; This Is Overdose (Chapter 1) ;
; author { kkaebminj / byunrawr } ;
; genre { fantasy, mystery, friendship, romance } ;
; cast { hwang sohee[OC], park chanyeol, oh sehun, others } ;
; length { chaptered } ;
; rating { T } ;
; disclaimer { i don’t own anything beside story and oc. This story pure from my imagination, any similaries to other stories, daramas, and etc. Is purely coincidental. No plagiarism. No copying & publishing on other website without author’s permission } ;
; holla holla~ ini chapter pertamanya! Btw, aku seneng waktu liat comment diprolognya hehe. Terima kasih yang waktu itu udah comment diprolog. Jangan lupa ya kasih comment, saran, kritik dan like kalau suka. Ok happy reading~ ;
.
.
.
Butiran-butiran salju membasahi jendela rumah. Mengetuk atap-atap rumah secara perlahan sehingga mengeluarkan ritme bunyi pelan sekali, terasa tenang. Jendela yang terbuka sedikit membawa hawa dingin dengan bau khas, Petrichor. Ritme dan diiringi hawa dingin petrichor yang masuk dari sela-sela jendela yang sedikit bisa membuat seseorang merasa tenang dan menyejukkan hati.
Namun tidak bagi sohee, mungkin ia terlihat tenang diatas tempat tidur. Dengan earphone yang bergantung di telinganya. Novel “the Time Machine” karangan H.G Wells setia duduk ditelapak tangannya. Dan tak lupa cemilan milka oreo disampingnya. Beberapa kali ia menganggukan kepalanya dan bersenandung kecil mengikuti dentuman musik yang menggema melewati earphone.
Namun, ia mulai merasa tidak nyaman. Ia kembali merasa kehadiran seseorang yang 2 tahun belakangan ini selalu mengikutinya. Entahlah, bahkan sohee-pun tak yakin apa itu. bahasa tubuhnya mulai menandakan ia merasa gelisah.
“Hei..”
Sohee memejamkan matanya dan menoleh kearah kiri yang hanya ada milka oreo tergeletak disampingnya. Sial, dengan volume cukup kencang ini aku masih mendengar bisikan itu.
“Apa yang kau cari..”
“Aku disini..”
“Kau akan tahu nanti..”
Sohee menekan tombol volume +. Musik semakin menggema ditelinganya. Tetap saja. Bisikan-bisikan itu bisa mengalahkan suara dengan volume besar yang Sohee dengar. Lenyap begitu saja oleh bisikan suara yang menghantuinya setiap hari.
“Lihat waktu yang tepat..”
Sohee melepaskan earphonenya dengan kasar. Novel-nya pun dilempar sembarangan. Wajahnya terlihat frustasi.
“Apa maumu?! Pergi.. Pergi..”
Berteriak, hanya itu yang bisa ia lakukan untuk mengubur rasa takutnya. Sekop nya terlalu kecil, tak bisa mengambil tanah dan mengubur ketakutannya dengan cepat. Tangannya mengambil satu botol obat anti-psikotik menuangkannya ditelapak tangannya dan melahapnya cepat.
“Kau tidak sakit. Buang obat itu. Tidak berguna.”
“Aku tidak perduli.”
Sohee membentak kesisi kirinya, yang ia anggap sebagai dimana bisikan halus yang menyapa telinganya berasal dari sana.
“Berisik.”
Bisikan lembut namun sangat mematikan ketika menyapu leher belakangnya. Getaran listrik yang seolah mengalir membuat siapapun yang mendengarnya akan takut. Sohee berlari keluar kamar, menghindari bisikan halus yang menakutkan.
“Kau tak akan bisa lari.”
Bisikan menyeramkan itu berjalan kemanapun ia pergi.
So bad, no one to stop him
EXO – Overdose
.
.
.
Aku merasakan alas sepatuku menyentuh aspal yang basah. Kemudian ketika aku melangkah, akan meninggalkan jejak-jejak langkah kaki-ku. Sepertinya, musim salju panjang akan dimulai. Matahari yang biasanya sangatlah terik kini seakan kehilangan beberapa persen pasokan cahayanya. Sepanjang jalan terkubur oleh butiran salju yang menumpuk, pasti ia merindukan dirinya yang sebenarnya tanpa tertutupi oleh salju. Meraung merindukan matahari yang terik ketika butiran-butiran salju tersebut semakin menghujaminya. Semilir angin musim salju berhembus, membawa butiran-butiran salju, dan mendarat mulus disepanjang jalan yang tadinya sudah terpupuk oleh salju. “Yaampun ini dingin sekali”
.
Normal POV.
Orang-orang tampak berlalu lalang sibuk menuju tujuannya masing-masing. Terbiasa dengan udara yang sangat dingin dan jalan yang licin karena butiran-butiran salju yang berjatuhan, berjalan dijalan yang licin itu tidak masalah. Tidak seperti biasanya udara musim dingin kali ini sangatlah dingin. Sohee berkali-kali berdecak kesal karena cuaca awal musim salju begini dinginnya.
“Astaga! Rambutku!”
Sohee meloncat-loncat kesal dan menghentakan kakinya. Rambutnya basah karena salju berkali-kali mendarat mulus dirambutnya. Tangannya sibuk menyingkirkan butiran-butiran salju kecil yang menempel dikepalanya. Perlahan-lahan cahaya berbentuk lingkaran meredup disekitarnya. Ia bahkan melihat sepasang sepatu laki-laki disamping kirinya.
Sohee menegakkan kepalanya melihat kearah kiri, matanya melebar dan ia meloncat menjauhkan jaraknya dengan lelaki tersebut.
“C-Chanyeol?”
Mata tajam lelaki tersebut bahkan enggan untuk sekedar menatap Sohee yang begitu terkejut. Chanyeol memayungi Sohee dalam diam. Dengan tatapan yang lurus kedepan memandangi butiran-butiran salju yang semakin lama memupuk jalanan.
“K-kenapa kau disini?”
“Sudah cepat jalan.”
Chanyeol menarik tangan Sohee dan tetap menggenggamnya dalam diam. Sohee hanya mengikuti suasana tersebut. Pikirannya-pun beradu dengan balon-balon pikiran lainnya. Bagaimana Chanyeol bisa datang dengan tiba-tiba? Kenapa ia mau memayungiku? Berbagai pertanyaan tentang Chanyeol kini memenuhi pikirannya, Membuat Sohee bingung. “Sshh..”
Sohee menepuk telinganya. Suara misterius itu menyapanya lagi, bahkan sepagi ini suara itu siap untuk menghantuinya lagi, dan lagi.
“Siapa disebelahmu?”
“Siapa dia?”
“Kenapa ia mengikuti kita berdua?”
“Sshh.. kau dengar aku? hm?”
Sohee meringis dan menggelengkan kepalanya berkali-kali. Suara itu begitu berisik, menyapu telinganya dan membuat bulu kuduknya meremang dengan mudah. Membuat Sohee tidak dapat fokus dan nyaman setiap detiknya. Hanya karena Suara yang selalu menghantuinya.
“Diam!”
Sohee berteriak membentak sembari menutup telinganya frustasi. Chanyeol tampak terkejut, payung beningnya ia jatuhkan begitu saja. menggenggam kedua bahu sohee yang tampak bergetar.
“Katakan kepadaku apa yang kau dengar?”
Chanyeol mengguncangkan bahu Sohee namun tidak sohee respon sama sekali. Ia hanya diam mendengarkan suara itu berbicara kepadanya. Biarkan ia mendengarkan semua apa yang ingin dikatakan suara itu.
“Kenapa ia datang? Apakah kau tahu sebenarnya lelaki itu siapa? Ia menggangguku untuk berbicara denganmu.”
Sohee diam. Hanya mendengarkan suara yang semakin panjang dan keras menggema ditelinganya. Sementara Chanyeol, ia memperhatikan kedua bola mata sohee yang kabur kesana kesini pandangannya. Semakin memperlihatkan kalau dirinya benar-benar frustasi.
“Katakan padaku! Apa yang kau dengar?”
Chanyeol berkata tepat ditelinga Sohee. Sohee menatap mata dingin Chanyeol dengan tatapan kosongnya. Tangannya bergerak kedalam tasnya, mencari-cari botol kecil yang berisikan kapsul dan tablet obat anti-psikotik yang selama 2 tahun ini menemaninya.
Membuka tutupnya kasar dan menaruh masing-masing satu ditelapak tangannya. melahapnya cepat tanpa memperdulikan tangan Chanyeol yang menahannya agar kapsul dan tablet tersebut tidak masuk kedalam tubuhnya.
Sohee mencoba tenang walaupun suara tersebut masih bisa ia dengar. Terdengar masih begitu jelas dan seolah tak mau hilang. Sampai akhirnya, suara tersebut mengucapkan suatu kalimat yang tak pernah ia lupa untuk dikatakan sebelum berhenti menghantui dirinya.
“Kau tak akan bisa lari.”
Suara itu mengucapkan kalimat terakhirnya. Kalimat yang setiap harinya selalu ia dengar dan pasti kalimat terakhir itu yang sangat ia hapal dan selalu terngiang. Apa maksud dari kalimat itu? Sohee-pun tak tahu.
Chanyeol memejamkan matanya sekejap, lalu ia membukanya dan menatap Sohee yang sekarang sudah merasa tenang. Tangan nya masih menggenggam sebotol Aripirazol dan Risperidone yang tinggal setengah dari isi botol.
“Jangan konsumsi obat itu lagi!” bentak Chanyeol dengan suara yang cukup keras. Tatapan mata Chanyeol memberitahu bahwa ia benar-benar serius dalam ucapannya sekarang. Sementara Sohee, menatapnya penuh pertanyaan.
“A-apa maksudmu Chanyeol-ssi?”
“Aku bilang, jangan lagi konsumi obat itu lagi. Buang.”
Chanyeol menurunkan nada bicaranya. Namun, ia menekankan setiap kata dalam kalimatnya dengan tegas dan cukup membuat Sohee terkejut. Kenapa Chanyeol seperti ini kepadanya?
“Tapi kenapa? Semua orang bilang aku ini sakit. Kau tidak mengerti!”
“Kau tidak sakit bodoh.”
Chanyeol memalingkan wajahnya dan melepaskan genggamannya pada bahu Sohee. Chanyeol memasukkan kedua tangannya kedalam saku seragam celanannya dan berjalan menjauh dari Sohee yang masih menatap Chanyeol tak mengerti.
“Darimana kau tahu kalau aku tidak sakit? Bagaimana kau bisa berkata begitu padaku? YA! Chanyeol-ssi?!” teriak Sohee dari jarak 5 meternya.
“Diam. Jangan konsumsi obat bodohmu itu. Buang saja. Tidak berguna.”
Sekali lagi. Chanyeol menatapnya tajam dan serius dengan suara bass-nya yang cukup keras. Tidak dengan nada yang membentak. Namun, dapat membuat kata-kata itu terus mengiang dibenak Sohee. Mengingatkan pada suara lain yang juga berkata seperti itu.
Langkah kaki panjangnya perlahan-lahan meninggalkan Sohee yang hanya bisa menatap Chanyeol penuh dengan pertanyaan-pertanyaan baru yang mulai muncul satu-persatu dalam pikirannya. Bagaimana kata-katanya sama dengan suara misterius itu?
Someone call the doctor, hold me and tell me
EXO – Overdose
.
.
.
Sohee menutup payung tak berwarna itu dan memasuki sekolah perlahan. Matanya berkeliling sekitar beberapa saat. Mencari batang hidung seseorang yang tadi meninggalkannya dengan penuh heran.
Sepatu boots coklatnya melangkah menuju kelas 2-B. Langkahnya cukup cepat melewati siswa siswi yang juga sedang berlalu lalang.
Ia memasuki kelas dan langsung duduk ditempatnya, matanya-pun diedarkan kesekitar. Tas Chanyeol sudah ada ditempat duduknya. Tapi, lelaki tiang itu tak tampak disana. Sohee melangkah menuju bangku yang terletak paling pojok dengan letak 2 bangku dari belakang tersebut. Menaruh payung transparan tersebut dibangku yang dimana setiap harinya Chanyeol duduk disana. Mata nya mulai berkeliaran melihat coretan coretan dengan bahasa Romania yang tidak ia mengerti. “Dasar. Misterius sekali.”
“Apa yang kau lakukan?”
Chanyeol muncul dibelakang Sohee tiba-tiba dengan wajah datarnya membuat Sohee tak berkata apa-apa. Seolah seorang detektif yang sedang menguntit targetnya lalu tertangkap basah.
“A-aku.. A-aku hanya ingin meli.. Ah tidak aku hanya ingin mengembalikkan payungmu ini. Y-ya payung ini yang tadi kau tinggalkan. Hehe.” Ucapnya terbata-bata lalu tertawa renyah yang sama sekali tidak ditanggapi oleh Chanyeol. Barang sedikit tersenyum saja, itu mungkin akan sangat mustahil membuat Chanyeol tersenyum padanya.
“Menyingkir.” Tangan kekar Chanyeol menyentuh pundak Sohee untuk kedua kalinya. Seperti kotak, Chanyeol memindahkan posisi Sohee dengan sedikit mendorongnya. Namun, Sohee diam disana tidak mau menyingkir sedikit-pun.
“Kenapa kau tidak memiliki hawa kehadiran sama sekali? Membuat aku kaget saja.”
“Bukan urusanmu.” Chanyeol kini benar-benar mendorong Sohee untuk menyingkir dari singgah sananya.
“Kasar sekali. Eh iya, omong-omong kenapa tadi kau menyuruhku untuk membuang obatku? Kau juga bilang aku tidak sakit? Jelaskan padaku!”
“Kau akan tahu nanti.”
Chanyeol menyumbat telinganya dengan earphone putih yang selalu dibawanya kemana-mana. Memencet tombol play pada ipod silver miliknya, perlahan-lahan lagu Linkin Park – Given Up mengalir kedalam telinga Chanyeol. Menghiraukan Sohee dengan menggantungkan pertanyaan yang meresahkan Sohee sedari tadi.
Bagaimana bisa kata-katanya sama lagi dengan suara itu?
I keep thinking and thinking about you
EXO – Overdose
TBC
; gimana?._. jangan lupa komentar kritik saran dan likenya ya.
Disini kan ada beberapa lirik lagunya EXO – Overdose. Itu ada yang aku ubah tapi Cuma ngubah yang tadinya “her” jadi “him”. Peran Sehun juga belum muncul dichapter ini hehe. Chanyeol yang happy virus aku buat dingin, sengaja abis kalo ngeliat Chanyeol tampa ekspresi itu kesannya yang kayak cowok-cowok cool dingin gitulah ya haha. Ohiya btw aku ganti username twitter jadi @byunrawr prev; kkaebminj. Ok thank you~ *bows* ;
