Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

[FFcontest] Alter Ego

$
0
0

Judul: Alter Ego

Author: viviviviski

Genre: Romance, Angst

Rating: General

Cast: EXO-K Kai

****

Don’t keep teeling me these words…

You don’t know how much it hurts…

And i’ll promise me your stay…

But now it’s to late…

I’m no longer the man that i was…

“Dokter bilang aku hanya kelelahan Hyung, sebentar lagi aku akan pulang kesana, katakan kepada Manager Hyung aku baik baik saja-” pembicaraan Kai terhenti seketika saat mendapati bahwa dirinya menabrak seseorang. Gadis yang berdiri di hadapannya itu, mengangkat kepala. Kedua mata mereka bertemu, bahkan rasanya, seperti waktu terhenti sesaat. Tatapan polos itu tatapan yang sangat Kai rindukan, dan dirinya tak bisa memungkiri bahwa selama ini ia hidup dalam bayang bayang gadis itu. “Apa yang kau lakukan di Rumah Sakit, Chan Ri?”

Gadis itu tertegun, Kai dapat menyadari hal itu. “Bukan urusanmu.” Ia berlalu dari hadapan Kai. Kali ini Kai yang tertegun. Seseorang yang selama beberapa tahun ini ia cari, tapi Kai membiarkannya pergi begitu saja tanpa mendapatkan apapun. Itu semua karena Kai terkejut dengan perubahan pada gadis itu, dimana senyum manis yang selalu menghiasi bibir merah muda gadis itu?

***

Kai mengacak rambutnya, “Demi Tuhan, Hyung! Aku bertemu dengannya lagi!” kata Kai dengan seluruh nada frustasi di setiap katanya.

“Aku percaya Jong In-ah, aku percaya, tidak perlu membawa nama Tuhan pun aku percaya padamu,” Suho melihat Kai dengan tatapan miris. Dirinya percaya bahwa hanya Park Chan Ri yang dapat membuat salah satu member dari Grup naungannya menjadi gila. Sebagai Leader EXO, Suho berusaha menenangkan salah satu membernya ini.

“Tapi aku tidak yakin ia adalah Chan Ri.”

Kalimat Kai barusan membuat Suho menatapnya penuh tanya. Kai menunduk, “Gadis itu tidak tersenyum, Park Chan Ri yang ku kenal selalu tersenyum, gadis itu terlihat pendiam dan dingin, Park Chan Ri yang ku kenal periang dan ramah.”

“Kai Oppa, temani aku membeli ice cream ya? Ayolah,” Chan Ri merajuk layaknya anak kecil di hadapan Kai. “Tidak mau,” jawab Kai dingin. Chan Ri tetap merujuk dan kali ini menarik tangan Kai dengan manja, “Kai Oppa ayolah, kita sudah bertetangga dan berteman selama 7 tahun, Oppa ayolah, ya? Ya?” Kai mencoba melepaskan tangan Chan Ri dari tubuhnya, “Aku bilang tidak ya tidak!”

“Kai Oppa, aku menyukai mu!” Kai memandang Chan Ri aneh sekaligus terkejut dengan ucapan Chan Ri. “Kai Oppa, jadilah pacar ku?” lanjut Chan Ri. Kai memegang dagu Chan Ri, kemudian mengangkat wajah gadis itu,”Berhenti main main,” ujar Kai dengan penekanan di setiap katanya.”Aku tidak main main, Oppa. Aku benar benar menyukaimu, Oppa. Kalau kau menjadi pacarku, aku akan membelikan susu coklat dingin tiap hari untukmu, bagaimana?” Chan Ri terus memohon. Kai memukul pelan kepala Chan Ri, “Tidak semudah itu bodoh! Umur ku baru saja 14 tahun dan kau 12 tahun, kita masih kecil. Lagipula, aku sama sekali tidak tertarik pada mu.”

Kai tersenyum miris, “Kau tau Hyung? Aku tidak pernah berfikir sama sekali bahwa aku akan mengalami karma. Ketika aku luluh terhadap wanita yang bernama Park Chan Ri itu, karna usaha dan ketulusannya untuk selalu berada di sisi ku. Tapi ketika aku benar benar jatuh padanya, dia pergi dan menghilang.”

Suho mengusap pelan punggung Kai, “Kau harus menemuinya, katakan yang sesungguhnya Jong In-ah, di hari yang sama, tempat yang sama dan jam yang sama seperti saat kau bertemu dengannya tadi, mungkin itu jadwal check up nya ke Rumah Sakit.” Suho kemudian mengacak rambut Kai, “Berhenti menangis, aku tidak mau salah satu member ku terkenal cengeng.”

Kai menangkis tangan Suho di kepalanya, “Hyung! Aku tidak menangis!”

****

Kai duduk di kursi tunggu yang berada di depan ruangan tempat Chan Ri keluar kemarin. Wajahnya berkerut kerut menunggu Chan Ri, tatapannya terus tertuju pada ruangan itu. Kai benar benar tidak mengerti apa yang Chan Ri lakukan di ruang psikiater. Kai berkali kali melirik jam tangan di tangan kirinya. Detik menjadi menit, menit menjadi jam, hampir 4 jam Kai menunggu di depan ruangan itu, tapi nihil, Chan Ri tidak menunjukan batang hidungnya sedikitpun. Kai bersumpah, dirinya sangat benci menunggu, kalau tidak untuk wanita yang ia cintai, ia tidak akan melakukan ini.

“Apakah anda sedang menunggu Chan Ri-ssi?”

Seorang wanita yang usia nya kira kira sudah berkepala satu dengan jubah putihnya itu berdiri di depan Kai. Kai mendongak menatapnya. Wanita itu mengulurkan tangannya, “Aku Dokter Han, dokter pribadi Chan Ri-ssi.”

Kai bangun dari duduknya, kemudian menjabat tangan Dokter Han. “Aku Kai, teman Chan Ri. Tunggu, Anda dokter pribadi Chan Ri? Memangnya Chan Ri sakit?” Dokter Han tidak menjawab pertanyaan Kai, ia hanya tersenyum seraya berkata, “Lebih baik membahasnya di kantin rumah sakit sebelum jam makan siang ku habis.”

***

Kai yang meminum kopi panasnya membuat Dokter Han tersenyum. “Chan Ri juga menyukai kopi, dulu.” Kai tertawa kecil, “Ya, kami memang sering membuat kopi bersama dulu, saat kami masih bertetangga.”

“Kai-ssi, aku benar benar membutuhkan bantuan mu untuk menyembuhkan Chan Ri. Dan aku berfikir hanya kau satu satunya orang yang Chan Ri punya, hanya kau yang dapat menyembuhkannya.”

Kai dengan susah payah meneguk air liurnya. Mimik Dokter Han sangat serius kali ini. Memang separah apa penyakit Chan Ri? Kai sendiri sejujurnya tidak siap mendengar perkataan Dokter Han selanjutnya.

Dokter Han meneguk ludah, sebelum akhirnya melanjutkan ucapannya, “Chan Ri menderita penyakit Alter Ego, penyakit yang membuat penderitanya mempunyai dua kepribadian atau lebih, disebabkan karena trauma pada masa lalu, alter egonya akan muncul jika ia melihat hal hal yang menyebabkan trauma pada masa lalunya itu.”

“Ini memang tidak mudah dimengerti, kau ingat kejadian minggu lalu saat kau bertemu dengan Chan Ri? Aku melihat kalian dari ruangan ku. Kau melihat perbedaan yang jelas pada dirinya bukan? Dia sedang dikuasi oleh alter egonya, karena kau terlibat dalam trauma masa lalunya.” Kai mengangguk pelan, mulai mengerti sedikit demi sedikit tentang penyakit Chan Ri.

“Aku terlibat dengan masa lalunya?” Kai akhirnya membuka mulut.

“Kau ingat kejadian saat kau berkelahi dengan teman mu? Chan Ri merawat mu di rumah dan kau menahannya agar tidak pulang, hingga Chan Ri lupa memberikan suntikan insulin ke ayahnya yang sudah koma akibat penyakit diabetesnya. Kau pasti tau ibu Chan Ri sudah meninggal, hanya Chan Ri yang merawat ayahnya, walaupun saat itu ia masih kecil. Ayahnya sudah tidak bisa bangun dari tempat tidur, ayah Chan Ri mengalami kelumpuhan parah. Dan karena tidak mendapatkan suntikan insulin pada waktunya, ayah Chan Ri meninggal. Chan Ri sangat terpukul, dan dari kejadian itu, alter egonya muncul.”

Kai tidak dapat mengatakan apapun, bibirnya terasa berat, jantungnya berdegup cepat. Saat itu, ia tidak berfikir panjang bahwa kejadiannya akan menjadi seperti ini. Saat itu, ia hanya ingin berada disamping orang yang membuat hatinya luluh. “Jadi, apa yang harus kulakukan?” tanya Kai akhirnya.

Dokter Han mengenggam tangan Kai diatas meja, “Bantu dia sembuh, bantu Chan Ri menjadi dirinya yang dulu, Chan Ri yang kau kenal. Tapi setelah ia sadar dari koma diabetiknya.”

“Dia koma?” pekik Kai terkejut.

***

Rambut yang dikuncir dua, kening yang ditutupi poni, tipikal Chan Ri sejak dulu. Park Chan Ri tersenyum dan sesekali tertawa di atas ranjang rumah sakitnya. Senyum yang ramah, senyum yang sama seperti senyum empat tahun lalu yang Kai lihat. Hanya saja kali ini, pipi dan tubuh gadis itu terlihat kurus. Matanya seakan akan tersenyum, walaupun sayu.

Suster yang berdiri di samping ranjangnya itu membicarakan sesuatu yang kemudian dibalas anggukan oleh Chan Ri. Chan Ri menyibakan selimutnya, kemudian menaikan sedikit kaus bagian bawah yang ia kenakan. Suster itu menyuntikan sesuatu di bagian perut Chan Ri. Chan Ri terlihat meringis sakit dengan mata yang terpejam. Hati Kai bagai teriris iris, tercabik cabik, seumur hidupnya, untuk pertama kalinya, ia melihat sosok Chan Ri yang menderita. Walaupun dirinya pernah melihat Chan Ri jatuh dari sepeda nya dan menangis meraung raung, tapi rasanya tidak pernah sesakit ini, saat dirinya melihat sosok Chan Ri yang menderita dalam arti lebih.

Dari balik pintu yang menghalangi ruang antara mereka, Kai menunduk, memejamkan matanya. “Tuhan, aku benar benar menyayangi orang yang sedang menderita di dalam sana. Biarkan aku hidup bersamanya.”

Kai mengangkat kepalanya. Dengan keberanian yang sudah ia kumpulkan, pria itu membuka pintu kamar bernomor 2796. Chan Ri dan susternya menoleh bersamaan. Hening. Mereka semua terdiam. Bahkan jarum jam pun rasanya berdetik dengan nyaring diantara mereka. Chan Ri tiba tiba melempar bantal ke arah Kai.

Park Chan Ri mengerang dan menjerit tanpa kendali. Tangannya menutup kedua telinganya, mata terpejam, kepalanya menggeleng dengan cepat. Bahkan tubuh gadis itu bergetar dengan hebat. Air matanya yang seolah olah tidak ingin tertinggal moment itu, turun deras membasahi pipinya. “KELUAR!!!” jerit Chan Ri kemudian mengerang hebat.

Kai membulatkan matanya karna terkejut, kemudian ia mundur perlahan dan meninggalkan ruangan itu. Kai tidak menduga duga reaksi Chan Ri yang sehebat tadi. Setelah menunggu beberapa menit, Kai kembali mengintip Chan Ri dari balik pintu kamarnya. Gadis itu kini sudah tertidur pulas akibat obat penenang yang baru saja disuntikan oleh Dokter Han.

Dokter Han keluar dari ruangan Chan Ri, kemudian memegang bahu Kai, “Kau mendekatinya dengan cara yang salah, ikut ke ruangan ku dan aku akan memberitahumu, Kai-ssi.”

***

Kai tersenyum tipis memandangi Chan Ri yang masih terlelap. Diambilnya kursi yang kemudian ia gunakan untuk duduk disamping ranjang Chan Ri. Kai memandangi wajah Chan Ri. Kenangan kenangan masa lalu berkelebat di dalam pikiran Kai layaknya sebuah film, hingga membuat pria itu tersenyum tanpa disadarinya.

Park Chan Ri mulai menggerakan badannya pelan. Kelopak matanya mulai bergerak. Dengan cekatan Kai menaruh telapak tangannya di atas kedua mata Chan Ri. Chan Ri terlihat terkejut, tangannya mencengkram seprai ranjang dengan kuat. Desiran udara hangat mengalir dari tangan Kai menuju wajah Chan Ri melalui sentuhan mereka.

Nafas Chan Ri mulai memburu. “Park Chan Ri, kumohon tenang lah,” bisik Kai tepat di telinga Chan Ri. Bisikan yang sangat lembut, bahkan kelihatannya mampu membuat bulu tengkuk Chan Ri merinding.

“Aku hanya ingin berbicara dengan mu. Aku janji ini hanya sebentar. Chan Ri, kumohon maafkan aku. Aku benar benar tidak tau keegoisan ku saat itu dapat mengakibatkan hal yang seperti ini. Empat tahun yang lalu, seorang gadis bernama Park Chan Ri telah membuat ku jatuh, setelah bertahun tahun ia membuat lubang yang besar di dalam hati ku. Ketika aku benar benar terjebak dalam perangkapnya. Ia pergi. Dan kini, empat tahun, aku telah mencari mu, dan aku tidak akan pernah melepas mu lagi.”

Kai mengangkat tangannya. Tangannya basah, gadis itu menangis. Tiba tiba gadis itu bangun dan memeluk Kai. Memeluknya dengan sangat erat. Kai yang terkejut akhirnya membalas pelukan Chan Ri. Sungguh, rasanya Kai ingin menangis saat itu.

“Kai Oppa, aku mencintaimu.” Dan untuk pertama kali dalam sejarah hidup Kai. Pria itu menangis di depan seorang wanita yang bukan keluarganya. Pria itu memejamkan matanya, “Aku mencintaimu lebih dari kau mencintaiku, Park Chan Ri. Hiduplah untuk ku. Bertahanlah untuk ku. Karena aku benar benar membutuhkan mu.”

****

“Aku hanya sebentar, katakan pada Chanyeol Hyung untuk menghabiskan jatah makan ku. Ah! Tapi jangan suruh dia habiskan susu pisang ku yang ada di kulkas. Aku tidak akan pulang larut. Lagi pula ini masih sore. Kau dapat memegang ucapan ku, Hyung. Sampai nanti.”

Kim Jong In mencabut baterai handphonenya sesaat sebelum memasukan handphone itu ke sakunya. Ia benar benar tidak ingin di ganggu saat ini. Seikat bunga lili putih ia cengkram dengan erat di tangan kanannya. Desir angin laut membelai rambutnya, berbisik di telinganya. Pasir pasir putih terselip di sela sela jemari kakinya. Kai mendekat ke bibir pantai. Kai  berjongkok kemudian menghanyutkan bunga lili itu ke laut. Ia kembali berdiri tegap dengan kedua tangan yang dimasukan ke saku celananya. Kai memandang matahari yang hampir tenggelam.

“Park Chan Ri, kau tau? Ini cinta yang sulit. Kau dan aku tidak pernah ditakdirkan untuk bersama. Dan hari ini, di Pantai Naksan, aku memandangi senja pertama yang kunikmati setelah kau pergi. Aku tidak bisa mencintaimu seperti yang aku inginkan. Aku belajar bahagia tanpa mu.”

Mata Kai memerah dan sembab, pipinya telah basah, entah sejak kapan ia menangis. Dadanya sesak saat kembali mengingat pemakaman Chan Ri seminggu yang lalu. Hatinya teriris saat menyadari kenyataan bahwa senyum Chan Ri waktu itu, adalah senyum terakhir dari Chan Ri untuk dirinya. Dirinya menganggap semua itu fana, tetapi kenyataan di sekelilingnya mengatakan hal yang berbeda.

“Park Chan Ri, aku dan dirimu hanya terpisah sementara. Hanya terpisah oleh dua dimensi yang semu. Chan Ri, kau kini ada dimensi baru, entah kapan, lambat laun, aku pasti menyusul mu ke dimensi itu. Kau harus menunggu ku Park Chan Ri, apapun yang terjadi. Park Chan Ri, aku mencintaimu.”

I will go on without her…

Like a fool who’s too sure…

I’m like a bird who’s lost her wing…

A fire without its flame…

I don’t know how to be strong…

When my love has to move on…

I am a song without a soul…

Now that she’s gone…

What’s left of us is this song…

END

 Admin’s note: So sorry we just publish it now and without poster. We still can’t access our email. Please always support us. Thank you.



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles