membesarkan mereka sendiri, aku tidak peduli Ge! Asalkan kau mau mengatakan kalimat yang pernah kau ucapkan saat kita selesai bercinta, mengecup keningku, dan menamai mereka dengan namamu, Ge!”
Kris berdiri dan wajahnya campuran antara merah karena marah, putih karena pucat, hijau karena jijik, dan ungu karena ingin muntah. Pemuda itu berlari menjauhi studio dan berteriak. “KAU GILA TAO! KAU SINTING!”
Tao bangkit berdiri dari posisinya, lalu mengejar Kris sambil mengusap air matanya, “Gege, tunggu! Aku tidak bisa berlari karena kandunganku sangat lemah!” teriaknya putus asa.
“PERGI KAU! JANGAN BERBICARA APAPUN LAGI!” balas Kris dari kejauhan.
Ketika studio penuh dengan bisikan-bisikan sendu dan suara-suara penuh simpatik, Tao berhenti mengejar Kris dan kembali ke tempat duduk dengan hati bangga. Ia meletakan bubuk cabai yang menutupi wajahnya tadi ke bawah kursi tempatnya duduk. Studio kembali hening, ketika Tao orang yang tadi menangis karena affair dengan Kris dan menghasilkan anak kembar, masuk ke studio dengan cengiran lega dan berbinar-binar.
***
“Tuh, ‘kan Kai,” kata Tao, nyengir. Tao, Kai dan Sehun duduk di ruang tengah dorm mereka. “Aku tidak akan kalah taruhan dengan orang semacam kalian! Aku tidak perlu berlarian di jalan tanpa busana.”
“Ide Sehun sesungguhnya terlalu ekstrem menurutku,” tambah Kai.
Tawa Sehun meledak mendadak, dan pemuda berkulit pucat itu menepuk punggung Tao dengan lengannya yang panjang. “Tadi itu sangat ekstrem! Sungguh! Di studio aku hampir tertawa tadi, untung saja Kai mengingatkanku,” Sehun tertawa lagi.
‘KALIAN BERTIGA!!!! KALIAN SAMPAH!!!!” Kris muncul dengan mata merah.
“Boleh aku bicara sekarang? LARIIIII~~~” teriak Kai. Kai, Sehun, dan Tao pontang-panting lari menghindari Kris yang sedang marah.
-The End-
a/n: Well, settingnya emang sengaja gue bikin pas zaman MAMA (red: rambut). Dan emang pas bikin ini pun teaser xoxo belum keluar dan karena gue malas banget mau edit ulang, ya begini lah Hahahahaha *mati* *terus idup lagi* maaf maaf banget rada-rada bukan! sangat enggga jelas banget hehehe =P Mohon reviewnya yaaaaa~^^ thx *mati lagi*
