Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Love Is… (Chapter 7)

$
0
0

LOVE IS …

CHAPTER 7

By : Putri Nur | Main-Casts : Kim Sena, Min Ri Young, Kang Min Mi, Song Heera, Kris, Luhan, Sehun, Baekhyun, and Chanyeol of EXO | Other casts : you can find by yours | Genre : School, Friendship, Fluff, Brother Ship, Family, Drama | Rating : PG-13 | Length : Chaptered

Recommend Song : 呼吸(Breath) – Chen & Zhang Li Yin (SM The Ballad)

__

Ri Young duduk berhadapan dengan Kris di sebuah café dekat sekolahnya, persis dengan ajakan pria dihadapannya itu. Beberapa menit berlalu namun tidak satupun dari mereka yang mencoba memulai pembicaraan. Semuanya terasa kaku dan canggung, hal ini disebabkan tidak ada Sehun ataupun Luhan yang membuat suasana diantara mereka cair atau sebuah alasan lain kalau mereka dijodohkan.

“Oppa…” Ri Young memanggil Kris pelan. Kris dengan cepat menatap Ri Young fokus. “Sebenarnya ada apa memintaku bertemu disini?” tanyanya. Kris membetulkan posisi duduknya, ia merasa gusar.

“Ini masalah pertunangan kita,” jawabnya hati-hati. Ri Young mengangguk tenang. Kris bingung. Gadis ini tidak menunjukkan ekspresi seperti malam kemarin, ia bisa mengendalikan ekspresinya dengan baik. Gadis yang menarik, pikir Kris.

“Jadi bagaimana tanggapanmu mengenai rencana kedua orang tua kita?” tanya Kris mencoba memulai awal yang baik.

“Entahlah. Aku kira ini masih terlalu cepat. Walaupun aku yakin ayah ataupun mendiang ibu melakukan hal ini demi kebahagiaanku, tetapi aku kan sudah dewasa dan akulah yang akan menjalani kehidupanku. Jadi bukankah lebih baik, aku sendirilah yang menentukan apa yang terbaik untuk diriku?”

“Kau dewasa sekali.” Kris memuji Ri Young sambil sesekali bertepuk tangan kagum.

Ri Young tertawa kecil sebelum bertanya balik pada Kris. “Menurut Oppa sendiri bagaimana?”

“Aku?” Kris agak terkejut lalu kembali membetulkan posisi duduknya. “Sebenarnya aku ingin menerimanya saja—” Ri Young sontak menatap Kris kaget. Pria itu terlihat bingung menjelaskan lanjutan kalimatnya yang menggantung.

“—karena kita berdua sama-sama belum mengenal satu sama lain lebih jauh. Apa salahnya jika kita menghabiskan waktu senggang bersama agar kita menjadi semakin dekat? Aku tahu, diriku mungkin memang tidak termasuk daftar pria yang kau sukai, tetapi aku akan berusaha sebaik mungkin untuk membahagiakanmu.”

Ri Young tertegun, saraf-saraf di pusat pengendali tubuhnya seakan bekerja tak sesuai kewajibannya. “Ri Young-a, kau ini gadis yang baik dan cantik, tentunya sudah sepantasnya dirimu mendapatkan pria yang baik pula. Dan, kuharap, pria beruntung itu adalah diriku.”

*~*~*

“Ayo kita pulang!”

Kalimat itu menjadi penyadar lamunan Chanyeol ketika melihat Ri Young yang telah berlalu begitu saja setelah melihatnya berpelukan dengan Sena. Rasanya berbeda gumam Chanyeol. Saat Sena memelukku dengan aku memeluk Ri Young, sungguh berbeda. Tetapi mereka seperti terhubung oleh sesuatu.

“Kau melamun?” tanya Sena tiba-tiba.

Chanyeol terbelalak. Ia menggoyang-goyangkan kedua tangannya dan mengucapkan kata tidak sebanyak-banyaknya hingga kepala Sena mengangguk sekali. Mereka pun melanjutkan perjalan pulang bersama.

“Kau tahu, dari seluruh hari di dunia, aku menyukai hari ini.” Sena berusaha memulai sebauh topik kecil berbau masa lalu dengan Chanyeol.

“Oh, ah, benarkah? Kenapa?” tanggap Chanyeol berusaha fokus.

“Aish… kau pasti tidak menyimak perkataanku dengan benar.”

Chanyeol menggaruk kepalanya yang tak gatal dan tertawa datar. Sena melirik Chanyeol sedikit kecewa, menghela napasnya panjang lalu kembalil melanjutkan langkah mereka. “Baiklah. Akan aku ulangi. Hari ini adalah hari yang paling aku sukai,” Sena mengulang.

“Apa hari ini kau berulang tahun?” tanya Chanyeol asal.

Sena menghentikan langkahnya seketika. Chanyeol yang berjalan di sampingnya refleks melakukan hal yang sama. Ia memandang Sena dengan beribu tanda tanya mengudara di otaknya. “Apa aku benar?” Chanyeol meminta kepastian.

“Bukan,” Sena menjawab datar. Rasa kecewa kembali berkecamuk dalam dirinya. Bagaimana bisa ia melupakan hari ulang tahunku? Dia tidak mungkin bercanda ketika menanyakan hal itu. Jelas-jelas ia hanya menebak asal.

“Kau marah ya?”

“Sedikit.”

“Maafkan aku.”

“Kau keterlaluan.”

Dua kata itu terus terngiang di kepala Chanyeol. Ia tiba-tiba saja merasakan kepalanya sangat sakit, dunia serasa berputar cepat di indra penglihatannya. Tanpa sadar, ia jatuh bersimpuh di jalan, ia masih dapat melihat tubuh Sena yang berjalan tetapi lama-kelamaan terlihat kabur. Beberapa saat berlalu, ia masih melihat Sena yang kini sudah menaiki bus dan meninggalkannya sendiri. Ia sudah lelah dibenci oleh seorang gadis, beruntung Ri Young dan dirinya tak lagi perang dingin seperti dulu. Tetapi Sena? Gadis itu baru beberapa jam muncul di hidupnya dan kini karena gadis itu kepalanya terasa sakit.

*~*~*

“Kau keterlaluan!”

“Maafkan aku.”

Seorang pria membawa puluhan balon berwarna-warni dalam genggamannya berharap dengan itu senyuman di wajah gadis kesayangannya bisa terbit. Namun, gadis dihadapannya tetap menunjukkan ekspresi kesal. Ia tak henti-hentinya mengucapkan kata maaf pada sang gadis, tetapi gadis itu masih saja tak mengubah ekspresinya.

“Sungguh, aku tidak melupakan hari ulang tahunmu,” ucap sang pria mulai putus asa. “Untuk itu sebagai permintaan maafku, kubawakan balon ini,” lanjutnya diselingi tawa kecil. Gadis itu menatapnya lurus, sebuah senyum akhirnya terbit di wajahnya yang disambut pelukan hangat dari sang pria.

 

“Chanyeol… Chanyeol…”

“Akh…”

Chanyeol membuka kelopak matanya paksa, sebuah pemandangan asing menjejali matanya. Ruangan dominasi putih dan bau yang khas segera menyambutnya. Rumah sakit batinnya berucap. Ia menolehkan kepalanya pada sumber suara yang memanggilnya tadi. Wajah hangat penuh raut khawatir milik Ri Young terpapar jelas.

“Kau baik-baik saja? Apa masih sakit?” Ri Young menjejalinya pertanyaan. Chanyeol menggeleng lemah lantas tersenyum. “Jika Noona bersikap seperti ini padaku, aku rela kepalaku sakit terus.”

“Jangan membuatku khawatir lagi.” Ri Young berujar. Chanyeol terdiam, hatinya terasa hangat, puluhan kupu-kupu berterbangan bebas dalam perutnya. “Beruntung aku tiba tepat waktu.”

Bersamaan dengan itu, pintu kamar Chanyeol terbuka. Seorang pria tinggi tegap berambut agak blonde memasuki ruangan layaknya model ternama dengan sebuah bungkusan berwarna putih tergenggam di kedua tangannya.

“Oh, kau sudah sadar,” ucapnya ditujukan pada Chanyeol. Ri Young menoleh menatap pria itu, “Pulanglah, Oppa. Aku yang akan menjaga Chanyeol disini,” sahut Ri Young ramah. Pria itu memberikan salah satu bungkusan putih pada Ri Young dan tersenyum.

“Sebaiknya kau saja yang pulang tetapi sebelumnya makan dulu. Besok kau masih harus sekolah, kan?”

“Aku akan meminta izin pada pihak sekolah da—”

“Kalau begitu, aku yang akan menjaganya untukmu. Tidak baik mengorbankan waktumu dalam belajar. Sepulang sekolah, barulah kemari dan menjaganya. Aku tahu kau khawatir pada adikmu ini tetapi percayakan semua padaku.”

Siapa pria ini. Kenapa ia menawarkan diri untuk menjagaku? Apa ia berusaha mengambil simpati Ri Young? Oh Tuhan, tidak cukupkah Baekhyun yang menyukai Ri Young? Kenapa harus ada pria blonde ini juga…

“Aku sudah lebih baik,” seru Chanyeol tiba-tiba disambut cengiran khas darinya. Ri Young sontak menoleh padanya, “Tetapi tadi kau sangat kesakitan. Jangan memaksakan dirimu.” Ri Young berusaha menasehati. Chanyeol menggelengkan kepalanya beberapa kali dan berkomunikasi dalam bahasa isyarat bahwa ia baik-baik saja.

“Terserah padamu. Aku mau menemui dokter.” Ri Young bangkit dari kursi disamping Chanyeol lalu keluar dari ruangannya. Kini didalam ruangan itu hanya tinggal dirinya dan si pria blonde.

“Kris.” Pria blonde itu berusaha berkenalan dengan Chanyeol.

“Park Chanyeol,” balas Chanyeol agak tak ramah. Lalu keheningan kembali menjalar diantara mereka. “Kau menyukai Noona-ku?” tanya Chanyeol tanpa basa-basi. Kris menaikkan alisnya lalu mengangguk. Jika Chanyeol sedang minum air, ia pasti akan tersedak dan menyemburkan airnya tepat di wajah Eropa milik Kris.

“Apa kau khawatir? Aku bukanlah playboy seperti yang sebagian besar orang pikirkan ketika melihat tampangku. Aku pria yang setia dan bertanggung jawab.” Kris menjelaskan tanpa diminta. Dan lagi-lagi, untungnya Chanyeol tidak sedang minum air, jika tidak, ia akan kembali menyemburkannya ke wajah Kris.

Chanyeol tidak bisa bernapas lega walau seharusnya ia melakukan itu ketika seorang pria menyatakan bahwa ia takkan mengecewakan kakak perempuannya. “Noona sudah menyukai orang lain,” seru Chanyeol tegas.

“Aku tidak perduli.” Kris tak mau kalah.

“Hey, Noona­-ku sudah menyukai pria lain jadi kau mundur saja,” balas Chanyeol sengit sambil mengibaskan tangannya mengisyaratkan agar Kris benar-benar mundur.

“Kenapa aku harus? Perasaan seseorang itu bisa berubah kapanpun. Dan perasaan itu ada karena ada dan terbiasa. Aku hanya perlu mempergunakan waktuku dengan baik dan membuktikan pada Ri Young kalau aku jauh lebih baik dari seorang pria yang sedang ia sukai.”

Noona memiliki hati sedingin es dan sekeras batu. Kau takkan bisa.”

“Maka aku akan menjadi mentari guna mencairkan hati Ri Young yang sedingin es serta menjadi hujan yang akan membuat batu itu perlahan terkikis dan menjadi pasir.”

“Bermimpilah.”

“Baiklah.” Kris tersenyum. “Awal dari sebuah perjalanan besar dan takdir yang dapat kau ubah adalah bermimpi. Karena dari mimpi kau akan mempunyai ambisi untuk menjadikannya nyata. Thanks for that motivation my little brother.”

 

*~*~*

Dua hari berlalu cepat semenjak Chanyeol diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Hari ini ia sudah diperbolehkan ke sekolah, namun Ri Young melarangnya pergi ke sekolah dan sebagai adik yang baik, ia menurutinya saja. Dan kebetulan, dokter yang menangani penyakitnya ini akan mengadakan sesi terapi dengannya.

“Apa yang kau lihat?” tanya sang dokter saat sesi awal terapi baru saja berlangsung.

“Seorang gadis.”

“Apa yang dia lakukan?”

“Tersenyum padaku—”

Chanyeol menggantungkan kalimatnya, berusaha mengingat sekelebat peristiwa—mungkin dari masa lalunya—yang tiba-tiba saja terbayang dalam pikirannya bersamaan dengan rasa sakit hebat di kepalanya.

“—kami ada di sebuah taman dan sepertinya aku membawa banyak sekali balon warna-warni. Setelahnya aku tidak bisa mengingat apapun.”

“Ini sudah merupakan sebuah kemajuan. Biarkan semuanya mengalir sebagaimana mestinya. Jangan memaksakan diri. Kau dan aku percaya, amnesiamu ini bisa sembuh, bukan?”

Chanyeol mengangguk dalam diam sembari meresapi makna keperecayaan.

*~*~*

Chanyeol baru saja tiba di rumahnya ketika ia melihat sebuah mobil terparkir manis di depan gerbang. Ia memperhatikan mobil itu dengan seksama, kalau-kalau ia ingat siapa gerangan pemilik mobil tersebut. Setelah memperhatikan agak lama, ia mengangkat bahunya asal dan berjalan ringan menuju gerbang bermaksud untuk membukanya agar ia bisa masuk.

Tanpa diduga Kris keluar dari dalam mobil itu dengan kacamata hitam bertengger di wajahnya. “Mwo! Kris!” pekik Chanyeol kaget. Kris menyapa hangat Chanyeol setelah sebelumnya menutup pintu mobil milikinya. Ia berjalan mendekati Chanyeol dengan satu bucket bunga mawar tergenggam manis di tangan kanannya dan sebuah boneka teddy bear di tangan kirinya.

“Aku tidak sedang ulang tahun. Pulanglah.” Chanyeol bersusaha mengusir Kris secara halus.

“Bukan untukmu. Ini untuk Ri Young. Apa dia ada di rumah?” tanya Kris diselingi tawa renyah. Kenapa banyak pria yang menyayangi atau menyukai Noona… apa keputusanku dahulu itu salah ketika melepaskannya? Chanyeol mulai sibuk dengan pikirannya. Melihat tak ada respon dari Chanyeol, Kris lantas masuk ke dalam rumah.

“Permisi…” ucap Kris sambil sesekali menekan bel rumah.

Tunggu sebentar.” Balas seseorang dari dalam rumah. Tak lama, sosok Ri Young muncul memenuhi pandangannya. Kris segera memasang senyum terhangat yang ia miliki. “Hai. Apa aku mengganggumu?” tanya Kris sedikit nervous. Ri Young menggeleng cepat. “Aku hanya sedang membantu ayah dengan urusan pernikahannya lusa.”

Kris menganggukkan kepalanya beberapa kali. Oh, God. Kenapa ini terlalu sulit? Kenapa lidahku kelu dan pikiranku tiba-tiba saja kosong saat berada pada jarak sangat dekat dengan Ri Young. Apa aku terkena penyakit, cinta pada pandangan pertama padanya?

“Ayo masuk, Oppa.” Ri Young mempersilahkan. Kris segera kembali ke alam sadarnya  dan segera mengekori langkah Ri Young masuk ke dalam rumah. Mereka pun duduk diatas sebuah sofa, di ruangan tengah.

“Oh ya, aku sampai lupa belum menawarkan minum. Opppa mau minum apa?” tanya Ri Young. Kris menggelengkan kepalanya, “Tidak usah repot-repot. Aku kesini hanya ingin memberikan ini,” balas Kris lantas menyodorkan dua buah benda dalam genggamannya.

“Terima kasih, Oppa.” Ri Young menerimanya dengan senang. Kris tersenyum simpul. Waktu yang akan membantuku untuk bisa bersamamu, Ri Young…

Disisi lain, Chanyeol yang terlalu lama sibuk dengan pikirannya akhirnya tak menyadari kalau dirinya sudah ditinggal sendirian oleh Kris di depan pintu gerbang. Jika banyak orang yang lewat, mungkin mereka akan menyangka Chanyeol sedang menjaga mobil milik Tuan-nya. Entahlah ia tidak terlalu memikirkan apa yang orang lain katakan padanya.

Ia yang tidak tahu harus melakukan apa, tanpa sadar berjalan menuju tempat yang otaknya sendiri tak tahu. “Lebih baik berjalan-jalan sebentar daripada di rumah dengan pria blonde itu. Dia seperti alien dari galaksi antah berantah.” Chanyel bergumam asal sambil tertawa ketika membayangkan wajah Kris berwarna hijau seperti alien sungguhan.

Dan kejutan dari akhir langkahnya itu adalah kedua kakinya membawa Chanyeol ke sebuah bukit kecil dengan pohon rindang diatas bukit tersebut. “Ini tidak asing,” Chanyeol berujar. Ia pun melangkahkan kakinya menuju pohon diatas bukit itu. Angin pelan bertiup di sekitarnya, entah mengapa hatinya terasa begitu damai.

Ketika sampai diatas bukit, Chanyeol menyentuh batang besar pohon itu dan memejamkan matanya. Ia membuka matanya lagi, menatap kosong tangannya yang masih berada diatas batang pohon. “Ini sungguh tidak asing. Tapi aku tidak bisa mengingatnya…”

Ia yang merasa lelah karena tak bisa mengungkap kenapa tempat ini tak asing baginya memilih untuk duduk diatas rerumputan, menyenderkan punggungnya pada batang pohon tersebut.

Bersamaan dengan itu, Sena yang baru pulang dari tempat les pianonya tiba-tiba saja menangkap sosok Chanyeol di tempat yang menyimpan banyak memori. Matanya membulat penuh, aura kebahagiaan terpancar jelas dari dirinya. Tanpa menunggu lama, ia segera berlari mendekati Chanyeol.

Sena menatap Chanyeol hangat. Ia mengulurkan tangan kanannya dengan jari kelingking terangkat. Chanyeol menyerit. “Kau kenapa?” tanyanya bingung.

“Kita sebaiknya mengulang janji kita.”

“Janji apa?”

Sena tertegun, perlahan tangannya jatuh mengikuti gravitasi bumi. Kepalanya terasa dihantam sebuah beban seberat seribu ton. Ia bilang janji apa? Sena tidak habis pikir. Setelah tiga tahun menghilang entah kemana kemudian kembali ditepertemukan Chanyeol malah melupakan ikrar janji yang pria itu sendiri anjurkan padanya.

“Sena? Kau melamun?” tanya Chanyeol yang sedari tadi menyadari Sena bergeming.

“Kau sungguh tidak tahu, janji kita tiga tahun yang lalu?” Sena kembali bertanya penuh harap. Chanyeol menggelengkan kepalanya. “Kau melupakan janji itu tetapi kau mengingat tempat ini. Kau bisa melakukan semua kebiasaanmu setiap kemari!” Sena mulai menyerang Chanyeol dengan pernyataan-pernyataan yang Chanyeol sendiri tak yakin kalau ia mengetahuinya.

“Kau tahu? Kau ini pria paling kubenci saat ini!” Sena menghentakkan kakinya keras lalu berlari bersama ratusan butiran air mata yang menggantung di pipinya.

Bersambung…

A/N     : Bagaimana Chapter ketujuhnya? Sesuai harapan atau malah tidak
sama sekali? Saya harap apapun itu, para pembaca
bisa senang dan
masih setia menunggu kelanjutan chapter Love is … hingga akhir.
Jangan lupa tinggalkan tanggapan kamu baik saran ataupun kritik ya,
karena walaupun itu hal kecil tapi artinya sangat besar bagi saya.

  Once  again, thanks for reading <3



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles