Forget Chapter 5 (Sequel: “Differences of the twins’ fate”)
Author: Laras (@Laras794)
Ratted: Teen
Length: Chapter
Genre: Romance, angst.
Cast:
- Nam Yoonjoo/ Jung Jooyeon
- Oh Sehun
- Byun Baekhyun
- Kim Jongin
- Other
Attention: peringatan keras! jangan copy, paste tanpa seizin saya apalagi plagiat. itu sama saja kalian seperti seorang penjahat yang mencuri karya orang lain. Jika kalian mau me-remake ulang cerita ff yang saya buat ini harap izin pada saya terlebih dahulu. Maaf jika menyinggung tapi ini demi kenyamanan kita bersama, terima kasih.
“S-Surat perceraian dari Jooyeon??” tatap Sehun tak percaya begitu ia sampai di ruangannya dan mendapati Jinra berada disana lalu menyerahkan map itu kepadanya, “Darimana kau dapatkan ini??” tanya Sehun terlihat panik.
Sehun terlihat mulai kebingungan menatap Jinra, ia tak mengerti keadaan yang ada saat ini. Dia tak yakin ini adalah surat permintaan langsung dari Jooyeon yang orang lain yakinkan bahwa seorang Jung Jooyeon sudah meninggal dunia. Sehun membanting map itu di atas mejanya, ia topang tubuhnya dengan kedua tangannya dan merunduk. Ia mencoba mengatur deru nafasnya yang memburu.
“sekarang katakan padaku dimana dia?”
“aku tak bisa memberitahumu aku hanya ditugaskan untuk memberikanmu surat perceraian itu” ucap Jinra sedikit tak sopan pada oppanya itu, jujur ia sedikit membenci oppanya ketika mengetahui kalau Oppanya itu berhubungan dengan asistennya sendiri.
“sejak kapan kau menjadi tidak sopan begini padaku Oh Jinra?” tanya Sehun pada Jinra yang menyadari kalau adiknya itu tak terkesan menghargai dirinya seperti tidak memanggil Oppa kepadanya. “kau tahu dimana Jooyeon kan? Katakan padaku!” perintah Sehun pada Jinra dengan tegas.
“bukannya oppa sudah bertemu dengannya? Waktu itu, dimana oppa bertemu yeoja yang mirip sekali dengan Jooyeon eonnie” ucap Jinra lalu berdiri dari duduknya dan berbalik menuju pintu tanpa melirik Sehun untuk kedua kalinya.
Belum Jinra meraih knop pintu seseorang tiba-tiba masuk dengan riangnya, “Sehun oppa~” panggilnya dengan nada manja, ia masuk dengan membawa paper bag di tangannya. Melihat Jinra membuatnya terdiam sejenak, “Annyeonghaseyo..” sapa Saerin lalu membungkukan tubuhnya memberi hormat pada Jinra.
“Cih.. sok sopan” decak Jinra dan akhirnya memilih melewati Saerin lalu menabrakkan pundaknya pada Saerin dengan kasar sehingga membuat Saerin mundur beberapa langkah.
“Oh Jinra sopanlah sedikit!!” bentak Sehun dari kejauhan namun tak dihiraukan oleh Jinra sedikitpun.
“ada apa oppa?” tanya Saerin dengan nada yang lembut lalu mendekati Sehun, ia memegang tangan Sehun namun Sehun menarik tangannya dari genggaman Saerin. Tak biasanya Sehun seperti ini pasti ada sesuatu yang membuatnya tak mau di genggam olehnya. “oppa.. wae~?”
Sehun terdiam namun tak lama ia mulai mendudukan dirinya di atas meja kerjanya, ia memijat dahinya yang sedikit pusing memikirkan segala hal yang terjadi di sekelilingnya saat itu. Saerin mendekati Sehun dan kembali memegang tangannya erat tapi dengan kasarnya Sehun menghempaskan tangan Saerin.
“Jangan sentuh aku!” ucap Sehun tegas sembari menatap Saerin sengit, Saerin kebingungan dan matanya mulai menunjukan kesedihan ketika Sehun memperlakukannya seperti itu tanpa ia ketahui sendiri alasan mengapa Sehun bersikap seperti itu. Melihat mata Saerin yang mulai memancarkan kesedihan membuat Sehun melunak, “Mianhae.. Mianhae Saerin..” ucap Sehun pelan namun masih terdengar jelas oleh telinga Saerin.
“Oppa kenapa? Oppa baik-baik saja kan?” tanyanya kebingungan
Sehun perlahan menatap lirih Saerin, ia menjulurkan tangannya dan menarik tengkuk Saerin untuk mendekat padanya. Ia segera mencium bibir Saerin, ciuman yang sedikit kasar namun dari wajah Sehun mengatakan kalau itu adalah sebuah permintaan maaf. Ia melumat bibir Saerin setelah ia sudah sedikit menenang ia melepaskan ciumannya dan memeluk erat Saerin.
Sehun mengelus rambut Saerin yang panjang itu, sesekali ia menghirup rambut Saerin yang menutupi lehernya lalu menenggelamkan kepalanya di pundak Saerin, “Mianhae.. hubungan kita.. tak bisa berlanjut lagi.. maafkan aku Saerin..”
Mendengar itu membuat Saerin segera melepaskan pelukannya dan menatap Sehun tak percaya, “wae? Apa aku berbuat salah pada oppa?” tanya Saerin tapi Sehun menggeleng. “lalu apa?”
“mianhae.. aku tak bisa memilihmu karena istriku masih hidup..”
“m-masih hidup?”
———
“k-kau mau kemana Yoonjoo??” heran Baekhyun begitu melihat kamar Yoonjoo atau Jooyeon terlihat begitu bersih dan ada 1 koper besar dan satu tas besar yang sudah tersedia di atas tempat tidur. Baekhyun segera mendekat pada Yoonjoo yang sedang memasukan beberapa barang ke dalam tas besarnya. “Yoonjoo-ya~ jawab pertanyaan oppa, kau mau kemana??” tanya Baekhyun yang menarik tangan Yoonjoo sehingga membuat yang ditanya berbalik menghadapnya.
“aku mau kemana? Oppa tidak perlu tahu” jawab Yoonjoo setenang mungkin, baru Yoonjoo ingin melanjutkan pekerjaannya tapi Baekhyun masih tetap menahan tangannya dan tak membiarkannya pergi sebelum menjawab pertanyaannya, “oppa.. lepas..”
“jawab aku sekarang juga!” pinta Baekhyun.
“a-aku mau pergi dari sini, aku tak bisa tinggal disini lagi”
“wae??” pekik Baekhyun.
“aku.. sudah mengingat segalanya”
Mendengar ucapan Yoonjoo itu membuat Baekhyun terdiam kaku, ia menatap Yoonjoo tak percaya. ia tak ingin melepaskan Yoonjoo, ia benar-benar menginginkan Yoonjoo. Dan kali ini kejahatannya juga akan terbongkar.
“dan aku tahu orang yang memberikan racun itu oppa kan? Oppa kurang beruntung karena ternyata racun itu ada obatnya” ucap Yoonjoo mulai mengintimidasi Baekhyun yang saat itu memilih bungkam, “mengapa oppa ingin membuatku lupa ingatan?? Kenapa oppa menahanku seperti ini?? Oppa tahu kan aku punya keluarga dan seorang anak??”
“aku menginginkanmu..” ucap Baekhyun pelan.
“apa?”
“KARENA AKU INGIN MEMILIKIMU JUNG JOOYEON!!!” teriak Baekhyun lalu mendorong Jooyeon mundur hingga terjungkal ke tempat tidur, Baekhyun pun menindih Jooyeon namun kedua tangannya masih menopang tubuhnya. “kau membuatku gila sejak kita berada di Universitas yang sama, aku benar-benar ingin memilikimu, aku tak peduli kau sudah menikah dan mempunyai anak.. aku Cuma menginginkamu Jooyeon! Aku menginginkanmu!!” ucap Baekhyun dengan nada meninggi tepat di depan wajah Jooyeon.
“t-tapi kenapa? A-aku mohon lepaskan aku, kasihan keluargaku..”
“kau pikir aku peduli?? Aku takkan pernah melepaskanmu Jung Jooyeon, kau milikku!”
“aku bukan milikmu!!” balas Jooyeon dengan kencang.
PLAKH
Satu hal ini membuat Jooyeon tercengang, Baekhyun menamparnya.
“kau ucapkan hal itu lagi aku takkan mengampunimu..” ucap Baekhyun dengan tenang, “kau harus mencamkan itu, Jung Jooyeon hanya milik Byun Baekhyun seorang” jelas Baekhyun sebelum akhirnya mencium bibir Jooyeon, Jooyeon mencoba mengelak tapi ia tak bisa tangannya terkunci karena Baekhyun menahannya dan ia tak bisa bergerak sedikitpun. Akhirnya ciuman Baekhyun berubah menjadi lumatan dan semakin dalam.
Jooyeon benar-benar tak bisa melakukan apapun sekarang selain menunggu Baekhyun mereda, kalau ia melawan ia takut Baekhyun bertindak kasar dan itu bisa membahayakan bayi yang dikandungnya.
Bayi?
Hal itu membuat Jooyeon segera berpikir, ia menghadapkan kepalanya ke kanan dan otomatis ciuman mereka terlepas, Baekhyun ingin segera kembali merasakan bibir manis Jooyeon dengan mengikuti arah wajah Jooyeon tapi dengan cepat Jooyeon berbicara, “aku mohon hentikan, a-aku sedang hamil..”
Rahang Baekhyun tiba-tiba saja mengeras begitu mendengar hal itu, ia menatap sengit Jooyeon. Ini benar-benar hal yang diluar dugaannya, jika sudah begini ia harus bagaimana. Tapi pikiran gila Baekhyun berjalan dan itu benar-benar membuat Jooyeon tercengang,
“kau pikir aku peduli dan akan mengasihanimu?”
“aku mohon, hentikan..”
“sekarang dengarkan aku, aku minta kamu untuk..”
Sesaat mereka terdiam tapi Baekhyun tetap menatap Jooyeon. Ia mencium dahi Jooyeon sekilas dan berbisik tepat di telinga Jooyeon,
“gugurkan bayi itu..”
———
Diam.
Hal itulah yang terus dilakukan oleh Jooyeon seharian penuh di dalam apartemen Baekhyun. Dia dikunci selama Baekhyun keluar dan tak ada jalan keluar baginya dari tempat itu. Dia benar-benar sedang menginginkan sesuatu atau tepatnya mengidam. Dia benar-benar ingin makan sesuatu.
“aku ingin makan steak.. arrghhh kenapa tak boleh keluar sih??” erang Jooyeon frustasi sembari memeluk gulingnya. “aduh aegi, maafkan eommamu ini sayang…” ucap Jooyeon dengan tangan yang mengelus perutnya itu.
“dasar namja tidak berkeperimanusiaan, kenapa menyiksa ibu hamil seperti ini sih??” dengus Jooyeon lalu menendang guling dan bantalnya hingga berjatuhan ke lantai.
CKLEK
Suara pintu kamar Jooyeon terbuka terdengar cukup jelas ditelinga Jooyeon, ia bangun dan melihat siapa yang masuk. Ia mengernyikan dahinya kebingungan, bagaimana ia bisa dibawa kesini. Dan sekarang dia benar-benar bingung apa keinginan Baekhyun sebenarnya sampai membawanya kesini.
“Joohun?” panggil Jooyeon kebingungan dan akhirnya anak yang dipanggil Joohun itu berlari ke arahnya dan memeluk Jooyeon erat, “aigo~ bagaimana bisa anak eomma bisa sampai disini?” tanya Jooyeon mengelus kepala Joohun dengan lembut.
“aku yang membawanya” ucap seseorang dari ambang pintu.
“Baekhyun oppa… bagaimana bisa…”
“anak ini terus memohon bahkan menangis di tempat kerjaku, ini gara-gara Kai kenapa membawa anak ini ke kantorku!” dengus Baekhyun kesal karena merasa terusik dengan kehadiran Joohun tadi di kantornya. “aku pusing mendengar pembicaraan yang terus menyebutkan nama suami mu itu, dan satu hal yang membuatku heran adalah dia bilang Sehun berpacaran dengan yeoja bernama Saerin?”
Jooyeon POV
Mendengarnya berkata seperti itu membuatku mengingat kenyataan kalau dia telah berpaling padaku, aku merundukan kepalaku dalam-dalam dan memeluk erat Joohun. Aku benar-benar belum bisa menerima kenyataan ini, aku masih ingin bersamanya tapi aku yakin jika ia sudah berpaling maka rasa cintanya bukan seutuhnya milikku lagi tapi juga dimiliki yeoja lain.
Aku benar-benar ingin menangis..
“menyedihkan.. kau mengandung anaknya dan sekarang ia bermain dengan yeoja lain?” ucap Baekhyun dengan nada yang terdengar mengucilkanku, aku benar-benar ingin menangis. “tinggalkan dia” ucapya sebelum akhirnya meninggalkan aku dan Joohun di kamar.
“Eomma.. eomma menangis?” tanya Joohun menatap diriku yang tengah merunduk, aku menggelengkan kepalaku dan mencoba tersenyum tapi mataku tak bisa membohonginya. Mataku sudah mengeluarkan air mata dan menunjukan sisi menyedihkanku. Kini aku mulai terisak dan aku yakin sudah terdengar sampai keluar bahkan terdengar oleh telinga Baekhyun oppa. “Eomma uljima~” ucap Joohun yang mengelus pipiku dan mengelap air mataku dengan tangannya.
“mi.. mianhae Joohun.. Mianhae,,,”
“uljima.. Eomma jadi jelek kalau menangis, eomma-kan kan cantik..” hibur Joohun yang langsung merengkuh tubuhku dengan tubuh mungilnya. “uljima nae? Nanti sampai ruma Joohun akan memalahi Appa” hiburnya lagi dan membuatku tersenyum mendengarnya.
“gomawo Joohun-ah~” ucapku sembari tersenyum lalu mengecup dahinya lembut.
Sehun POV
Aku benar-benar tak habis pikir dengan semuanya, surat perceraian itu dan itu berarti Jooyeon masih hidup. Aku tak mengerti kenapa ia tidak muncul dihadapanku langsung, dan mengatakan dia masih hidup. Mengapa ia memilih terus bersembunyi dan membohongiku seperti ini.
Apa maumu sebenarnya Oh Jooyeon?
Otakku kini benar-benar kembali mengingat yeoja yang waktu itu mirip dengan Jooyeon, dan menurut Jinra dia adalah Jooyeon. Dia di saat itu ada di kantor dan buat apa dia kesana? Kenapa ia tak mengakui kalau ia adalah Jooyeon?
“aku benar-benar harus bertemu dengannya..”
Cklek
Mendengar suara pintu terbuka membuatku segera menoleh ke arah pintu utama rumah, aku mendapati Joohun di antar oleh bawahanku yang kutahu Joohun sangat suka mendekati dan bermain dengan namja itu, kalau tidak salah namanya Kai. Aku berdiri dan menatap Kai juga Joohun bergantian.
“Annyeonghaseyo sajangnim” bungkuk Kai kepadaku memberi hormat sedangkan aku hanya mengangguk sekilas. “Saya hanya mengantar Joohun pulang, saya permisi dulu” pamit Kai kepadaku.
“jamkaman!” tahanku padanya.
“nae?”
“kau habis membawa Joohun kemana?” tanyaku dan kini berjalan mendekati mereka.
“kami? Dari jalan-jalan sajangnim.. tuan muda Joohun memintaku mengajaknya jalan-jalan..” jawabnya dengan gelagat yang cukup aneh, aku rasa ada yang salah disini.
Kugendong tubuh Joohun yang mulai tak seimbang karena mengantuk, “Appa.. Appa jahat..” gumamnya pelan. Jahat? “Eomma menangis kalena Appa.. Appa jahat!” pukulnya pelan di pundakku namun tak terasa sakit.
Ah iya Eomma? Aku selalu mendengarnya memanggil seseorang dan ingin menemui seseorang yang dipanggil Eomma, haruskah aku menemuinya? Mungkin dia benar-benar Jooyeon.
“Kai.. aku minta besok antar aku kepada orang yang dipanggil Joohun, Eomma!” perintahku tegas kepada Kai.
“t-tapi..”
“karirmu taruhannya, kalau kau tidak mau kau akan kupecat. Kalau kau mau aku akan menaikan tingkatan mu di kantor!”
Author POV
“uekh…”
Morning sick
Itulah yang dialami Jooyeon belakangan ini, sejak kehamilannya itu ia sering mual-mual dan pusing, padahal dulu waktu hamil Joohun ia tak pernah sesering ini tapi sekarang benar-benar sering mual-mual. Ia akui kehamilannya ini benar-benar sensitif bahkan makanan yang ia sukai saja bisa membuatnya tak nafsu makan bahkan mual.
Baekhyun terkadang sering dibuatnya kesal karena morning sicknya dan itu tentu membuat saran Baekhyun dulu terus dilontarkan oleh namja itu. Dimata Baekhyun anak yang dikandung Jooyeon adalah anak dari seseorang yang dibenci Baekhyun, anak itu bukanlah anaknya dan anak itu Cuma membuat Jooyeon menderita karena morning sick.
“sudah kubilang untuk gugurkan anak itu!” ujar Baekhyun sembari mengurut leher belakang Jooyeon, “aku benci kalau harus mengakui kalau anak itu lahir dan menjadi anakku” ucap Baekhyun mendengarnya membuat Jooyeon geram, ia menepis tangan Baekhyun.
“aku tak pernah meminta oppa untuk menjadi Appa dari anak ini, dan aku tak pernah meminta oppa untuk bersamaku. Aku ingin pergi! Aku bisa sendiri!!” lantang Jooyeon berteriak di depan Baekhyun sembari menopang tubuhnya di wastafel kamar mandi.
“biarkan aku pergi! Aku bisa mengurus diriku sendiri begitu juga anakku!! Jangan menahanku terus! Kumohon biarkan aku pergi!!”
Mendapat perlawanan Baekhyun kini mencengkram kedua pundak Jooyeon dan membuat Jooyeon meringis kesakitan. Matanya kini mulai menatap tajam Jooyeon, tatapannya benar-benar mengintimidasi Jooyeon sehingganya membuat Jooyeon sedikit menggidik ngeri ketakutan.
“dengar, aku tak menginginkan anakmu itu. Aku tak peduli dengan anakmu itu, yang kuinginkan Cuma dirimu kau mengerti itu??” ucap Baekhyun mengintimidasi sebelum akhirnya meninggalkan Jooyeon sendirian di kamar mandi, dan dapat terdengar suara pintu kamar tertutup yang diyakini itu adalah Baekhyun yang memasuki kamar pribadinya.
Jooyeon bisa saja kabur tapi ia takut kalau ia nekat pergi Baekhyun akan melakukan sesuatu padanya terlebih pada bayi yang dikandungnya.
TING TONG
Suara bel apartemen kini menggema di setiap sudut ruangan, Jooyeon segera melangkah keluar dan membukakan pintu untuk seseorang yang hendak bertamu. Baekhyun yang tadi di dalam segera keluar dari kamarnya memastikan Jooyeon tidak kabur dan memastikan juga siapa yang bertamu.
TING TONG
Suara bel itu kini sudah kedua kalinya berbunyi, Jooyeon pun membukakan pintu.
Ketika pintu sudah terbuka lebar seseorang langsung mendorong pintu itu sehingga membuat Jooyeon mundur beberapa langkah, tapi orang itu malah menarik Jooyeon ke dalam pelukannya dan memeluk dirinya erat.
“Jooyeon-ah..”
Dan kali ini Jooyeon sudah tak bisa menghindari dan mengingkari kebohongannya lagi, terlebih dari namja yang memeluknya saat itu.
Oh Sehun.
To Be Continued
