Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

When I’m Become a Yeoja (Chapter 7B)

$
0
0

Author: minnieasmilkyway and Scandanavia

Title: When I’m Become a Yeoja (Chapter 7B)

Main Cast:

  • EXO M’s Kris
  • EXO M’s Tao as Hwang Jinri
  • EXO K’s Baekhyun

Support Cast:

  • EXO K’s Sehun
  • EXO M’s Lay
  • EXO M’s Luhan as Hanmi

Genre: Romance, Cross Gender, Drama, Humor (little bit)

Disclaimer: EXO members belongs to God and their parents. Story created by us and pure from our brain. So, do not copy [!!!] Take a permission first.

Summary: Tao sangat menyukai sahabatnya sejak kecil (re: Kris). Namun, men to men atau yaoi itu adalah tindakan yang dilarang. Saat muncul cahaya yang berpendar itu, ia berharap menjadi yeoja seutuhnya. Saat harapannya terkabul, akankah Tao berhasil menjalani hidup barunya dan mendapatkan namja incarannya?

Length: Multi Chapter

7b

.:When I’m Become a Yeoja (Chapter 7B):.

“Eh? Sudah bangun?” Lay bingung melihat Kris yang sudah duduk di atas tempat tidurnya.

“Kalau mereka tidak seberisik tadi, aku tidak akan terbangun.”

“Ah, yah… aku juga merasa kalau Chanyeol sangat berisik tadi,” ucap Lay mengakui.

“Hey, Yixing, memangnya apa yang mereka bicarakan?” Kris mulai tertarik untuk membahasnya.

“Si pembuat onar sedang ulang tahun.”

Kris terdiam beberapa saat. Ia tidak sedang memikirkan siapa yang Lay maksud. Tetapi, ia sedang memikirkan hal lain.

“Terima kasih,” ucap Kris sembari menepuk pelan pundak Lay. Kemudian ia keluar dari ruangannya.

Belum lama ia berjalan, ia sudah melihat Jinri dan Baekhyun yang berada di lapangan. Ada perasaan aneh menghinggapinya. Hal ini terjadi untuk yang kedua kalinya. Merasa tidak ingin melihat hal itu, iapun pergi secepat mungkin. Setelah cukup jauh, iapun menghubungi seseorang.

.:When I’m Become a Yeoja (Chapter 7B):.

“Bagian itu belum bersih, Baek!” seru Jinri sambil menunjuk bagian lapangan yang dipenuhi daun yang gugur.

Belum semenit berlalu, Jinri sudah berteriak lagi. Baekhyun menjatuhkan sapunya ke tanah, “Capek.”

Jinri mendatangi Baekhyun, “Tadi kau bilang apa?”

“Tidak,” elak Baekhyun.

“Hmm…” Jinri duduk di atas rerumputan sama seperti yang Baekhyun lakukan.

“Kau kenapa?”

“Tidak. Aku masih memikirkan siapa yang berbuat iseng padaku.”

“Oh begitu.”

Jinri menatap Baekhyun karena tanggapan singkatnya, “Jangan melihatku seperti itu. Kau bilang tidak menyukaiku ‘kan?”

Jinri terdiam mendengar kata-kata yang dilontarkan Baekhyun. Ia menunduk.

“Kau tidak salah. Sepertinya aku terlalu memaksamu ya?”

Jinri masih terdiam. Ia bisa mendengar pertanyaan Baekhyun yang tidak bisa ia jawab saat itu juga. Mungkin tidak akan pernah ia jawab.

“Aku harus pulang, Baek. Sudah terlalu sore,” ucap Jinri mengalihkan pembicaraan.

“Ta-tapi… lapangannya?”

“Kau bersedia membantuku ‘kan? Jadi itu urusanmu,” jawab Jinri tanpa merasa bersalah. Ia mengambil tasnya dan pergi meninggalkan lapangan.

Baekhyun berdiri sambil memegangi sapu yang sepertinya akan setia menemaninya hari ini. Ia melihat punggung Jinri yang semakin lama tidak terlihat.

“Jinri!” teriak Baekhyun dan Jinri hanya menanggapinya dengan senyuman meledek. Baekhyun merasakan sebuah penyesalan. Tapi di sisi lain, ia merasa sesuatu yang berbeda terjadi. Jinri sudah membuka sedikit celah dalam hatinya untuk bicara dengannya.

.:When I’m Become a Yeoja (Chapter 7B):.

Jinri masih terperangah melihat banyaknya bungkus kado yang memenuhi kamarnya yang berukuran kecil. Dengan sabar, ia mulai membuka satu persatu kado tersebut dan menemukan sebuah note kecil. Note itu bertuliskan ‘Aku tahu kau membenciku. Tapi, bisakah kau memberiku kesempatan?’.

Banyak hal yang bisa Jinri pikirkan saat itu, termasuk kemungkinan siapa pengirim kado-kado beserta note tersebut. Jinri memutar otaknya. Benci? Hanya ada dua nama yang ia pikirkan. Tapi itu tidak mungkin jika pengirimnya adalah tiang listrik sinting itu.

Jinri berpikir bahwa Kris merupakan tipikal orang yang tidak berperikemanusiaan. Ia masih mengingat jelas bagaimana ia dengan sombongnya memberi lembar tagihan. Padahal tidak terjadi apa-apa pada mobilnya. Jadi, ia yakin bahwa pengirimnya adalah Baekhyun. Apalagi, ia teringat dengan perkataan Baekhyun di lapangan tadi.

“Jangan melihatku seperti itu. Kau bilang tidak menyukaiku ‘kan?”

.:When I’m Become a Yeoja (Chapter 7B):.

Jinri mencoba untuk tidak memikirkan hal semalam. Oleh karena itu, ia memilih untuk berjalan-jalan hari ini. Mungkin pusat perbelanjaan akan menjadi target utamanya. Tapi bukan mencari diskon seperti ibu-ibu rumah tangga atau remaja lainnya. Ia tidak suka berdesak-desakkan, begitulah alasannya.

.:When I’m Become a Yeoja (Chapter 7B):.

“Semoga sukses dengan pamerannya, Sehun-a! Mianhae tidak bisa datang.” ujar seseorang dari seberang –orang yang menghubungi Sehun.

Sehun terlihat menutup ponselnya dan memasukkannya ke dalam celananya. Sehun sedang mengadakan pameran karya terbarunya. Ia sangat senang banyak pengunjung yang menikmati dan senang dengan hasil karyanya. Tetapi hatinya juga menjadi tidak enak jika melihat mahasiswi yang datang hanya untuk melihat wajahnya. Hal itu membuat moodnya down.

Sehun banyak dikerumuni oleh para mahasiswi yang pasti ingin berfoto bersama. Ingat, Sehun merupakan namja populer di kampus. Sehun ingin mencoba lepas dari kerumunan tersebut. Ia sedang berpikir bagaimana caranya ia bisa melepaskan diri.

.:When I’m Become a Yeoja (Chapter 7B):.

“Jinri!” seru seseorang, namun Jinri tidak bisa menangkap siapa orang yang baru saja memanggilnya.

Jinri mencari asal suara dan ia mendapati Sehun yang melambaikan tangan di antara kerumunan yeoja. Setelah Sehun berhasil keluar dari kerumunan yeoja tersebut, iapun mendekati Jinri.

“Ada apa?”

“Kau punya waktu? Aku ingin membicarakan sesuatu padamu,” jelas Sehun.

Hal ini merupakan tanda tanya besar dalam hati Jinri. Iapun mengiyakan, “Tentu.”

Sehun menggapai tangan Jinri dan menariknya pelan menuju food court, “Maaf, bisa kau lepaskan tanganmu?” tanya Jinri yang merasa tidak nyaman.

Sorry.”

Sesampainya di food court, Sehun mempersilahkan Jinri untuk duduk. Setelah itu, mereka diam untuk beberapa saat.

“Tadi kau bilang ingin membicarakan sesuatu?”

Sehun terlihat memijit tengkuknya, “Ah iya, eung… bagaimana ya?”

“Memangnya kau mau membicarakan apa? Kalau tidak penting dan hal itu berhubungan dengan tiang llistrik itu, lebih baik aku pergi saja,” ujar Jinri yang kini berdiri dan bersiap untuk pergi. Namun ia ditahan oleh Sehun, “Duduklah.”

“Begini, aku ingin bicara tentang temanmu.”

“Maksudmu Micha? Dia kan pacar temanmu!”

