Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

You Are My Goblin (Chapter 1)

$
0
0

you

You’re My Goblin

 

Title : You’re My Goblin Part 1

Author : Little Star

Genre : Romance, Sad.

Length : Twoshoot

Main Cast :     Yoon BoMi

Oh SeHun

 

 

Other Cast :

Ÿ SeHun’s Mother.

Ÿ SeHun’s  Father.

Ÿ SeHun’s friends

Ÿ Etc.

Rated : T

Disclaimer : Oh SeHun oppa itu pas banget jadi tokoh utama di ff thor menurut thor lho #wkwkwkwk

Author sebenernya bukan HunBomi  shipper, tapi menurut thor lagi Bo Mi unnie itu pas di jadiin tokoh utama kedua #caelah hahahaha

 

NO BASH FOR THIS FF, REMEMBER THIS JUST FF NOT REAL STORY !

 

Ma’af nih ya kalo ceritanya jelek + gaje. TT^TT

Maklum thor masih angkatan junior. :D

Ataupun kata2nya berbelit-belit..mianhae/bow/

Kalo ada typo mianhae/bow/ karena aku hanya manusia biasa yang tak sempurna dan kadang salah #malah nyayi manusia biasa ( yovie and nuno ) :D *tepuk jidat.

Yaudah deh..yang suka nih ff  klik “LIKE” dan jangan lupa komentarannya ! :D

Yang gak suka gk usah baca ! :D

 

Summary :

“Umma lihat ini, ada bunga cantik…”

Kuhampiri anak perempuan itu.

“Coba sini aku lihat.”

Dia mendongakkan kepalanya. “Ini lihatlah, cantik sekali ya….”

Lalu ku rebut bunga itu dari tangannya. “Bunga ini akan terlihat lebih cantik jika ku injak !”

Lalu ku injak bunga itu sampai tak berbentuk lagi, sementara anak perempuan itu hanya menangis tersedu-sedu, aku tinggalkan dia, aku tidak peduli dengannya, karena aku benci bunga yang ia pegang tadi.

Bagi semua orang musim panas adalah musim yang paling dinanti-nantikan, musim yang menyenangkan dimana kau bisa berkumpul dengan bahagia bersama keluargamu dan berpiknik bersama, tetapi tidak denganku, kini aku bersumpah di dalam hatiku bahwa aku akan selalu membenci musim panas dan bunga Mugunghwa, bunga pembawa malapetaka bagiku, walaupun sebagian besar orang korea menganggap bunga ini adalah bunga yang patut di banggakan.

 

“Hey, kalian semua cepat bangun !”

“Hey, kau bangun-bangun !”

“Huammm…tidak mau”

“Apa kau bilang ?!”

“Aku mau tidur, aku tidak mau bangun, Kim Hye Woon cerewet.”

“Kurang ajar sekali kau !”

Plaaaakkkkkk

Mereka yang tadinya sibuk membereskan tempat tidur masing-masing, menjadi terpaku pada seorang namja, karena ulahnya yang membuat pengasuh panti ahjumma Kim, naik darah dan mendaratkan pukulan telak di pipi kanan namja tersebut.

“Lihatlah, dia selalu membuat kesal pengasuh”

“Dia, anak yang tidak tahu diri.”

“Dasar anak pembawa malapetaka, huh”

Sindiran-sindiran terus terlontar mengiringi kepergian namja itu menuju luar kamar, namja itu tidak memperdulikan sindiran yang ditujukan pada dirinya, dirinya sudah terlalu kebal akan sindiran-sindiran seperti itu.

****

Sehun Pov

“Dasar, Tua Bangka yang cerewet. Beraninya dia mengganggu tidurku !”gumamku.

“Hey, kau yang di dalam, cepat buka pintunya !” teriakku seraya mengetuk pintu dengan kasar.

Lalu, pintu kamar mandi pun terbuka.

“Hey, bung. Tidak bisakah kau bersabar ?” tanyanya.

“Hah ! bersabar ? kau pikir kamar mandi ini milikmu seorang ?! aku juga membutuhkan kamar mandi ini !!” bentakku.

“Kau, benar-benar keras kepala, bung !”

Lalu, ia melayangkan pukulan kewajahku, aku tidak mau kalah, ku daratkan pukulan ke arah perutnya, pertarungan antara kami pun terus berlanjut, hingga akhirnya ahjumma Kim datang, dan menghentikan pertarungan.

“Apakah kalian tahu kesalahan kalian ?” tanyanya.

“Saya tahu kesalahan saya, ahjumma Kim, mianhaeyo…” jawab Song Kyu.

“Saya tidak tahu ! karena jelas-jelas dia yang bersalah !” jawabku.

“Oh Sehun ! sudah berapa kali kau membuat onar panti asuhan ini ?! dan sekarang kau masih tidak mau mengaku kalau kau bersalah !” jawabnya dengan nada berapi-api.

Plaaaaaakkkkkkk.

Kini tua Bangka cerewet itu menamparku lagi, dan kini pipi kiriku yang jadi sasarannya.

“Dasar tua Bangka, kurang ajar kau !” bentakku.

Dia pun menatapku dengan mata melotot, dan aku tidak peduli padanya.

“Kalian berdua, ikut aku.” ucap ahjumma Kim.

“Baiklah, ahjumma…” jawab Song Kyu.

“Aku tidak mau !” ucapku dengan kasar.

Lalu, aku tinggalkan mereka berdua, tidak peduli apa yang mereka katakan tentangku.

“Sehun ! Oh Sehun ! hey….” teriak ahjumma Kim.

Ku acuhkan teriakkan wanita tua bangka itu, Aku tetap berjalan, siapa peduli dengannya, aku adalah aku, dan tua bangka itu bukan siapa-siapaku.

 

Di Rumah Sakit Jiwa.

Author Pov.

 

“Bisakah kau diam sebentar saja !” bentak pria berseragam putih, sambil berusaha mengikat tangan ahjumma tersebut.

“Tidakkkk !! keluarkan aku dari sisni, aku ingin bertemu anakku !!!!” ucap ahjumma itu sambil menangis.

“Tidak, kau akan tetap disini, selamanya.” ucap pria berseragam putih, sambil menusukkan jarum suntik kearah tangan ahjumma.

Ahjumma itu, mulai lemah, matanya pun perlahan menutup dan akhirnya ia pingsan, dan ia di pindahkan ke ruangannya.

***

“Bagaimana dengannya ?” ucap seorang wanita setengah baya yang bergaya modis.

“Tenang saja, aku sudah membiusnya dengan bius total.” ucap pria berseragam putih.

“Bagus, baiklah ini imbalanmu.” ucap wanita setengan baya seraya memberikan sebuah amplop tebal.

“Dan ingatlah dokter Kim, jika kau berani buka mulut tentang wanita itu, aku tidak segan-segan menghabisimu ! mengerti ?” ucap wanita setengah baya dengan nada mengancam.

“Baiklah, tenang saja.” ucap sang dokter.

“Baiklah, awasi dia setiap saat, jangan sampai kau lengah dan jangan sampai dia kabur dari ruangannya.” ucap wanita setengah baya.

Lalu, wanita setengah baya itu, berjalan perlahan menuju pintu keluar rumah sakit jiwa itu.

 

 

Sehun Pov

Ku berjalan menyusuri jalan setapak, dari kejauhan aku melihat keramaian, aku pun berjalan menuju keramaian itu, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi disana.

***

Sesampainya, aku melihat banyak sekali anggota keluarga sedang berkumpul, mereka bernyanyi bersama, tertawa bersama, dan mereka keluarga yang bahagia.

“Mereka keluarga yang bahagia dan lengkap…”

Ku edarkan pandanganku, sejauh pantauanku, aku tidak melihat satupun orang yang bersedih disini, mereka semua berbahagia, sungguh semua ini membuatku iri !

Lalu tak jauh dari tempatku berada, ada seorang anak perempuan yang lebih muda dariku, ia sedang duduk sambil tersenyum dan memegangi sebuah bunga.

“Umma lihat ini, ada bunga cantik…” ucapnya.

Kuhampiri anak perempuan itu.

“Coba sini aku lihat.”

Dia mendongakkan kepalanya. “Ini lihatlah, cantik sekali ya….”

Lalu ku rebut bunga itu dari tangannya. “Bunga ini akan terlihat lebih cantik jika ku injak !”

Lalu ku injak bunga itu sampai tak berbentuk lagi, sementara anak perempuan itu hanya menangis tersedu-sedu, aku tinggalkan dia, aku tidak peduli dengannya, karena aku benci bunga yang ia pegang tadi.

Aku terus berjalan, tak peduli dengan semua orang yang sedari tadi ku tabrak, hatiku kacau, benar-benar kacau! Bunga sialan itu, mengapa aku bisa melihat bunga sialan itu lagi! Aku benci bunga itu, sungguh aku benci bunga itu!!!

***

“Oh Sehun! Hey kau !!”

Aku acuhkan teriakan wanita tua bangka yang cerewet itu, dia benar-benar membuat hatiku semakin kacau, ingin rasanya aku menyumpal mulutnya dengan kertas agar ia tidak bersuara lagi.

“Oh Sehun, bisakah kau menghargaiku ?” ucapnya sambil memegang tanganku.

Sungguh aku malas sekali menjawabnya, dan kuputuskan untuk menutup mulutku rapat-rapat.

“Sehun…ma’afkan aku, aku tahu aku terlalu kasar kepadamu, tapi kau tahu kan, aku seperti ini agar kau disiplin, aku menyayangimu,Sehun…kau sudah ku anggap anakku sendiri…”

Ku tarik nafas ku dalam-dalam, perasaan apa ini, mengapa rasanya hatiku sakit? Dan..dan Arrghhh mataku rasanya perih sekali, seperti ada sesuatu dari mataku yang memaksa untuk keluar.

Akhirnya butiran bening itu keluar dari kedua bola mataku, dan terus keluar tanpa henti, sungguh sulit sekali untuk menghentikannya. Ku usap mataku, aku tidak mau terlihat lemah seperti anak perempuan, tapi percuma saja, semakin ku usap mataku, semakin deras butiran bening itu keluar.

“Sehun, mulai sekarang, aku tidak akan berbuat kasar lagi kepadamu, aku berjanji” ucapnya sambil mengusap punggungku.

“Tid…tid…tidakk…Kau tidak pernah….hhems,hems,hemsh..” ku berusaha mengatur suaraku yang sempat tercekat karena tangisanku.

“Kau tidak pernah berbuat ka…kass..kasar kepadaku, ahjumma..aku ini anak nakal, aku pantas mendapatkan semua hukuman darimu…” dan tangisanku pun semakin menjadi, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi, aku peluk ahjumma itu, ku biarkan air mataku terus menetes.

“Sehun, sudahlah, kau bukan anak nakal…” ucap ahjumma seraya mengusap air mataku dengan lembut.

Aku tatap mata wanita yang sudah mengasuhku selama 10 tahun itu, matanya begitu tulus, bahkan aku baru menyadari betapa bodohnya aku karena selalu berlaku buruk pada orang setulus dia. Wajahnya sudah mulai mengalami penuaan, tetapi senyumannya begitu menentramkan hatiku.

Aku hanya bisa memberikan seulas senyuman padanya, lalu ku beranjak pergi menuju kamarku.

***

Ku buka lemari bajuku, dan ku ambil sebuah kotak kecil, kotak itu sudah berdebu, begitu pula isinya. Sebuah foto dan sebuah bunga, foto seorang wanita yang sedang tersenyum dan sebuah bunga. Ahjumma kim pernah bercerita kepadaku, bahwa wanita yang di dalam foto itu adalah ummaku, dan dulu ia menitipkanku disini, seraya memberikan sebuah bunga. Aku benci ummaku! Mengapa ia menelantarkan aku disini ? Apa salahku, tuhan ?

“Arghhh! Aku benci, semua ini !!” Lalu, kulemparkan kotak kecil itu, ku injak bunga dan foto tadi. Ku terus menginjak-injak kedua barang itu sekuat tenagaku, hingga akhirnya ku rasakan sebuah tangan menarikku.

“Sehun, berhentilah, kau tidak boleh seperti ini.” Ucap ahjumma Kim seraya berusaha menenangkanku.

“Ahjumma…mengapa ummaku membuangku ?!” tanyaku.

“Tidak, Sehun..ummamu tidak membuangmu..”

“Lalu, mengapa ia tidak membawaku pulang ? apakah ia benci kepadaku ? apakah ia tidak mau..” belum sempat ku menyelesaikan pertanyaaku, ahjumma Kim memelukku.

“Sehun, dengarkan aku, seorang umma tidak mungkin membuang anaknya sendiri, ia ummamu ia pasti sayang kepadamu…mungkin ada suatu kendala yang membuatnya tak membawamu pulang hingga hari ini..”

“Tetapi, ahjumma aku ingin bertemu ia, aku ingin memeluknya, memanggilnya umma, aku ingin seperti anak-anak lainnya, mereka selalu bersama ummanya…”

“Percayalah padaku, Oh Sehun. Suatu hari nanti ummamu pasti akan membawamu pulang…”

Aku tak tahu harus menjawab apa, karena sebenarnya hatiku tidak mau percaya dan tidak akan pernah percaya, aku sudah terlalu lelah untuk menunggu ummaku.

Tiba-tiba saja aku merasakan tanganku bergetar dengan sendirinya, tanganku tidak memiliki cukup tenaga untuk memeluk ahjumma Kim, tanganku kaku, aku tidak bisa menggerakkan tanganku!

***

12 tahun kemudian…

Author Pov

Musim dingin sedang menyelimuti kota Seoul,butiran-butiran putih sedari tadi turun menutupi jalan-jalan disana, membuat pejalan kaki harus berhati-hati agar tidak terjatuh. Sebuah Panti Asuhan kecil di pinggir jalan sedang di selimuti atmosfer kebahagian, bagaimana tidak salah seorang pengasuh yang selama ini mengurus anak-anak di panti akan menikah hari ini, dan semua orang sedang bersiap-siap untuk berkunjung ke tempat pernikahan.

***

Sehun Pov

“Aish, kemana semua orang dipanti ini ? sialan mengapa mereka semua pergi tanpa memberitahuku ?!” ucapku geram seraya memukul meja di sampingku.

“Hey, Sehun ! apakah sudah kau ambil barangmu yang ketinggalan itu ?” ucap Kai.

“Hmm, tunggu sebentar.”

Ku berjalan menuju kamarku, aku ambil sebuah tongkat baseball.

“Tongkat baseball yang sangat berguna” gumamku.

Lalu setelah itu aku pergi meninggalkan panti, aku bersama Kai pergi menuju rumah tujuan kami.

***

“Aahahah ! ini sangat menyenangkan !” ucap Kai seraya menghancurkan kaca jendela menggunakkan tongkat bisbol.

“Benar sekali ! Kau bayangkan saja, berapa banyak harta di dalam rumah megah ini.” Ucapku seraya melakukan hal yang sama seperti Kai.

“Aku tidak bisa membayangkannya, hahaha.”

“Aku juga.”

Setelah selesai, aku memasuki rumah itu dengan melalui jendela yang sudah tidak berkaca lagi, di susul dengan Kai yang berada di belakangku.

“Kai, kau pergi ke arah barat, sementara aku akan pergi ke arah timur rumah ini.”

“Baiklah.”

Ku telusuri setiap sudut ruangan, rumah ini bergaya kuno tetapi antik, banyak sekali terdapat pahatan-pahatan seniman terampil di meja dan kursi, terdapat jam besar yang duduk di sudut ruangan, jam yang bermerek “SEIIKO”. Cat rumah ini sangat indah, yaitu warna merah marun dan garis-garis hitam yang membentuk bunga di bagian atas dinding. Saat aku sampai di ruang keluarga, aku melihat banyak sekali foto keluarga, ku dekati salah satu foto, dan di foto itu ada seorang perempuan yang…. Yang wajahnya sangat familiar bagiku.

“Dia.. sepertinya aku pernah melihatnya.” Ku tatapi dalam-dalam foto perempuan itu, ku mencoba untuk mengingat-ingat, “Ya! Sehun, apakah kau sudah selesai ?”

Teriakan Kai menyadarkanku, dan aku mengurungkan niatku untuk mencoba mengingat-ingat, ku segera beranjak dari tempat itu, dan ku ambil barang-barang yang ku anggap bernilai jual yang tinggi.

Setelah selesai, Aku dan Kai segera menuju jendela tadi seraya membawa barang yang kami rampas, tetapi saat aku melompat tiba-tiba saja aku kehilangan keseimbangan

Blukkkkk !

Aku merasakan tubuhku sangat lemah, aku tidak bisa menggerakkan tanganku, rasanya tanganku sangat kaku, bahkan untuk berdiri saja aku tidak bisa!

“Sehun! Kajja berdirilah.”

“Aku tidak bisa…”

Kai pun membopong tubuhku, perlahan aku menggerakkan kaki ku, meski awalnya aku sulit sekali untuk menyeimbangkan langkahku, akhirnya aku bisa berjalan pelan meski harus di bopong oleh Kai. Aish! Mengapa aku bisa seperti ini?

***

Sehun Pov

“Kenapa, kau tadi tiba-tiba terjatuh ?” Suara Kai mengagetkanku.

“Hah ? aku tidak tahu…” lalu ku baringkan tubuhku di sofa.

“Hmm, begitu.. besok dimana target kita ?” ujar Kai seraya menghidupkan televisi dan menyuguhkan cokelat panas kepadaku.

“Toko bunga “First Snow”… yeah, aku dengar toko itu, toko bunga baru tetapi sudah kedatangan banyak pengunjung.” Lalu ku teguk secangkir cokelat panas itu.

“Hmm, target yang sempurna !”

“Yeah !”

Bagiku Kai adalah sosok sahabat terbaik yang tak ada duanya di mataku, ia yang berhasil menyelamatkanku dari jurang kesepian dalam hidupku, ia juga yang berhasil mengisi kehampaan hatiku, ia mengajarkanku bagaimana cara bertahan hidup tanpa bantuan orang, yaitu dengan merampas hak milik orang lain.

***

Author Pov

Meski salju di luar sana, terus saja turun ke muka bumi ini tanpa ada jeda sekali pun, nampaknya hal itu tidak mengurangi kehangatan persahabatan yang tercipta di antara dua namja itu. Mereka bercengkarama, tertawa, dan mereka benar-benar bahagia.

***

BoMi Pov

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!”

Prang Prang prang !!

Aku pun segera memasuki rumahku, kekacauan apa ini ? rumahku sungguh kacau balau bagaikan kapal pecah, ku telusuri setiap sudut demi sudut.

Aku terpana saat melihat jendela ruang perpustakaan yang sudah tak berkaca lagi, serpihan kaca bertaburan dimana-mana, ruangan ini sangat kacau balau, gorden jendela pun sudah lepas dan di gorden itu terdapat jejak sepatu seseorang, dan sekarang aku tahu, apa penyebab dari kekacau balauan rumah ini.

Aku pun segera mengeluarkan ponselku dan menekan nomor 112.

1, 2 menit aku menunggu terhubungnya panggilanku.

“Yoboseyo, selamat siang. Saya dari kantor kepolisian Seoul, apakah ada yang bisa saya bantu ?”

“Ahjussi, tolong saya, rumah saya di masuki oleh pencuri!”

“Baiklah, dimana alamatmu ?”

Aku pun segera menjelaskan alamat rumahku, sementara menunggu kedatang para polisi, aku hanya bisa terduduk lemah di samping pintu, “Cobaan ini begitu berat,tuhan…”

“Seandainya saja, tadi aku tidak meninggalkan rumah ini…” ucapku pasrah seraya memandang lurus kearah jendela yang sudah tak berkaca itu.

Aku pun terpikir untuk menghubungi appaku, meski sebenarnya aku takut untuk menceritakan hal yang terjadi hari ini. Dengan segenap keberanianku, aku pun menekan nomor telepon appaku dan menunggu panggilan teleponku terhubung.

 

 

 

Tetapi, usaha ku tak membuahkan hasil, appaku tak kunjung mengangakat teleponnya. Hingga ke 3 kalinya aku mencoba menghubunginya, hasilnya tetap nihil.

Hingga para polisi pun datang dan aku pun segera menghampiri mereka, menunjukkan jalan menuju ruang perpustakaan. Setibanya, para polisi segera memeriksa satu persatu barang disana, dan setelah 30 menit, mereka telah usai mengumpulkan barang-barang yang di anggap sebagai barang bukti, mereka pun pamit kepadaku dan pergi dari rumahku.

“Baiklah, aku akan membereskan rumah ini…”

***

Sehun Pov

“Ya! Kai, apakah kau sudah siap?” tanyaku seraya mengetuk pintu kamar Kai.

“Hmm, tunggu sebentar.”

Tidak lama kemudian, Kai keluar dan kami pun segera menuju luar rumah, dan pergi mengendarai sebuah mobil.

Selang beberapa jam di perjalanan, kami pun sampai di tempat yang sudah kami targetkan kemarin.

Ku lihat toko bunga itu tampak sepi, sepertinya toko bunga itu tutup untuk hari ini, dan itu artinya aku dan Kai bisa menjalankan aksi dengan lancar!

Aku dan Kai pun menuju pintu masuk toko tersebut, tetapi aku berhenti sejenak saat mataku terfokus pada sebuah lembaran bertuliskan “Umma, jeongmal bogoshipoyo” lembaran itu adalah lembaran tentang pertunjukkan anak Taman Kanak-Kanak.

“Umma, jeongmal bogoshipoyo…?” gumamku, dan entah mengapa aku tiba-tiba saja terhanyut dalam kenangan masa kecilku yang sangat menyedihkan, hingga akhirnya kurasakan seseorang menepuk pundakku. “Sehun ? Ya! Mengapa kau masih disini ?”

“Emm.. tidak apa-apa, mianhae.. kajja kita masuk.”

“Aaa~ baiklah..”

Seperti biasa aku dan Kai saling berbagi tugas, kali ini aku harus merampas barang yang lebih banyak. Ku bawa satu persatu bunga-bunga mahal di toko itu, begitupun seterusnya.

Aku menghentikan aktivitasku saat aku melihat sebuah bunga berwarna pink, bunga itu… bunga yang kembali membawaku kedalam kenangan masa kecilku, bunga yang selama ini sangat ku hindari dan ku benci! “Arghhh! Aku benci bunga ini !!” lalu aku jatuhkan semua pot yang terdapat bunga itu, aku injak bunga itu, aku tidak peduli seberapa kekacauan yang sudah aku timbulkan.

“Sehun ! cepatlah, perempuan pemilik toko bunga ini sedang berjalan ke arah sini !!”

Ku dengar teriakan Kai, dan ku tinggalkan bunga-bunga yang sudah tak berbentuk itu. Dengan langkah seribu aku segera menuju pintu keluar, tetapi lagi-lagi kakiku susah sekali di gerakkan, dan hanya hitungan sepersekian detik aku tersungkur. Aku berusaha keluar dengan segenap tenagaku, secara perlahan. Tetapi saat aku hampir sampai di pintu keluar, Kai sudah menancapkan gas dan pergi meninggalkan ku sendiri.

“Eottoke ?!” gumamku.

Triiiiiinggggg

Suara lonceng pintu masuk berbunyi menandakan bahwa pemilik toko sudah memasuki toko.

 

To Be Continued….

(Sabtu, 22 maret 2014)

 

Bagaimana pendapat anda setelah membaca FF saya ? ^_^

Harap bagi para Readers untuk meninggalkan komentar J

Kritik dan saran sangat saya harapkan ! J

Gamsahamnida ! sudah menyempatkan waktunya untuk membaca FF Saya ^ ^

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                       



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles