Love Guarantee (Chapter 7)
Author : RahmTalks
Genre : Romance, Friendship, Hurt/Comfort
Length : Chapter | Rating : PG-15
Casts : Choi Nayoung (OC), Byun Baekhyun, Do Kyungsoo, Park Kyura (OC)
===
Its not a ‘One sided love.’
===
Sinar matahari sore menembus dedaunan pohon sakura yang berdiri kokoh di pinggir sebuah taman bermain. Terlihat anak-anak kecil berlari berhamburan kesana-kemari diselingi tawa yang menjadi lagu dari setiap apa yang mereka lakukan. Saling mengejar, berganti permainan, hanya sekedar berputar-putar, berteriak-teriak, berlarian tanpa adanya tujuan yang jelas, bahkan ada pula yang saling menjahili. Keadaan yang sangat damai dan diliputi kegembiraan membuat hati setiap orang yang lewat ikut merasa tentram. Mereka adalah anak-anak panti asuhan yang berjarak dua rumah dari taman bermain itu.
Tiap sore sebagian besar anak panti yang masih berusia sepuluh tahun kebawah bermain di tempat itu. Diantara kerumunan berisik yang menggembirakan itu, nampak seorang yeoja yang lebih dewasa sedang dikerumuni anak-anak saat membagikan permen. Setelah dipastikan bahwa semuanya mendapat bagian, ia bercanda dan bermain bersama anak-anak itu. Kedatangan yeoja itu –juga temannya yang belum datang- amat ditunggu-tunggu oleh anak-anak itu, karena setiap mereka berdua datang, anak-anak itu seolah menemukan kasih sayang yang selama ini hanya mereka dapat dari ibu panti.
“Ani. Dulu aku tidak suka memakai rok karena itu membatasi ruang gerakku.” Ia berkata sementara anak perempuan yang duduk di sebelahnya mendengarkan dengan seksama.
“Noona. Aku mau tanya sesuatu.” Seorang anak laki-laki tiba-tiba berdiri di depannya.
“Tapi ibuku bilang…” Sebenarnya ia ingin melanjutkan ceritanya yang kurang sedikit lagi namun diselak oleh anak lelaki itu. “Noona!”
“Ah, iya? Kau mau tanya apa? Sini duduk di samping noona.”
Anak itu terlihat berfikir sebelum akhirnya mengutarakan maksud kedatangannya, yaitu bertanya. “Apakah aku sudah tampan?”
“Haha. Kau sangat tampan. Kau bahkan sudah terlihat tampan saat aku pertama kali melihatmu.”
“Benarkah? Kalau begitu saat besar nanti pasti aku bisa mengalahkan ketampanan Kyungsoo hyung.”
“Tentu saja. Kau pasti bisa mengalahkannya, kau anak yang manis dan tampan.” Gadis itu mengacungkan kedua jempolnya sambil mengedipkan sebelah matanya.
“Kyura eonni, dimana Kyungsoo oppa?” anak perempuan yang sedari tadi duduk di sampingnya kini buka suara.
“Mungkin sedang dalam perjalanan.”
“Oh. Mengapa lama sekali, sudah lama sekali tak bertemu. Aku merindukannya.” Gerutu bocah itu.
“Bersabarlah cantik. Kujamin sebentar lagi dia datang.”
“Ayo kita main ayunan! Nanti kita gantian mendorong.” Ajak bocah laki-laki tadi.
Kyura hanya duduk melihat anak-anak itu karena ia mulai lelah dan sedikit bosan. Cepat-cepat ia membuka ponselnya dan memanggil nomor Kyungsoo.
“Kemana saja kau? Anak-anak ini menunggumu.”
“Aku sedang dalam perjalanan. Tunggu sebentar.”
“Arraseo. Aku hanya memastikan kau menepati janji pada mereka.”
“Tentu saja, sampai bertemu di sana.”
“Ne.” Kyura menutup telfonnya.
“Menunggu seseorang?” Suara seseorang dari belakang Kyura. Ia seperti pernah mendengar suara ini namun ia merasa asing dan tak tahu siapa pemiliknya. Otaknya serasa bekerja sangat lamban.
Akhirnya ia memutuskan untuk menoleh. Secara refleks ia berdiri lalu mundur beberapa langkah karena saking terkejutnya, bibirnya bergetar dan matanya membesar. Hal yang ia takutkan sejak tadi menjadi kenyataan. Ia tak menyangka akan bertemu lagi dengan orang ini. Orang yang pertama kali membuatnya sakit hati.
“Syukurlah kau masih mengingatku. Kau tahu? Aku sangat merindukanmu.” Namja di hadapannya tersenyum. Senyum yang tulus dan penuh harapan.
“Apa yang kau lakukan disini? Pergilah! Apa kau datang untuk membuatku sakit hati lagi?” Kyura mengucapkan itu dengan nada yang amat lirih –kecuali untuk kata ‘Pergilah!’ yang lebih ada penekanan sedikit.
“Kyura, ada yang perlu kubicarakan denganmu, alasan mengapa aku meninggalkanmu. Itukan yang kau inginkan?”
“Terima kasih. Aku tidak membutuhkannya lagi, bahkan mengingatpun tidak.” Ucap Kyura sinis.
“Baik. Wajar jika kau marah dan membenciku, tapi setidaknya kau butuh penjelasan, agar kesalahpahaman ini tak berlarut-larut.”
Namja itu mendekati Kyura dengan tatapan memohon sedangkan Kyura enggan menatapnya kembali. Balik menatapnya sama saja dengan membuka luka lama. Setelah cukup dekat namja itu tak segera mengucapkan apapun melainkan hanya menatap Kyura dengan teliti.
“Cantik.” Ia bergumam namun terdengar jelas diantara keduanya. Kyura meliriknya sekilas dan memasang wajah lelah. Lelah akan namja di depannya.
“Aku sangat merindukanmu.” Secara tiba-tiba namja itu memeluk Kyura dengan sangat erat, membuat matanya terbelalak untuk yang kedua kalinya. Tak perlu menunggu lama, dalam dua detik ia segera mendorong tubuh namja itu dengan kasar.
“Kau pikir, apa yang kau lakukan.” Katanya dengan nada dingin dan datar.
“Kyura, kembalilah padaku. Aku masih mencintaimu.”
“Bohong! Lalu mengapa dulu kau meninggalkanku?”
“Aku mengalami kecelakaan, dan selama itu aku dirawat di luar negeri. Aku tak bermaksud meninggalkanmu.”
“Apa kau pikir, ada yang mempercayai alasan murahan semacam itu?”
“Aku tak main-main, aku berani bersumpah atas apa yang kukatakan. Kau tak tahu bagaimana menderitanya aku disana! Bagaimana aku berjuang diantara hidup dan mati, kau kira karena siapa? Karena kau! Aku bertahan karenamu. Dan kini setelah aku kembali, kau menolakku?” Ungkapnya dengan sangat meyakinkan.
Kyura menatap namja di depannya dengan mata penuh kebencian. Entahlah, alasan apapun yang dia utarakan mungkin tak akan dapat diterima, karena goresan bahkan robekan tepat di hatinya telah menutupi akal sehatnya untuk memaafkan namja ini.
“Apa yang harus kulakukan agar kau percaya? Kyura, aku masih mencintaimu. Kembalilah padaku.”
Kyura masih menunduk cukup lama hingga akhirnya ia berkata, “Mianhae, aku tak punya waktu.” dan berbalik meninggalkannya. Namja itu hampir mencegahnya namun tidak ia lakukan karena ia pikir Kyura masih terlalu terkejut dengan kedatangannya. Dan ia tahu bagaimana terpukulnya Kyura saat itu karena ia juga merasakannya –setelah sadar. Ia yakin tidak lama lagi mereka berdua akan bersatu kembali.
“Hyung… Hyung…” Dua orang anak kecil berumur sekitar tujuh tahun menarik-narik ujung kemejanya, meminta perhatian.
“Ada apa adik kecil?” Ia berjongkok dan tersenyum ramah.
“Hyung siapa? Aku baru melihat Hyung disini.”
“Oh, namaku Jongdae. Kau boleh memanggilku Jongdae Hyung. Lalu kau sendiri?”
“Namaku Kyuwon dan ini Yoojin. Hyung siapanya Kyura noona? Apa hyung kekasihnya?” Pertanyaan anak ini tentu bukan tanpa alasan. Karena dia melihat semua yang terjadi diantara Jongdae dan Kyura.
“Tentu saja bukan, Kyura eonni itu kekasihnya Kyungsoo oppa.” Kata anak kecil yang bernama Yoojin.
Jongdae mengernyitkan alis. “Mereka hanya bersahabat. Kau tak tahu apa-apa jadi jangan mengatakan yang tidak-tidak.” Bantah Kyuwon.
“Aku bicara kenyataan. Mereka sudah berpacaran.” Kedua anak itu terus beradu argumen di hadapan Jongdae yang hanya diam memikirkan sesuatu. ‘Aku merasa familiar dengan nama itu.’ Batinnya.
“Lebih baik kau tanyakan sendiri pada orangnya!” Kata Yoojin yang sudah kesal. Hal itu menyita perhatian Jongdae karena secara tidak langsung ia disadarkan dari lamunannya.
“Hei, kalian jangan bertengkar. Kalian berteman bukan? Teman tidak boleh saling menyakiti. Berjanjilah padaku untuk tidak bertengkar lagi. Arraseo?” Kedua anak itu mengerucutkan bibir hingga akhirnya mengangguk lucu.
“Bagus.” Ia mengelus puncak kepala kedua anak itu.
“Kyuwon, Yoojin, kurasa aku harus pergi. Sampai bertemu lagi.” Jongdae keluar dari taman bermain itu dan tak sengaja dari kejauhan lensa matanya menangkap sosok Kyura sedang berbicara dengan seorang. Mereka berdua sedang membicarakan sesuatu dengan punggung Kyura menghadap Jongdae. Buru-buru ia menoleh kesana kemari mencari tempat persembunyian karena kini keduanya sedang menuju ke arahnya.
“Apakah itu yang bernama Kyungsoo? Aku seperti pernah melihat wajah itu… Tapi dimana?” Gumamnya dari balik mobil yang terparkir di tepi jalan.
Ia memejamkan mata dan mengetuk-ngetukkan jarinya pada pintu mobil –hal yang sering ia lakukakan ketika sedang berfikir keras. “Nah itu dia! Bukankah dia tetangga sebelah rumah Kyura, dan dulu satu sekolah dengan kami. Ah, dia juga pernah masuk dalam ekstra vocal. Aku ingat sekarang.”
“Jika yang dikatakan anak itu benar, berarti pemuda bernama Kyungsoo itu adalah musuhku.” Jongdae tersenyum licik dan kemudian berjalan menjauh.
===
“Ya! Kau tidak mendengarku?” Kyungsoo setengah berteriak. Mereka sedang dalam perjalanan pulang setelah makan malam.
“Hah? Apa? Kau tadi bilang apa?” Kyura sedari tadi tidak fokus dengan pembicaraan Kyungsoo. Ah, bukan. Setelah kejadian di taman tadi ia jadi tak fokus terhadap apapun.
“Apa kau sakit? Kau tadi tidak menghabiskan makan malammu.” Kyungsoo menatapnya khawatir.
“Kurasa aku hanya butuh istirahat.”
“Kalau begitu naik taksi saja.” Kebetulan tak jauh dari mereka ada taksi yang sedang parkir, jadi Kyungsoo tak perlu repot-repot menunggu taksi yang lewat.
“Kau tidak ikut?” Tanya Kyura namun Kyungsoo menggeleng. “Aku ada urusan.”
Ia berencana mampir ke rumah Suho yang sebenarnya cukup jauh dari sana, namun berjalan kaki menjadi pilihannya karena ingin menikmati suasana sekaligus melihat-lihat.
Tanpa diduga seseorang menabraknya. Ia tahu itu sengaja karena mereka tidak sedang berdesakan diantara kerumunan orang, dan trotoar juga masih luas. Ia menoleh dan meskipun hanya cahaya remang-remang dari lampu jalanan yang membantu penglihatan, ia mendapati bahwa dirinya pernah bertemu dengan orang itu. Ia berfikir sejenak dan ekspresi yang ditunjukkan tak jauh beda dengan Kyura saat bertemu namja itu sore tadi.
“Aku tak menyangka ternyata kau juga mengenaliku.” Ucap namja itu sinis.
“Ah, mianhae. Sepertinya kau salah orang.” Kyungsoo memasang senyum palsu.
“Jinjja? Lalu ada apa dengan ekspresimu tadi?”
“Ada yang salah? Kau baru saja menabrakku dengan sengaja dan harusnya kau minta maaf.”
“Sengaja? Ah, rupanya aku ketahuan melakukannya dengan sengaja.” Namja itu tertawa kecil.
“Aku ada urusan, dan kuanggap ini sudah berakhir.” Kyungsoo memasang muka datar dan melangkah melewatinya.
Namun dengan gerakan yang cepat, namja itu menarik bahu Kyungsoo ke belakang hingga kini keduanya berhadapan. Kyungsoo sebenarnya tak terima dengan apa yang dilakukan namja ini, namun ia mencoba tetap tenang karena ia tak menyukai kekerasan.
“Apa hubunganmu dengan Kyura?” Ia memberi tatapan membunuh.
“Apa pedulimu? Itu bukan urusanmu.”
“Tentu saja itu urusanku!”
“Memangnya kau siapa?” Kata Kyungsoo diiringi senyum meremehkan.
“Kau tak tahu? Haha. Mustahil jika kau tak tahu. Aku, Kim Jongdae adalah kekasinya. Kekasih Park Kyura. Kuharap pengakuan ini tak membuatmu kecewa.”
“Cih! Kau bermimpi? Sadarlah, kau hanya seorang pengecut!”
“Apa kau bilang?! Kuingatkan kau, mulai detik ini jauhi Kyura! Karena dia hanya boleh menjadi milikku.” Cetusnya penuh penekanan.
“Setelah lama menghilang kau masih berani berkata begitu? Kyura sudah hidup dengan baik tanpamu dan ia juga sudah melupakanmu. Mengapa kau sebegitu yakinnya Kyura akan menerimamu lagi, huh?”
“Tentu saja. Karena dia hanya mencintaiku. Kami belum putus dan itu berarti dia masih kekasihku. Mengerti? Sekarang kau tahu, kau telah menjadi pengganggu hubungan kami.”
“Aku? Tak kusangka, rupanya kau menganggapku sebagai ancamanmu. Suatu kehormatan bagiku.” Ungkapnya dengan nada kemenangan.
“Dan aku tak akan segan untuk memusnahkan siapa saja yang mengancamku. Percayalah, setelah aku memberinya penjelasan, tak lama lagi ia akan menerimaku kembali.”
“Rupanya kau terlalu percaya diri. Kita lihat saja siapa nantinya yang akan ia pilih.” Kyungsoo menatapnya tajam.
“Baik. Itu terdengar sangat mudah.”
Kyungsoo amat geram dengan perlakuan Jongdae yang terlalu seenaknya. Ingin sekali ia memukulnya tepat di wajah dan melihatnya pulang ke rumah sambil menangis di pangkuan ibunya. Namun ia berusaha tetap mengontrol emosinya dan melewati namja itu.
“Aku sudah memberimu peringatan. Jangan salahkan aku jika nantinya kau kecewa.” Ucap Jongdae dan lagi-lagi ia menyunggingkan senyum liciknya.
===
Kyungsoo tak dapat memejamkan matanya padahal sudah sejak dua jam yang lalu ia merebahkan diri di kasur. Ia dirundung gelisah mengenai kemunculan Jongdae yang terkesan tiba-tiba. Selama bertahun-tahun tak pernah melihatnya, dan kini ia kembali dengan membawa ancaman untuknya. Jujur saja ancaman itu sedikit membuatnya khawatir. Ia sadar ia harus segera keluar dari zona nyaman.
Ia tak mau merelakan Kyura pada namja yang dulu pernah menyakitinya. Ia tak mau melihat Kyura terluka untuk yang kedua kalinya. Dan cara yang harus ia lakukan agar Kyura tak jatuh lagi adalah, dengan terus berada di sisinya dan melindunginya.
Jadi, ia harus segera menyatakan perasaannya pada Kyura. Itulah yang saat ini mengganggu pikirannya.
Perasaan ragu mulai muncul lagi. Bagaimana jika Kyura tak membalas perasaannya? Apakah itu berarti dia kalah dari Jongdae? Yang artinya ia tak akan pernah memiliki kesempatan untuk bersama Kyura dan merelakan semua yang selama ini ia pendam.
Namun dirinya menaruh rasa percaya diri yang kuat karena besar juga kemungkinan bahwa Kyura akan tetap menolak Jongdae. Tapi belum tentu juga Kyura membalas perasaannya bukan?
‘Aargghh!’ Ia berteriak frustasi di dalam hatinya.
Tiba-tiba ponselnya berdering. Matanya terbelalak begitu melihat nama Park Kyura berada di layar. Matanya melihat secara bergantian pada layar ponsel dan jam dinding yang menunjukkan pukul 01.00 dini hari.
“Yeobseyo?”
“Apa kau sudah tidur?” ucap Kyura di seberang.
“Belum. Aku tidak bisa tidur. Lalu kau? Bukankah kau bilang butuh istirahat?”
“Aku sama sekali tak bisa tidur.”
Apa karena kemunculan namja itu? Tadi kalian bertemu? Batin Kyungsoo.
“Kyungsoo-ya…”
“Ne?”
“Aku merindukan suaramu. Bisakah kau bernyanyi untukku sekarang?” Permintaan dari Kyura tidak terdengar aneh, karena dulu Kyungsoo terbiasa menyanyi untuknya ketika ia tak bisa tidur.
“Boleh saja. Kau ingin aku menyanyi apa?”
“Terserah kau saja.”
Kyura menikmati setiap nada yang mengalun dari bibir Kyungsoo. Ia seolah tak mau melepasnya, ia ingin mendengar itu langsung setiap harinya. Namun itu semua hanya keinginan yang tak mungkin dapat ia raih. Ia tahu Kyungsoo adalah seorang yang sulit jatuh cinta dan ia rasa sampai sekarang perasaannya belum terbalas.
Sementara itu Kyungsoo tak dapat lagi menahan kegelisahannya di sela-sela nyanyiannya. Lagu belum usai namun ia memutuskan panggilan secara mendadak, mengambil jaket dan melajukan mobilnya. Menuju rumah Kyura.
“Apa yang terjadi? Tidak biasanya mematikan telfon secara mendadak. Mungkin ia mengantuk.” Ucap Kyura kecewa. Ia mencoba membenamkan kepalanya di bawah bantal namun tak kunjung bisa tertidur.
Pertemuannya dengan Jongdae rupanya memberi dampak yang besar bagi kondisi psikologinya. Ia terus meyakinkan dirinya bahwa ia benar-benar membenci namja itu dan ia hanya mencintai Kyungsoo seorang.
Kini ponselnya berdering dan ia segera mengangkatnya, ia dapat mendengar suara Kyungsoo dari seberang sana yang kini melanjutkan nyanyiannya.
“Langit malam sedang indah. Lihatlah keluar.” Kata Kyungsoo setelah menyelesaikan lagunya. Kyura mengabaikannya karena ia sedang malas berjalan bahkan hanya menuju jendela.
“Rupanya kau tak menuruti perkataanku. Keluarlah, kau akan sangat menyesal jika tak melihat yang satu ini.” Bujuk Kyungsoo. Kyura hanya mendengus dan menuruti perkataan Kyungsoo, namun ia sedikit bingung bagaimana bisa Kyungsoo tahu jika ia tidak melakukan apa yang ia suruh.
Kyura menutup mulutnya karena terkejut melihat Kyungsoo yang kini berada di depan rumahnya.
“Apa yang kau lakukan disana? Kau sudah gila?” Ucap Kyura melalui telefon.
“Tidak. Aku butuh sesuatu. Turun dan keluarlah sekarang.” Titah Kyungsoo dan mau tidak mau Kyura menurutinya. Dengan sangat pelan Kyura membuka kunci rumah agar seluruh anggota keluarganya tidak terbangun.
Kini ia sudah berhadapan dengan Kyungsoo dan keduanya baru menutup ponsel yang sedari tadi masih terhubung.
“Apa yang kau butuhkan? Apa sebegitu mendesaknya hingga kau datang selarut ini?” Kyura berbisik.
“Aku tidak membutuhkan barang. Aku membutuhkan… kehadiranmu.”
“Ha?”
“Bagaimana bisa aku menyatakan perasaanku tanpa kehadiranmu?” Setengah mati Kyungsoo melawan rasa gugupnya ketika Kyura hanya menatapnya bingung. Perlahan ia mencerna kalimat Kyungsoo dan kini ia menahan nafas, mencoba menghadapi apa yang nanti akan Kyungsoo katakan.
“Kyura-ya. Mianhae sebenarnya selama ini aku menyembunyikan perasaan ini darimu.”
“Aku tak pandai merangkai kata, jadi… Saranghae Kyura-ya.” Kyura menatap namja di depannya dengan penuh ketidakpercayaan. Perasaannya campur aduk antara senang, terkejut, tak percaya, dan terharu. Ia tak percaya hari ini datang juga. Ia tak percaya akhirnya pengakuan ini terjadi di dunia nyata, bukan di alam mimpinya. Ia juga tak percaya bahwa akhirnya perasaanya tidak bertepuk sebelah tangan.
Keheningan menyelimuti keduanya cukup lama. Kyungsoo tak berani menatap matanya sedangkan Kyura hanya terpaku sambil mencoba membaca ekspresi Kyungsoo.
“Maukah kau… Menjadi yeojachinguku?”
Dan saat itu juga jantung Kyura melompat dari tempatnya setelah sadar bahwa Kyungsoo mempersempit jarak diantara keduanya. Entah timbul keberanian dari mana akhirnya Kyungsoo menatap manik mata Kyura. Keduanya saling pandang dan sama-sama kesulitan bernafas.
Kyura tersenyum tipis dan akhirnya mengangguk canggung. Kyungsoo langsung mengadakan pesta di dalam hatinya. Ia menarik Kyura dalam pelukannya dan segera dibalas oleh Kyura. Dapat dirasakan oleh Kyura detak jantung Kyungsoo yang berdetak bersamaan dengan jantungnya –berdetak dengan gila. Darahnya kini mengalir degan deras dan kupu-kupu di perutnya membuat kakinya lemas.
“Mau sampai kapan kalian begitu?” Suara dari ambang pintu merusak momen indah mereka. Itu adalah eomma Kyura yang tadi mendengar suara pintu terbuka, jadi ia bangun dan mengeceknya. Otomatis, ia menjadi saksi peristiwa Kyungsoo menyatakan perasaanya pada Kyura.
“Eomma… Sejak kapan…” Kyura gelagapan.
“Ah, tidak ada pencuri kan? Kurasa semua sudah beres, jadi aku mau tidur lagi. Tapi kuingatkan satu hal, jangan melakukan hal yang macam-macam karena ini sudah malam.” Dengan senyum jahil eommanya masuk ke dalam tanpa menutup pintu lagi.
“Eomma!” Kyura setengah berteriak sementara Kyungsoo tersenyum sambil menggaruk tengkuknya karena malu.
“Mianhae. Kau tahu sendiri kan bagaimana eommaku.”
“Gwaenchana. Eommamu sangat lucu.”
“Lucu? Kadang aku merasa ingin berganti eomma karena saking anehnya dia. Eh! Mianhae eomma, aku tak bermaksud durhaka.” Ucap Kyura yang menyadari bahwa ia kelepasan berbicara. Kyungsoo tersenyum lebar karena melihat Kyura seperti itu membuatnya semakin gemas dan ingin mencubit pipinya.
Kini mereka berdua duduk di teras rumah Kyura sambil menikmati langit malam yang memang sedang cerah. Kyungsoo menyelimutkan jaketnya pada Kyura yang hanya memakai pakaian rumahan. Keduanya hanya diam sambil sesekali bercerita dan tertawa meskipun harus berbisik. Mana ada orang yang menyatakan perasaannya pada waktu dini hari? Mungkin hanya 1:1000000.
“Um… Kyungsoo-ya.”
“Ya?”
“Sebelumnya maaf, aku bukannya bermaksud untuk mengatur kehidupanmu. Tapi berhubung kita sudah…” Kalimatnya tak ia lanjutkan.
“Katakan saja, apapun akan kuterima.”
“Aku hanya ingin menanyakan satu hal, bukan mengatakannya.”
“Kalau begitu tanyakan, apapun akan kujawab.”
“Sampai kapan… Nayoung akan tinggal bersamamu?”
“Kau cemburu, eoh?” Kyungsoo tersenyum jahil.
“Aish! Wajar kan bila seorang yeoja merasa marah apabila namjachingunya tinggal serumah dengan yeoja lain.” Kyura kesal dan cemberut.
“Hahaha… Ya ya ya. Aku tahu. Jangan memasang wajah itu, kau membuat tanganku tak tahan untuk mencubitmu.”
“Jadi dia akan tinggal disana selamanya? Jika begitu lebih baik kau pacari saja dia, dan sekarang juga kita putus!”
“Andwae!! Baiklah, akan kukatakan pada Baekhyun sesegera mungkin.”
“Kuberi waktu tiga hari. Jika ia tak juga pindah, lebih baik kau nikahi saja dia sekalian!”
“Ya! Kenapa kau jadi mudah marah begini, huh? Hahaha…”
“Ssstt!! Apa kau lupa ini hampir pagi! Kau jangan mengganggu mimpi para tetanggaku.” Bisik Kyura.
“Arraseo. Dan kau…” Kyungsoo sebenarnya tak mau mengungkit ini namun rasa penasarannya yang amat besar memaksanya untuk menanyakannya.
“Apa kau bertemu Jongdae?”
Seperti yang Kyungsoo duga, ekspresi Kyura kini berubah drastis. “Ya. Dan dia memintaku untuk kembali padanya.”
“Kau masih sakit hati kepadanya?”
“Sejujurnya, iya.”
“Jadi… Kau masih menyimpan sedikit perasaan pada—“
“Tentu saja tidak! Kau sendiri yang membuat perasaan itu menghilang.”
“Maksudmu?”
“Entahlah. Kurasa kau sudah berhasil mengalihkan hatiku.” Tanpa sadar Kyura mengatakan hal yang seharusnya hanya ada dalam otaknya. Bagaimana ekspresi Kyungsoo, jika ia mengira itu adalah sebuah rayuan?
“Ah.. Jangan berfikir macam-macam. Aku–”
“Aku berjanji, akan menjagamu dan menyayangimu dengan sepenuh hati. Aku tidak akan pernah menyia-nyiakan perasaanmu padaku.” Tangan Kyungsoo menggenggam tangan Kyura sedangkan Kyura tak menjawab apapun, melainkan hanya balas menggenggam tangan dan menyandarkan kepalanya pada bahu Kyungsoo.
“Aku juga akan menjaganya.” Bisik Kyura.
Keduanya berkutat pada pikiran masing-masing mencoba mengintrospeksi diri. “Baiklah, kurasa tidak mungkin kita begini sampai pagi. Aku pulang dulu, kau butuh tidur dan istirahat.” Kyungsoo hampir berdiri namun Kyura menahan tangannya, “Gomawo.” Kyungsoo mengacak rambut Kyura dan berdiri.
Setelah mengunci pintu kembali, Kyura kembali ke tempat kekuasaannya dan merasakan kasurnya kini jauh lebih nyaman daripada beberapa saat yang lalu. Dengan begini ia bisa tidur dengan nyenyak, meskipun hanya untuk dua jam kedepan. Ia benar-benar tak tahu apa yang akan terjadi padanya nanti.
===
To be Continued-
Siapa yang biasnya Baekhyun??
Maaf yah, maaf banget di chapter ini sama sekali gak ada celah buat kemunculan Baekhyun. Disini saya cuma meng-clear-kan gimana hubungan Kyungsoo-Kyura.
Yang biasnya Kyungsoo?? Silakan bancaan sendiri yah dalem hati. Hohoho~~
And yes, I’ll always say thank you very much for your support. I love you all <3 <3
