Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

One Person (Chapter 1)

$
0
0

One Person (Sequel of ‘A Lot of Love, in Every Silence’) Part 1

Title : One Person (Sequel ‘a lot of love, in every silence’)

Author : phyokyo

Genre : Romance, Sad, etc

Rating : G

Length : 1/?

Main Cast : Do Kyungsoo, and other that you can find it later

Recommended song : 316 – All About You (search on your tube now!)

Note : Beginilah yang bisa saya buat semampunya. Maaf kalo mengecewakan. Maaf kalo lama. Maaf kalo ceritanya banyak yang gak nyambung. Dan maaf, saya harus mengatakan, Happy reading!

ALOLIES Part 1 : http://exofanfiction.wordpress.com/2013/07/19/a-lot-of-love-in-every-silence-part-1/#more-14499

ALOLIES Part 2 : http://exofanfiction.wordpress.com/2013/08/19/a-lot-of-love-in-every-silence-chapter-2/

 Capture

&&&

Hanya berharap suatu saat takdir mempertemukan kita untuk yang ketiga kalinya.

Dan aku berjanji, tak akan ada lagi kata ‘tidak’ untuk mengakui kalau kau adalah takdirku.

Sampai suatu saat Tuhan kembali memisahkan kita, untuk yang ketiga kalinya..

***

That’s snow.

Desis seorang laki-laki. Kedua manik matanya kini tengah menatap kristal-kristal salju yang berjatuhan melalui jendela kamarnya. Ia semakin mengeratkan mantel tebalnya saat udara dingin kembali menerobos, menyentuh permukaan kulit putihnya. Salju baru saja turun tadi pagi di Kanada.

Laki-laki itu berjalan menuju nakas di samping tempat tidurnya. Tangannya lantas meraih sebuah kertas persegi panjang yang terselip pada sebuah buku tebal di atasnya. Kedua sudut bibirnya segera terangkat saat ia menatap kertas persegi panjang itu. Ia kembali menatap ke luar jendela, tersenyum sambil membayangkan wajah seseorang yang amat ia rindukan.

Seseorang yang ia cintai, yang akan hidup bahagia bersamanya kelak nanti.

Laki-laki itu tersenyum geli begitu tersadar dengan apa yang di pikirkannya tadi. Mustahil, gumamnya. Ia bahkan tidak tahu apakah ia akan bisa bertemu dengan gadis itu nanti.

Kyungsoo menghela nafasnya sesaat lantas kembali menatap kertas persegi panjang itu. Kertas dengan tulisan yang di bold di bagian tengahnya, Kanada-Seoul.

Besok. Dan ia ingin segera hari esok. Atau  akan lebih baik lagi, jika ia segera bertemu dengan gadis itu. Gadis dalam mimpinya.

&&&

[Flashback]

“Kyungsoo ya…”

“Kyungsoo…”

“Kejar aku!”

Laki-laki itu mengerjapkan matanya perlahan, berusaha beradaptasi dengan cahaya yang menyilaukan.

Padang bunga matahari. Begitu yang terlihat di matanya pertama kali. Kyungsoo berdecak kagum memandang keindahan di sekelilingnya. Nampak seorang gadis tengah berlarian di antara rimbunan bunga matahari sambil melambaikan tangan padanya, membuat mata Kyungsoo segera tertuju pada gadis itu.

“Ya! Tunggu aku!”

Kyungsoo berlari mengejar gadis itu, menyusuri ruas-ruas batang bunga matahari yang setinggi pinggangnya. Ribuan bunga matahari yang bermekaran indah di sekelilingnya tak membuat matanya beralih dari gadis itu. Walaupun ingin, ia lebih memilih untuk mengejar gadis itu ketimbang bermain-main bersama bunga matahari. Gadis itu jauh lebih indah di matanya saat ini.

Kyungsoo berhenti berlari saat nafasnya mulai tersengal. Ia merunduk, sambil memegang dadanya. Berusaha mengatur nafasnya secepat mungkin. Hanya lima detik, dan ia segera meluruskan tulang punggungnya, bersiap untuk berlari lagi. Namun saat ia mengangkat pandangannya, gadis itu telah menghilang…

Kyungsoo memutar kepalanya ke sekeliling untuk mencari gadis itu. Namun yang di lihatnya hanyalah ribuan bunga matahari yang membisu. Ia menggaruk tengkuknya saat menyadari tak ada kehidupan disana. Sunyi. Hanya suara semilir angin sejuk yang meniup rambut halusnya sejak tadi.

“Naeri ya!! Neon eodiseo?!! (Kau dimana?)” Kyungsoo berteriak memanggil-manggil nama gadis itu. Namun lagi-lagi yang terdengar hanyalah  suara hembusan angin.

Ia tertunduk lemas saat tak sedikitpun sahutan yang terdengar di telinganya. Perasaan sesal timbul di hatinya, ia telah lalai dan membuat gadis itu menghilang begitu saja.

“Kyungsoo.. Aku disini.”

Kyungsoo menoleh cepat kebelakang saat suara lembut itu tiba-tiba saja memanggilnya. Ia segera berlari menghampiri gadis itu dan memeluknya.

“Gajima.. (Jangan pergi)”

Hwang Naeri, kini bisa merasakan degupan jantungnya kembali. Ia juga dapat merasakan nafasnya walaupun kini terasa sesak. Bahkan, ia dapat mencium aroma tubuh laki-laki itu. Merasuk, memenuhi seluruh rongga paru-parunya. Sebuah rasa syukur terucap dihatinya..

Perlahan ia menelusupkan tangannya pada laki-laki itu, mencoba membalas sedikit kehangatan yang dirasakannya saat ini. Tanpa sadar, ia memejamkan matanya. Mencoba  menghirup dalam-dalam aroma tubuh laki-laki itu dalam ingatannya. Aroma yang belum tentu dapat ia hirup kembali.

Bunyi detak jarum jam mulai terdengar di telinganya. Membuatnya segera membuka mata dan melepas pelukannya dengan cepat.  Ia harus segera kembali.

“Naeri—“ Kyungsoo terlihat kecewa saat Naeri melepas pelukannya. Namun nafasnya segera  tercekat begitu mendapati mata gadis itu berlinang. Ia ingin sekali menarik gadis itu kembali dalam pelukannya, dan membiarkannya ikut merasakan apa yang gadis itu kini tengah rasakan.

Naeri melangkah mundur saat tangan Kyungsoo mencoba meraih tangannya.

“Kyungsoo.. Lupakan aku.”

Kedua manik mata gadis itu kini menatap mata Kyungsoo dalam. Mencoba menyalurkan semua yang ia rasakan. Berharap Kyungsoo segera paham dengan apa yang di ucapkannya tadi, sehingga ia tidak perlu menjelaskannya lebih lama lagi.

“Maksudmu?”

Naeri menghela nafas, ia tahu ucapannya tadi tidak dapat menjelaskan apapun, “Lupakan aku, dan hiduplah bahagia bersama satu takdirmu. Satu takdir yang telah kau pilih. Dan satu takdir yang akan bahagia bersamamu nanti.”

Kyungsoo menatap gadis di hadapannya ini lekat-lekat. Mencoba menangkap sesuatu yang tersembunyi di balik raut pilu itu.

“Naeri ya, aku tidak mengerti maksud—“

“Aku harus pergi.”

Kyungsoo meratap pada Naeri seolah meminta penjelasan lebih dari gadis itu.

“Kau tidak perlu tahu. Karena aku akan pergi. Jauh.. Sangat jauh..”

Kyungsoo menelan air liurnya, tenggorokannya kini terasa sakit. Ia ingin menahannya, namun nyatanya tetesan itu malah semakin mengalir di pipinya satu persatu. “Tapi, kenapa?”

Gadis itu terdiam. Ia memejamkan matanya dan kembali membukanya setelah satu helaan nafas panjang. Ia tersenyum. Senyum yang amat tulus, namun terlihat begitu menyakitkan.

“Karena aku.. mencintaimu..”

Kyungsoo terhenyak dan tubuhnya membeku seketika.

Sebuah asap kabut tebal tiba-tiba saja menutupi pandangannya dari gadis itu. Tubuh gadis itu menjauh, semakin menjauh darinya. Kyungsoo ingin berlari untuk mengejar gadis itu, namun usahanya tidak berhasil, kakinya seolah menempel sehingga ia sama sekali tidak bisa bergerak.

Panik, Kyungsoo tidak tahu harus berbuat apa. Sementara gadis itu semakin lama semakin jauh, hingga hilang sama sekali dari pandangan Kyungsoo.

“Naeri ya! Kembali! Naeri ya!—“

“Naeri yaaa!!”

…..

Laki-laki itu terbangun saat sebuah teriakan kencang keluar dari mulutnya. Ia membelalak dengan nafas yang terengah, bulir-bulir besar keringat terlihat di sekitar dahinya. Suhu udara yang tidak cukup untuk dikatakan dingin saja tetap membuat suhu di sekitarnya terasa panas. Ia masih terengah dengan satu tangan menelungkup di dada.

Kyungsoo, laki-laki itu kini memijat pelan keningnya yang berkeringat. Sedikit terasa pusing saat ia membuka mata dan mendapati kamarnya yang gelap. Malam, dan mimpi—yang ia sadari beberapa menit setelah itu—yang baru saja ia alami masih membayang di kepalanya, begitu silau bila di bandingkan dengan kamarnya yang gelap. Ia mencoba menghirup oksigen sebanyak-banyaknya untuk mengisi paru-parunya yang sesak, kemudian menghembuskan nafasnya perlahan.

Ia membuka kedua telapak tangan yang kini menelungkup di kedua pahanya, lalu memandangnya lurus. Masih terasa betul disana sedikit kehangatan yang ia rasakan beberapa saat yang lalu, saat ia berada di alam bawah sadarnya. Aroma vanilla itu bahkan masih dapat tercium olehnya walau samar.

“Aku akan pergi… Kau tidak perlu tahu, karena aku akan pergi jauh.. sangat jauh..”

Kyungsoo menggeleng kuat kepalanya, meluruskan kembali apa yang ada di pikirannya. Tidak, gadis itu masih ada. Dan apa yang di pikirkannya tidak boleh terjadi. Gadis itu, tidak mungkin ‘pergi’.

This is reality. Dan itu hanya mimpi. Sebisa mungkin, ia harus bertemu dengan gadis itu kembali, dan menemukan bukti bahwa gadis itu juga mencintainya, seperti yang di katakannya dalam mimpi Kyungsoo.

5 tahun meninggalkan Korea dan 1 bulan yang lalu ia baru menghubungi gadis itu, mengatakan hal yang seharusnya tidak di katakannya.Kata-kata kalau ia mampu melupakan gadis itu. Tidak, bahkan tidak sedetikpun sampai saat ini ia mampu melupakan gadis itu. 10 tahun di tambah 5 tahun lamanya memendam sebuah perasaan cinta membuat batinnya tersiksa. Ia harus menemukan gadis itu dan mengatakan semuanya secara langsung pada gadis itu. Semua yang dirasakannya sampai saat ini.

Bagaimanapun dan dimanapun gadis itu berada, ia harus menemukan gadis itu. Walaupun takdir, belum tentu sejalan dengannya.

&&&

“Ada dorongan kuat dari dalam diri pasien untuk hidup. Jantungnya kembali berdetak dengan normal, walaupun saat ini ia masih membutuhkan alat bantu pernafasan. Ini sungguh mukjizat..” Jelas Kim uisa.

Sebuah tangis bahagia segera memecah memenuhi koridor rumah sakit, Tuhan telah memberikan keajaiban pada seorang gadis yang hampir dinyatakan meninggal beberapa menit yang lalu.

Hwang Naeri. Ditemukan dalam keadaan meninggal di sebuah trotoar yang berbatasan langsung dengan sungai Han. Tubuhnya pucat dan kaku. Di sekujur tubuhnya juga terdapat banyak bercak kemerahan yang mendominasi warna kulitnya.

Namun, siapa yang menyangka jika Tuhan menakdirkannya untuk hidup kembali?

Ya, gadis itu kembali hidup. Setelah sebuah kain putih menutupi seluruh tubuhnya, sebuah hembusan kecil terlihat meniup kain putih tersebut tepat di bagian hidung. Beberapa suster juga mengaku pernah melihat butiran air mata yang mengalir pada pipi gadis itu. Aneh. Namun itulah yang terjadi.

Setelah sebulan lamanya dinyatakan koma, gadis itu mengalami penurunan drastis pada kesehatannya beberapa jam yang lalu. Tak ada yang bisa mereka lakukan lagi selain berdoa, memohon pada Tuhan atas kesembuhan Naeri. Karena yang ia butuhkan hanyalah dorongan untuk dapat bertahan hidup, baik dari luar maupun dari dalam dirinya sendiri.

Jantung Naeri kini kembali berdetak. Tubuhnya yang sedari tadi memucat dan dingin kini pun kembali normal. Nafasnya kembali berhembus walaupun nampak terlihat sesak. Kim Uisa menghela nafas lega dan mengusap keningnya yang berkeringat. Selama 20 tahun berkarier sebagai dokter dan ratusan kali menangani pasien, baru kali ini ia mengalami keanehan seperti ini. Gadis bername-tag Hwang Naeri pada ranjang perawatannya ini, benar-benar menjadi pengalaman baru baginya.

“Entah apa yang membuat gadis itu dapat kembali bertahan hidup. Namun aku yakin, ada kekuatan diluar jangkauan manusia yang menjadi dorongan kuat dalam dirinya. Dan kekuatan itu adalah…”

“Cinta.”

[Flashback end]

 

&&&

Kyungsoo menghirup nafasnya dalam-dalam. Menikmati sejuknya angin musim semi di Seoul. Kota kelahirannya. Ia berjalan sambil mendorong trolinya menatap kesekeliling lobi kedatangan Incheon Airport. Sedikit berubah menurutnya. Namun terlihat lebih baik dari sebelumnya. Gaya elegan masih tetap menjadi ciri khas pada gedung bandara ini.

“Taxi!”

Kyungsoo segera menarik kopernya menuju bagasi mobil yang di panggilnya tadi.

“Myeongdong Apartment.” Ucapnya pada supir taksi.

Kyungsoo menatap keluar jendela sepanjang perjalanan. Memperhatikan keadaan kota yang jauh berbeda sejak 5 tahun yang lalu ia meninggalkan kota ini. Pembangunan di sana sini membuatnya lebih terlihat maju dari sebelumnya. Ia tidak menyangka jika keadaan kota kelahirannya ini telah berkembang begitu pesat.

Alunan nada dering ponselnya terdengar, membuat Kyungsoo segera merogoh saku celana dan menempelkan benda persegi panjang itu di telinganya.

“Yoboseyo?”

….

“Ne eomma. Aku sudah sampai.”

“Belum, aku masih dalam perjalanan menuju apartemen.”

“Apa? KNUA? (Korean Nasional University of Arts)”

“Besok? Eomma mendaftarkanku disana?  Aku masih belum siap untuk kuliah lagi..”

“Hm, yah baiklah. Nanti aku kabari. Sampai nanti.”

Kyungsoo mendesah pasrah begitu selesai menerima telfon dari eommanya. Ia bahkan baru sampai di Seoul beberapa menit yang lalu dan eomma sudah mendaftarkannya di universitas. Tujuannya kembali ke Korea adalah untuk menemukan gadis itu secepat mungkin, dan bukan untuk melanjutkan kuliah. Namun jika seperti ini keadaannya, akan semakin sulit ia menemukan gadis itu dengan cepat.

Korea Selatan bukanlah negara yang kecil, dan peluang untuk menemukan gadis itu kembali sangatlah sedikit.

Lagi-lagi takdir. Ia hanya bisa berharap pada takdir, takdir yang akan mempertemukannya kembali dengan gadis itu.

&&&

Seorang gadis tengah menatap bayangan dirinya pada pantulan kaca sambil tersenyum. Pipinya bersemu kemerahan, sama seperti Cherry Blossom yang baru bermekaran mengawali indahnya musim semi di negaranya.

Ia bangkit dari tempat duduknya lantas berjalan menuju jendela kamarnya. Tangannya meraih tirai pink yang menutupi jendelanya, dan menyingkapnya. Seberkas cahaya dari matahari pagi langsung menelusup masuk, membuat matanya segera menyipit, menyesuaikan diri dengan intensitas cahaya yang begitu menyilaukan matanya.

Kedua sudut bibirnya terangkat bersamaan dengan sebuah rasa syukur yang terucap dalam hatinya. Akhirnya ia kembali menatap dunia luar, setelah sekian lama mendekam dalam sebuah ruangan berbau obat dengan bunyi alat pendeteksi detak jantung—elektrokardiograf—yang cukup meramaikan suasana kamarnya yang sepi.

“Naeri ya!! Suho oppa sudah datang! Cepat turun! Jangan lupa jaketmu!”

“Ne eomma!” Naeri tersenyum riang sambil membuka lemarinya dan mengambil jaket tebalnya yang menggantung disana. Ia lantas meraih tasnya, dan berjalan keluar kamar.

Jaket tebal dan celana jins di musim semi. Bukan rok mini dan hoodie kebesaran seperti yang biasa di pakainya di tahun-tahun sebelumnya. Namun ia sadar, mulai saat ini dan seterusnya, ia harus membiasakan diri menggunakan pakaian hangat, apapun musimnya. Mau atau tidak, suka atau tidak, ia harus tetap memakainya.

Naeri menuruni tangga sambil menatap pemuda yang kini tengah duduk bersama eommanya  di ruang tamu. Ia segera menyunggingkan senyum lebar ketika  pemuda itu menoleh dan menyapanya dengan penuh semangat.

“Annyeong yeppeun yeoja (gadis cantik)! Sudah siap?” Naeri segera duduk di samping Suho begitu eommanya berdiri dan meninggalkan mereka berdua.

“Ne! aku sudah siap oppa! Hey, wajahmu! Ada apa?” Naeri menatap wajah Suho dari dekat seolah ada benda aneh disana. Suho segera meraba wajahnya dengan kedua tangan.

“Kenapa? Ada apa dengan wajahku?” Suho menatap Naeri bingung.

“Ada hidung. Ada mata. Dan.. ada mulut.” Naeri tersenyum memamerkan gigi-gigi kecilnya pada Suho tanpa rasa bersalah.

“YA!!”

Kim Junmyeon. Atau Naeri biasa memanggilnya dengan panggilan ‘Suho oppa’. Pemuda yang mengaku berumur di atasnya 3 tahun. Guardian atau Suho adalah panggilan khusus yang diberikan oleh Naeri padanya. Dia pelindung bagi Naeri.

Sketchbook. Karena sketchbook-nya lah ia dipertemukan dengan Suho oppa. Menurut penuturan Suho, ia tak sengaja menemukan sketchbook Naeri yang terbang dan jatuh tepat dihadapannya. Ia juga lah yang memanggil ambulance untuk segera menjemput tubuh malang seorang gadis yang ia temukan tergeletak tak berdaya di tengah trotoar sungai Han. Dan Suho oppa jugalah yang selama ini selalu setia menemaninya saat ia masih terbaring koma di rumah sakit. Untuk hal ini, orang tuanya lah yang menceritakannya.

Tidak. Bahkan Naeri belum pernah mengenal Suho oppa sebelumnya. Begitu pula sebaliknya. Namun tanpa segan, Suho oppa selalu datang dan membawakan Naeri sebatang bunga matahari segar yang selalu menghiasi kamar perawatan Naeri. Dan setelah Naeri sadar dari komanya, Suho oppa tetap datang mengunjungi Naeri bersama bunga mataharinya.

Suho oppa tak hanya selalu menjaganya saat ia jatuh sakit, tapi ia juga telah membuat hidupnya menjadi lebih ceria. Laki-laki itu banyak sekali mengajarkan padanya banyak hal tentang kehidupan yang indah. Kehidupan yang membahagiakan diluar sana, yang membuat Naeri semakin termotivasi untuk segera keluar dari rumah sakit.

Naeri menempelkan kedua telapaknya, seolah memohon pada Suho.

“Hee… Mianhae oppa, aku hanya bercanda..” Suho memberengut sambil membelakangi Naeri seolah kesal. Namun akhirnya ia tertawa saat melihat tingkah Naeri yang kini bersimpuh di depannya sambil menyipitkan mata dengan wajah yang memelas.

“Hahaha.. Kajja! Kita sudah hampir telat!” Suho mengacak rambut Naeri dan menarik lengan gadis itu untuk berdiri. Naeri kembali tersenyum riang sambil mengikuti langkah laki-laki itu.

“Eommaa! Aku berangkaat!”

“Ya! Hati-hati nak! Suho! Ingatkan anak itu untuk makan!” Teriak eommanya dari arah dapur.

“Ne imo.. Tenang saja..”  Suho tersenyum sopan pada Eomma Naeri sebelum akhirnya kakinya melangkah keluar mengikuti Naeri yang sudah lebih dulu berjalan.

Sudah 2 hari ini Naeri kembali ke universitas. Dan selama itu pula Suho selalu datang ke rumah Naeri untuk menjemput gadis itu dan berangkat ke kampus bersama. Korean National University of Arts. Suho dalam bidang acting, sedangkan Naeri dalam bidang seni lukis.

Naeri dan Suho memang sengaja di tempatkan dalam universitas yang sama. Orang tua Naeri telah menitipkan Naeri pada Suho, agar Suho selalu ada di samping Naeri kapanpun gadis itu membutuhkannya. Terlihat seperti bodyguard memang, namun Suho tak sedikitpun mengeluh atas ‘jabatan’ yang kini disandangnya. Memang sudah menjadi kewajiban baginyalah untuk menjaga seorang Hwang Naeri setiap saat.

Seperti biasa, Naeri langsung masuk begitu suara remote kunci mobil Suho berdecit. Tanpa menunggu laki-laki itu masuk, Naeri segera menyalakan fasilitas radio yang terdapat di dalam mobil. Jari telunjuknya kini sibuk menekan tombol next hingga menemukan lagu yang terdengar nyaman di telinganya.

Suho membuka pintu mobilnya saat Naeri baru saja berhenti menekan tombol next di radionya. Lagu Missing You milik ‘Fly To The Sky’ segera memenuhi seisi mobilnya. Ia menyunggingkan senyum pada Naeri yang kini asyik bersenandung sebelum akhirnya ia memasukkan kunci mobil dan menyalakannya.

……

Tonight is just one night..

Neoreul ilhgi jeon cheoreom..

Hanbeonman nae mameul deureojwo..

Everyday, everynight I am missing you—‘

 

“Kenapa di matikan?” Suho menoleh saat Naeri menekan tombol off di radionya, membuat suasana hening menyelimuti mereka berdua seketika.

“Bosan.”

Naeri memalingkan wajahnya dari Suho dan menatap keluar jendela. Ia berbohong. Entah kenapa moodnya tiba-tiba saja menjadi buruk setelah mendengar lagu tadi. Biasanya ia tidak pernah mempermasalahkan lirik sebuah lagu, namun kali ini, lirik dari lagu yang berjudul ‘Missing You’ itu benar-benar membuatnya unmood seketika.

“Kau merindukan seseorang?”

Selalu. Selalu saja Suho oppa tahu apa yang sedang dirasakannya. Itulah sebabnya ia tak berani menatap Suho oppa saat ia menoleh tadi. Dan sekarang, tanpa menoleh pun Suho oppa telah tahu apa yang ada dalam pikirannya.

“Tidak.” Jawab Naeri. Ia menghindari tatapan Suho dengan menyibukkan dirinya, mengaduk isi tas seolah mencari sesuatu. Sebuah tab berukuran 10 inch segera keluar dari dalam tasnya, Ia menarik pen khusus yang tersedia dan mulai mencoret-coret sesuatu disana. Menggambar selalu menjadi kebiasaannya saat ia ingin menghindari tatapan Suho.

Suho menarik sebelah sudut bibirnya, “Bohong.”

“Tidak oppa.. aku tidak bohong, aku memang sedang bosan.” Sesaat Suho melirik Naeri yang masih berpura-pura sibuk dengan sketsanya.

“Baiklah, aku percaya padamu.”

&&&

Naeri menghirup dalam-dalam udara di sekitarnya, dan menghembuskannya perlahan. Perasaannya selalu tenang setiap kali ia melakukan itu. Berharap ia bisa terus dapat menghirup udara segar seperti saat ini lagi. Ia tak ingin kembali dalam ruangan panas beraroma obat-obatan itu. Cukup 2 bulan dan ia tak ingin tinggal disana lagi.

Di nyatakan koma selama 1 bulan lebih lamanya setelah sebelumnya dinyatakan meninggal bukanlah hal menarik yang harus di ingat. Dan terbangun hanya karena sebuah suara memanggilnya untuk kembali. Benar-benar tak masuk akal.

Terkadang pertanyaan konyol sering terlintas di benaknya, kenapa Tuhan menghidupkannya kembali? Kenapa tidak Tuhan biarkan saja ia mati dalam keadaan menyedihkan? Apa sebenarnya yang Tuhan rencana kan padanya?

Tidak, ia harus bersyukur. Tuhan telah memberikannya waktu untuk hidup kembali dan ia tidak boleh mengeluh. Ia harus menggunakan kesempatan ini dengan sebaik mungkin. Ia yakin, alasan-alasan itu akan terjawab seiring berjalannya waktu.

“Bye oppa!” Naeri melambaikan tangannya pada Suho.

“Bye! Kirim pesan jika kau kuliahmu sudah selesai. Aku tunggu di taman..” Naeri mengangguk kecil dan tersenyum.

Setidaknya, ia tidak akan sendiri lagi saat ini. Karena sekarang, telah ada Suho oppa, yang telah berjanji akan selalu menemaninya setiap saat. Sampai batas waktu yang telah Tuhan tentukan padanya.

&&&

“Oppa!”

Naeri melambaikan tangannya pada Suho, lantas berlari menghampirinya.

“Sudah lama menunggu ya?” Tanya Naeri, nafasnya masih terengah namun ia tetap menampakkan senyum cerianya pada laki-laki itu,

“Sudah kubilang jangan bersikap seolah kau ‘baik-baik saja’ padaku.” Suho mendengus, ia lantas menempelkan telapak tangannya pada dahi Naeri dan menggenggam tangan gadis itu.

“Lihat. Dahimu sudah berkeringat dingin, dan tanganmu juga dingin. Kau tidak melepas jaketmu sama sekali kan? Berapa suhu ruangan kelasmu tadi? Kau juga selalu pakai sarung tanganmu di kelas kan?” Tanya Suho bertubi-tubi, membuat gadis itu melongo menatapnya.

Naeri segera menyembunyikan kedua tangannya dan tersenyum kekanakan pada Suho, “Aku melepas sarung tanganku tadi. Aku tidak suka pakai sarung tangan, tanganku jadi tidak leluasa untuk menggambar.. Aku bahkan belum menyelesaikan sketsa ku tadi..”

Suho menangkap raut kecewa gadis itu. Ia tahu, cepat atau lambat gadis itu pasti akan merasa tak nyaman dengan peraturan-peraturan yang mengikat segala aktivitasnya. Orangtuanya sempat melanggarnya untuk tidak kembali melanjutkan kuliah. Namun gadis itu selalu beralasan kalau ia ingin melihat dunia luar. Dunia luar yang penuh dengan kehidupan indah, seperti yang diceritakan Suho oppa padanya. Suho sempat menyesal pernah mengatakan hal itu padanya.

Kehidupan luar memang indah, namun tidak semua apa yang nampak didunia saat ini akan sama indahnya seperti apa yang Naeri khayalkan. Akan banyak rintangan-rintangan yang akan gadis itu hadapi dikemudian hari. Terlebih dengan keadaannya yang seperti ini.

Masih teringat betul di kepala Suho saat pertama kali—2 hari yang lalu—Naeri masuk ke universitas, seluruh mahasiswa yang di lewatinya selalu memandangnya aneh. Ya, aneh, karena mereka baru pertama kali melihat seorang gadis dengan pakaian musim dingin di musim semi. Walaupun begitu, gadis itu tetap menampilkan wajah cerianya, bagaimanapun orang memandangnya.

Naeri mendongakan kepalanya menatap Suho dengan wajah memelas, “Maaf..”

Suho menghela nafasnya pasrah, “Aku harap tidak untuk selanjutnya. Kau tahu kalau aku selalu mencemaskanmu, Naeri..”

&&&

Kyungsoo menarik nafasnya panjang dan menghembuskannya perlahan. Seharian ini ia sudah habis-habisan menggunakan suaranya untuk bernyanyi. Cukup membuat tenggorokannya terasa sakit dan lehernya pegal saat ini. Sebelumnya ia tak pernah merasa selelah ini, bahkan saat di Kanada, ia tak pernah bosan untuk menemui dosennya hanya untuk mengajarinya beberapa teknik vocal yang sulit.

Namun hari ini, ia benar-benar tidak dalam mood yang baik. Pikirannya melayang entah kemana, tidak focus pada apa yang di ajarkan dosennya tadi pagi. Semua pikirannya hanya tertuju pada ‘bagaimana caranya ia menemukan gadis itu’. Hanya itu, dan itu cukup membuat kepalanya terasa pening sekarang.

Kyungsoo mendudukkan dirinya pada sebuah bangku di taman kampusnya. Tangannya lantas memijit pelan dahinya. Mencoba menghilangkan sedikit rasa pusing dikepalanya. Cuaca yang cukup panas membuat dahinya begitu berkeringat saat ini.

Kyungsoo masih memijat dahinya saat sebuah suara seorang gadis membuatnya menoleh cepat mencari pemilik suara tersebut.

“Oppa!”

Mata Kyungsoo segera membulat dengan sempurna begitu melihat wajah itu. Seketika Kyungsoo merasa pusing dikepalanya menghilang. Ia masih terduduk sambil menatap gadis yang kini tengah berlarian. Wajah itu. Kyungsoo tak perlu berfikir lebih lama untuk mengingat siapa gadis pemilik pipi bulat itu. Hanya satu yang amat begitu dikenalnya, dan orang itu ada di seberangnya saat ini.

“Naeri?”

To Be Continued~

Yaaa akhirnyaaa~ (udah gitu doang?)

Segera berikan aku komentar dan saran kalian! ^^

 



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles