Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Truth

$
0
0

Truth

large

Cast: Kim Junmyeon | Lenght: Drabble | Genre: Fluff, Romance | Rating: [G]

Summary:

When your dreams become true, it’s feels like you still in your dream.

Song Recommended:

EXO-K – Angel

Siapa yang peduli soal tubuh mungil Junmyeon, atau leluconnya yang garing, atau kulitnya yang kelewat putih seperti bayi beruang kutub, atau sifatnya yang cengeng?

Toh, seorang Kim Junmyeon sudah berhasil menyandera setengah bagian dari jantungku dan membuatku susah bernafas saat berjauhan darinya. Kedengerannya murahan, tapi Junmyeon benar-benar melakukannya.

 

Dia pria kaya, rapi, bersih, klimis, dan mirip susu. Oke, lupakan soal dia kaya, itu hanya bonus. Tapi dia benar-benar mirip susu, putih, dan manis.

 

Junmyeon kadang seperti penyihir, ini bukan soal dia menyihir sepatu bututku jadi sepatu baru dan mahal, bukan juga soal dia membuatku terkejut karena suatu pagi di musim gugur aku membuka mataku dan aku ada di Paris. Psstt, ini rahasia, dia tidak punya tongkat sihir, hanya kartu kredit.

Bukan, bukan seperti itu maksudku. Tapi pernahkah pacarmu membuat otakmu berubah jadi setumpuk jelly? Berwarna hijau dan bergoyang tiap kali kau menggoyangkan kepalamu.

Junmyeon pernah. Itu terjadi sangat cepat.

Saat dia mencium pucuk kepalaku, memberikan semacam sengatan ubur-ubur seperti ubur-ubur kesukaan Spongebob, menjalar keseluruh tubuh lewat pembuluh darahku lalu menciptakan suatu irama denyut yang temponya lumayan cepat, dan detik itu juga otakku berubah jadi setumpuk jelly kenyal tak berdaya. Tentu, aku menikmatinya.

 

Menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan seorang Junmyeon merupakan salah satu PR tersulit di hidupku, lebih sulit dari integral atau fisika. Lidahku seperti tersangkut di dalam setumpuk sarang berang-berang.

 

Dia punya kulit yang lembut dan itu terasa sangat nyaman ketika Junmyeon membuat dahi dan pucuk hidung kami saling bertemu hingga menyisakan jarak sesenti diantara bibir kami. Nafasnya selalu segar dan wangi jeruk, karena Junmyeon minum jus jeruk sebelumnya. Lalu dia membuatku merasakan sisa jus jeruk yang mulai mengering di bibirnya, manis dan lembut.

Kemudian aku lupa caranya bernafas..

 

 

Junmyeon mungil?

Aku suka. Karena punya pacar seperti Park Chanyeol atau Oh Sehun harus memaksaku memakai heels setinggi tujuh senti dan itu akan berakhir dengan ‘aku hanya setinggi bahunya’.

 

Junmyeon tidak pandai melucu?

Bukan masalah. Karena jujur saja, selera humorku rendah dan aku bisa tertawa sampai menangis hanya karena Jongin memakai baju terbalik.

 

Junmyeon punya kulit yang kelewat putih?

Awalnya agak mengkhawatirkan karena kukira Junmyeon seperti snowflakes, putih, dingin, dan rapuh, tapi aku salah, nyatanya Junmyeon seperti susu di pagi hari, putih, hangat, dan meleleh di mulut.

 

Junmyeon cengeng?

Dia tidak cengeng, hanya saja dia punya hati seperti malaikat. Aku awalnya tertawa saat Junmyeon menangisi seekor anjing kecil di dalam kardus jeruk kosong, tapi pada akhirnya aku ikut menangis karena dia bilang anjing itu yatim piatu dan anjing itu punya kehidupan yang berat yang tertulis dalam sepucuk surat di dalam kardus jeruk itu. Sumpah demi Tuhan, itu menyedihkan.

 

Dan satu hal yang kubenci darinya..

 

“Kita bisa beli yang baru.”

“Tapi kita baru membelinya seminggu yang lalu.”

“Itu rusak, Cat.”

“Kita hanya kehilangan satu skrup dan yang kita butuhkan sekarang cuma sebuah skrup baru, bukan jam baru, oke?”

Dan Junmyeon kembali membawa satu box penuh skrup dengan alasan, tokonya tidak terima eceran. Kau bisa beli di toko lain, Junmyeon sayang. Astaga.

“Kita bisa beli jam yang baru.”

“Junmyeon, please.

“Oke, oke hanya skrup.”

Dia selalu boros dan aku benci sifat borosnya.

 

***

 

Aku menemukan PR tersulit kedua di hidupku, yaitu hari ini. Aku harus bangun dari mimpi karena tidak baik bermimpi terlalu tinggi.

“Aw!” aku meringis kecil saat menyadari aku sedang mencubit pipiku sendiri. Ini bukan mimpi..

“Ada apa, Cat?” Junmyeon mengusap lembut pipiku yang masih menyisakan rasa sakit sedikit.

Aku menggeleng pelan.

Lalu Junmyeon mengeluarkan sebuah buket mawar putih dari balik punggungnya. “It’s okay, Cathy. Ini cuma sebentar dan aku janji semuanya bukan mimpi. Jangan gugup.”

Aku tahu bibirmu bergetar, Junmyeon.

Aku meraih buket bunga dari genggaman Junmyeon. Lalu dia kembali mencium pucuk kepalaku. Oke, aku sekarang yakin ini bukan mimpi karena Junmyeon baru saja mengantarkan sengatan ubur-ubur itu lagi.

Dia menjauh dariku, menciptakan sedikit jarak diantara kami dan pandangannya tetap menempel padaku. Aku sendiri sulit mengungkapkan rasanya karena, ini memang seperti mimpi. Melayang dan entahlah. Aku merasa terlalu bahagia hingga ada secuil perasaan takut menyeruak nakal dari dasar hatiku.

“Kau cantik, Cathy.” ucap Junmyeon dengan padangan yang tetap menempel padaku.

“Jangan merayuku.” Aku memukul lengannya pelan dengan buket bunga di tanganku.

Dalam satu hentakan, Junmyeon kembali membuat jantungku berdenyut tak karuan, tak berdaya. Jarak antara bibir kami kini hanya terpaut satu senti dan aku bisa mencium aroma jeruk dari nafasnya, seperti biasa.

“Kau siap?” bisiknya kemudian mendaratkan sebuah ciuman kecil di bibirku.

Aku mengangguk pelan dan Junmyeon melepaskanku. Untungnya aku bisa bernafas lagi.

Dia hanya tersenyum sebelum menghilang di balik pintu kayu berwarna putih itu..

 

***

 

Hari ini, aku sadar. Aku harus bangun karena aku akan kelewatan satu momen paling penting di hidupku, jika aku terus menganggap ini mimpi.

Ini bukan mimpi karena aku merasa tumitku sedikit sakit, heels ini tingginya tujuh senti.

Kepalaku sedikit pusing, karena terlalu banyak blits kamera yang mencoba menangkapku saat berdiri di sisi ayah.

Dan gaun putih yang menyapu lantai ini, membuatku hampir terjatuh dua kali saat menaiki tangga.

Aku bukan bermimpi, bukan. Hanya saja semuanya terasa seperti mimpi. Aku sudah menggantungkannya selama lima tahun di langit dan hari ini Junmyeon membawaku terbang dengan sayapnya menuju mimpiku. Menggapainya.

 

When your dreams become true, it’s feels like you still in your dream.

 

Aku bisa melihat Junmyeon yang tersenyum menungguku di ujung sana, dia tampan. Dasi kupu-kupu di lehernya sangat cocok dengannya.

 

Ketika tangan lembut Junmyeon menyambutku, seakan meruntuhkan dinding mimpi yang menyelimutiku, membawaku ke dunia nyata.

 

Tubuhnya mungil, tapi dia terlalu berani membawaku naik ke altar.

 

Kulitnya yang putih membuat semburat merah di pipinya begitu nampak dan sekali lagi dia menyihirku untuk tetap tersenyum.

 

Dia cengeng? Siapa bilang. Dia cukup kuat untuk tidak menangis hari ini, walaupun aku tahu hatinya tak terlalu kuat menahan perasaan haru yang mencoba menerobos dinding hatinya. Junmyeon tidak menangis hari ini karena dia harus kuat untuk menghapus air mata haruku.

 

Dan..

 

Bibirnya yang tidak pandai melucu..

 

Ternyata lebih cocok saat dia mengucapkan janji suci sehidup sematinya di atas altar. Dia terlalu berani untuk mengucapkannya dengan lantang dan membuat setitik air mata berhasil jatuh dari sudut mataku. Menyelesaikan tugas pertamanya sebagai seorang pria.

 

Satu lagi, bibirnya memang tidak pandai melucu tapi terlalu pandai membuat semua orang di dalam gereja itu terkesiap.

 

Junmyeon menciumku..

 

 

 

END

 

a/n: gimana? Gimana? Hahaha drabble yang ini aneh ya? Sorry kalo gak dapet feelnya L

thank you for reading :D



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles