Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

CONFUSION (Chapter 6)

$
0
0

Confusion

author : kxanoppa (@berty5192) || genre : drama, family, romance, angst || casts : Kris (EXO-M), Luhan (EXO-M), Park Chanyeol (EXO-K), Kim Younghyun (OC) || rating : NC-17 || length : chaptered

A/N : ini hanya fiksi, jangan diambil serius. semua cast EXO milik Tuhan, keluarganya, dan SM ent. sisanya milik saya. ini murni hasil pemikiran saya. walaupun masih jauh dari sempurna tolong dihargai. no bash, no copy. utk kebaikan bersama, tolong perhatikan ratingnya sebelum membaca. akan ada konten dewasa di chapter-chapter tertentu dan konten njelimet mbulet membingungkan yang sulit dimengerti anak-anak XD. jangan lupa bahwa di FF ini Kris dan Chanyeol memerankan tokoh yang sama. big thanks to Jungryu14 buat posternya yang amazing!

trailer

****

 

Chapter 6

 

Keesokan paginya, Luhan yang baru saja tiba di kantor cabang barunya kembali merasakan keanehan pada tubuhnya. Ia merasakan kepalanya berat dan pening tanpa alasan yang jelas. Merasakan hal

itu secara berulang-ulang tanpa alasan yang jelas, ia pun memutuskan untuk memeriksakannya saja ke dokter sepulangnya bekerja. Beberapa jam kemudian, nyonya Xi datang mengunjunginya ke kantor dengan membawakan makanan.

Gamsahamnida, eomma,” ucap Luhan setelah menerima bekal yang dibawakan oleh ibunya.

Ne. Kau begitu sibuk akhir-akhir ini. Eomma hanya tidak ingin kau terlalu stres hingga sakit,” balas ibunya. “Sepertinya tidak perlu usaha yang keras untuk bisa mengambil alih bisnis keluarga Kim. Mereka bahkan sudah sangat mempercayaimu, sejak awal pertemuan kita dengan mereka,” lanjut nyonya Xi. Luhan hanya menganggukkan kepalanya setuju dengan senyum kemenangan tersungging di bibirnya.

“Aku tahu,” jawab Luhan. “Geundae, eomma—ada yang ingin kutanyakan padamu,” lanjutnya yang membuat nyonya Xi begitu penasaran dan hanya membalas  “Mwonde?”. Luhan membuka tasnya dan mulai mencari sesuatu dari dalamnya; sebuah robekan foto milik ibunya yang tak sengaja dijatuhkannya beberapa hari yang lalu. Tanpa mereka berdua sadari, nyonya Kim sudah berdiri di depan pintu ruangan Luhan dan mendengar semua perbincangan mereka.

-

Siang itu Younghyun mendapatkan kesempatan lain untuk bisa pergi meninggalkan apartemen tanpa sepengetahuan keluarganya—termasuk Luhan, suaminya. Tentu saja kafe tempat Kris bekerja masih menjadi tujuan utamanya saat itu. Ia berharap dalam hatinya bahwa Kris akan berada di sana dan bisa bertemu dengannya. Benar saja, sesampainya di kafe itu ia tersenyum lega mendapati Kris yang baru saja keluar dari pintu kafe itu. Younghyun berjalan mendekati pria itu tanpa ragu. Tatapannya dengan Kris beradu dan membuat suasana di antara mereka seolah menegang seketika. Kris baru saja melanjutkan langkahnya untuk berlalu dari hadapan Younghyun, seolah tidak ada apapun yang terjadi. Namun gadis itu berusaha menahannya, membuat Kris menatapnya heran. Younghyun terlihat sedikit kebingungan untuk memulai percakapan. Ia menggerakkan matanya kesana kemari dengan kepala tertunduk, berusaha menghilangkan kegugupannya.

“Ehm—aku—ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu,” ucap Younghyu pada akhirnya.

“Aku sedang sibuk sekarang, mungkin kita bisa bicara lain kali,” ucapan Kris membuat Younghyun menautkan alisnya kecewa.

“K-Kris—“ panggil Younghyun lagi yang membuat sesak di dada Kris semakin menjadi. Suara gadis itu ketika memanggil namanya akan mengingatkannya kembali pada kenangan masa lalunya dan itu membuatnya gila karena semakin menyulitkannya untuk bisa melepaskannya.

“Tidak seharusnya kau kembali ke sini. Aku tidak ingin terlibat masalah dalam rumah tangga orang lain,” ucap Kris pelan dengan raut wajah yang begitu datar. Hati Younghyun seakan tersayat; meskipun kecil itu cukup menyakitkan untuknya saat itu.

“Maafkan aku. Aku tidak tahu bagaimana bisa menjelaskannya padamu. Apakah mungkin jika ada sesuatu di antara kita sebelumnya? Aku hanya—merasa begitu yakin saat pertama kali melihatmu di kafe ini. Sejak saat itu aku tidak bisa berhenti berpikir—tentangmu. Semua itu membuatku gila karena bagaimanapun aku mencoba untuk mengingatnya—aku tetap tak bisa mengingatnya,” ucap Younghyun sedikit terbata dengan airmata yang sudah jatuh begitu saja dari pelupuk matanya. Melihat itu Kris begitu tertekan. Hatinya ikut sakit dengan pemandangan itu.

“Tidak ada. Tidak ada apapun yang terjadi di antara kita, jadi—hentikan semua itu. Semuanya sudah berlalu dan itu tidak penting lagi bagi kita untuk membahasnya. Kau sudah menikah dan kulihat suamimu begitu mencintaimu. Tidak bisakah kau hanya menerima kenyataan yang ada sekarang?” balas Kris yang berusaha sekuat tenaganya untuk menahan segala bentuk emosinya.

“Aku—tidak mencintai suamiku,” ucapan Younghyun berhasil menghentikan niat Kris untuk kembali melangkah. Ia menatap gadis itu tak mengerti. “Aku tidak merasakannya ketika bersama dengannya. Sebaliknya—aku merasakan getaran yang aneh setiap melihatmu,”. Jantung Kris dan Younghyun berdesir bersamaan seiring dengan terlontarnya pernyataan itu. Gadis itupun tak mengerti bagaimana kalimat itu bisa keluar begitu saja dari bibirnya. Ia pun menundukkan kembali wajahnya karena perasaan yang tak menentu.

“Hyun-ah,” ucap Kris dengan suara yang lebih lembut dari sebelumnya. “Kau tahu? Jika saja aku bisa mengulang waktu, aku sangat ingin melakukannya. Tapi sayangnya aku tidak bisa. Kris yang mungkin dulu kau kenal—ia sudah mati. Jadi kumohon hentikan semua ini,” lanjutnya terkesan begitu menyakitkan. Airmata Younghyun lagi-lagi terjun bebas begitu saja. Kris sendiri tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Yang ada di pikirannya saat itu adalah, bahwa satu-satunya jalan terbaik hanyalah melupakan gadis itu dan merelakannya bersama pria lain. Kris harus pergi menjauh dari gadis itu.

Perasaannya begitu kacau. Ia bahkan baru saja memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai pegawai kafe, dengan alasan agar ia bisa menjauh dari Younghyun. Namun semua keputusannya itu seakan sia-sia, begitu Younghyun mengatakan sesuatu yang membuatnya harus berpikir berulangkali sebelum menjawab.

“Jika kau tidak bisa membantuku untuk mengembalikan ingatanku, setidaknya biarkan aku berada di sekitarmu. Aku ingin bisa mengingatnya, dan—aku ingin bisa selalu melihatmu,” ucap Younghyun jujur. “Orangtuaku membuka sebuah kantor cabang baru dan kami membutuhkan pekerja di sana. Ijinkan aku untuk merekrutmu di kantor itu,” lanjutnya yang membuat Kris terdiam seribu bahasa.

-

Luhan berjalan gontai dengan raut wajah tak percaya—yang membuat orang lain cukup sulit untuk mendeskripsikan apa yang tengah ia rasakan saat itu. Di tangannya sudah ada amplop besar berwarna putih, hasil pemeriksaan CT scan yang baru saja dilakukannya.

[Beberapa menit yang lalu]

“Aku tidak bisa memastikan apa penyebab sakit kepalamu, tuan. Mungkin akan lebih baik jika anda memeriksakannya melalui CT scan,” usul seorang dokter yang tengah memeriksanya malam itu. Mengikuti saran pria baya itu, Luhan mendaftarkan dirinya untuk segera melakukan pemeriksaan CT scan. Awalnya ia tidak begitu khawatir karena mungkin itu hanya dampak dari kelelahan dan stres yang dialaminya. Tapi semua hipotesis itu harus ia telan kembali, mengetahui hasil pemeriksaan CT scan yang membuatnya begitu tertekan dan tak percaya.

“Maafkan saya karena tidak bisa memberikan kabar yang baik padamu, tuan. Tapi—telah terjadi pembengkakan pembuluh darah dalam kepala anda. Hal itu bisa disebabkan karena kecelakaan atau hantaman benda keras yang langsung mengenai kepala. Apakah mungkin pernah terjadi sesuatu, dari antara 2 penyebab yang sudah saya sebutkan pada anda sebelumnya?” ucap dokter itu ketika melihat hasil pemeriksaan CT scan Luhan

 Luhan terdiam dengan perasaan yang campur aduk. Hal itu semacam anak panah yang menembus tepat di jantungnya. Ia kemudian teringat insiden ketika Younghyun menghantam kepalanya dengan menggunakan vas bunga yang keras. Luhan merasakan tubuhnya seketika melemas.

“Uisa—apakah ada jalan untuk mengobatinya?” bukannya menjawab pertanyaan dokter itu sebelumnya, ia justru melemparkan pertanyaan lain.

Dokter itu tampak terdiam sejenak sebelum menjawab dengan raut penuh penyesalan, “Maafkan saya, tuan. Tapi tidak ada yang bisa dilakukan dengan pembengkakan itu. Saya hanya bisa berharap bahwa anda tidak berpikir terlalu keras dan kelelahan, karena itu bisa memperburuk keadaan. Pembuluh darah yang membengkak bisa pecah kapanpun,” jelas dokter itu. “Dengan kata lain—itu seperti bom waktu,”lanjutnya yang membuat Luhan semakin terpukul.

Luhan telah sampai di mobilnya. Ia masih merenungkan penjelasan dokter yang membuat dunianya seakan runtuh dalam sekejap. Pandangannya lurus ke depan tanpa titik fokus yang pasti. Ia menerawang jauh, dengan senyuman getir yang tersungging di bibirnya; mengisyaratkan betapa menyedihkannya dirinya saat itu.

“Apakah ini—semacam hukuman untukku?” tanya Luhan lirih pada dirinya sendiri.

-

Nyonya Xi tengah merenung di kamarnya, mengingat percakapan antara dirinya dan Luhan yang sempat membuatnya hampir terkena serangan jantung karena gugupnya.

[flashback]

“Kris Wu—siapa dia?” tanya Luhan tepat sasaran dengan robekan foto hitam-putih yang ditunjukkannya; membuat nyonya Xi cukup kelabakan mencari penjelasan yang logis sebagai jawabannya. Belum sempat ia menjawab, terdengar suara pintu yang di ketuk hingga membuat Luhan mau tak mau mengalihkan perhatiannya. Setidaknya, ia bisa bernapas lega karena terselamatkan dari pertanyaan menyelidik Luhan. Seseorang yang mengetuk pintu ternyata adalah nyonya Kim. Sosok itu justru membuat –bukan hanya dirinya, tetapi juga Luhan—menjadi salah tingkah.

Nyonya Kim masuk dengan raut wajah angkuh yang berbeda dari biasanya. “Aku datang untuk membawakan beberapa dokumen yang perlu Luhan periksa. Apakah mungkin jika aku mengganggu perbincangan kalian?” ucap nyonya Kim seakan menyindir nyonya Xi dan Luhan untuk lebih berhati-hati lagi dalam berbicara.

“Ah, Kim saengie-ah. Anieyo. Aku dan Luhan sudah selesai berbicara. Ah, masih ada urusan yang harus kuselesaikan. Lebih baik aku bergegas sekarang,” balas nyonya Xi berusaha menutupi salah tingkahnya. “Luhan, segeralah pulang begitu kau selesai. Kau harus banyak istirahat,” lanjutnya lagi sebelum benar-benar menghilang dari balik pintu ruangan itu. Setelah kepergiannya, nyonya Xi tidak tahu lagi apa yang tengah diperbincangkan oleh nyonya Kim dan Luhan. Ia hanya bisa berharap bahwa nyonya Kim tidak mendengar segala pembicaraannya mengenai ‘perebutan kekuasaan perusahaan’ dengan Luhan.

Mengenai Kris Wu, nyonya Xi sebenarnya menyimpan sebuah rahasia penting yang tidak seorangpun mengetahuinya—termasuk suaminya,tuan Xi—dan juga Luhan sendiri.

Nyonya Xi awalnya bermarga Wu. Ia bercerai dengan suami pertamanya dan meninggalkan seorang anak laki-laki bernama Kris Wu. Selepas perceraian itu ia memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang duda kaya bermarga Xi—yang juga telah memiliki seorang anak laki-laki dari pernikahan sebelumnya yang berusia beberapa bulan lebih tua dari putra kandungnya, dan anak itu bernama Luhan. Nyonya Xi merawat dan membesarkan Luhan kecil seperti anaknya sendiri. Ia menganggap bahwa Luhan yang ketika itu masih sangat muda tidak ingat apapun mengenai kematian ibu kandungnya. Ia sudah begitu percaya pada nyonya Xi dan menganggap wanita itu sebagai ibu kandungnya yang sebenarnya.

-

[flashback]

Setelah nyonya Xi pergi, kini ruangan itu hanya menyisakan Luhan berdua dengan nyonya Kim. Luhan merasa tak enak hati mendapati tatapan nyonya Kim yang tak seramah biasanya dan justru memberikannya tatapan penuh selidik. Bagaimanapun, Luhan berusaha untuk tetap mempraktekkan kemampuan aktingnya sebaik mungkin; agar tetap terlihat tenang di hadapan komisarisnya tersebut.

“Jadi—dokumen apa yang kau maksudkan untuk kuperiksa, eommonim?” tanya Luhan sopan dengan senyum manis andalannya. Nyonya Kim meletakkan beberapa map berisikan file ke atas meja Luhan dengan cara yang tidak santai. Masih dengan tatapan sinisnya, nyonya Kim, juga berusaha untuk tetap terlihat berwibawa di hadapan menantunya.

“Kau percaya pada perkataanku?” balas nyonya Kim sambil tertawa remeh yang membuat Luhan makin tak mengerti. “Dokumen? Dokumen apa? Kau kira aku akan membiarkanmu dan ibumu yang seperti pencuri dalam gelap untuk memeriksa laporan keuangan perusahaanku ini?” lanjutnya dengan tawa yang sudah berhenti dan digantikan dengan wajah dingin yang datar.

Luhan meneguk ludahnya gugup. Jantungnya mulai memompa lebih cepat.

“Jangan bermimpi. Aku sudah mendengar semuanya. Percakapan kalian sebelumnya tentang bagaimana kalian berencana untuk mengambil alih seluruh aset bisnis keluarga Kim. Tak kusangka kalian sepicik itu,” ucapan nyonya Kim yang selanjutnya semakin membuat nyali Luhan menciut. Ia benar-benar sudah tertangkap basah. Meskipun begitu, Luhan berusaha untuk tetap tenang dan menampilkan senyum terbaiknya.

“Geuraeyo? Ah—baguslah kalau anda sudah mengetahuinya. Jadi kami tidak perlu repot-repot untuk menutupinya lagi. Dan lagipula—aku tidak sebodoh itu untuk terlena dengan apa yang kukerjakan saat ini. Aku sudah menjalankan serangkaian rencana yang cepat atau lambat akan membuat perusahaan ini jatuh ke tanganku,” balas Luhan yang terkesan mengancam. “Nyonya—bukankah aku ini menantumu? Apa yang membuat anda begitu mengkhawatirkan perusahaan? Aku adalah suami dari putrimu, tidakkah kau mengingat itu dengan baik?” ucapnya lagi dengan mimik sesantai mungkin yang membuat nyonya Kim semakin tak berkutik.

“Dah ah—apa Younghyun belum memberitahumu, nyonya? Kami akan segera menjadi orangtua. Younghyun tengah mengandung saat ini. Anda tidak bermaksud memisahkan putri kesayangan anda dari suami dan juga anaknya bukan?” dusta Luhan. Mendengar itu nyonya Kim merasa panas. Ia menggertakkan giginya penuh amarah dan memutuskan untuk berlalu begitu saja meninggalkan ruangan tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Nyonya Kim merasakan pening yang cukup mengganggunya malam itu. Ia begitu sedih dan juga menyesal. Ia tak pernah menduga sebelumnya bahwa keluarga Xi yang selama ini ia dan suaminya percayai sebagai rekan kerja terbaiknya justru berniat untuk menikamnya dari belakang. Ia merasa semakin bersalah mengingat betapa gencarnya ia dulu untuk menjodohkan putrinya dengan putra keluarga Xi. Jika saja ia tahu kenyataannya akan seperti ini, ia tidak akan pernah membiarkan Younghyun menikah dengan Luhan. Namun kini semuanya sudah terlambat. Luhan bahkan telah mengungkapkan bahwa Younghyun telah mengandung anak mereka saat ini. Nyonya Kim begitu dilema. Apa yang harus dilakukannya demi menggagalkan rencana keluarga Xi yang berniat merebut harta dan perusahaan keluarganya? Dan apa yang bisa ia lakukan untuk menyelamatkan putrinya dari keluarga ‘serigala berbulu domba’ itu?Nyonya Kim sadar ia tidak bisa tinggal diam. Ia terus berusaha berpikir mencari jalan keluarnya, hingga akhirnya tanpa sengaja terlintas kembali dalam ingatannya mengenai amplop coklat berisikan foto Kris yang berada di dalam laci mejanya. Ia mengambil amplop itu dan melihat kembali beberapa lembar foto pria itu. Terbersit sebuah ide dalam benaknya—yang sebenarnya sulit untuk bisa ia terima namun keadaanlah yang begitu mendesaknya hingga tak ada lagi cara lain yang lebih baik menurutnya.

Yoboseyo, samonim,” sapa suara dari seberang teleponnya.

“Ada sesuatu yang aku ingin kau lakukan,” balas nyonya Kim.

“Apapun itu, samonim. Aku akan melakukannya sesuai perintah,” jawab pria itu lagi.

“Cari tahu tentang keberadaan pria bernama Kris Wu, dan beritahu aku segera setelah kau mendapatkannya,” perintah nyonya Kim yang begitu serius dengan ucapannya.

[TO BE CONTINUED]

 

 



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles