Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Hello Precious (Side Story of Hello Precious!)

$
0
0

485612_471073369646293_295917559_n copy

[EXOFF] Hello Precious (Side Story of Hello Precious!)

Hello Precious!—Side of the Story: H e l l o

Author : @bbymomoo

Genre : Romance, Drama, Family

Rating : PG-17

Length : 1s-SEQUEL!

Main Cast :

Ahreum (T-ara—ex)

Kai, Suho, Sehun, D.O (Exo-k)

Krystal (f(x))

Naeun (A-pink)

Support Cast :

Shindong

Jung Yunho

Kangin, Sayumi

Jessica, Yonghwa

Park Jungsoo/Leeteuk

Anothers.

WARNING: Typo(s)

A/N : Happy Reading!

“Maaf,”ujar dokter itu.

“Tangannya memang bergerak, tapi ini hanya reflek bukan tanda kalau dia akan bangun.”lanjutnya yang membuat semua mata di ruangan itu melebar. Kemudian dokter itu pun keluar. Ahreum menutup mulutnya dengan tangan, sementara Sayumi dan Kangin sudah menangis.

                “Kai..”

Side Story

==========

HELLO PRECIOUS!

========

I wanna be your favorite hello..

..and your hardest goodbye

.

.

 

Ahreum menutup mulutnya tak percaya. Apalagi  Sayumi yang langsung menangis histeris. Apakah separah ini keadaan Kai. Tanpa terasa air mata Ahreum kembali mengalir.

Gadis itu segera keluar dari ruangan Kai. Ia berlari keluar dari rumah sakit sambil menghapus air matanya yang masih mengalir. Tidak bisa berhenti, terjadi begitu saja.

Bruk

Mianhamnida.”ujar Ahreum saat beberapa kali ia menabrak orang-orang di koridor rumah sakit. Ia bahkan tak peduli jika mereka mengumpatinya atau meneriakinya.

“Ahreum apa yang terjadi?”

Naeun menahan tangan Ahreum saat gadis itu hendak berlari meninggalkan rumah sakit. D.O dan Naeun bahkan akan kembali menemui Ahreum karena mereka sudah membawakan gadis itu beberapa makanan. Sementara Sehun entah masih membeli bubble tea dimana.

“Naeun-aah!”Ahreum langsung memeluk sahabatnya itu. Membuat kaget Naeun, gadis itu bahkan langsung memberikan beberapa kantong makanannya pada D.O.

“Apa yang terjadi? Apa ini tentang Kai?”tanya Naeun halus. Ahreum melepaskan pelukannya. Ia menunduk dalam dan  membiarkan airmatanya jatuh.

“Dokter bilang dia masih koma padahal jemarinya bergerak, aku takut..”jelas Ahreum parau. “Aku takut keaaan Kai lebih buruk dari yang aku duga,”lanjutnya.

Naeun dan D.O saling berpandangan. Keduanya sama-sama tertohok mendengar berita itu. Apalagi D.O yang memang sudah berteman dengan Kai sejak kecil. Naeun lalu memeluk Ahreum lagi. Memberi sandaran kepada shabat terbaiknya itu.

“Kita hanya bisa berdoa, Ahreum.”ujar Naeun.

Melihat Ahreum seperti itu, hati Naeun ikut hancur. Sebenarnya sudah sejak seminggu lalu ia mengkhawatirkan keadaan Ahreum yang juga berbeda. Lebih suka diam, dan menghabiskan waktunya sendiri. Naeun bahkan sampai berpikir kalau dirinya lah yang terlalu lama bersama D.O dan melupakan sahabatnya itu.

“Ada apa ini?” Sehun datang dengan bubble tea di tangannya.

“Kai memburuk,”ujar D.O tanpa menjelaskan lebih detail bagaimana yang ia maksud dengan memburuk. Sehun terdiam. Hanya suara isakan Ahreum yang ia dengar. Pemuda berkulit putih itu pun mengerti.

“Ahreum, lebih baik kau istirahat. Ayo kita pulang.”ajak Sehun.

Andwae! Aku tidak mau pulang sampai Kai bangun..”jawab Ahreum lemah.

Ketiga orang itu mendesah, lelah. Kalau Ahreum dibiarkan seperti ini, pasti kondisinya akan sama seperti ibu Kai yang ikut jatuh sakit. Sehun menatap Naeun, memberi tatapan seolah memohon pada gadis itu agar mau membujuk adik kembarnya.

“Tapi Ahreum, kau—”

“Sudahlah, aku baik-baik saja.” Ahreum menyela kalimat yang dilontarkan Naeun. Gadis itu segera pergi dari hadapan ketiga orang tersebut.

Naeun mendesah lelah. Ia tahu betul bagaimana sifat sahabatnya itu.

“Sehun, aku rasa kita memang perlu membiarkannya sendiri.”ujar Naeun.

“Aku juga berpikir begitu,”tambah D.O. Sehun hanya mengangguk mendengar penjelasan dua sejoli itu.

“Kalau begitu aku dan Naeun pulang dulu.”pamit D.O sambil menepuk pundak Sehun.

“Kau jaga Ahreum, ya.” Naeun melambaikan tangannya kemudian berjalan berdua bersama D.O.

Sehun melangkahkan kakinya ke rumah sakit. Dalam hati ia sedikit kecewa karena keadaan Kai yang tak kunjung membaik, dan hal itu makin membuat keadaan memburuk.

“Sehun!”

Sebuah panggilan membuat pemuda berkulit putih itu membalikkan badannya.

Appa?”kagetnya saat mengetahui bahwa Leeteuk yang memanggilnya.

“Kau sendirian? Di mana Ahreum?”tanya Leeteuk.

“Dia..”

Leeteuk mendesah. Pasti gadis itu kembali ke café di sebelah rumah sakit. Menghabiskan banyak kopi di sana hanya untuk tetap terjaga saat menjaga Kai. Leeteuk pernah menyusulnya beberapa hari yang lalu.

“Dia minum kopi lagi? Kau tidak menyusulnya?”tanya Leeteuk mencoba membenarkan dugaannya.

“Aku rasa begitu,”jawab Sehun lalu menggeleng pelan. “Keadaan Kai memburuk, appa.. Jadi aku dan yang lain membiarkan Ahreum menyendiri.”lanjutnya.

“Iya, appa juga sudah mendengar hal itu. Sehun-ah, sebaiknya kau pulang. Biar Ahreum pulang bersama appa nanti.”pesan Leeteuk sambil mengacak rambut anak lelakinya itu. Sehun hanya mengangguk.

.

H e l l o

.

“Menurutmu apa Ahreum dan Kai saling menyukai?”tanya Naeun pada pemuda di sampingnya. Pemuda bermata bulat yang kini menggenggam tangannya.

D.O melirik Naeun sebentar.

“Apa dasar kau bertanya hal ini?” D.O malah melontarkan pertanyaan kepada Naeun. Membuat gadis itu kesal.

“Ya.. dari kejadian di mana Kai kecelakaan, Ahreum yang terpuruk seperti saat ini. Bagaimana? Kai memang menyukai gadis itu kan?”

D.O menghela napas. “Mana aku tahu,”ucapnya.

Naeun mengerucutkan bibirnya. Memandang jalanan yang ramai malam itu. D.O sengaja mengajaknya pulang agar bisa menghabiskan waktu berdua.

“Aku tidak tahu apa yang sudah terjadi pada Ahreum, tapi sepertinya ia cukup bahagia dengan keluarga barunya sekarang.”ujar gadis itu.

“Nah, itu kau tahu.” D.O tersenyum lalu mengacak rambut kekasihnya. “Ayo kita berkencan?”ajak D.O yang lebih terdengar seperti sebuah pertanyaan.

“Hah? Kencan? Sekarang?”kaget Naeun.

“Tentu saja nona Son, aku tahu tempat yang bagus di sekitar sini. Kajja!”

D.O menarik tangan Naeun agar lebih cepat mengikuti langkahnya. Gadis itu hanya menurut. Setelah berjalan beberapa blok, D.O tersenyum melihat sebuah gedung megah di hadapanya. Sebuah mall. Naeun mengerutkan keningnya.

“Mall?”

“Lebih tepatnya aku akan mengajakmu menonton film,”jelas D.O.

Keduanya langsung menaiki tangga langsung yang menuju lantai dua mall itu. Suasananya cukup ramai karena hari belum terlalu larut. D.O ingat, ia sering menonton sendirian di bioskop mall itu. Tapi sekarang ia sudah memiliki Naeun—gadis yang siap menemaninya kapanpun. Mata bulat D.O menelusuri beberapa poster film yang ditayangkan hari ini.

“Kau mau menonton film apa?”tanya pemuda itu. Naeun tidak menjawabnya. Gadis itu malah melakukan hal yang sama dengan D.O. Menelusuri poster-poster film.

“Apa tidak apa-apa kalau aku mau menonton film romantis?”tanya Naeun.

D.O terkekeh lalu tangannya terulur untuk mencubit pipi Naeun. “Tentu saja, kenapa tidak? Ini kan kencan pertama kita.”jawab pemuda itu.

“Kalau begitu aku mau menonton film Paranormal Activity yang terbaru itu,”ujar Naeun sambil menunjuk poster film yang dia maksud. Mata D.O membulat.

“Naeun-ah itu fil horror bukan film romantis -_-”protes D.O. Ia benar-benar tidak tahu jalan pikiran gadis di sampingnya itu.

“Kau bilang terserah, ya aku mau film itu.” Naeun membela diri.

“Haaah, baiklah nona. Ayo kita beli tiketnya.”

Pada akhirnya D.O lah yang mengalah. Apalagi Naeun memilih seat barisan kedua dari depan—cukup ekstrim. Kemudian ia mengajak Naeun membeli makanan untuk teman mereka menonton film. Popcorn, nachos dan soft drink yang selalu ia beli saat menonton film sendirian.

“Untung saja ini bukan film tiga dimensi.”batin D.O bersyukur saat dirinya dan Naeun mulai memasuki tempat film itu diputar.

.

H e l l o

.

Yonghwa dan Krystal keluar dari mobil bersamaan. Mereka langsung melangkahkan kaki masuk ke dalam kantor polisi. Seperti yang sebelumnya dikatakan oleh polisi-polisi tersebut, setelah pemeriksaan Jessica mereka akan menghibungi pihak keluarga.

“Selamat malam tuan Jung,”sapa polisi itu. Keduanya langsung berjabat tangan.

“Bagaimana hasil pemeriksaannya?”tanya Yonghwa to the point. Polisi itu segera menunjukkan berkasnya. Sementara polisi yang lainnya menyuruh Yonghwa dan Krystal untuk duduk.

“Memang benar kenyataannya kalau nyonya Jung adalah dalang dari kejadian tabrakan itu.”jelas polisi tersebut.

“Lalu?”

“Nyonya Jung sedang ditahan, kasus ini akan segera di bawa ke pengadilan jika anda ingin nyonya Jung dibebaskan.”ujar polisi itu. Krystal membulatkan matanya.

Ia ingat saat dirinya masih kecil, Jessica selalu memarahinya kalau dirinya berbuat salah. Sekecil apapun itu karena bisa mencoreng nama keluarga Jung. Tapi sekarang.. malah Jessica sendiri yang membuat nama keluarga Jung tercemar.

“Tidak perlu ke pengadilan.”ujar Yonghwa. “Tahan saja dia sesuai dengan hukuman yang pantas untuknya. AKu tidak ingin masalah ini terlihat publik.”

“Tapi tuan Jung—”

“Aku sudah berbicara dengan keluarga korban.” Yonghwa memotong ucapan polisi tersebut. Membuat polisi itu menghela napasnya.

“Baiklah sesuai permintaan anda.”

“Terimakasih.” Yonghwa langsung berdiri dari duduknya dan pamit.

Krystal berjalan mengekori ayahnya di belakang. Ia menunduk. Hingga langkahnya berhenti di depan mobil yang ia tumpangi terparkir di depan kantor polisi itu. Yonghwa menyuruhnya masuk. Krystal menurutinya. Keduanya saling berdiam diri.

Appa..”panggil Krystal pelan.

“Hmm?”sahut Yonghwa yang masih berkonsentrasi menyetir.

“Apa eomma tidak akan bebas dari tempat itu?”tanya Krystal sedikit ragu.

Yonghwa tersenyum, “Bukan seperti itu sayang. Appa dan haraboji hanya memberikan pelajaran untuk eomma mu. Lagi pula keluarga Kim sudah memaafkan kejadian ini.”

Krystal tercengang mendengar penjelasan ayahnya.

“Jadi sebenarna keluarga Kim sudah mencabut gugatan?”tanya Krystal sambil melebarkan matanya. Yonghwa menatap anak gadisnya sebentar.

“Kau pikir siapa yang mengganti rugi biaya peraawatan calon tunanganmu yang gagal itu?”goda Yonghwa.

“Aishh, appa!” Krystal menggembungkan pipinya. Syukurlah hubungan keluarganya dengan keluarga Kim tidak merenggang, batin gadis itu. Matanya mengarah ke luar jendela mobilnya. Mengamati kota Seoul yang ramai di malam hari.

“Aku rindu California..”gumam Krystal yang bisa didengar jelas oleh Yonghwa.

“Kau mau berlibur ke sana?”

“Sangat, tapi bertiga. Bersamamu dan eomma.”ujar Krystal jujur. Yonghwa hanya tersenyum simpul mendengar keinginan anak gadisnya itu.

.

H e l l o

.

Ahreum menghapus air mata yang keluar dari matanya. Ia tidak boleh lemah seperti ini, pikirnya. Sudah tiga hari sejak dokter mengatakan bahwa keadaan Kai Semakin memburuk. Hari ini ia malah mengurung dirinya di kamar. Kamar yang ia tempati di apartemen ayahnya. Leeteuk bahkan menyuruhnya agar pulang ke rumah keluarga Jung saja dar pada sendirian di apartemen ini.

Sudah tiga hari tak ada perubahan yang berarti dari Kai, membuat Ahreum sedikit putus asa dan semakin merasa bersalah. Gadis itupun menuruti perintah ayahnya. Kembali ke rumah keluarga Jung. Satu persatu baju yang sudah dibereskannya ia masukkan ke dalam tas ranselnya.

Tok tok tok

Pasti Sehun, batin gadis itu. Ia lalu memasukkan baju terakhirnya ke dalam tas ransel di depannya. Setelah menutup resletinngnya, Ahreum lantas berjalan untuk membuka pintu.

Oppa? Krystal?”kagetnya saat melihat Krystal dan Suho lah yang ternyata berada dibalik pintu.

“Ahreum..”

Krystal menggigit bibirnya. Ia tidak melanjutkan kalimatnya. Gadis itu menoleh ke arah Suho dan Ahreum bergantian. Seolah meminta bantuan Suho bagaimana cara mengatakan kalimat yang tidak sempat ia ucapkan pada Ahreum. Suho menghela napas.

“Ikutlah ke rumah sakit, ini tentang Kai.”jelas Suho. Ahreum melebarkan matanya.

“A-apa? Kai kenapa?”tanya Ahreum.

“Sebenarnya hari ini, alat-alat yang ada di tubuh Kai akan dilepas—”ucap Krystal.

Andwae!”bantah gadis itu. Tidak boleh, dokter tidak boleh melakukan hal itu pada Kai, batinnya. Kai belum mati, dia hanya.. tertidur.

“Ahreum..”panggil Suho dan Krystal bersamaan. Ahreum langsung berlari keluar dari apartemen itu. Meninggalkan Suho dan Krystal yang saling berpandangan.

“Dia itu benar-benar.” Suho menggelengkan kepalanya.

Gadis itu terus berlari. Ahreum terus meyakinkan dirinya bahwa Kai akan baik-baik saja. Untungnya apartemen Leeteuk tidak terlalu jauh dari rumah sakit. Ahreum merasakan napasnya tersenggal-senggal. Hampir sampai. Dia tidak boleh terlambat.

Brak

Andwae!”teriaknya.

Ahreum membuka pintu kamar Kai kasar. Menimbulkan suara dentuman karena pintu itu menyentuh dinding. Dokter yang memeriksa Kai bahkan sampai menjatuhkan stetoskopnya. Semua mata pun langsung menatap ke arah pintu. Ahreum berdiri dengan sisa air matanya. Beberapa suster yang merupakan asisten sang dokter terkekeh melihat kelakuan Ahreum.

“Anda tidak boleh melakukan hal itu nona Lee, sangat mengganggu kenyamanan pasien di rumah sakit ini.”ujar dokter itu. Ahreum membungkukkan badannya dalam.

Joseonghamnida.”ujarnya meminta maaf.

“Aku permisi dulu. Tuan Kangin sedang keluar, jadi pasien disini sendirian.”jelas dokter itu dan langsung keluar dari ruangan Kai. Diikuti oleh asistennya yang bertugas melepas alat-alat di tubuh Kai.

Pemuda itu masih tertidur. Ahreum bersyukur Kai tidak mati hanya karena ada alat yang dilepas dari tubuhnya. Gadis itu pun lantas mendudukkan dirinya di kursi yang biasanya ia duduki untuk menunggu Kai di sana.

“Aku hampir putus asa menunggumu bangun.”ucap Ahreum.

“Cepatlah bangun dan pergi ke belakang sekolah, di bawah pohon apel..”

“Aku akan membantumu belajar untuk ujian susulan, walaupun aku hanya dari kelas D..”

Gadis itu mengamati wajah damai Kai sambil berbicara sendiri. Ia lalu mengulurkan tangannya untuk menyentuh jemari pemuda itu. Hal yang selalu ia lakukan saat menunggui Kai. Ahreum menopang wajah dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya menyentuh tangan Kai. Gadis itu menghela napas.

“Kau lupa aku akan mengatakan sesuatu padamu ya?”

“Kai-ah..”

“Harus berapa kali aku memintamu untuk bangun dan membuka mata eoh?”tanya Ahreum dengan mata yang berkaca-kaca.

“Kim Jongin..”

“Kau—menyebalkan..”ujar Ahreum sambil mengalihkan pandangannya dari wajah Kai ke jari-jari kurus pemuda itu. Menyentuhnya pelan.

Jari-jari itu bergerak. Menggenggam tangannya. Ahreum membulatkan mata.

“Bahkan saat aku sakit kau masih mengataiku menyebalkan?”

Ahreum langsung menatap Kai. Suara itu benar-benar darinya. Pemuda itu bahkan sudah membuka matanya, melepas selang oksigen yang menutupi mulut dan hidungnya. Dahi Ahreum berkerut heran tapi sebagian hatinya bahagia. Sebuah rasa membuncah disana, seperti mendapatkan apa yang sudah lama kau inginkan—ya seperti itulah yang dirasakannya. Ahreum hampir menangis terharu. Kai tersenyum.

“Kau sudah bangun?”tanya Ahreum sedikit tidak percaya. Mulutnya terbuka dan matanya melebar. “Sejak kapan?”

“Sejak mendengarmu meng—akhh..”Kai memegangi kepalanya yang terasa pening dan sangat sakit. Begitu menyiksanya.

“Jangan banyak bicara.” Pesan gadis itu. Ahreum segera keluar mencari Kangin ataupun siapa saja yang bisa ia temui.

“Suho oppa? Krystal?”heran Ahreum melihat dua orang itu tengah bercanda dan berjalan berdua ke arah kamar Kai.

“Oppa! Kai sudah sadar!”ujar Ahreum yang membuat Suho dan Krystal tercengang. Beberapa detik kemudian dua orang itu saling melempar pandang dan tertawa terbahak-bahak. Ahreum mengernyitkan keningnya.

“Ada apa dengan kalian?”heran Ahreum.

“Astaga Ahreum, Kai memang sudah sadar. Makanya kami segera ke apartemenmu sebelum kau terburu pulang,”jelas Suho menjawab pertanyaan gadis itu.

“Lain kali dengarkan aku selesai bicara baru boleh kabur seperti tadi,”tambah Krystal.

Ahreum mengembungkan pipinya. Merasa sudah dibodohi oleh Suho, Krystal maupun.. Kai. Bahkan Leeteuk—ayahnya  maupun Sehun tidak memberi tahu tentang hal ini.

“Kalian sengaja?”tuduh Ahreum. Suho dan Krystal semakin keras tertawa.

Aigoo, kau jangan marah seperti itu. Sudah sana, bukankah dia sudah bangun? Masuklah,”ucap Krystal.

“Iya, Krystal benar.”tambah Suho.

Kajja oppa, kita pergi saja lagi. Biarkan mereka berdua saja.”ujar Krystal diakhiri tawanya. Dua orang itu pun kembali keluar rumah sakit. Meninggalkan Ahreum yang masih mengumpat di depan kamar Kai.

Astaga, apa yang akan dipikirkan namja itu kalau mendengar apa yang telah dikatakan Ahreum tadi? Gadis itu menarik napas sebelum kembali masuk ke dalam kamar Kai.

“Jangan memasang senyum seperti itu, mesum!”omel Ahreum sambil mendudukkan lagi badannya di kursi. Kai terkekeh mendengar omelan gadis berkulit susu itu.

“Jadi.. tuan, sebenarnya sejak kapan kau sudah bangun?” Ahreum menunggu penjelasan Kai.

“Kenapa? Kau ingin dirimu yang kulihat pertama kali saat aku sadar?”goda Kai.

Ahreum bersumpah kalau saja pemuda itu tidak dalam kondisi lemah seperti itu, ia tidak akan segan melemparinya dengan sepatu. Gadis itu mengerucutkan bibirnya. Tak lama kemudian dua orang suster yang biasanya bertugas menyuntik selang infuse Kai datang untuk mengantarkan makanan dan obat. Tentu saja karena Kai sudah sadar.

“Terimakasih suster,”ucap Ahreum sambil menerima nampan itu. Suster itu tersenyum.

“Semoga lekas sembuh, Kim Jongin.”ujar mereka berdua sebelum keluar.

“Ayo, kau harus menghabiskan makananmu.”ujar Ahreum sambil menyodorkan mangkuk berisi bubur kepada Kai. Pemuda itu memandangnya heran.

“Ya! Aku ini sedang sakit, mana bisa makan sendirian.”gerutu Kai. Ia merubah posisinya menjadi duduk, bersandar bantal di kasurnya. “Suapi aku,”lanjutnya.

“Baiklah, baiklah tuan Kim yang manja.” Ahreum menghela napasnya dan mulai menyuapi Kai. Sesekali ia mengomel karena Kai makan dengan belepotan.

“Yaks! Aku beci bubur,”cibir Kai begitu buburnya sudah habis.

“Kau ini dasar! Setelah kau sembuh, kau boleh makan apa saja yang kau mau.”omel Ahreum sambil menyiapkan obat yang harus diminum pemuda itu.

“Kau pikir siapa yang membuatku seperti ini?”

Deg

“Maaf..” Ahreum menunduk. Entah kenapa ia menjadi luluh secepat itu jika mengungkit lagi masalah ini. Tanpa ia tahu, Kai malah menahan tawanya.

“Hei Ddokki! Mana obatku, biar segera aku habiskan.”panggil kai. Ahreum segera menyerahkan obat tersebut juga segelas air kepada Kai. “Ahh, ini pahit. Kenapa obat selalu pahit ya,”ujar Kai begitu ia sudah meminum salah satu pil obatnya.

Ahreum memandanginya dalam diam. Lalu segera menaruh gelas air putih yang diulurkan Kai ke nakas lagi. Gadis itu berdiri di samping Kai, mendekatkan tubuhnya.

Cup

“Cepat sembuh ya, Jongin.”ujar Ahreum setelah mengecup pipi Kai singkat. Pemuda itu membulatkan matanya. Antara kaget, dan tidak percaya. Ia memandang Ahreum. Tiba-tiba bayangan kejadian di kamar Suho memenuhi pikirannya. Dimana ia mencuri ciuman dari bibir yang baru saja mengecup pipinya.

.

H e l l o

.

Hari ini seluruh keluarga Jung berkumpul di sebuah gereja. Begitu pula dengan keluarga Kim. Hari itu, adalah hari yang istimewa. Seorang pendeta sudah berdiri di tengah altar, bersama  sang mempelai pria di sana. Sehun sudah siap dengan duduk di depan sebuah grand piano putih. Setelan tuxedo hitam sangat cocok dengannya.

Ahreum dan Krystal berdiri berdampingan dengan dress selutut mereka. Ahreum mengenakan dress warna putih gading dengan hiasan payet berwarna senana, sementara Krystal yang selalu tampil beda dengan dressnya yang berwarna hitam.

“Kau tidak ingin aku yang berdiri di sana suatu hari nanti?” Kai berbisik pada Ahreum yang ada di sampingnya saat sang mempelai wanita datang bersama walinya.

“Jangan memulai, Kai-ah, tidak ingat kepalamu masih berbalut perban?”balas Ahreum sambil menjulurkan lidahnya.

Naeun dan D.O hanya tertawa melihat Kai dan Ahreum. Dua orang itu berdiri di barisan belakang Kai dan Ahreum. Naeun segera mengarahkan kameranya saat sang mempelai wanita sudah diserahkan kepada mempelai pria di sana. Shindong dan Nari.

Ya, mereka berdualah yang akan mengucapkan janji suci di depan Tuhan. Ahreum hampir menangis terharu. Ia masih ingat, dirinya dibesarkan oleh pria tambun itu. Bagaimana Shindong merawat dan menyayanginya seperti putrinya sendiri.

“Bersediakah anda, Jung Nari menerima Shin Donghee sebagai suami dalam suka maupun duka, kaya ataupun miskin, sehat maupun sakit sampai maut memisahkan kalian berdua?”tanya pendeta itu pada mempelai wanita setelah Shindong mengucapkan janjinya.

“Ya, saya bersedia.”

“Silakan memakaikan cincin. Mempelai pria silakan mencium mempelai wanita,”ujar sang pendeta sambil menutup bukunya.

Shindong memakaikan cincin di jari wanita itu—Nari. Kemudian ia pun mencium nari di depan semua orang di gereja itu diikuti sorak sorai dari semua hadirin. Begitu juga dengan Sehun yang sudah memainkan jari-jarinya di grand piano di sana.

Chukkae!!”

“Selamat ya!”

Setelah acara pengucapan janji suci, acara itu berlajut dengan sebuah pesta pernikahan berkonsep garden party. Jadi semuanya dilakukan di halaman gereja tersebut. Sebuah halaman yang cukup luas untuk berpesta.

Semua orang bergantian menyalami pasangan suami istri tersebut setelah acara melempar bunga. Ahreum berpikir pasti Naeun akan tertarik dengan acara pernikahan semacam itu. Mulai dari tetua Jung—Jung Yunho, Leeteuk yang merupakan teman dekat Shindong, Yonghwa, dan manager-manager keluarga Jung, relasi bisns keluarga Jung semuanya datang. Suasana pagi itu benar-benar ramai. Kemudian Krystal dan Sehun pun memberikan selamat kepada Shindong, Suho, Kai, Naeun dan D.O juga Ahreum yang memilih di barisan terakhir untuk mengucapkan selamat.

Appa bear!” Ahreum memeluk Shindong erat. Shindong membalas pelukan gadis itu. Baginya, waktu terasa begitu cepat. Padahal sepertinya beru kemarin Leeteuk menitipkan Ahreum kepadanya.

“Selamat ya,”ujar Ahreum. “Kau akan tetap menjadi appa bear untukku kan, appa? Aku masih boleh memanggilmu appa kan, appa?” Ahreum bertanya sambil mendongakkan kepalanya. Memandang Shindong yang tersenyum simpul.

“Tentu saja, Ahreum. Aku akan selalu menjadi appa untukmu. Dan kau boleh memanggil wanita di sampingku ini dengan sebutan eomma.”jelas Shindong.

Ahreum pun melepas pelukannya dan berganti memeluk Nari.

“Tidak masalah kalau kau memanggilku eomma, Ahreum. Shindong banyak bercerita tentangmu,”ucap Nari tulus.

“Tuhan memberkati kalian.”ujar Ahreum.

Gadis itu pun kembali ke tempat teman-temannya berkumpul. Naeun dan D.O malah berkelilig untuk mengabadikan setiap momen. Sehun dan Suho berkeliling di meja yang menyediakan berbagai makanan. Sementara Krystal berkumpul dengan Yonghwa—ayahnya. Yang kini ia lihat hanya Kai yang sendirian duduk di salah satu meja.

“Sendirian?” Ahreum duduk di samping namja itu.

“Menunggumu..”jawab Kai yang membuat Ahreum tersenyum. Pemuda itu mengulurkan tangannya. Menyerahkan sebuket bunga pada Ahreum.

Gadis itu tercengang. Sepertinya ia pernah melihat buket bunga seperti yang diberikan Kai ini.

“Bukannya ini bunga milik mempelai wanita tadi?”tanya Ahreum setelah otakknya ingat. Bahkan ia dan Krystal lah yang memilih bunga itu untuk dijadikan bunga di acara pernikahan ini.

“Iya benar, aku sengaja mendapatkannya untukmu.”jawab Kai santai. “Kau tahu, wanita-wanita itu sangat ganas. Untung aku bisa merebutnya,”lanjut Kai. Mata Ahreum membulat. Astaga, pemuda macam apa sebenarnya Kai itu? pikirnya.

Gomawo,”ucap gadis itu lalu menerima bunga tersebut.

Klik

Klik

Naeun dan D.O membidik tepat di saat Ahreum menerima bunga tersebut. Preceux! Benar-benar pose yang indah dengan ekspresi Ahreum dan Kai.

“Lihatlah, ini foto Kai saat merebutkan bunga tadi.” Naeun tiba-tiba menyodorkan kameranya pada Ahreum. Memperlihatkan wajah Kai ditengah-tengah wanita yang memperebutkan bunga itu. Membuat Ahreum tertawa geli.

“Ya, kalian ini!”protes Kai. “Dasar pasangan aneh,”ujar pemuda itu lagi.

“Setidaknya kami sudah berkencan keliling Seoul,”balas Naeun sambil menjulurkan lidahnya.

“Apa? Kencan?”tanya Ahreum.

“Iya, kencan. Berkeliling Seoul dan tidak hanya di ranjang rumah sakit.” D.O ikut-ikut memojokkan Kai dan Ahreum.

Naeun dan D.O tertawa melihat ekpresi muka Kai dan Ahreum.

“Sebaiknya kalian berkencan, sana.”pesan Naeun sebelum melenggang lagi bersama D.O.

“Jangan dengarkan mereka berdua,”ujar Kai.

Mobil yang menjemput Shindong dan Nari untuk berbulan madu sudah datang. Membuat dua sejoli itu meninggalkan Kai dan Ahreum berdua untuk membidikkan kamera mereka. Benar-benar pernikahan sederhana yang indah.

Krystal memanggil Ahreum dari kejauhan. Membuat gadis itu terpaksa meninggalkan Kai di sana sendiri. Rupanya ada foto keluarga besar Jung sebelum Shindong memasuki mobil bulan madunya. Suho menghampiri Kai dengan membawakan adiknya itu camilan yang ia dapat dari meja penuh makanan tadi.

“Makanlah,”ucap Suho.

“Iya hyung, terimakasih.”balas Kai datar. Ekor matanya masih memperhatikan Ahreum ditengah-tegah keluarga Jung. Suho melihat itu.

“Bukannya kau sudah tahu kalau mereka berdua kembar?”tanya Suho saat air muka adiknya berubah melihat Sehun dan Ahreum bersama.

Hyung..”

Suho tertawa, “Kau cemburu? Bukannya kau yang mencuri ciuman gadis itu di kamarku?”

Seketika wajah Kai memerah mendengar ucapan Suho.

“Bagaimana kalau Ahreum tahu ya, pencuri ciumannya ada di sini,”goda Suho.

“Ya! Hyung!”

Suho semakin keras tertawa melihat adiknya seperti itu. Kai mengumpat pelan. Oh, jadi sebenarnya Suho mengintipnya waktu itu. Pantas saja ia merasa aneh dengan hyungnya ini.

“Seperti kau punya yeoja chingu saja mengataiku seperti itu,”balas Kai mencibir.

“Apa kau bilang?”tanya Suho serius.

Sepertinya pertengkaran kakak beradik ini akan dimulai.

.

H e l l o

.

Ahreum berjalan menuju kelas Kai—bukan kelas A, tapi kelas yang digunakan Kai untuk tes terakhirnya. Pengumuman kenaikan kelas di SMA Hanlim terpaksa ditunda karena Kai yang belum mengikuti ujian. Tapi hanya untuk seangkatan saja. Acara kelulusan pun tetap berlangsung. Sesekali gadis itu tersenyum.

“Bagaimana?”tanyanya begitu siluet tubuh Kai keluar dari kelas.

“Berhasil!” Kai langsung merangkul Ahreum. Gadis itu ikut tersenyum. Syukurlah ia dan Suho mengajari Kai ternyata ada gunanya juga.

“Ahreum,”panggil Kai.

“Hm?”sahut Ahreum.

“Kau bilang akan mengatakan suatu hal kepadaku kan, kalau aku sudah sembuh? Jadi apa itu?”tanya Kai. Pemuda itu mash ingat hal yang dikatakan oleh Ahreum rupanya.

Deg

“Eh?”kaget Ahreum.

“Siapa bilang kau sudah sembuh? Lihat kepalamu itu.” Ahreum mengalihkan pembicaraan dengan menunjuk kepala Kai yang lukanya masih ditutupi perban kecil. Tidak seperti saat pernikahan Shindong kemarin.

“Yak! Aku sudah sembuh, lihat saja nanti aku akan ikut turnamen basket.”bantah Kai.

“Jangan!”

Ahreum langsung mencegah keinginan pemuda itu. Ia ingat betul bagaimana dokter menyarankan istirahat dulu untuk proses penyembuhan Kai.

“Kau mengkhawatirkan aku ya?”goda Kai.

“Dasar!”

Kai tertawa lalu menarik tangan Ahreum untuk mengikuti langkahnya. Ia mengajak gadis itu ke taman belakang sekolah. Sama seperti saat mereka pertama bertemu. Sepi, nyaman dan damai. Seperti ruangan yoga tapi di alam terbuka. Pohon apel itu juga masih sama. Hanya daunnya mulai menggelap menjadi warna cokelat karena sebentar lagi adalah musim gugur.

Kai menyuruh Ahreum duduk di bawah pohon apel itu. Kemudian dirinya malah merebahkan diri. Membuat pangkuan Ahreum menjadi bantalnya. Memposisikan dirinya senyaman mungkin. Wajah Ahreum memerah dengan kelakuan Kai kali ini.

“Lihatlah pipimu semerah apel,”goda Kai sambil tertawa.

“Untuk apa kita kemari?”tanya Ahreum sambil mengerucutkan bibirnya.

“Aku kan pernah memintamu datang kesini sepulang sekolah, dan.. tapi kau malah bersama Sehun. Jadi karena kali ini adalah kesempatan, aku mengajakmu kemari nona.”jelas Kai.

“Tidak perlu dengan posisi seperti ini kan?”

“Diamlah, ini nyaman sekali.” Kai malah memejamkan matanya. Menikmati semilir angin musim gugur membelai wajahnya. Menggerakkan rambut depannya sehingga balutan lukanya terlihat jelas. Ahreum memandangi wajah itu. Benar-benar pemuda yang tampan. Tangan gadis itu pun membelai rambut Kai lalu menyentuh pipinya, membuat pemuda itu tersenyum.

“Hmm..”gumam Kai pelan. Ahreum tersenyum simpul. Pemuda itu membuka matanya perlahan. Menatap mata foxy Ahreum yang sudah sejak pertama memikatnya. Di sini.

“Ahreum-ah..”panggilnya.

“Ya?”

“Aku mencintaimu,”jujur Kai. Pipi Ahreum seketika merona.

Deg

Deg

Ahreum mengalihkan pandangannya. Jantungnya berdegup kencang begitu Kai mengucapkan kalimat itu. Sedikit rasa hangat menjelari tubuhnya. Ia pikir, ia juga mulai menyukai—ah mencintai Kai juga. Pemuda itu tersenyum melihat respon Ahreum.

“A..aku juga..”balas Ahreum.

“Juga?”

Ahreum menghela napasnya sambil menatap orbs kelam milik Kai. “Aku juga mencintaimu, Kim Jongin..”ulangnya memperjelas apa yang ia maksud.

Kai tersenyum puas. Tangannya terjulur untuk membelai rambut Ahreum yang tergerai bebas. Menyelipkan untaian surai itu ke belakang dan menarik leher Ahreum mendekat. Gadis itu menunduk. Semakin dalam seiring dorongan lembut Kai pada leher belakangnya. Hingga wajah mereka mendekat dan keduanya sama-sama menutup mata. Menghapus jarak udara antar keduanya.

Aah, lihatlah pasangan ini. Kisah mereka yang dimulai dengan sebuah ciuman di bawah pohon apel dan belaian lembut angin musim gugur.

Ahreum menarik dirinya dari ciuman itu begitu ia sadar,

Omo! Nae cheokisseu!?” (Astaga! Ciuman pertamaku?!)

Kai terkekeh melihat Ahreum menutupi mulutnya dengan tangan. Jarinya bergerak mengusap bibirnya yang sedikit basah itu.

“Bukan, itu yang kedua.”ujar Kai yang membuat Ahreum membulatkan matanya. Mengernyit heran dan menatap Kai penuh tanya.

“Apa maksudmu?”

Kai pun bangkit dari rebahannya. Memposisikan dirinya duduk di samping Ahreum. Merubah posisi gadis itu juga agar menghadapnya.

“Ciuman pertamu sebenarnya.. aku waktu di kamar Suho hyung.. aku sudah menciummu di sana..” Kai mengaku.

“HAH?”kaget Ahreum. Tidak mungkin Kai mencuri ciuman pertamanya.

“Sudahlah. Jangan berlebihan seperti itu.”ujar Kai.

Ahreum masih terdiam tidak percaya. Beberapa kali ia mengedipkan matanya.

“Mesum! Kau mesum!” Ahreum mengatai pemuda di depannya. Kai memasang wajah kesalnya. Dia tidak berubah bahkan setelah mengatakan kalau dirinya juga mencintaiku, batin Kai.

“Berkata seperti itu lagi, kau akan merasakan yang ketiga.. nona.” Kai mengancam sambil memperlihatkan smirknya. Ahreum melebarkan matanya lagi.

Andwaee!!”

Ahreum langsung bangkit dari duduknya dan berlari menjauhi Kai. Pemuda itu pun tertawa dan segera mengejar Ahreum. Berkejar-kejaran layaknya anak kecil.

Andwaee!!”teriak Ahreum untuk kesekian kalinya.

Dan tawa Kai pun semakin keras terdengar.

.

End

.

A/N lagi: Halooo! Ini adalah real ending dari Hello Precious yang sepertinya menjadi Hell-o Precious hahaha xD Maaf ya kalau endingnya kemarin jadi twist, soalnya aku pikir lebih lucu(?) kalau semisal aku tambahin ‘Side Story’ semacem sequel buat FF ini. Dan voila! Jadilah sebuah sekuel aneh hehe -_-v yang menandakan kalau ff ini benar-benar berakhir *hiks* Siapa #KaiReum sama #D.OEun shipper kibarin bedera coba(?) eh :3 After all, I would say “BIG THANKYOU” buat yang selalu ngikutin FF ini dan menuliskan komen *big-deep-bow*



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles