Tittle : falling slowly
Author ; @fransiskavidya
Cast : Choi YoungMin (OC), Lee SungMin (SJ), Oh Sehun(EXO)
Support cast : Choi YoungMi (OC), Exo members, SJ members.
Genre : family, romance, dll
Length : chaptered
Rating : PG-13
Disclaimer :
Choi YoungMin adalah milik @ahyaSMl, EXO + SJ member adalah milik Tuhan YME. Jalan certa ini fiksi dan murni berasal dari otak author yang agak dan memang somplak.
Summary :
Choi YoungMin, seorang gadis yatim piatu yang tinggal bersama 2 sahabatnya. Ia diculik saat berumur 5 tahun dan terpisah dari keluarga kandungnya. Ia dirawat oleh keluarga Choi sampai berumur 19 tahun. Siapa yang tahu kalau ia adalah anggota keluarga dari Jaringan Mafia terbesar di Korea?
A/N : annyeong, saya author baru disini.. sebelumnya gomawo buat admin yang udah publish FF ini. Sehun dimasukkin sebagai Cast itu diluar rencana dan baru keluar di Chapt 5~ tunggu aja yaa buat yang pengen baca Part Sehunnya. Oh iya, tinggalkan jejak yaa~ Comment itu berguna buat ngembangin FF ini juga~ gamsahamnida…
Happy Reading~
[Chapter 1]
-Youngmin POV-
“Young ! Jibe Kajja !” pangil Jihyun dan Eunsung. dari pintu ruang ganti pegawai toko tempat kami bekerja part-time.
“ne.. chankanman!” jawabku. Aku segera menutup lokerku dan berjalan menghampiri mereka. lalu kami berjalan pulang sambil mengobrol.
Namaku Choi Youngmin, teman-temanku biasa memanggilku Young atau Youngmin. Temanku yang berjalan bersamaku saat ini adalah teman baikku, Kim Jihyun atau Jihyun, dan Jung Eunsung yang biasa kami panggil Eun atau Eunsung.
Kami bertiga tinggal bersama di apartemen peninggalan orangtua angkatku. Walaupun mereka adalah orang tua angkatku, aku menyayangi mereka seperti aku menyayangi orangtua kandungku sendiri.
Kata mereka, mereka menemukanku saat aku sedang berteriak-teriak minta tolong di dalam pondok kayu yang terbakar di daerah pinggiran kota seoul. Waktu itu aku berumur sekitar 5 tahun. Sejak itu mereka merawatku seperti anak sendiri karena mereka sendiri tidak punya anak. Kebetulan nama orang tua angkatku juga Choi.
Kata mereka, namaku—Choi YoungMin—terukir di belakang liontin kalung yang kupakai saat itu, yang hingga sekarang masih selalu kupakai. liontin berbentuk bulan. Sepertinya ada pasangannya, karena di kalung itu ada sesuatu yang mirip sambungan. Walaupun dengan kalung ini aku bisa mencari identitas orangtua kandungku, tapi aku tak berniat atau memiliki keinginan untuk mencari mereka sedikitpun.
Yah, meskipun tak dapat kupungkiri, di dalam hatiku yang paling dalam, aku sangat penasaran siapa identitas keluarga kandungku, dan aku sangat ingin bertemu dengan mereka. tapi aku sudah cukup bersyukur dengan apa yang kumiliki sekarang.
Orangtua angkatku sudah meninggal sekitar 1 tahun yang lalu saat aku lulus SMU, jadi sekarang kami bertiga bekerja part time di sebuah toko roti bernama Tours Les Jours, toko ini milik salah satu member Super Junior. Siapa ya namanya ? entahlah.. aku tidak ingat. Lagipula aku tidak terlalu peduli.
“aku pulang!” seruku begitu memasuki apartemen yang menyimpan banyak kenanganku dengan orangtua angkatku ini. Sekaligus tempat ternyaman bagiku.
“ne.. jangan teriak-teriak seperti itu ! lama-lama kau mirip Eunsung deh..” kata Jihyun sambil duduk di sofa.
“yakk, aku tidak teriak-teriak seperti itu kok ! Ittekimasu..” kata Eunsung yang memasuki apartemen paling akhir.
“sama saja! Jangan sok bisa bahasa jepang deh..” kata Jihyun. Entah kenapa dua temanku ini sering sekali bertengkar karena masalah kecil, dan tugaskulah melerai mereka.
“yakk.. sudahlah.. jangan bertengkar terus, berisik.” Kataku.
“capek..” keluh Eunsung sambil terenyak di sofa berwarna putih kesukaannya.
“masa’ segitu saja kau sudah lelah ?” kataku padanya.
“ne.. aku kan berbeda denganmu yang punya tenaga sebesar kuda.” Katanya.
“siapa dulu yang mandi nih ?” tanya Jihyun. Aku yang paling dekat dengan papan tulis kecil tempat kami menulis jadwal masak, buang sampah, belanja, dan sebagainya, segera melihatnya untuk mengecek.
“yang piket masak hari ini Eun, belanja Jihyun, dan aku buang sampah.” Kataku.
“aku masak nih ? seseorang bantu aku kalau tidak ingin makanannya hangus.” Kata Eunsung yang paling parah dalam memasak.
“aku belanja? Malas..”
“oke, karena tugasku yang paling ringan, aku akan membantu Eunsung masak.. daripada makanannya hangus kan ..” kataku.
“jadi, yang pertama mandi Eunsung, sementara itu aku membuang sampah dan Jihyun belanja. Begitu Eunsung selesai mandi giliranku, lalu baru Jihyun. Jadi begitu Jihyun selesai mandi, makanan juga sudah selesai.” Kataku mengatur waktunya pada mereka dan mereka hanya mengangguk-angguk mengerti. beginilah keseharian kami, berusaha memanfaatkan waktu sebisanya, dan selalu aku yang kena getahnya.
“ya sudah, sekarang aku mandi ya. Young, hari ini masak apa ?” tanya Eunsung sambil bangkit berdiri.
“omu rice saja biar cepat. Perutku sudah keroncongan.” Jawabku.
“oke.” Katanya sambil masuk ke kamar mandi dengan handuk dan baju gantinya, dan aku menulis daftar belanja untuk Jihyun.
“Eun, waktumu untuk mandi 5 menit ! kalau belum selesai juga kau harus keluar dengan tubuh penuh sabun sekalipun!” kataku pada Eunsung yang kalau mandi bisa setahun.
“ne.. algeseumnida agassi!” jawabnya.
“nah, ini daftar belanjanya, waktumu untuk belanja 20 menit.” Kataku pada Jihyun sambil menyerahkan daftar belanja padanya.
“Mwo ? 20 menit dengan belanjaan sebanyak ini ?” katanya.
“ne. Waktumu mulai dari sekarang. Aku akan pasang wekernya sekarang.” Kataku sambil menyetel jam weker dan Jihyun segera berlari keluar dengan daftar belanjaan ditangannya. Lalu aku pergi ke dapur dan membuang sampah sekaligus mengecek bahan-bahan yang akan aku dan Eunsung gunakan untuk membuat omu rice.
“omona.. telurnya habis. Aku tidak menulis telur di daftar belanjaan itu. Apa Jihyun membawa Handphonenya ?” gumamku pada diri sendiri sambil berjalan ke ruang tengah untuk mencari handphoneku. Setelah itu aku langsung menelepon Hp Jihyun.
Terdengar ringtone Hp Jihyun dari arah sofa disamping Tv. Ternyata Jihyun tidak membawa Hpnya.
“ish, jinjja..” gumamku sambil memakai jaket. Tidak ada pilihan lain selain menyusulnya. Aku akan menyusulnya sambil membuang sampah ke bawah. Untung saja minimarket tempat Jihyun belanja ada tepat di seberang apartemen kami.
“Eun, aku buang sampah dulu !” teriakku sambil membuka pintu.
“ne !! jangan lama-lama!” dia balas berteriak dari kamar mandi.
Aku melangkah cepat ke tempat pembuangan sampah terdekat, lalu aku menyebrang dan memasuki minimarket. Kulihat Jihyun sedang membungkuk memilih bumbu omu rice. Aku segera menghampirinya dan menepuk pundaknya keras.
“Hyun-ah ! beli telur juga.” Kataku sambil menepuk pundaknya.
“argh ! yakk, duguya !” katanya sambil berdiri tegak dan memegang bagian pundaknya yang kupukul tadi. Tunggu dulu, kenapa suaranya lebih berat dari biasanya? Lho, kenapa ia lebih tinggi dariku ? punggungnya juga lebar sekali..
“Young ! sedang apa disitu ? bukannya kau sekarang sedang buang sampah ya ?” kata suara seseorang yang kukenal. Suara Jihyun. Aku menoleh dan mendapati Jihyun sedang berjalan dengan keranjang belanjaan penuh kearahku. Jadi ini siapa?
“nuguya ?” kata orang yang kupukul tadi sambil berputar dan menghadapiku. Omona.. ternyata dia namja. Ish, kenapa aku bisa salah mengenali orang sih?
“eh.. Gwiesonghamnida. Saya salah orang” kataku sambil membungkuk dan langsung berjalan menghampiri Jihyun. Ish.. aku malu sekali.. sepertinya wajahku seperti kepiting rebus sekarang.
“beli telur.. telurnya habis.” Kataku pada Jihyun sambil berjalan mengiringinya ke bagian telur.
“arra.. omona.. young, kenapa mukamu merah sekali? Kau demam ? atau malu karena salah orang ?” kata Jihyun meledekku.
“a.. aniya! sudah kajja ppali! Pasti Eun sudah menunggu.” Kataku sambil mendorongnya dari belakang agar cepat.
Setelah membayar semua belanjaan kami, aku dan Jihyun keluar dari Minimarket dan segera pulang dengan terburu-buru. Saat hendak menyeberang, aku tidak sengaja menubruk seseorang sampai belanjaannya berceceran di jalan.
“oh.. mianhamnida..” kataku sambil berjongkok memunguti belanjaan orang itu, yang sekarang juga sedang memunguti barang-barangnya. Ternyata orang itu adalah namja yang kukira Jihyun di minimarket tadi.
“ish, jinjja..” gumamnya.
“oh.. mianhamnida.. aku tidak sengaja.” Kataku sambil membungkuk setelah semua barangnya sudah kami punguti.
“Ehm.. Young.. kau membungkuk pada siapa ?” tanya Jihyun.
“yakk ! kau ini pabo ya ! tentu saja aku membungkuk pada orang yang kutabrak barusan.” Kataku.
“tapi aku ada di sebelah sini.” Kata namja itu dari sebelah kananku.
Aku langsung berdiri tegak dan melihat kemana tadi aku membungkuk. Omona.. ternyata sejak tadi aku membungkuk pada tiang listrik. Wajahku merah seketika.
“puh.. hahaha” Jihyun menertawakannku.
“ya! kau jangan mentertawakanku!” kataku sambil menjitak Jihyun keras. Lalu menghadap pada namja itu.
“Auww, Appo !” kata Jihyun sambil megusap-usap bagian kepalanya yang sedikit benjol karena kupukul tadi.
“Mianhamnida..” kataku sambil membungkuk dan menatap matanya. Rasanya aku pernah melihat wajah namja ini. Entah dimana.. Sejenak kami saling menatap selama beberapa saat sampai Jihyun menyadarkanku.
“Ehm, tadi siapa ya yang memberiku waktu 20 menit untuk belanja?” kata Jihyun. Omona ! aku lupa kalau Eunsung sedang menunggu kami dirumah. Aku langsung menarik tangan Jihyun dan menarik tangannya dan berlari menyebrang. Tapi sebelum itu, aku kembali membungkuk pada namja itu dan mengucapkan permintaan maaf sekali lagi.
Sesampainya di apartemen, aku langsung terduduk di sofa. Aku lelah sekali.
“kami pulang !” kata Jihyun sambil melangkah ke dapur mencari sesuatu. Sepertinya dia mencari Eunsung. “Eung ! ini belanjaanya.”
“Lho.. Young ! Eung kemana ?” tanya Jihyun padaku.
“Mollayo.. kamar mandi sudah kosong. Aku mandi dulu ne.” Kataku sambil mengambil handukku. Dan Jihyun keluar dari dapur. Sepertinya dia bingung harus mencari Eunsung kemana.
“coba lihat kamarnya, siapa tahu ia ada disana !” tambahku sebelum masuk ke kamar mandi.
“hm, nde.” Jawab Jihyun. Lalu aku menutup pintu kamar mandi.
Selesai mandi, aku mendengar suara Jihyun dari dalam kamar Eunsung. Masa’dia belum berhasil membangunkan Eunsung sih ?
“JiHyun-ah..” panggilku sambil memasuki kamar Eunsung. kulihat ia sedang berlutut di ranjang Eunsung sambil menggoyang-goyangkan tubuh Eunsung.
“Eunsung-ah.. kajja ireona.. aku sudah sangat lapar..” kata Jihyun lemas. “Young-ah.. tolong bangunkan dia dong ! aku sudah lapar sekali nih!” pintanya padaku dengan pandangan memelas. Sepertinya dia memang sangat lapar.
“ne.. biar aku yang bangunkan dia, kau mandi dulu saja sana.” Suruhku padanya.
“ne… aku mau berendam yang lama ah..” ucapnya sambil berjalan keluar kamar.
Nah, sekarang permasalahannya adalah, bagaimana cara membangunkan yeoja super kebluk dihadapanku ini.
-SungMin POV-
Sepertinya hari ini adalah hari tersial untukku. Saat belanja di minimarket tadi, ada seorang yeoja yang memukul bahuku keras sekali. Linunya masih terasa sampai sekarang. Sepertinya dia itu titisan Siwon Hyung yang tenaganya seperti kuda.
Ditambah lagi, tadi yeoja itu juga menabrakku saat aku mau menyebrang jalan. Ia minta maaf padaku, tapi lucunya, ia malah membungkuk pada tiang. Untung saja aku bisa menahan tawaku saat kejadian itu berlangsung.
Dan anehnya, rasanya aku pernah melihat yeoja itu di suatu tempat.. rasanya ia mirip dengan seseorang. Apa benar dia mirip orang itu ?
ah, tapi tidak mungkin. Orang itu sudah meninggal 2 tahun yang lalu. Ayolah Sungmin-ah, kau harus bisa move on darinya. Ia sendiri yang menyuruhku untuk melupakannya kan? Tapi selama ini bayang-bayangnya selalu muncul di mimpiku seolah berusaha memeritahuku sesuatu.
Ah, sudahlah, memikirkan ini semua membuatku pusing. Lebih baik aku istirahat sekarang, besok jadwalku lumayan padat.
-YoungMin POV-
Akhirnya, aku berhasil membangunkan Eunsung dengan rekaman suara Eommanya yang tersimpan di HP Eunsung. dengan mata yang hanya tinggal tersisa 5 watt, ia memasak omu rice dengan bantuanku.
Saat omu rice kami sudah selesai, JiHyun sudah selesai mandi. kami segera makan bersama.
“yakk, Eun, masukkan makanannya ke mulutmu, bukan hidungmu.” Kata Jihyun saat melihat Eunsung yang makan dengan setengah tertidur.
“nde, Kim agassi.” Jawab Eunsung malas. Lalu ia mempercepat makannya.
“kenapa buru-buru ?” tanyaku.
“aku mau tidur. Kalian lihat kan, mataku tinggal 5 watt ?” Jawabnya diakhiri dengan pertanyaan.
“ne, sudah sana cepat bereskan.” Kataku. “cuci piring masing masing ya.”
“ne..” jawab Eunsung dan Jihyun bersamaan.
15 menit kemudian, kami bertiga sudah selesai makan. Seperti yang kuduga, Eunsung paling duluan selesai dan sekarang sedang berjalan setengah tidur ke kamarnya sambil menabrak-nabrak sofa, meja kecil, dan yang terakhir..
DUAKK ! ia menabrak pintu kamarnya dengan keras.
“Yakk, Jung Eunsung! berhati-hatilah dengan kepalamu.” Teriak Jihyun. Lalu Eunsung masuk ke kamarnya, disertai dengan bunyi buku jatuh, dan benda benda lain yang jatuh. Dan diakhiri dengan bunyi ‘bluk’ yang empuk yang berarti Eunsung sudah sampai di pulau kapuknya.
“sudah selesai. Kajja kita tidur.” Ajakku pada Jihyun, lalu kami berdua masuk ke kamar masing masing.
Tapi di dalam kamar, aku hanya berbaring di ranjangku tanpa bisa memejamkan mataku sedikitpun. Aku sama sekali tak mengantuk. Malah, bayangan namja yang kutabrak tadi muncul di benakku. Dia tampan sekali, tapi juga terlihat aegyo. Di dalam hati, aku berharap bisa bertemu dengannya lagi suatu hari nanti.
-keesokan harinya-
Seperti biasa, aku bangun paling pagi dan langsung masuk ke kamar 2 temanku yang super kebluk ini untuk membangunkan mereka. Yang jadi masalah adalah, BAGAIMANA CARA MEMBANGUNKAN MEREKA ? #capslock jebol#
Untuk Eunsung, aku sudah tak perlu khawatir karena semalam aku sudah ‘merampok’ rekaman suara eommanya yang sudah sukses dan pasti berhasil membuatnya bangun seperti semalam. Tapi Jihyun? Sepertinya aku harus pakai cara manual.
“Eunsung-ah, ireona.” Panggilku. Seperti yang sudah kuduga, ia hanya bergumam dan membalikkan tubuhnya membelakangiku. Aku hanya menghela napas panjang dan menyalakan jurus pamungkasku dengan volume full, lalu meletakkanya di samping kepala Eunsung dan berlari keluar. Tepat saat aku menutup pintu, terdengar rekaman itu menyala dengan suara yang sangat kencang.
“ne! Aku sudah bangun Young, aku bangun !” teriak Eunsung dari dalam dengan nada kesal. Aku hanya terkikik geli saat melihatnya keluar dari kamarnya dengan kantung mata bergelayut di bawah matanya dan rambut yang berantakan.
“cepat mandi sana, aku bangunkan Jihyun dulu. Tapi sebelum itu, bereskan dulu kamarmu yang seperti kapal pecah itu!” suruhku padanya. Aku ini seperti mandor saja ya?
“nde, ajumma cerewet.” Gumamnya pelan tapi masih terdengar olehku.
“mworago ?”
“aniya.” Jawabnya pendek. ia berlari ke kamar mandi dan menutup pintu di belakangnya dengan keras.
Aku masuk ke kamar JiHyun. Kulihat yeoja itu masih saja bergelung di dalam selimutnya. Aku berpikir. Bagaimana caranya membangunkan yeoja kebluk ini? Sedangkan aku sudah memakai mike saja ia tidak bangun juga.
Akhirnya aku menghampirinya, meneriakkan namanya di telinganya, mengguling-gulingkan tubuhnya, mengancamnya, membuka paksa kedua kelopak matanya, menendangnya.. dan berbagai usaha lain. Tapi hasilnya nihil. Jihyun tetap saja tidur, bahkan ia masih bisa-bisanya berguling memunggungiku.
“yaak! Ireona!” teriakku sambil berusaha menarik selimutnya. Ia tak mau mengalah. Tetap mempertahankan selimutnya hingga kemudian ia mengendurkan pegangannya. Saat itu juga, aku hampir terjatuh ke belakang. Lalu ia kembali menarik selimutnya lagi dan aku terjatuh ke lantai karena peganganku pada selimut itu sudah kukendurkan duluan sebelumnya.
“YAA!! KIM JIHYUN! IREONA!” teriakku kesal.
“Young-ah, kau berisik sekali! Kau mengganggu para tetangga.” Kata Eunsung yang menengok dari pintu dengan rambut yang masih dibalut dengan handuk putih bersih. Tapi ia sudah siap ke kampus dengan kaus putih dan kemeja birunya seperti biasa. Ia juga memakai celana Jeans yang tidak teralu ketat.
“aku menyerah!” seruku sambil mengangkat kedua tanganku. “coba kau bangunkan dia. Biasanya kau punya ide aneh yang cukup berguna.”
Eunsung berpikir sebentar. Lalu ia berkata..“apa perasaan yang selalu membuatmu bangun Young?”
Aku terdiam sebentar. “kaget?” tanyaku.
“bisa jadi..” katanya. “tapi itu tidak akan mempan untuk yeoja ini. Yang lain?”
Aku kembali berpikir “takut?”
“itu berfungsi untukku.” Jawab Eunsung. “apa hal yang selalu membuatmu bangun selelah apapun kau?”
“eh,,” aku kembali berpikir. “dulu aku selalu bangun kalau mencium wangi masakan eomma.” Jawabku.
“exactly! Dan yang kita butuhkan sekarang adalah, hal yang sangat disukai yeoja ini.” Kata Eunsung. aku mengangguk mengerti.
“jadi, apa yang sangat disukai yeoja ini?” tanyaku bingung. Kami kembali terdiam menunduk memikirkan hal yang paling disukai JiHyun.
“ah.. arasseo.” Kata Eunsung menjentikkan jarinya.
“wae wae? Kau sudah dapat?” tanyaku.
“begini. Kau tahu, kenapa dia mengajak kita bekerja partime di TLJ?” tanya Eunsung padaku.
“ne.. kalau tidak salah, ia bilang toko roti itu milik salah salah satu member boyband kan?”
“ne, kau tau itu boyband apa?” tanya eunsung.
aku menggeleng.
“ish, jinjja. Jawabannya ada di rak di belakangmu.” Kata Eunsung padaku. Begitu aku berbalik, kulihat rak yang penuh dengan CD boyband bernama Super junior.
“jadi, kita hanya perlu menyetel kaset-kaset itu dan ia akan bangun?” tanyaku.
“persis.” Kata Eunsung. “tapi.. sepertinya akan lama. Lebih cepat seperti ini.” Kata Eunsung. ia sudah memegang hp JiHyun di tangannya. Ia menyetel lagu Super Junior dengan volume yang cukup keras. Lalu berteriak.
“JiHyun-ah!! Ada Super Junior di TV!! Omonaa.. Kyu Oppa berciuman dengan SeoHyun Eonni!” katanya.
“Mwo?!” Seketika juga, JiHyun terperanjat. Ia langsung turun dari ranjangnya dan berlari ke ruang duduk melewati kami. Aku hanya memandanginya terbelalak. sementara Eunsung hanya tesenyum puas.
“ya! Eodiya? Kalian bahkan tidak menyalakan TV.” Kata JiHyun pada kami. Eunsung buru-buru menutup pintu kamar JiHyun, ia melemparkan handuk pada JiHyun.
“aku bohong. Sana mandi! kami membutuhkan waktu setengah jam untuk membangunkanmu!” kata Eunsung. aku mengangguk setuju.
“geurae, aku mandi.” kata Jihyun kemudian dengan muka yang kusut.
“Eunsung-ah.. charaetda!” kataku pada Eunsung, lalu kami ber-highfive ria.
“cha, sekarang.. masak sarapan yang enak ya Young!” kata Eunsung sambil mendorongku kearah dapur.
“wae? Wae?” tanyaku.
“hari ini giliran kau masak sarapan, Young…” kata Eunsung.
Aku hanya cemberut. Girliran makan, dia ini semangat sekali.
-skip time-
“ah, jinjja! Aku telat!!”Ssipal! Ini gara-gara aku lupa kalau sebelum kuliah hari ini aku ada test jam 8, untung saja JiHyun mengingatkanku. Ditambah lagi bis yang kunaiki tadi jalannya lambat sekali seperti siput!
Aku berlari kencang ke arah gerbang kampus. Aku melirik jam tangan yang melingkar di tangan kiriku.
7.45
Kenapa ruang kelasku harus jauh sekali dari gerbang? Aku mempercepat lariku dan..
Duakk!
Aku menabrak seseorang sampai aku sendiri terpental ke belakang. Ish, ada apa lagi ini?
“gwesonghamnida.” Kataku sambil membungkuk padanya. Begitu kembali tegak, aku terperanjat kaget. Ini kan orang yang kemarin kutabrak.
“oh, kau lagi.” Kata namja itu sedikit geli.
“oh, jeongmal mianhae.. aku sudah terlambat. Aku duluan.” Kataku sambil kembali berlari.
“oh, chankanmanyo! Siapa namamu?” tanya namja itu sambil menahan tanganku.
“Choi YoungMin imnida! Tolong lepaskan tanganku! aku ada test!” kataku padanya.
“oke.” Katanya, ia melepaskan tanganku.
“gamsahamnida!” kataku sambil berlari menuju ruang kelasku.
Di dalam, teman-temanku sudah duduk di tempat masing masing dan siap untuk test. Aku selamat, ternyata dosenku belum datang.
Aku menghela napas lega sambil menuju ke tempat dudukku.
-SungMin POV-
Untuk ke-3 kalinya dalam 24 jam terakhir, aku bertemu dengan yeoja itu. apa ini kebetulan? Ia kelihatan sangat terburu-buru.
“oh, jeongmal mianhae.. aku sudah terlambat. Aku duluan.” Katanya sambil hendak kembali berlari.
“oh, chankanmanyo! Siapa namamu?” tanyaku itu sambil menahan tangannya.
“Choi YoungMin imnida! Tolong lepaskan tanganku! aku ada test jam 8!” katanya panik.
“oke.” Kataku sambil melepaskan tangannya.
“gamsahamnida!” katanya sambil berlari menjauh.
“Choi YoungMin..” gumamku pelan. “kenapa ia sangat mirip denganmu Young?”
Aku berjalan lurus ke arah gedung A, aku harus ke ruang dosen. Aku akan jadi asisten dosen hari ini.
-SungMin POV end-
“Young, tumben kau telat.” Kata HaeRa pada YoungMin yang baru saja duduk di bangkunya sambil menghela napas lega.
“aku lupa hari ini kita ada test” Kata YoungMin pada temannya itu.
Kemudian mereka berdua mengobrol sampai akhirnya…
“annyeonghaseyo.” Kata seorang namja paruh baya dengan rambut yang sudah sedikit botak. Ya, dia adalah Dosen Youngmin. Dan di belakangnya, mengikuti seorang namja berwajah tampan. Youngmin, seketika terbelalak menyadari ia tahu siapa namja itu.
“annyeong Hasimnikka.. Kim Kyosunim..” *Kyosu=dosen
“cha, hari ini tes kita dibatalkan.” Kata Kim Kyosu dengan kalemnya. Sehingga mengundang beberapa anak untuk mengeluh, dan lebih banyak lagi tak sungkan menggambarkan rasa senangnya. Sementara Youngmin, ia masih membeku menyadari siapa namja yang berada di sampin dosennya sekarang.
“dan sekarang, saya akan memperkenalkan asisten saya yang baru. Cha, perkenalkan dirimu.” Suruhnya pada namja di depannya saat ini.
“annyeong Haseyo, Lee Sungmin imnida. Mulai hari ini saya adalah asisten kim Kyosu. Mohon bantuannya. Saya sedang menyusun Skripsi, dan kebetulan Kim Kyosu menawarkan diri untuk membimbing saya. jadi, mohon bantuannya” kata namja itu. ia membungku 30 derajat dan tersenyum pada seluruh kelas.
Lalu ia menangkap pandangan mata YoungMin yang masih terpaku menatapnya. Ia tersenyum pada Youngmin.
“Omona, dia tampan sekali. young-ah! Apa kau mengenalnya?” tanya Haera dari belakang Youngmin.
Youngmin hanya menggeleng-geleng bingung.
“nah, Sungmin-ssi, sekarang kau duduk saja dulu di bangku yang kosong.” Kata Kim Kyosu. Semua mahasiswa di kelas itu menoleh kearah satu-satunya kursi kosong di kelas itu. kursi tepat disamping YoungMin.
“Ye, algeseumnida.” Sungmin berjalan ke arah Youngmin sambil tersenyum. Ekspresinya campuran antara jahil dan senang.
Beberapa mahasiswa perempuan menatap YoungMin iri, beberapa lainnya menyelamati Youngmin, sementara YoungMin sendiri.. hanya bisa menghela napas kesal dan menepuk jidatnya sendiri. Ia bisa merasakan ada sesuatu yang aneh dari namja yang bergerak menuju ke kursi di sampingnya saat ini.
“annyeong haseyo.” sapanya begitu duduk di samping Youngmin.
“annyeong hasimnikka” jawab YoungMin kaku.
Sisa jam mata kuliah itu berjalan lancar. Dan setelah itu ia melewati 2 mata kuliah hingga ia bisa pulang.
“selamat..” kata YoungMin sambil menghela napas lega.
“wae?” tanya Haera yang tiba-tiba muncul disampingnya.
“ya! Kau mengangetkanku!” kata Youngmin.
“mian, mian. Young, temani aku belanja yuk!” kata Haera.
“mian, aku tidak bisa.. aku harus part time hari ini. Kalau hari minggu saja bagaimana?” tanya Youngmin.
“kau part time lagi?” tanya Haera yang memang teman Youngmin sejak SeniorHigh. Youngmin pernah part time saat SeniorHigh karena ingin membeli laptop sendiri dan akhirnya dimarahi habis-habisan oleh orangtuanya angkatnya.
“ne, kali ini tak apa, karena aku sudah kuliah. Eomma dan abeoji juga pasti tidak melarangku.” Kata YoungMin menenangkan Haera.
“arasseo..” kata Haera.
“kalau begitu, sampai ketemu besok di kelas. Pai.” Kata Youngmin.
“hati-hati YoungMin-ah!” kata Haera.
“ne, ara!” jawab YoungMin.
Tanpa YoungMin sadari, sejak tadi ia diperhatikan oleh seseorang, Sungmin. Ia terus merasakan Youngmin sangat mirip dengan seseorang yang sangat dekat dengannya, yang sangat ia rindukan.
-SungMin POV-
Dia.. mirip sekali dengan orang itu. mungkinkah? ah, tapi dia tak mungkin orang itu. aku menyaksikan pemakamannya dengan mata kepalaku sendiri.
Apa ia bereinkarnasi?
Itu pertanyaan konyol Lee Sungmin! Tak mungkin orang itu bereinkarnasi kemarin dan sekarang sudah kuliah kan?
Oh, ayolah berpikir yang jernih Lee Sungmin! Kau harus melupakan yeoja itu! dia sudah pergi dengan tenang! Kau harus berhenti memikirkannya!
Aku bergulat dengan pikiranku sendiri di gerbang kampus sampai tak menyadari sejak tadi iphone pink-ku bergetar hebat.
“oh… ohh… chankanman!” kataku pada Iphoneku itu seolah iphone itu bisa berinteraksi denganku.
“yeoboseyo??” jawabku sambil menempelkan Iphone itu di telingaku.
“ya! Lee SungMin!! Aku sudah meneleponmu berkali-kali! Tapi kenapa kau tak menjawab sekalipun?” terdengar suara berat Siwon.
“ya! Ini aku menjawabmu kan! Memangnya kapan kau meneleponku eoh?” tanyaku.
“coba saja lihat daftar log ponselmu itu. kau dimana Hyung? Kami sudah menunggumu sejak tadi di TLJ!” kata Siwon lagi.
“eoh? TLJ?” tanyaku bingung.
“toko roti Monkey Hyung! Sejak kapan kau jadi pelupa sekali sih Hyung? Kita kan sudah janjian bertemu disini!”
“bukannya siang ini kita kumpul di Mouse and Rabbit ya?” tanyaku. Seingatku kami memang janjian berkumpul di mouse and rabbit.
“oh, ne~ benar. Saat kami mengubah tempat janjian kau sudah ngacir duluan ke kampus. Mianhae… ya sudah, sekarang ke TLJ ne Hyung!” katanya.
“arasseo arasseo. Siapa saja yang belum datang?” tanyaku sambil berjalan kearah parkiran.
“kau.” Kata Siwon singkat.
“mwo?” tanyaku kaget.
“kan sudah kubilang, kami sudah menunggumu disini Hyung~” katanya.
“arasseo, aku kesana sekarang.” Kataku.
—-
“yah , kau lama sekali Hyung!” kata EunHyuk padaku.
“mianhae, aku agak lama tadi di kampus.” Kataku sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
“kau mau apa Hyung?” tanya EunHyuk lagi,
Kulihat di atas meja ini sudah ada gelas gelas dan piring-piring roti yang sebagian sudah dimakan. Aku duduk di samping Kyu.
“cappucino~” kataku sambil bersandar ke bantalan kursi dibelakangku.
“ara. YoungMin-ssi!” panggil EunHyuk pada karyawannya.
Aku tersentak saat mendengar nama itu. YoungMin?
“ye?” tanya gadis itu sambil menghampiri kami. Aku bisa merasakan bukan hanya aku yang tersentak mendengar nama itu, tapi Siwon juga.
“neo?!” kataku kaget. Ia juga seketika terbelalak saat melihatku.
“oh.. a..annyeong Haseyo sunbaenim..” katanya sambil membungkuk padaku.
“eh? Kalian sudah saling kenal?”
“dia hoobae-ku di kampus.” Kataku lancar pada Eunhyuk.
“ambilkan cappucino untuk Sungmin Hyung,” kata EunHyuk pada YoungMin.
“ye, algeseumnida.” Kata YoungMin. Ia membungkuk lagi padaku lalu berbalik pergi. Aku menoleh pada Siwon.
“mirip ‘dia’ kan?” kataku pada Siwon.
Siwon masih terus menatap punggung Youngmin yang menjauh. Lalu ia mengangguk. “sangat mirip Hyung, wajahnya.. bahkan sampai suaranya.” Kata Siwon padaku.
“siapa yang kalian maksud?” tanya Kyuhyun yang sekarang mengangkat matanya dari layar PSP-nya.
“oh, aku tahu.” Kata Kyuhyun begitu melihat pandangan kami berdua. Ya, tentu saja. Semua member SJ tau tentang orang itu.
“Hyuk-ah, sejak kapan dia mulai bekerja disini?” tanyaku pada EunHyuk.
“sekitar 3 bulan yang lalu.” Kata EunHyuk.
“kau tak merasa ia mirip dengan seseorang?” tanya Siwon.
“ani.. euh…” katanya spontan, tapi kemudian ia kembali mengingat-ingat. “ah..”
“satu cappucino, ada lagi yang bisa saya bantu?” tanya YoungMin pada kami.
“ani, sudah. Gomawo YoungMin-ssi.” Kata EunHyuk.
“kita selidiki dia.” Kata Siwon padaku. Aku mengangguk sekali.
—
Beberapa hari kemudian…
“sudah dapat?” tanyaku pada Siwon yang sudah sibuk dengan laptopnya.
Ia mengangguk.
“Choi YoungMin, 19 tahun, mahasiswi beasiswa SunMoon University. ia anak angkat. Orang tua angkat-nya sudah meninggal sekitar setahun yang lalu. Sekarang ia tinggal di apartemen peninggalan kedua orangtuanya itu bersama dua temannya. Part time di TLJ.”
“anak angkat?” tanyaku.
“ne, tak ada keterangan lain.” Kata Siwon, tapi kemudian ia terdiam seperti mengingat ingat sesuatu.
“ya! Apa yang kau pikirkan eoh?” tanyaku.
Ia menggelengkan kepalanya seperti orang yang baru sadar dari mabuk, “ani..” katanya.
Aku yakin ada yang ia sembunyikan dariku.
-Siwon POV-
-@Choi’s family House. Siwon’s room-
Apa dia benar YoungMin kami?
Aku, Choi Siwon , anggota Super Junior yang terkenal dari keluarga berada. Ya, memang keluargaku memiliki jaringan department store besar di korea. Itulah image keluargaku yang terlihat di depan umum. Tapi dibelakangnya..
Anggota jaringan Mafia Korea. Keluargaku memiliki koneksi yang cukup bagus. Salah satunya dengan keluarga Cho dan Lee. Keluarga Kyuhyun dan Sungmin Hyung. kami bertiga bersahabat sejak SD, saat orangtua kami mulai bekerja sama. Kalau tidak salah, saat itu aku kelas 2 SD. Kami bertiga seangkatan, tapi umur Kyu hampir setahun dibawahku. Oke, kuakui otaknya encer.
Mereka berdua mengenal seluruh keluargaku dengan baik sampai pengasuhku dulu. Mereka mengenal eomma dan appa-ku. Juga adikku, YoungMi. YoungMi usianya sekitar 1 tahun dibawahku. Tapi sebenarnya ada satu anggota keluargaku yang tak mereka kenal bahkan namanya sekalipun. Dia adalah adik kembar YoungMi, yaitu YoungMin.
Mereka berdua kembar identik. kami memanggil YoungMi dengan Mi. Sedangkan YoungMin dengan Min. Mi-yah, dan Min-ah. Begitulah kami biasa memanggil mereka. kadang kami memanggil mereka Double Young.
Aku sangat ingat waktu itu.. appa bilang Min diculik oleh orang-orang yang dendam pada appa. Aku benci sekali appa waktu itu! aku sangat ingat Mi sangat sedih dan menangis setiap hari. Ia dan Min sudah sangat dekat seperti perangko.
Appa bilang, ia mendapat informasi para penculik mengurung Min di sebuah gubuk di pinggiran Seoul. Maka appa dan orang-orangnya itu menyelidiki dan mendapati gubuk itu sudah tinggal abu. Rata dengan tanah. Eomma pingsan mendengarnya. Ia terus menangis setiap hari. Aku.. aku bingung harus bagaimana. Mereka bilang Min sudah meninggal.
Tapi aku dan Mi berpendapat lain. Kami bisa merasakannya. Terutama Mi. Ia sangat yakin Min masih Hidup. Mungkin itu yang dinamakan ikatan saudara kembar?
Dan sekarang, setelah 14 tahun pencarian kami, dengan kebetulan yang sangat mengerikan, seorang gadis bernama Choi YoungMin, dengan wajah yang sangat mirip—bahkan bisa dibilang persis—dengan Mi, muncul dihadapanku dan SungMin Hyung?
Aku harus menyelidikinya lagi.
Tanpa sadar, aku mengulurkan tangan ke laci mejaku dan mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna biru, dan membukanya. Kemudian tanganku mengeluarkan benda panjang perak, sebuah kalung. Dengan liontin bintang, yang tengahnya terdapat lubang berbentuk bulan sabit, dan dibelakang liontin itu, terukir nama ‘Choi YoungMi’. Kalung ini memiliki pasangan, aku ingat persis. Pasangannya adalah kalung dengan liontin berbentuk bulan, yang ukurannya lebih kecil dari bintang ini, sehingga liontin itu bisa dimasukkan ke dalam lubang bulan sabit di kalung Mi.
Kalung ini sengaja dibuat sepasang khusus untuk adik kembarku itu. hanya ada sepasang kalung seperti ini di seluruh korea. Appa dan Eomma membuatnya saat mereka bayi dengan tujuan agar mereka bisa membedakan mana Mi, dan yang mana Min. Dan setelah mereka tumbuh besar, kalung ini akan menjadi semacam tanda pengenal untuk mereka.
Aku sendiri memiliki sebuah liontin berbentuk matahari, dan namaku juga terukir jelas di belakangnya. Dan selalu kusimpan bersama dengan kalung milik Mi.
Semua liontin memiliki sebuah hiasan seperti berlian, yang didalamnya tersembunyi ukiran lambang keluarga kami. Jadi, sekalipun liontin kami ada duplikatnya, duplikat itu tidak akan memiliki lambang keluarga kami di dalamnya.
Sekarang akhirnya, manfaat kalung ini muncul. Pasangan dari kalung milik Mi, pasti adalah milik Min. Dan itu bisa menjadi bahan untuk membuktikan apakah gadis itu YoungMin kami atau bukan.
Yang sekarang sedang kubingungkan adalah, bagaimana caranya mencari tahu apakah gadis itu memiliki liontin itu atau tidak.
Ah, sudahlah. Akan kudiskusikan caranya besok dengan member SJ yang lain. Kami, member Super Junior sudah berjanji tidak akan menyembunyikan apapun dari member lainnya. Dan semua member juga sudah mengenal YoungMi dengan baik.
SungMin Hyung dan Mi berpacaran. Tapi mereka berdua tak memberi tahuku, juga tak tahu kalau aku mengetahuinya dari Kyuhyun. Yah, sebenarnya aku setuju, sangat malah, mereka berpacaran. Sungmin Hyung adalah namja yang baik, dan aku percaya Sungmin Hyung bisa menjaga adikku.
Mereka pasti akan membantuku. Aku yakin.
Mi, kau tenanglah. Oppa akan memenuhi keinginan terakhirmu. Menemukan Min, dan Oppa akan mempertemukannya denganmu. Oppa berjanji. Tekadku dalam hati.
-SungMin POV-
-at the same time, Super Junior Dorm-
Aku jatuh tertidur dengan sangat mudah malam ini. Entah kenapa suara berisik member lain yang sedang bermain PlayStation di ruang tengah pun sampai tidak terdengar olehku. Entah aku memang sangat lelah atau mengantuk.
Segera setelah aku memejamkan mata, suara suara berisik member lain lenyap digantikan oleh keheningan. Seolah aku berada di ruangan kedap suara. Tapi ini bukan keheningan yang membuatku takut. Tapi justru keheningan yang membuatku merasa nyaman dan aman.
Aku menoleh ke sekitarku. Dimana mana yang ada hanya kegelapan. Dan kemudian benda benda mulai terbentuk di sekitarku. Semuanya mulai menerang, yang semula hanya terlihat siluet sekarang menjadi lebih solid dan tampak nyata.
Tak lama kemudian aku sudah berdiri di tengah padang ilalang yang tingginya sampai bisa menutupi tubuhku sepenuhnya. Secara keseluruhan, pemandangan ini sangatlah indah. Tenang dan damai.
Dan kemudian keheningan itu dipecahkan oleh suara yang memanggilku. Suara yang sudah 2 tahun tidak kudengar, dan 2 tahun ini sangat kurindukan.
“Oppa~” panggil suara itu.
Aku menoleh ke arah sumber suara itu, dan mendapati seorang gadis yang sangat mirip dengan YoungMin. Tapi aku tahu ia bukan YoungMin. Ia adalah Young-ku, sekaligus adik dari Siwon, Choi YoungMi.
“Mi-yah..” panggilku.
“Oppa..” katanya. ia berlari menghampiriku dan memelukku erat.
“apa ini benar-benar kau?” tanyaku sambil balas memeluknya.
“kau pikir aku siapa lagi?”
“tapi kau.. kau sudah,,” ucapku ragu.
“mati? Ya.” Katanya. “tapi aku tak pernah meninggalkan kalian. Jiwaku selalu ada, karena aku belum menyelesaikan sesuatu disini.”
“jadi aku sudah mati?” tanyaku.
“ani~ kau masih hidup Oppa. Kau sedang tidur. Saat kita tidur, jiwa dan tubuh kita terpisah, dan kau akan kembali ke tubuhmu nanti.” Kata Mi padaku.
“jadi aku sedang bermimpi? Kenapa kau tak pernah masuk ke mimpiku sebelumnya?” tanyaku.
“sulit untuk masuk ke mimpi orang lain Oppa. Aku butuh waktu lama untuk masuk ke mimpimu ini. Sulit sekali.” Katanya. “ayo duduk disana!” ajaknya sambil menarikku ke sebuah kursi yang sejak tadi luput dari perhatianku.
“jadi, ada apa sampai kau sangat ingin masuk ke mimpiku.” Tanyaku setelah duduk.
“ada yang harus kukatakan padamu, waktuku sedikit..” katanya. “tapi Oppa jangan marah ne?”
Aku menaruh perhatianku sepenuhnya padanya. “geurae.”
“Oppa sangat mengenal semua anggota keluarga Choi, Oppa tahu semuanya sampai hapal nama pelayan kami kan?” katanya.
Aku mengangguk.
“nah, sebenarnya ada satu orang yang oppa sama sekali tak mengenalnya. Adik kembarku..”
“kau punya kembaran?” kataku memotongnya. “kalian tak pernah bilang pada kami!”
“ne, jangan marah dulu. Ada alasan kenapa kami tidak memberitahukannya pada siapapun.” Katanya. “saat kami berusia 5 tahun, kembaranku diculik dan disekap di sebuah gudang di pinggir kota Seoul. Lalu para penculik itu membakar gudang itu.”
Ia terhenti sejenak, seperti menahan tangis. Refleks, aku mengangkat tanganku dan mengelus puncak kepalanya.
“Appa bilang, kembaranku itu sudah menginggal. Tapi aku dan Oppa tidak percaya begitu saja. Kami terus mencarinya selama 14 tahun.. sampai akhirnya, akhirnya aku melihatnya. Aku mengenalinya. Ia adalah kembaranku.” Katanya padaku.
“dugu?” tanyaku, mulai penasaran sekarang.
“Oppa sudah bertemu dengannya,” Katanya padaku.
“maldo andwae..” kataku. “jangan bilang dia Choi YoungMin?”
“ne, aku menemukannya.. saat aku sedang berjalan-jalan..”
“lalu? Kenapa kau menyampaikan hal ini padaku? Kenapa tidak pada Siwon?”
“siwon Oppa sudah tahu. Dan ia akan membuktikan apakah ia uri Min atau bukan.” Katanya.
“kau ingin aku membatunya?” tanyaku padanya.
Ia menggeleng. “aku yakin ia akan melakukannya dengan mudah. Kurasa Appa dan Eomma tidak akan percaya begitu saja. Tapi mereka pasti percaya.”
“lalu?” tanyaku bingung. “apa yang kau mau?”
“aku.. aku ingin kau melindunginya.” Katanya.
“wae?” tanyaku bingung.
“ada orang yang sangat membenci Appa. Orang itulah yang menculik Min dulu. Ia juga yang menabrakku.” Katanya.
“Mwo?!” tanyaku kaget. Seketika itu juga, amarah kembali menguasai hatiku. Orang itu.. telah merenggut YoungMi dariku.. takkan kubiarkan.
“Oppa, jebal.. duduklah.. membalas dendam takkan membawa dampak yang baik untukmu..” kata YoungMi sambil memegang tanganku dan menarikku kembali duduk. entah sejak kapan aku sudah bangkit berdiri.
“lalu? Kau ingin aku hanya diam saja?” kataku penuh napsu.
“Oppa jebal.. aku memberitahumu semua ini bukan agar kau membalas dendam!” kata YoungMi padaku. Matanya berkaca-kaca. Melihatnya, hatiku luluh dan perlahan mulai tenang kembali.
“mianhae~ aku tak bermaksud membuatmu sedih~” kataku pelan sambil mengusap air matanya.
“berjanjilah padaku untuk melindungi Min~ Jebal..” kata YoungMi padaku. Air mata baru mulai mengalir di pipinya.
“arasseo~ tapi berhentilah menangis.” Kataku.
YoungMi mengangguk. Ia lalu tersenyum padaku. “Yaksok?” tanyanya padaku sambil mengulurkan kelingking tangangnya. Aku tersenyum, lalu mengaitkan kelingkingku pada kelingkingnya.
DEENGG!
Entah dari mana, suara jam besar tiba-tiba terdengar.
“oh, waktuku sudah habis.” Kata Youngmi padaku. Ia bangkit berdiri.
“ya! Kau mau kemana?” tanyaku bingung.
“waktuku sudah habis Oppa. Aku harus keluar dari mimpimu.” Jelasnya padaku.
Aku menggeleng. Aku ingin terus bersama YoungMi-ku. “andwae, kajima..” kataku sambil menahan tangannya.
“mianhae Oppa, tapi aku harus pergi sekarang. Aku akan mengunjungimu lagi. Ingatlah, aku selalu mendampingi kalian. Dan terutama, aku akan selalu mendampingi Min.” Katanya padaku. Lalu ia mengecup pipiku.
“sehat-sehat ne Oppa, makan yang banyak, tidur yang cukup~ jangan terlalu memaksakan dirimu.” Kata YoungMi padaku. Ia melambaikan tangannya..
“hyung! Hyung!! ireona!” kata Kyu sambil menepuk-nepuk pipiku.
“eoh?” tanyaku kaget. “wae?”
“sudah pagi! Tumben sekali kau bangun paling terakhir. dan kenapa kau menangis?” tanya Kyu padaku.
“eo?” aku bangun dan segera mengusap wajahku. Yaa.. wajahku basah sekali.
“ppali mandi! kau tidak akan ke kampus?” kata Kyu padaku.
Omona! Eotteokhae?? Aku segera turun dari ranjang dan berlari ke kamar mandi. lalu mandi secepat kilat.
5 menit kemudian aku sudah siap berangkat dengan sepotong roti di mulutku. Ryeowook memaksaku untuk sarapan sebelum berangkat.
“kau ingin pingsan? Makanlah walaupun hanya sepotong!” omelnya padaku sambil menjejalkan sepotong roti ke mulutku. Dia memang eomma Super Junior. Daebak.
“aku pergi!” teriakku sambil berlari kearah pintu depan. Member yang lain hanya geleng-geleng kepala melihatku.
-YoungMin POV-
“Eunsung-ah! Jihyun-ah! Ireona!” teriakku sambil berusaha membangunkan mereka.
“Young-ah! Kami tak ada jadwal hari ini!” teriak JiHyun dari kamarnya.
“ah jinjjayo? Aku tak tanggung jawab kalau kalian terlambat ya!” kataku.
“kalau kau mau ke kampus sudah sana cepat pergi!” kata Eunsung.
“ya! Kau mengusirku eoh?” tanyaku sambil mulai mengelikitikinya.
“ya! Ya! Lihat! Sekarang sudah jam 7.45!” kata Eunsung sambil menunjuk jam di kamarnya.
“omona! Aku terlambat!” teriakku panik sambil berlari ke kamarku, menyambar ranselku, lalu berlari keluar.
“aku pergi!!” teriakku.
-YoungMin POV End-
-beberapa menit setelah YoungMin berangkat-
“chankanman.. JiHyun-ah.. hari ini hari apa?” tanya Eunsung pada JiHyun. Mereka berdua sekarang sedang duduk di ruang TV dan masih bergelung dengan selimut mereka.
“Kalau tidak salah hari sabtu. Kemarin aku baru saja test soalnya..” kata JiHyun sambil kembali mulai menutup matanya.
“ara~” jawab Eunsung.
Kemudian mereka berdua teringat sesuatu. Kuliah libur hari sabtu.
“Young!” teriak mereka bersamaan sambil berlari kearah pintu.
“eotteokhae? Ia akan marah kalau tahu.” Kata Eunsung panik.
“tenang saja. Ia takkan marah pada kita. Menurutku ini semua salahnya sendiri. Sepertinya ia malah akan beruntung hari ini.” Kata JiHyun tersenyum misterius.
“wae?” tanya Eunsung.
“entahlah, tapi feelingku bagus. Ayo kita lanjutkan aktivitas barusan. Lebih nyaman~” katanya sambil kembali menguap.
Sementara itu, Siwon baru saja sampai di dorm.
“Hyung-ah! Sungmin Hyung!” katanya sambil masuk.
“ya! Kau masuk tanpa permisi dulu eoh?” omel Kangin sambil bertolak pinggang.
“oh, mianhamndida.. annyeonghaseyo.,,” kata Siwon sambil membungkuk 90derajat.
“SungMin Hyung sudah berangkat kuliah.” Kata Ryeowook sambil membawa nampan berisi makanan ke atas meja makan.
“heo? Bukankah hari ini hari Sabtu?” tanya siwon pada yang lain. Member yang lain langsung memandang KyuHyun, yang hanya bisa nyengir.
TBC ….
A/N : gimana? Seru kah? Gaje kah? Jangan lupa tinggalkan jejak ya!