Sehun menyuruh Jinri untuk diam, “Dengarkan dulu kata-kataku,” Sehun menghela nafasnya, “Bukan dia.”

“Lalu?” Jinri terlihat berpikir, “Apa yang kau maksud itu Hanmi?!” tanyanya kemudian.

“Mungkin, aku tidak tahu.”

“Tapi, bukannya kalian pernah kenal sebelumnya?” Jinri langsung membekap mulutnya sendiri. Ia merutuki dirinya yang bodoh.

“Darimana kau tahu?” Sehun kaget mendengar ucapanku.

“Ia yang bercerita padaku.”

Wajah Sehun terlihat memerah setelah mendengar perkataanku, “Kau masih menyukainya?” tanya Jinri to the point.

“Kau ini bicara apa? Jangan bercanda,” elak Sehun.

Jinri mendengus kesal, “Masih saja ingin menyembunyikan cerita kalian? Hanmi sudah menceritakan semuanya paadaku.”

Sehun terlihat tidak bisa membalas perkataan Jinri.

“Yang tidak kumengerti adalah… kenapa kau menjadi playboy? Padahal kalian kan bisa menjalani long distance relationship?”

“Kau tidak tahu bagaimana rasanya ditinggal oleh orang yang sangat kau cintai. Kau tidak akan tahu bagaimana perasaanku.”

“Tapi itu bukan kemauannya,” ujar Jinri membela sahabatnya itu.

“Jadi kau menyalahkanku?”

“Bukan begitu. Tapi, aku bisa membantumu kalau kau ingin hubunganmu kembali.”

Sehun menatap serius bola mata Jinri, “Kau tidak bercanda ‘kan?”

“Apa aku terlihat bercanda? Berpikirlah dewasa.”

“Baiklah, Nona penasihat yang baik hat–“

“Jangan berlebihan,” sambung Jinri.

Sehun mendengarkan arahan Jinri. Sesekali mereka berdebat karena tidak sependpat. Tapi, setelah beberapa lama, merekapun mendapatkan jawaban.

“Kau ingat apa yang sudah kuberitahu tadi kan?” tanya Jinri memastikan dan Sehun mengangguk tanda mengerti.

“Terima kasih.”

Jinri merasakan hawa yang berbeda dari sebelumnya. Jika saatnya telat tiba, ia akan sangat senang melihat sahabatnya kembali dengan namja yang masih ia tunggu. Tapi, ada suatu hal yang ia lupakan. Insiden yang terjadi di hari pertama Hanmi masuk ke dalam kelas. Hanmi melihat Sehun dan Kai sedang menggoda salah satu mahasiswi pagi itu.

Hanmi memang berkata padanya bahwa ia tidak kenapa-kenapa. Tapi, hati Jinri berkata sebaliknya. Ia masih memikirkan hal itu saat ini. Jinri tidak akan menceritakan pembicaraannya dengan Sehun hari ini kepada Hanmi. Ia berniat untuk melihat keseriusan Sehun terhadap hubungannya dengan Hanmi. Lagipula, ini akan menjadi surprise bagi Hanmi sendiri. Jinri cukup membantu sedikit dari belakang jika Sehun menghadapi masalah.

.:When I’m Become a Yeoja (Chapter 7B):.

“Jadi, nanti hasilnya seperti ini,” ucap Jinri menyimpulkan.

Jinri dan Hanmi sedang duduk di taman sembari menghapalkan beberapa pasal yang akan menjadi materi berikutnya. Salah satu tujuannya untuk mengerti dan bisa menjawab kuis dari Dosen Kim. Jinri menutup buku tebal itu dan mulai memejamkan mata. Ia mencoba menenangkan diri dan tempat tersebut –taman– sangat cocok.

“Jinri-ya?”

“Ne?” balas Jinri sambil memperhatikan Hanmi.

“Apa sebaiknya aku menyerah saja?”

“Ke-kenapa?!”

“Yah, aku rasa aku tidak akan bisa kembali dengan Sehun bagaimanapun caranya.”

“Hey, kau ini ‘kan temanku. Aku juga sedang berusaha. Sama seperti dirimu,” Jinri mencoba memberi semangat kepada Hanmi.

“Tapi bagaimana kalau hal itu benar-benar terjadi?”

“Kau hanya perlu optimis. Itu saja menurutku.”

Hanmi tersenyum, “Kau benar-benar pantang menyerah ya!”

“Tentu saja. Kalau tidak, keluargaku sudah habis diinjak-injak oleh Kris.”

“Iya, aku paham,” Hanmi tersenyum.

Suasana hening beberapa menit, “Ohya, bisakah aku main ke rumahmu?”

“Rumahku sangat kecil. Kau pasti tidak akan menyukainya.”

“Kau pesimis lagi? Aku kan belum pernah melihatnya. Ayolah,” Jinri memaksa Hanmi secara halus.

“Berikan saja alamatnya,” ucap Jinri sekali lagi.

“Baiklah. Kau ini benar-benar pemaksa yang gigih ya.”

Jinri tertawa mendengar ucapan Hanmi.

.:When I’m Become a Yeoja (Chapter 7B):.

Jinri berjalan menuju kantin seorang diri karena Hanmi hendak pergi ke toilet dan akan menyusulnya. Jinri menaiki tangga ke lantai dua tempat kantin berada. Namun, semuanya tiba-tiba gelap.

Seseorang membawa tubuh Jinri yang tidak sadarkan diri dan memasukkannya ke dalam mobil. Ia duduk di sebelah Jinri sambil memandanginya. Namja itu tersenyum kemudian menyuruh supir mobilnya untuk jalan. Selama dalam perjalanan, Jinri masih belum sadarkan diri.

“Kita mau kemana, Tuan?”

“Pelabuhan.”

.:When I’m Become a Yeoja (Chapter 7B):.

Jinri mengerjapkan matanya memaksakan cahaya seadanya untuk masuk dan memberitahukan keberadaannya. Asing. Begitulah deskripsi singkat yang bisa Jinri gambarkan. Ia tidak tahu dimana ia berada sekarang. Yang ia tahu hanyalah ini bukan di kampus.

Suara pintu berderit membuat Jinri menoleh ke asal suara. Matanya terbelalak melihat namja yang berada di balik pintu tersebut.

“Kau mau apa dariku?!” teriak Jinri. Ia tidak bisa mengatur nafasnya dengan benar.

“Aku hanya ingin kau jadi milikku. Bukan Byun Baekhyun atau Oh Sehun sekalipun.”

“Maksudmu apa?!”

Namja itu menerjang tubuh Jinri. Hal ini membuat dirinya tertekan dan semakin sulit untuk bernafas, “Aku suka denganmu,” bisik namja itu di teliga Jinri. Membuatnya sukses bergidik karena aksi namja tersebut.

“La-lalu?!”

“Aku mau kau jadi milikku!” namja itu menyapu bibir Jinri dengan kasar.

Tidak terima dengan perlakuan tersebut, Jinri melakukan perlawanan. Ia mencoba menendang tubuh namja itu agar menjauh. Tetapi ia selalu gagal.

“Aku tidak akan kalah kali ini,” ujarnya dingin.

Jinri menatap lekat mata namja yang kini sudah berhenti menciumnya. Jinri merasakan takut. Baru kali ini ia merasa demikian. Baru kali ini ia gagal melawan namja itu. Ia menyalahkan dirinya sendiri karena terlalu lemah.

Jinri menahan tangisannya yang memaksa keluar. Namja tersebut melihat hal itu dan bangun dari tubuh Jinri. Ia kemudian berdiri dan keluar dari ruangan tersebut tanpa berkata apa-apa.

Jinri duduk di atas tempat tidur tersebut. Ia memeluk lututnya, ia benar-benar membutuhkan seseorang yang perhatian padanya sekarang.

“Bodoh, benar-benar bodoh! Aku harus kabur secepat mungkin.”

Jinri mengusap air matanya dan kemudian merapihkan pakaiannya yang berantakan akibat ulah namja tadi. Sesekali ia memegang pundaknya yan sakit karena dicengkeram terlalu keras. Ada sesuatu yang mengganjal, pikir Jinri. Iapun berdiri di depan kaca. Ia bermaksud melihat refleksi dirinya sekaligus untuk mengetahui keganjalan yang ia rasa barusan.

“OMO!”

.:When I’m Become a Yeoja (Chapter 7B):.

.:TBC:.



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles