Title : Our Marriage…… (Chapter 3)
Author : Baby Panda
Main Cast : Kris Exo, Lee Hyesung
Supporting Cast : Taeyeon, Victoria, Lay
Length : Chapters
Genre : Romance, Marriage Life
25 Febuari 2013
‘Taeyeon-ah, mianhae. Aku kesiangan lagi. Aku e-mail dulu ya, kau bisa menggantikanku dulu kan? Gomawo chingu,’ Hyesung dengan rambut berantakan buru-buru ke dapur sembari bicara dengan Taeyeon lewat telfon.
‘Eoh, biar aku yang kerjakan,’ Hyesung terkejut melihat Kris didapur. Dia mencoba mengambil alih susu ditangan Kris.
‘Eiiiiiiiiii, sudah tenang saja. Kau telat kan? Sana lebih baik kau siap-siap ke kantor saja,’ Hyesung agak bingung dengan nada bicara Kris yang hangat—biasanya dia bicara dengan sangat dingin—dia sudah berbalik saat Kris memanggilnya lagi,
‘Ah, Hyesung-ssi, kau mau selai apa untuk toast mu?’
‘Coklat,’ Hyesung dengan ragu meninggalkan dapur.
Hyesung yang mengenakan kemeja warna putih gading dan rok selutut dengan mantel hitam tersampir di bahunya berjalan cepat menuju dapur.
‘Terima kasih untuk sarapannya dan maaf belum bisa menikmati masakanmu dengan semestinya, Kris-ssi,’ Hyesung menggigit toastnya dan menyeruput susu dengan sekejap mata. Kris Cuma bisa mengangguk saja padanya.
‘Babo,’ Kris bergumam saat Hyesung sudah keluar dari jarak pandangnya.
Hubungan antara Hyesung dan Kris sekarang semakin membaik. Mereka sekarang sudah bisa mengobrol dengan nyaman. Terkadang mereka juga menonton TV bersama—biasanya mereka menonton variety show, komedi dan talk show. Mereka senang bisa melihat satu sama lain tersenyum dan mengobrol dengan nyaman tapi hubungan ini juga masih jauh dari kata cinta.
************
29 April 2013
‘Biar kubantu,’ Kris tidak tega melihat Hyesung menyeret-nyeret tangga dari lantai 1 ke taman atap sendirian.
‘Oh, gomawo,’ Hyesung maju—membiarkan Kris memegang ujung tangga.
‘Ah, sudah lebat sekali. Ini karena akhir-akhir ini aku sibuk sekali jadi tidak punya waktu untuk mengurusnya,’ Hyesung menatap rumpun bunga bugenvilnya sementara Kris menyiapkan tangga.
‘Terima kasih,’ Hyesung menaiki tangga dan duduk dengan nyaman diatasnya sambil memotong dahan-dahan yang sudah tua.
‘Aku bantu pegang tangganya ya,’ Kris tidak tega melihat Hyesung merentangkan tangannya untuk meraih dahan berikutnya dari atas tangga yang kelihatannya bisa jatuh kapan saja.
‘Gwencana, aku kan sudah berpengalaman……’
‘Bagaimana kau bisa baik-baik saja kalau tangganya bisa jatuh sewaktu-waktu?’ Kris agak marah karena tolakan Hyesung.
‘Kau mengkhawatirkanku? Jadi……maukah kau membantuku?’ Hyesung menguji Kris.
‘Apa yang harus aku lakukan?’
‘Tolong tarik dahan-dahan yang sudah aku potong,’ Hyesung tersenyum dari atas sementara Kris langsung menarik dahan-dahan tua tersebut dengan sekuat tenaga.
‘Tu…tunggu dulu, tolong jangan gunakan seluruh kekuatanmu untuk menariknya karena itu akan merusak dahan disampingnya dan juga jaring-jaringnya. Kau harus menariknya dengan hati-hati.’
‘Bukankah ini nanti juga akan tumbuh lagi?’
‘Yap,’
‘Jadi kenapa kau harus khawatir tentang dahan yang lain?’
‘Karena kalau kau menariknya seperti itu, dahan yang masih muda bisa sobek dan tidak akan bisa tumbuh lagi,’ Hyesung mengacungi dahan muda yang rusak karena ulah Kris.
‘Sepertinya dulu aku juga pernah mengalami hal sama seperti ini, kecuali dibagian pemukulan lengan,’ Kris menggerutu dengan suara yang cukup keras untuk sampai ke telinga Hyesung.
‘Eo, jinjja? Jadi bunga siapa yang dulu kau rusak?’ Mata Hyesung melebar saat mendengar pengakuan Kris.
‘Siapa lagi kalau bukan Eomma,’ Kris hanya tersenyum—teringat Eommanya.
‘Kau pasti benar-benar merusak bunga Eomonim sampai Eomonim harus memukulmu segala,’ Hyesung langsung kembali fokus memotong ranting-ranting yang lain.
Hyesung merasa mengantuk saat duduk di ayunan di bawah rumpun bugenvil yang tadi pagi dibersihkannya bersama Kris. Kris berjalan menuju ke taman atap membawa 2 cangkir coklat panas untuk dia dan Hyesung—rencananya dia mau mengajak Hyesung mengobrol. Kris kembali lagi ke dalam rumah saat melihat Hyesung jatuh tertidur. Dia kembali membawa selimut, menyelimuti Hyesung agar dia tidak kedinginan.
Kris P.O.V
Sial! Kenapa juga aku nggak bisa berhenti memandang mata besarnya! Yubin jauh lebih cantik dari dia tapi kenapa dia membuatku ingin terus menatapnya? Dia bahkan tidak bisa tidur dengan cantik! Dia benar-benar punya kemampuan untuk tidur dimana saja, kapan saja.
Kris memaki dirinya sendiri karena mencoba mencium Hyesung. Dia tidak ingin membuat Hyesung takut. Dia ingin memastikan perasaannya terlebih dulu sebelum semuanya malah berubah jadi sebuah pelarian saja.
‘Oh, sudah berapa lama kau duduk disitu?’ Hyesung akhirnya bangun dan terkejut melihat Kris duduk diseberangnya sedang membaca buku yang tadi dibacanya sebelum dia jatuh tertidur.
‘Cukup lama untuk membuat coklat panas itu jadi dingin,’ Kris menunjukkan seringainya yang membuat Hyesung menggaruk kepalanya—merasa sungkan.
‘Buku yang bagus,’ Sekarang Kris malah tersenyum ramah sambil mengangkat buku ditangannya.
‘Aku sudah menyimpan buku itu dari bulan lalu tapi karena aku sibuk jadi tidak terurus makanya halamannya agak berantakan,’ Hyesung sekarang sudah duduk disamping Kris.
‘Aku tidak tahu kalau kau ternyata suka membaca,’ Kris menanyai Hyesung.
‘Tidak juga, aku Cuma tidak suka seharian diam saja tidak melakukan apa-apa,’
************
2 Juni 2013
‘Mwoya?’ Kris yang akan berangkat ke kantor berhenti saat melihat Hyesung berdiri di atas sebuah kursi didepan jendela—dia sedang melepas korden.
‘Ku pikir sebaiknya aku mencuci kordennya sekarang, sebelum aku mulai sibuk lagi.’ Hyesung membalikkan badannya untuk melihat wajah Kris saat mereka bicara.
‘Bukankah kau harusnya kerja?’
‘Oh, aku dapat libur 2 hari—kau bisa menghitungnya jadi 3 hari dengan hari minggu.’
‘Kenapa kau tidak panggil Ahjumma saja?’
‘Terus nanti aku menganggur dong? Aku kan jadi tidak ada kerjaan kalau begitu,’
‘Ehmmm, kau bisa menikmati waktu luangmu dengan liburan atau pergi ke sauna atau spa mungkin?’ Kris memberi saran.
‘Ehmmm, sebenarnya aku tidak terlalu suka pergi sendirian.’
Bukannya selama 2 tahun ini kau selalu sendirian? Batin Kris.
‘Kalau begitu kenapa kau tidak baca buku lagi saja?’ Kris masih keras kepala dengan keinginannya agar Hyesung menikmati waktu liburnya.
‘Aku sudah membaca semuanya. Ck, ada yang aneh. Kau sayang sekali dengan korden ini ya, sampai aku tidak boleh melepasnya? Atau,,,,,,,,, temanmu ada yang mau main kesini?’
‘Bukan begitu. Aku Cuma………kursinya keliatan berbahaya.’ Kris menunjuk kursi tempat dimana Hyesung berdiri diatasnya.
‘Jangan khawatir. Aku kan sudah terbiasa. Hey, bukankah kau harus segera ke kantor?’
‘Apa kau sekarang mengusirku, Hyesung-ssi?’
‘Ani, aku Cuma mengingatkan kok.’ Hyesung dengan lugunya tersenyum yang membuat jantung Kris berdetak tidak teratur.
‘Ok. Aku pergi……’ Kris berbalik—menyembunyikan senyumnya.
‘Aaaaahhhhhhh……omo, darah……eomma……eommaaa……EOMMA……EOMMAAA…..’ Hyesung panik. Dia jatuh dari kursi dan dagunya menghantam lantai. Dia membolak-balikkan korden dengan kasar mencoba mencari ponselnya saat tiba-tiba saja Kris berjongkok disampingnya. Kris yang tadi bermaksud mengambil dokumennya yang tertinggal segera berlari saat dia mendengar jeritan Hyesung dari pintu depan.
‘Hyesung-ssi, apa yang terjadi?’ Hyesung tidak menjawab. Dia masih sibuk mengacak-acak korden dengan lebih kasar.
‘Omo, Hyesung-ssi, dengarkan aku. Tenang. Tatap mataku. Ini aku, Kris.’ Kris memegang wajah Hyesung agar dia tidak panik lagi.
‘………Kris-ssi………darah (Hyesung menunjukkan tangannya yang sudah merah karena darah)………Eotteohke………’ Kesadaran mulai menghantam Hyesung perlahan-lahan bersamaan dengan air matanya yang mulai meleleh. Kris tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya saat melihat darah yang terus menetes dari dagu Hyesung.
‘Hyesung-ssi, ayo ke rumah sakit, pakai ini.’ Kris melepas jaketnya, mengenakannya ke Hyesung dan menutupi lukanya dengan saputangan. Dia membantu Hyesung untuk berdiri saat tiba-tiba—
‘Aaaaahhh……’ Hyesung menjerit dan secara reflek memegang pergelangan kakinya.
‘Waeyo?’ Mata Kris langsung tertuju pada tangan Hyesung—pergelangan kakinya bengkak.
‘Ayo,’ Kris sudah tidak tahan lagi melihat keadaan Hyesung. Dia membungkuk untuk menggendong Hyesung.
‘Kris-ssi, lukaku bagaimana?’ Hyesung yang masih terisak menanyai Kris yang mengendarai mobil seperti orang kesetanan.
‘Semuanya akan baik-baik saja. Jangan khawatir, kita sebentar lagi sampai dirumah sakit kok.’ Kris gagal untuk bicara dalam nada tenang ditelinga Hyesung. Hyesung hanya mengangguk—dia tidak ingin mengganggu Kris yang sedang menyetir.
‘Lay, ada sesuatu yang mendesak. Tolong kau tangani semua pekerjaan hari ini. Aku hari ini tidak ke kantor.’ Kris berbicara pada Lay lewat telfon sambil tetap fokus menyetir.
‘Tapi, apa yang sebenarnya terjadi? Hyeong?’
‘Nanti aku jelaskan lagi. Lakukan saja apa yang tadi kukatakan.’
‘Hyeo…Hyeong…’ Kris menutup telfon, keluar dari mobilnya, berlari serampangan menuju Hyesung untuk menggendongnya ke lobi rumah sakit dan berteriak–teriak seperti orang gila.
‘Dokter! Dokter! DOKTER! TOLONG!’ Beberapa orang perawat langsung berlari mendekati mereka dan menginstruksikan Kris untuk membaringkan Hyesung di ranjang dorong. Mereka menuju ke ruang gawat darurat.
Seorang dokter setengah baya datang untuk memeriksa luka Hyesung.
‘Kita harus menjahitnya,’ Kata sang dokter.
‘Apa tidak ada cara lain selain dijahit Dok?’ Hyesung kelihatan takut saat sang dokter bicara tentang menjahit lukanya.
‘Tidak, cara terbaik untuk luka seperti ini Cuma dengan dijahit,’ sang dokter memberi penjelasan sembari membersihkan luka Hyesung.
‘Jangan khawatir, dokter tahu apa yang harus dilakukannya, kau juga nanti akan baik-baik saja kan?’ Kris mencoba menenangkan Hyesung dan berencana keluar saat tiba-tiba saja Hyesung memegang tangannya.
‘Kau takut?’ Kris berbalik dan menanyai Hyesung. Dia hanya mengangguk.
‘Mau ku ceritakan sebuah rahasia?’ Hyesung sekali lagi mengangguk—menyetujui perkataan Kris.
‘Ini tentang—Lay dan Seohyun,’ Kris duduk disamping Hyesung. Dia mulai mengungkapkan pendapatnya tentang Lay dan Seohyun. Tangan kiri Kris menggenggam tangan kanan Hyesung sedangkan tangan kanannya digunakan untuk menutupi pandangan Hyesung agar tidak melihat proses penjahitan lukanya. Kris melakukan semua itu karena sepertinya Hyesung takut dengan jarum.
‘Kris-ssi, maukah kau menjanjikanku satu hal?’ Hyesung sekarang sudah pindah keruang perawatan.
‘Janji? Akan kupertimbangkan,’
‘Tolong jangan bilang Eomma tentang kejadian ini ya…’ Hyesung menggenggam tangan Kris agar dia mau berjanji.
‘Baiklah, tapi kau harus ganti baju dulu.’ Mereka memandang kaus Hyesung yang banyak noda darahnya. Hyesung mengangguk. Dia masuk ke kamar mandi dengan ditopang Kris. Kris menutup closet dan mendudukkan Hyesung diatasnya.
‘Panggil aku kalau sudah selesai, aku ada didepan pintu.’ Kris sedang menutup pintu kamar mandi saat dia mendengar Hyesung bergumam—
‘Sepertinya aku akan butuh bantuan,’
‘Mungkin aku harus masuk dan membantumu?’ Kris hendak masuk lagi tapi Hyesung melambaikan tangannya tanda dia tidak dapat ijin.
************
‘Kau sudah makan?’ Hyesung menanyai Kris yang datang kerumah sakit setelah bekerja. Dia sudah 3 hari dirawat dirumah sakit. Untungnya luka Hyesung tidak terlalu serius tapi Kris bersikeras agar dia dirawat dirumah sakit untuk treatment pergelangan kakinya.
‘Ne, kau?’ Kris berbohong. Dia belum makan karena dia langsung ke rumah sakit secepat mungkin saat semua pekerjaannya selesai.
‘Bagaimana bisa kau sudah makan sementara aku belum? Eoh?’ Hyesung tahu kalau Kris membohonginya. Jam makan Kris jadi terganggu karena dia.
‘Lalu kenapa juga tadi kau tidak makan? Bukankah sekarang sudah lewat waktu makan malam? Jangan katakan kalau kau tidak makan makananmu lagi.’ Kris agak marah dan khawatir dengan tingkah Hyesung.
‘Ehmmmmm, ayo kita makan diluar. Aku kelaparan……’
‘Kau tahu, makan diluar bukan ide yang bagus untuk seorang pasien,’ Kris mencoba menolak permintaan Hyesung. Dia sudah merengek minta pulang sesaat setelah pergelangan kakinya selesai diperiksa.
‘Tapi kan aku pasein dengan luka eksternal, jadi tidak apa-apa dong…please~………aku kelaparan…’ Hyesung menarik kemeja Kris dengan lemah.
‘Baiklah, tapi kita makan di kantin, Oke?’ Kris menawar permintaan Hyesung.
‘Geure, ini satu-satunya cara agar aku diberi makan, tapi kau yang traktir ya……kau kan tahu kalau aku tidak membawa apa-apa ke sini.’ Kris mendesah sambil mendengarkan kata-kata Hyesung.
‘Kau benar-benar mau keluar dari rumah sakit?’ Kris memperhatikan bagaimana Hyesung menikmati makanannya. Hyesung hanya mengangguk—mengiyakan.
‘Waeyo?’
‘Aku tidak suka saja dengan bau rumah sakit.’ Hyesung tidak mengangkat wajahnya dari mangkuknya saat menjawab pertanyaan Kris.
‘Ayo pulang, besok.’ Kris bicara dalam nada rendah—menyerah.
‘Jeongmalyo?’ Akhirnya Hyesung mengangkat wajahnya, dia bicara dengan mulut penuh makanan dan sorot mata yang sangat cerah. Kris hanya mengangguk dan meneruskan makan.
************
‘Ne Eonni,’ Hyesung sedang bicara dengan Victoria lewat telfon.
‘Hyesung-ah, hari ini kau telat lagi, ya? Aku perlu mendiskusikan sesuatu denganmu.’
‘Ehm, Eonni, mianhaeyo. Sepertinya hari ini aku tidak ke kantor dulu.’ Hyesung ragu mengucapkan kata-kata tersebut didepan Kris.
‘Mworago? Wae?’
‘Eonni, nanti aku ce…’ Hyesung belum sempat menyelesaikan kalimatnya saat Kris memegang tangannya dengan ekspresi biarkan aku bicara padanya di wajahnya yang tidak bisa dibantah Hyesung.
‘Victoria-ssi, ini aku, Kris. Istriku tidak akan bekerja selama 2 minggu. Apa kau mau mengijinkannya?’ Kris berusaha terdengar ramah tapi Hyesung bisa mendengar nada dingin dalam kata-katanya.
‘Waeyo? Apa sesuatu terjadi padanya?’ Victoria masih belum mengerti.
‘Ne, sesuatu tiba-tiba saja terjadi. Aku tutup dulu, bye.’ Kris mengulurkan tangannya yang memegang ponsel pada Hyesung tanpa meliriknya.
‘Kau akan kuijinkan keluar dari rumah sakit kalau kau berjanji tidak akan bekerja sebelum benar-benar sembuh. Deal?’ Kris membuat persyaratan pengeluaran Hyesung.
‘Mworagoyo?’
‘Kau mau pulang atau tidak?’ Kris berhenti mengepak barang-barang Hyesung selama beberapa saat untuk menunggu jawaban Hyesung. Sorot mata Kris membuat Hyesung gagal untuk menolak persyaratan tersebut. Kris kembali mengepak barang-barang Hyesung setelah melihatnya mengangguk.
