Stay With Me
Judul : Stay With Me
Nama author : Meilita Rinalti
Genre : comfort, angst
Length : oneshoot
Rate : 13+
Main casts : EXO’s Xiumin ; Eiko Kim ; TVXQ’s Yunho
========
Akankah kau berada disisiku?
Daun – daun kecokelatan kering yang sudah tak kuasa menempel pada ranting berguguran satu demi satu, seperti perasaan yang hancur. Seperti harapan yang akhirnya redup karena sudah kehilangan keteguhan. Lelah menunggu.
Kim Min Seok menghela napasnya, seraya menggeleng. Menghalau pikirannya sendiri, sambil merapatkan mantel cokelatnya. Angin berhembus dingin.
“Cepat – cepat! Astaga, kalian lama sekali.” Im Hyun Kyun mengacak rambutnya gusar sambil bersandar di van hitam itu. Mesinnya sudah menyala, menunggu seluruh personil boyband ternama tersebut naik ke dalam.
“Berhenti menggerutu, sajangnim.” Gumam Sehun dengan tenang memainkan ponselnya. Hyun Kyun menatap tajam laki – laki tinggi tersebut, “Siapa yang menggerutu?”. Sehun hanya menjedikkan bahunya, matanya masih terus focus pada layar besar ponsel yang digenggamnya.
“Xiumin! Min Seok! Cepat!” panggil Kris sementara tangannya melambai tak sabar. Min Seok hanya diam, menatap daun – daun yang terbang terbawa angin. Melamun. Kris menghela napas sabar, kemudian mendekati Xiumin atau Kim Min Seok. Tangannya terulur dan meremas bahu Xiumin.
Laki – laki bermata kecil itu menoleh, mendapati leadernya sedang tersenyum menghibur, “Aku akan naik sesudah semuanya naik.” Katanya sambil tersenyum. Kris menghela napas berat, “Kau masih memikirkannya?”. Xiumin memutar bola matanya, “Siapa?”
“Bukan siapa – siapa.” Kris terkekeh, kemudian menepuk punggung Xiumin pelan. “Musim gugur ini.. begitu berat.” Gumam Xiumin, membuat langkah Kris terhenti.
***
“Jangan dulu mengantuk, Eiko-ya.” Jung Hyun Sik mengingatkan.
Eiko mengembungkan pipinya setelah menguap, tangannya tengah menggosok piring kotor di bak cuci piring restoran Jepang tempatnya biasa bekerja. “Arraseo.” Gumamnya pelan. Ia yakin ia tidak bekerja terlalu keras. Setengah jam ia berdiri didepan bak cuci piring, dan tangannya sudah berkerut karena terlalu lama berinteraksi dengan air.
Kepalanya yang pening ia abaikan, sementara sel kelabu otaknya memikirkan tiket meet and great yang ia temukan tergeletak didalam lokernya. Siapa yang meletakkan benda itu?
Baginya, tiket semahal itu pasti tidak mudah untuk mendapatkannya. Kesempatan yang dibuka oleh selembar kertas tiket tersebut bisa membuat jantungnya ingin meledak. Dengan tiket itu, ia bisa bertemu, bertatap langsung dengan Kim Min Seok, personil EXO favoritnya.
Bukan kebetulan ia menemukan tiket asli tersebut pagi ini di lokernya. Seseorang pasti menaruhnya. Atau seseorang mungkin tidak sengaja menaruhnya di lokernya. Eiko mengerutkan keningnya, orang bodoh mana yang teledor salah menaruh tiket berharga itu di lokernya?
Apa ia harus menanyakannya pada teman – teman kerjanya? Tidak. Eiko refleks menggelengkan kepalanya cepat. “Kebiasaan menggelengkan kepala itu belum hilang?” Jung Yun Ho mengambil alih piring kotor di tangan Eiko.
Eiko mengerjap, dan menatap laki – laki tinggi disebelahnya yang tengah menggosok piring kotor tersebut sepenuh hati. Senyum tak lepas dari wajahnya yang tampan. Tidak heran kenapa banyak orang yang senang dilayani oleh laki – laki itu.
“Ah, iya. Kau belum pulang?”
Yun Ho menggelengkan kepalanya, seraya menoleh dan menatap Eiko, “Ani. Aku mau ambil double-shift.” Katanya masih sambil tersenyum. Mata Yun Ho yang kecil dan wajahnya yang panjang membuatnya seperti rubah yang manis. Eiko mengganggukkan kepalanya, “Kenapa? Ini kan malam minggu. Kau harusnya pergi keluar.” Ia meraih piring lainnya yang terendam di bak cuci piring. Namun tangan Yun Ho yang sudah bebas mengambil alih piring tersebut, dan membersihkannya cepat.
Eiko mengerutkan keningnya, “Kenapa kau seperti ini?”
Yun Ho hanya tersenyum, “Apa? Tampan? Aku tampan seperti biasa.” Sementara Eiko memutar bola matanya. Yun Ho terkekeh, “Pulanglah. Aku akan membereskan pekerjaanmu.”. ia mendorong halus tubuh mungil Eiko.
“Aish, jinjja. Kau pikir kau ini baja? Pekerjaanmu saja sudah melelahkan, masih mau mengerjakan pekerjaanku.” Omel Eiko sambil berkacak pinggang. “Wae geurae? Sekarang kau perhatian padaku?”
Eiko mendesah keras, “Kau harus mengurangi sikap narsismu itu.” Cibirnya. “Arraseo.” Yun Ho tersenyum, lagi. Eiko mengelap tangannya, “Karena kau sudah mengatakannya, tolong bereskan pekerjaanku. Aku ada urusan. Annyeong!”
Yun Ho menatap gadis berambut panjang yang sudah berlari dan hilang karena pintu tertutup. Ia menghela napas, “Annyeong.” Katanya pelan. “Aku menyukaimu.” Bisiknya pada angin.
***
Eiko turun dari kereta bawah tanah dan berjalan menuju flat kecilnya di sudut kota Seoul. Cuaca musim gugur menuju musim dingin membuat asap putih keluar dari napas Eiko. Ia menggosokkan kedua tangannya sambil meniup – niupnya.
Bruk!
Seseorang menabrak Eiko, membuat tas tangannya jatuh dan isinya tumpah ke jalan. Orang itu segera berlutut dan memungut barang – barang Eiko yang berceceran di jalan. Eiko memperhatikan orang yang baru saja menabraknya. Laki – laki dengan tinggi sekitar 170cm, topi yang sengaja diturunkan, rambutnya yang menyembul berwarna oranye keemasanl, dan mantel cokelatnya yang panjang menutupi setengah tubuh tegapnya.
Rambutnya seperti rambut milik Xiumin. Eiko membulatkan matanya dan menahan napasnya. Bagaimana kalau orang itu memang Xiumin?! Tidak, tidak, tidak. Fantasinya terlalu berlebihan. Ia terlalu sering membaca fanfiction. Eiko kembali menggelengkan kepalanya.
Karena asyik melamun, laki – laki itu sudah membereskan barang – barang milik Eiko dan mengembalikannya ke dalam tas. Laki – laki itu terus menunduk, tangannya terulur mengulurkan tas tangan Eiko.
“Joseonghamnida.”.
Suaranya agak serak.
“Ah, ye. Gwechana. Kenapa anda menutup wajah anda?” Eiko tidak dapat menahan rasa penasarannya dengan laki – laki sok misterius ini. Ia memiringkan wajahnya, mencoba mencari wajah milik laki – laki dihadapannya.
Namun laki – laki itu semakin menurunkan topinya, seperti tidak membiarkan Eiko untuk menatapnya. “Saya harus pergi.” Gumamnya. Ia berjalan cepat dan meninggalkan Eiko yang masih bengong di tempatnya.
Ia berjalan menuju flatnya sambil menggelengkan kepalanya, “Laki – laki aneh.” Gumamnya pada diri sendiri. Ia harus melupakannya. Segera pulang, membereskan dirinya kemudian pergi tidur karena ia harus ke Busan besok pagi.
Untuk menghadiri acara EXO fansign.
Eiko tersenyum sendiri, sambil memeluk tasnya dan berjalan santai. Ia sudah memutuskan untuk pergi dengan tiket yang ia temukan di lokernya.
***
“Kau sudah beli obatmu?” Kyun Hyun menyambut Xiumin didepan pintu. Xiumin hanya mengangguk, kemudian melesat menuju kamarnya. “Ia masih risau.” Kim Jong Dae angkat suara. “Cinta pertama memang sulit dilupakan.” Kyun Hyun terkekeh lalu berjalan ke dapur.
“Memangnya Baozi-hyung kenapa?” gumam Sehun.
“Yoon Eun Yeol sudah menikah.” Tukas Luhan ringan sambil memainkan game di laptop kecilnya. “Ah, cinta pertama hyung itu?” tebak Sehun. Luhan mengangguk, “Karena itu, hati – hati dengan hatimu.” Gumamnya sambil tertawa. “Itu bukan lelucon.” Tukas Chan Yeol cepat.
“Aish, kalian ribut sekali. Cepat tidur. Besok kita harus ke Busan.” Perintah Kris.
Xiumin bisa mendengar permbicaraan ruang tengah dari kamarnya, namun ia bersikap tidak peduli. Ia masih memikirkan gadis yang tak sengaja ia tabrak di depan apotik tadi saat membeli obat untuk tenggorokannya.
Gadis itu terlihat seperti penderita anemia dengan warna kulit yang putih pucat serta lingkaran hitam dibawah matanya, juga cara berjalannya yang lunglai. Tubuhnya mungil, wajahnya khas orang Asia. Mungkin Jepang. Rambutnya tipis dan panjang. Gadis itu tampak menggemaskan jika saja ia lebih merawat diri, dan tersenyum. Matanya melebar tadi saja sudah membuat Xiumin geli.
***
“Pastikan kau meminum obatmu.”
“Jangan lupa selalu minum.”
“Istirahat jika kau merasakan pusing atau lemas.”
Eiko hanya menganggukan kepalanya pelan sambil membereskan barang – barangnya dan memasukkannya ke tas, sedangkan bahu kanannya mengapit ponsel, mendengarkan ceramah orang tuanya.
Kedua orangnya tidak mengijinkannya pergi, namun Eiko menangis hingga akhirnya orang tuanya membiarkannya pergi.
“Arraseo! Aku akan baik – baik saja.” Eiko menutup flap ponselnya dan bergegas menuju halte bus. Jalanan agak padat karena hari ini hari minggu. Sesampainya di Busan, kerumunan manusia sudah terlihat tengah berteriak – teriak sambil membawa banner, poster, atau tulisan raksasa yang terbuat dari karton.
Eiko berusaha menguatkan dirinya, tanpa ia sadari ia mengepalkan tangannya sendiri dan menghela napas, “Aku akan baik – baik saja. Fighting!” bisiknya. Ia berjalan. Dari beberapa meter, Eiko samar mendengar riuh rendah pada fans yang berjubel di lobby.
“Eotteoke?”
“
Ko! ..Eiko!!” seseorang berteriak dan menggenggam tangan Eiko. Gadis itu segera menoleh, mendongakkan kepalanya dan bernapas lega mengenali si pemilik tangantersebut. “Aku memanggilmu daritadi. Kau tidak mendengarku?” laki – laki itu berbicara dengan terengah – engah, membuat kata-katanya terdengar tak jelas. Eiko menggeleng, “Ani, aku sama sekali tak mendengarmu. Mereka berisik.” Dalih Eiko polos.
“Jung Yun Ho, kenapa kau disini?” tanya Eiko kemudian.
Yun Ho tersenyum, mengeratkan genggamannya dan merasakan dingin menyergapi telapak tangannya. Tangan Eiko dingin. Kemudian tersenyum pahit, “Aku akan menjagamu.” Tegasnya. Eiko mengerutkan keningnya, “Darimana aku tahu kau ada disini?” menatap tangan besar Yun Ho yang biasa memasak tersebut dengan hati berdebar.
“Apa yang Jun Yun Ho tidak tahu?” Yun Ho tertawa, sedangkan Eiko memukul pelan bahu kokoh Yun Ho. Laki – laki itu melepaskan pegangannya, membuat gadis itu mendongak untuk menatapnya.
Namun tanpa diduga, laki – laki itu melepaskan jaket yang membalut kaus putihnya dan menyampirkannya di bahu sempit Eiko. “Ayo, kita harus cepat.” Yun Ho menarik tangan Eiko untuk masuk ke dalam kerumunan.
Yun Ho terus mengawasi Eiko. Ia terus menoleh ke depan dank e belekang. Memastikan langkahnya, dan memastikan apakah Eiko baik – baik saja. Gadis itu hampir saja terhimpit pada fans – fans jika saja ia tidak segera menariknya ke pelukannya.
“Y.. Yun Ho.” Eiko berbisik lirih.
“Kita akan sampai.” Gumam Yun Ho. Tangan kannya tersampir dibahu Eiko, tangan kirinya dibelakang kepala gadis itu, sementara Eiko dapat merasakan napas Yun Ho yang memburu di pucuk kepalanya.
Ada banyak yang tak dapat ia pahami dengan Jung Yun Ho. Kenapa ia kemari? Mau apa ia kemari? Kenapa ia bertingkah seperti ini? Eiko meringis sambil memegang kepalanya.
“G.. Gwechana?”
Eiko tersenyum, “Ne. Aku baik – baik saja..”
Bohong.
Eiko menegapkan tubuhnya, menarik Yun Ho untuk tetap menerobos kerumunan tersebut. “Tetap bersamaku.” Ujar Eiko.
***
Para personil EXO sibuk memberi fanservice. Mereka ada dibelakang meja panjang berlapis kain putih, sambil terus tersenyum ramah dan memberi tanda tangan. Xiumin melambaikan tangannya pada gadis dengan blus kuning tersebut.
“Ia sangat cantik.” Gumam Chan Yeol pelan di telinga Xiumin. Xiumin terkekeh, “Sudahlah.” Ia mendongak. Menatap fansnya dan memberi sapaan ramah. “Xiumin-oppa, kau punya cinta pertama?” tanya gadis itu. Xiumin sedikit terbelalak, namun ia segera mengendalikan ekspresinya.
“Tentu saja.” Gumamnya santai.
“Bagaimana dengannya? Apa kau bahagia?”
Kali ini Xiumin hanya tersenyum tipis, “Aku bahagia dengan EXO.” Katanya cepat. Selanjutnya, seorang gadis dengan laki – laki tinggi merangkulnya. “Yun Ho, lepaskan tanganmu! Ah, Xiumin-oppa! Annyeong haseyo!”
Gadis ini..
Xiumin familiar dengan gadis ini.
Gadis dengan suara agak cempreng, gadis dengan kulit pucat seperti penderita anemia, gadis dengan rambut panjang dan tipis, gadis yang tak sengaja ia tabrak semalam didepan apotik di Seoul saat membeli obat.
“Ah, annyeong haseyo.” Gumam Xiumin ramah.
Gadis itu dengan sumringah menyodorkan bukunya, “Aku suka saat Oppa berpikir. Membuatku mencoba menerka apa yang sedang Oppa pikirkan. Dan akhirnya aku membuat banyak sekali hipotesis. Aku jadi penasaran apa Oppa memikirkanku.” Tukas gadis itu kemudian tertawa malu – malu. Pipi tirusnya dihiasi semu kemerahan.
Gadis ini memang cantik saat tertawa, apalagi tersipu seperti ini. Xiumin mengerjap dan segera membubuhkan tanda tangan di atas buku gadis itu. Tidak seperti fans lain yang menyodorkan CD album atau foto, gadis ini menyodorkan buku agenda kantor. Buku yang sedikit usang seperti sudah termakan usia, namun gadis itu membuka halaman paling depan. Gadis itu bukannya menyukai Xiumin saat aegyo, atau saat tersenyum, atau saat menari bahkan bernyanyi. Tapi berpikir.
Aneh.
“Ah, geurae? Kau perhatian sekali. Siapa namamu, hm?” Xiumin heran dengan perubahan nada bicaranya yang melembut, seperti ahjussi – ahjussi perayu di bar. “Eiko Kim imnida! Bangapta!” gadis itu tersenyum cerah. “Nado bangapta. Kau dari Jepang?” tanya Xiumin.
Gadis itu menggeleng, “Ayahku orang Korea. Ibuku orang Jepang.” Katanya. Laki – laki dibelakangnya yang tadi dipanggil Yun Ho membisikkan sesuatu di telinga gadis itu. Sepertinya mereka sangat dekat. Seperti sepasang kekasih.
Memikirkannya membuat Xiumin sendiri terusik.
Kali ini, para personil EXO ada di atas panggung, melaksanakan meet and great. Mata Xiumin terus mencari gadis mungil Jepang itu diantara kerumunan fans-penonton. “Xiumin, apa pendapatmu?”
Sadar namanya dipanggil, Xiumin gelagapan, “Apa? Bisa ulangi pertanyaannya sekali lagi?” membuat gelak tawa para fans. Xiumin hanya tersenyum polos. Memamerkan pipinya yang terangkat dan deretan gigi kurusnya.
Matanya terus mencari.
Kemana Eiko?
“Seseorang pingsan!”
Para hadirin terlihat panic, ingin tahu siapa yang pingsan dan membuat suasana kacau.
“Kalian diamlah disini.” Manager Kyun Hyun segera berlari menuruni panggung, menghampiri pusat perhatian para fans. Petugas medis dengan membawa tandu memasuki kerumunan kacau tersebut. Menyelamatkan korban.
Eiko?!
Xiumin menahan napas saat petugas medis membawa Eiko di tandu, dan laki – laki jangkung yang tadi menemani Eiko mengikuti petugas medis tersebut menuju ambulance. Xiumin berdiri dari tempat duduknya dan berlari ke belakang panggung.
“Aku ingin melihatnya.” Gumam Xiumin pada Kyun Hyun. Sang manager menggeleng keras, “Tuntaskan pekerjaanmu. Itu hanya masalah kecil. Kita sudah merawatnya.” Tegas Kyun Hyun. Xiumin menggeleng cepat, “Aku ingin melihatnya!” ulangnya dengan nada tinggi.
“Untuk apa?!” kali ini manager mulai kehilangan kesabaran.
“Karena ia fansku!”
Kyun Hyun menghela napas panjang, “Kerjakan pekerjaanmu. Nanti kukabari kabar tentang gadis itu. Ia seperti mayat hidup.” Kyun Hyun membuka ponselnya dan menempelkan benda itu di telinganya, menelpon seseorang.
“Ia bukan mayat!” bentak Xiumin. Laki – laki itu berjalan cepat kembali menuju panggung. Kyun Hyun menaikkan sebelah alisnya, tangannya yang tengah menggenggam ponsel perlahan turun.
Ada sesuatu yang membuat Xiumin menjadi sensitif seperti itu. Kyun Hyun juga memperhatikan perbedaan fanservice Xiumin pada gadis Jepang itu dengan fans lainnya. Ada apa? Apa karena patah hati yang begitu mendalam? Ah, tidak itu konyol.
“Yeobseyo? Sajangnim?”
“Ye? Oh, ye. Apa gadis itu baik – baik saja?”
Wajah Kyun Hyun yang sedikit tegang karena kekacauan yang sudah mereda tadi perlahan memudar, digantikan ekspresi tak percaya. “Apa kau bilang?”
Hari sudah sore, dan para personil EXO ada di dalam van. Acara tersebut terlaksanakan dengan baik. Tak ada kekacauan yang berarti, dan para fans sepertinya puas dengan acara meet and greet tersebut.
Xiumin menatap jauh. Punggungnya bersandar pada kursi, kakinya yang tertekuk bergerak gusar. Ia masih memikirkan Eiko. Ia merasakan ada yang tidak beres dengan gadis itu.
Gadis itu bergerak anggun sekali. Responnya saat tertabrak kemarin juga bukan respon orang biasa yang akan dengan segera memungut barang – barangnya atau mengomel. Gadis itu seperti youtube. Ia harus buffering untuk melakukan sesuatu. Kurang lebih seperti itu.
Pintu van terbuka dan membuat seluruh perhatian tertuju pada pintu tersebut. Manager hyung. “Xiumin, ikut aku.”
***
“Kau baik – baik saja?”
Eiko mengangguk sambil tersenyum, “Dokter bilang aku hanya kelelahan. Aku harus tinggal beberapa hari agar dokter bisa memastikan nutrisiku.” Ujarnya menenangkan. “Kau tak perlu cemas.” Lanjutnya pelan. Yun Ho menghembuskan napas lega, “Kupikir jantungku akan berhenti berdetak saat melihatmu tiba – tiba jatuh tadi.” Katanya.
Eiko tertawa, “Kau berlebihan.”
Yun Ho mendongakkan kepalanya, menatap langsung pada mata sayu Eiko, kemudian tersenyum hangat, “Kau mau kubelikan sesuatu?”. Eiko mengangguk cepat, “Aku ingin… ddeokbokki!” katanya ceria. “Sudah lama sekali kau tidak makan ddeokbooki. Kukira kau tidak suka beras yang ditumbuk.”
Eiko menjedikkan bahunya, “Aku sedang ingin. Belikan ddeokbboki. Jebal… Aku pusing, ingin yang pedas – pedas. Arrachi?” ia memasang tampang seperti anak kecil minta dibelikan permen. Yun Ho tertawa, kemudian mengacak pelan rambut Eiko. “Aish, jangan!” Eiko menghindar cepat. Yun Ho menggangguk, “Arraseo. Ddeobboki siap diantarkan.” Ia berjalan santai keluar ruang perawatan. Dan saat pintu terbuka, Yun Ho tersentak karena Xiumin sudah ada diambang pintu. Menatapnya tajam.
“Aku ingin melihat keadaan Eiko Kim.”
***
“Eiko?”
Gadis itu bergemig. Bola matanya bergerak dari kanan ke kiri, dan kadang mengerjapkan matanya. Ia sedang membaca buku. “Eiko?” panggil Xiumin lagi. Kali ini gadis itu menatap kesamping, seperti mencoba mencari sesuatu, kemudian mendongak dan matanya membesar mendapati Xiumin ada disini.
Seorang idol, idol favoritnya, idol yang ia dambakan untuk dijadikan suami, idol yang suka ia bayangkan saat membaca fanfiction. Kim Min Seok. Dan laki – laki bermata kecil dan berleher indah itu kini ada dihadapannya, di dalam kamar rawatnya, dan tersenyum kepadanya.
“Xi.. Xiumin-ssi?”
Xiumin menggangguk sambil tersenyum, “Kau baik – baik saja?” tanyanya cemas.
“Aku baik – baik saja.” Tukas Eiko cepat. “Baguslah. Aku.. sempat khawatir saat petugas medis membawamu dengan tandu.” Xiumin mengusap tengkuknya kikuk. Eiko tertawa ringan, “Tenanglah. Aku hanya kelelahan. Aku sangat senang kau ada disini.”
Kelelahan katanya?
Xiumin menatap gadis itu, memasang senyum terbaiknya, kemudian mengusap pelan pucuk kepala gadis itu.
Gadis itu tampak sangat sakit. Sangat rapuh. Namun ia berusaha menyembunyikannya. Xiumin meringis pelan menatap telapak tangannya yang ia angkat dari pucuk kepala Eiko. Rambut yang rontok.
Kelelahan? Jangan bohong.
“Kau..”
“Ne?”
Xiumin menggeleng cepat dan tersenyum, “Kau tidak bosan berada disini?”. Yun Ho mendesah keras dan membuka pintu. Ia yang sedari tadi mengawasi mereka akhirnya jengah. Terdengar pintu tertutup. Perhatian Eiko teralih pada pintu yang baru saja tertutup, “Tentu saja aku bosan.” Jawabnya akhirnya.
“Ayo kita keliling rumah sakit.” Ajak Xiumin tersenyum cerah.
Mata Eiko seperti ingin jatuh dari tempatnya saat Xiumin menawarinya fanservice gratis seperti ini. Namun cahaya di wajah Eiko meredup sambil menatap kakinya.
“Ada apa?”
“Aku.. tidak kuat berjalan.”
Xiumin terdiam, “Keundae… Aku akan bawa kursi roda. Chakamakan.” Katanya riang. Eiko mengangguk pelan. Xiumin tersenyum, “Tunggu aku. Arrachi?”. Eiko mengacungkan jempolnya, “Arraseo.” Masih dengan senyuman di bibi tipisnya. Xiumin berjalan keluar kamar perawatan.
***
Xiumin menghela napas. Senyumnya memudar. Ia menarik tangannya dari kenop pintu yang baru saja ia tutup, dan menempelkannya pada nama yang tertera di pintunya.
EIKO KIM.
“Eiko gadis yang manis, bukan?”
Xiumin segera menegakkan kepalanya saat suara Yun Ho menyapa pendengarannya. Kemudian ia berbalik, dan mengangguk menyetujui, “Sangat. Ia pandai sekali menyembunyikan sesuatu.” Ia menatap Yun Ho yang tengah menatap jauh. Apa yang sedang laki – laki itu pikirkan? Sepertinya bola dunia ada dipundaknya sekarang.
“Kanker otak.”
“Mworago?”
“Eiko.. punya kanker di otaknya.” Mata Yun Ho yang tajam seperti panah menatap Xiumin.
[Gadis Jepang itu kanker otak stadium akhir. Dokter bilang kita hanya menunggu waktu.
Kenapa harus dia?
Tidak semua fans itu sehat, kan?]
“Aku menyukainya. Dulu ia cantik sekali. Sampai kanker itu datang, ia masih menjadi gadis yang periang.. dan masih cantik.” Lanjut Yun Ho tersenyum pahit. “Kapan ia terserang.. penyakit itu?” Xiumin sama sekali tidak ingin menyebutkan kanker. Tidak. Tidak. Tidak.
“5 bulan yang lalu. Kanker itu menyebar dengan cepat. Aku mengetahuinya dari dokternya saat kakinya tiba – tiba lumpuh di tempat kerja. Namun Eiko memintaku berjanji untuk tidak memberi tahu siapa – siapa soal penyakitnya.” Jelas Yun Ho pedih.
“Orang tuanya?”
Yun Ho tersenyum, “Tentu saja aku memberi tahunya.” Senyumannya pudar. Hatinya sakit setiap kali melihat Eiko yang lemah selalu bertingkah seolah ia tidak menderita penyakit apapun. Tanpa ia sadari, air matanya sudah tertahan di pelupuk matanya. Mendesak ingin terjun ke pipinya.
“Kenapa? Kenapa kau melanggar janjimu dengan Eiko?”
Yun Ho mendesah keras, menatap tajam Xiumin, “Kadang ada janji yang memang harus diingkari.”
“Siapa kau ini sebenarnya?”
“Oh, namaku Jung Yun Ho. Aku sahabat Eiko Kim.” Jelas Yun Ho ramah setelah mengendalikan emosinya. Lalu menghela napas, “Ia sangat mengidolakan EXO, terutama kau, Xiumin. Aku hampir mati kebosanan saat ia terus membicarakanmu. Karena itu aku menaruh tiket meet and great EXO di lokernya kemarin. Ia pasti senang sekali hari ini.” Katanya kemudian tertawa. Xiumin tersenyum, “Kau orang yang baik.” Tukasnya.
Xiumin memperhatikan punggung Yun Ho yang semakin menjauh dan kecil, kemudian menghilang dipersimpangan koridor. Yun Ho adalah orang baik dan pintar mengubah – ubah situasi, itu kesimpulan yang Xiumin dapatkan. Eiko beruntung bertemu dengannya. Iya, kan? Yun Ho tak perlu menjelaskan lagi situasi Eiko karena manajer Im sudah memberitahu Xiumin tentang keadaan gadis itu.
Kemudian ia bersandar pada pintu. Mencoba mengendalikan perasaan dan napasnya yang tersengal. Memejamkan matanya, menahan air mata yang hendak jatuh meski butir bening itu jatuh juga.
Keterlambatan merespon, pendengaran yang semakin menghilang, selalu terlihat lemas, kaki yang tidak bisa berjalan, dan rambut yang rontoh itu masuk akal kan? Itu kanker. Kanker otak. Manager memang benar.
***
Beberapa menit kemudian, Xiumin datang dengan kursi roda dan Eiko menyambutnya dengan semangat.
Eiko tidak dapat menahan senyumannya saat ia duduk di kursi roda, dengan Xiumin dibelakangnya.
Rumah sakit tidak terlalu menyenangkan. Namun Eiko bersyukur karena yang mendorong kursi rodanya kini adalah Kim Min Seok. Idolanya. Orang yang menjadi wallpaper kamar, wallpaper ponsel, dan wallpaper laptopnya. Rasanya seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Mimpi semua fans.
“Ah, pemandangan disini lumayan. Kita berhenti sebentar.” Gumam Xiumin. Eiko mengangguk, “Kau lelah?” tanyanya polos. Xiumin tersenyum dan menggeleng, “Tidak. Aku bugar seperti kuda.” Kemudian mereka tertawa.
Tawa Eiko Kim seperti bunga sakura yang mekar di musim dingin..
Xiumin duduk bersila disebelah kursi roda Eiko. “Eiko.. Apa yang paling kau inginkan di dunia ini?” tanya Xiumin sambil menatap lurus. Eiko menoleh, kaget karena Xiumin bertanya hal aneh.
“Aku sudah mendapatkannya.”
“Apa itu?”
“Bertemu denganmu.” Xiumin menoleh, menatap lekat gadis itu. Senyum Eiko mengembang dan ia terkikik geli, “Ada apa? Kenapa wajahmu lucu seperti itu?” . Xiumin menggeleng dan tersenyum, “Ani.”
“Ah, Xiumin-ssi..”
“Ya?” Xiumin menoleh. Memperhatikan gadis itu dari samping menyenangkan juga. Eiko punya leher yang agak panjang, rambut tipisnya menjuntai menghiasi bahunya, lekuk wajah Eiko tidak seperti wajah orang Korea kebanyakan. Matanya kecil agak sayu dengan lengkuk dibawaha kelopaknya.
“Kau pernah punya pacar?”
Hening.
Xiumin mengusap tengkuknya, “Aku..” ternyata pertanyaan Eiko sama seperti fans lainnya.
“Kau tidak perlu mengatakannya jika kau tidak mau.” Katanya sambil tertawa. “Aku tahu itu pasti rahasia. Aku hanya bertanya. Tapi kau bisa percaya padaku jika kau bisa mengatakan-..”
“Aku punya orang yang kusuka.” Potong Xiumin. Eiko membulatkan matanya, ia kira Xiumin ingin menghindari pertanyaannya atau tidak hendak menjawab pertanyaannya. Laki – laki itu terkekeh melihat ekspresi kaget Eiko.
“Jinjja?”
“Hmm.” Xiumin mengangguk. “Ia teman kecilku. Kami sering bermain bersama.” Lanjutnya. Eiko menyimak dengan, “Ada apa?”.
“Aku menyukainya bertahun – tahun. Kami putus kontak saat aku dikontrak SM esntertainment. Dan saat aku bertemu dengannya, ia..”
“Ia?” Eiko penasaran.
“Sudah menikah.”
“Kau sudah mengatakan perasaanmu?”
“Tidak. Aku hanya jadi sahabatnya.”
Suasana hening, lagi. Eiko hanya diam, mencoba mencari kata – kata yang tepat untuk segera mengganti topik. Xiumin terlihat sedih, tapi laki – laki itu mendongakkan kepalanya, “Bagaimana denganmu?” tanyanya. Senyum sudah menghiasa wajah Xiumin.
Eiko mengerling pada Xiumin, “Rahasia.” Kemudian terkekeh.
“Yun Ho?”
“Apa?”
“Bagaimana dengan Yun Ho?”
“Yun Ho.. kau pikir Yun Ho adalah pacarku?”
“Ah, anieyo. Hanya saja..”
“Ia memang suka padaku.”
“Apa?” Xiumin menatap lekat gadis yang kini tengah menatap lurus, seolah ada pikiran dalam benaknya yang membuatnya terhimpit. “Aku mengetahuinya dari temanku.” Eiko tersenyum. “Kau.. menyukainya?” dan Xiumin tidak mengerti kenapa ada sebagian dari dirinya kini melengos bertanya demikian pada Eiko.
Eiko mendesah pelan, kemudian menaikkan bahunya, “Entahlah.”
“Apa kau bahagia?”
“Kau.. Tahu tentang penyakitku. Iya kan? Yun Ho yang memberitahukannya?”
Xiumin mendelik cepat dan mengibaskan tangannya, “Ani! Tidak. Managerku yang memberitahukannya.” Jawabnya cepat. Yun Ho orang yang baik, dan gadis itu percaya padanya. Xiumin tidak akan membiarkan kepercayaan gadis itu pudar.
Eiko hanya menatap Xiumin, menunggu penjelasan. Apa yang ia sembunyikan, ternyata laki – laki itu mengetahuinya. Memalukan. Sekarang pasti Xiumin akan terus mengasihaninya.
“Saat kau pingsan, Hyung tahu bahwa kau menderita penyakit.”
“Kau pasti mengasihaniku sekarang.”
Xiumin menegakkan tubuhnya, “Kenapa perempuan selalu menganggap segala sesuatu berlebihan?” tanyanya.
“Apa?”
“Kau pikir karena aku tahu, aku akan mengasihanimu. Tidak sedangkal itu. Aku memang merasakan ada yang tidak beres saat aku tak menabrakmu di depan apotik. Dan ternyata aku bertemu lagi denganmu. Karena itu…”
Eiko tertegun. Yang menabraknya kemarin dan membuat jatuh seluruh isi tasnya benar – benar Xiumin.
Laki – laki itu kesal karena Eiko. Eiko tahu ia memang mengasihani dirinya sendiri karena penyakitnya itu.
“Karena itu, tetaplah disini. Banyak orang yang peduli padamu, termasuk aku.” Xiumin menatap langsung ke kedua mata kecil Eiko dan berkata tegas.
Eiko tersenyum tulus.
Kemudian, Xiumin dimatanya semakin berbayang, dan dikitari dengan kegelapan. Kemudian segalanya menjadi gelap.
Eiko pingsan.
***
3 hari kemudian.
Xiumin berjalan dengan langkah gontai menuju tempat sepi itu. Personil EXO yang lainnya mengikutinya dari belakang, membawa bunga.
Air mata kini berjatuhan di pipi Kim Min Seok-Xiumin. Kini dia bersimbuh dihadapan gundukan tanah yang masih baru. Tangannya menumpu pada pucuk batu besar tersebut.
Kim Eiko
Seorang anak, kakak, teman, sahabat
Semoga kau beristirahat dengan tenang
3 hari yang lalu, Eiko tersenyum kepadanya. Ternyata takdir yang membawa perasaan Xiumin sejauh ini. Perasaan yang membuat hatinya terusik dan bahagia. Kemudian seluruhnya hancur karena ternyata dokter bilang bahwa saat Eiko sudah tiba. Membuat Xiumin tidak ingin bicara dengan siapapun hingga ia menemui makam Eiko sendiri ditengah jadwal EXO yang padat.
Aku ingin mengetahui lebih banyak tentangmu
Aku ingin mendengar suaramu
Rasanya ingin menangis
Rasanya aku bingung
Aku begitu lemah,kan?
Hanya dengan berharap bisa bertemu denganmu,
air mataku mengalir sebanyak ini, cintaku
Kubiarkan kekesalanku mengambang pergi ke langit malam
Kumohon tetaplah bersamaku…
FIN
