Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Blue Cupcake

$
0
0

sehun8

Judul     : Blue Cupcake

Author  : Ririn_Setyo

Cast       : Oh Sehun, Song Jiyeon, Xi Luhan.

Genre    : Romance

Length  : One Shot

Rating   : PG-17

Previous Story : Secret Love http://exofanfiction.wordpress.com/2014/05/28/secret-love-2/

FF ini juga publish di blog pribadi saiiya : http://www.ririnsetyo.wordpress.com dengan menggunakan Cast yang berbeda.

*

*

Jiyeon Home – 03.00 pm

.

Suara tepuk tangan dari 2 orang di ruangan serba putih itu mulai membahana, menendangkan lagu selamat ulang tahun untuk seorang gadis yang kini tengah tersenyum bahagia. Berdiri di depan meja kecil dengan cake buah yang menggugah selera, mengenakan dress biru lembut di atas lutut lengkap dengan topi kerucut berwarna putih di atas kepala.

Gadis itu Song Jiyeon kini sedang merayakan ulang tahunnya yang ke 20, di temani sahabat dekatnya Xi Luhan. Jiyeon tersenyum saat Luhan baru saja menghidupkan lilin di atas cake dan meminta dirinya untuk membuat satu permintaan, sesaat kemudian Jiyeon sudah meniup lilinnya lalu memeluk Luhan saat sahabatnya itu memberinya kata selamat.

“Gomawo Lu,” ucap Jiyeon saat baru saja melepaskan pelukannya.

“Sekarang potong kue mu, Jiyeon.” Jiyeon mengangguk gadis itu segera membungkuk dan mulai memotong kue ulang tahunnya. “Ini untuk mu, semoga persahabatan kita tak pernah lekang oleh waktu,” ucap Jiyeon seraya menyerahkan potongan kue pertamanya untuk Luhan.

“Apa orang tua mu sudah mengucapkan selamat ulang tahun untuk mu?” tanya Luhan dengan menikmati cake yang ada di tangannya, sesekali laki-laki itu terlihat menyuapi Jiyeon dengan cake dan buat kiwi yang menjadi toping cake buah itu.

“Sudah tadi pagi,” jawab Jiyeon seraya melepaskan topi kerucut dari kepalanya, kedua orang tua gadis itu sedang melakukan perjalan bisnis di Eropa.

“Lalu Sehun?” Jiyeon terdiam seketika, gadis itu menghembuskan nafasnya pelan seraya menggeleng lemah.

“Sudah ku duga,” Luhan memutar bolamatanya lalu beranjak menuju sofa biru yang ada di sudut ruangan, sesaat setelah menghabiskan cake buah miliknya.

“Dia memang tidak pernah merayakan hari penting Luhan, bahkan dia selalu melupakan ulang tahunnya sendiri.” Jiyeon ikut mendudukkan tubuhnya di samping Luhan, menyandarkan kepalanya di atas bahu sahabatnya itu.

“Bukankah 1 minggu lagi kalian akan merayakan hari jadi kalian yang ke 2?” Jiyeon mengangguk. “Kami tidak merayakannya.” Jawab Jiyeon dengan suara datarnya.

“Aku pikir setelah kalian berbaikan tempo hari sifat dan kelakuannya juga berubah, ternyata sama saja.” Keluh Luhan saat mengingat semua sifat dingin dan perlakuan tak peduli Oh Sehun, kekasih Jiyeon sejak 2 tahun yang lalu.

“Dia laki-laki hangat dan perhatian Luhan hanya saja,— sulit untuk menerka apa yang akan di perbuatnya dan terkadang sikap manisnya pada ku tertutup oleh sifat dinginnya.” Lagi-lagi Luhan memutar bolamatanya tak minat, saat harus mendengar semua pembelaan yang Jiyeon berikan untuk kekasihnya itu.

“Terserah kau saja, selama kau bahagia aku juga akan bahagia,” Luhan tertawa lalu memeluk Jiyeon yang masih berada di pundaknya.

Luhan menatap jam dinding dan Jiyeon secara bergantian. “Eoh! Jiyeon-aa benarkah Sehun benar-benar akan datang ke sini untuk merayakan ulang tahun mu?” Jiyeon hanya mengangguk. “Tapi— kenapa sampai sekarang belum datang juga, bukankah seharusnya Sehun hanya terlambat 30 menit,”  tanya Luhan dengan menautkan kedua alisnya

“15 menit yang lalu Sehun mengirim pesan agar jangan menunggunya, karna jalanan hari ini sangat padat,” terang Jiyeon dengan tersenyum, menyembunyikan perasaan cemas bercampur kecewa karna Sehun tak kunjung datang.

*

*

*

Cheonggyecheon Freeway

Gangnam-gu – Seoul

.

Sehun mengumpat kesal saat menatap jalanan yang padat di depannya, laki-laki itu mulai tidak sabar karna sejak 15 menit setelah dia mengirim pesan pada Jiyeon mobilnya belum juga bisa bergerak. Entahlah apa yang terjadi di jalanan bebas hambatan hari ini, karna biasanya Seoul terkenal dengan jalanan yang ramah lingkungan dan jauh dari kata macet.

“Apa yang terjadi, kenapa jalanan sepadat ini?” gumam Sehun dengan mengerang kesal.

Setengah jam berlalu mobil Sehun pun mulai melaju pelan membelah kota Gangnam-gu yang padat merayap, membuat segaris senyum tercetak di wajah tampan Sehun yang terpahat dengan sejuta kesempurnaan. Laki-laki itu menatap sekilas sebuah kotak kecil berwarna biru yang ada di jok mobil, kotak berisi sebuah jam tangan dengan ukiran namanya, jam tangan yang akan di berikan Sehun untuk Jiyeon kekasihnya yang sedang berulang tahun ke 20 hari ini.

Namun saat mobil Sehun baru saja bergerak sejauh 100 meter, tiba-tiba Sehun merasa ada yang tidak beres dengan mobilnya. Sehun pun menepikan mobil dan memberhentikannya, mengecek sekilas keadaan di luar mobil dan sesaat kemudian sumpah serapah Sehun pun membahana seraya menendang satu ban mobilnya yang ternyata sudah kempes.

Aish! Kenapa harus sekarang?” Sehun mengedarkan pandangannya, mencoba mencari bantuan namun nihil, karna tak ada satu mobil pun yang sudi untuk membantu Sehun yang gagap dengan kata menganti ban mobil.

Sehun meraih handphonennya segera, mengerakkan jari terawatnya dengan lincah hingga tersambung pada paman Seunghyun, supir keluarganya. Senyum lega mulai terpancar di wajah Sehun, saat sang supir saat ini sedang dalam perjalanan menuju tempat Sehun sekarang.

Sehun kembali menatap jalanan di sekitarnya yang padat, mulai berfikir jika dia akan sangat terlambat tiba di rumah Jiyeon jika harus menunggu sang supir. Sehun pun memutuskan untuk mencari tumpangan dan meninggalkan mobilnya begitu saja, dengan kunci mobil yang dibiarkan mengantung di pintu mobil.

Sehun tidak begitu peduli dengan apa yang akan terjadi dengan mobil hitam berharga ratusan juta won itu, sebagai anak tunggal dari pengusaha baja yang kaya raya kehilangan sebuah mobil hanya seperti kehilangan sebuah sepeda, tidak begitu memusingkan.

Namun semua tidak berjalan sesuai rencana, sudah 30 menit berlalu tapi tak satu pun mobil berhenti untuk memberi Sehun tumpangan. Jalanan mulai terlihat lancar dan menyebabkan semua mobil melaju kencang di jalan bebas hambatan ini.

Sehun pun mulai mencoba menghubungi sahabatnya Kim Jongin, tapi sial batre handphonennya ternyata sudah habis, habis karna selama mobilnya tidak bergerak dalam kemacetan tadi Sehun memainkan banyak game di handphonenya.

Erangan putus asa lolos dari kerongkongan Sehun yang mulai mengering, memaki saat tak ada juga 1 mobil pun yang mau memberinya tumpangan. Peluh mulai mengaliri wajah pucat Sehun, perlahan laki-laki itu mulai melangkahkan kakinya, berjalan di pinggiran jalan tol guna menemukan tangga yang akan mengantarkannya ke jalanan normal di bawah.

Sehun mulai tersengal karna ternyata dia harus berjalan berbalik arah dengan jarak hampir 3 kilometer, saat ini Sehun sudah berada di beberapa kilometer jalan tol. Dengan menahan rasa lelah Sehun kembali melanjutkan langkahnya, dengan terus berharap jika dia akan segera menemukan tangga yang akan mengantarkannya ke jalanan kota.

Tangan pucat Sehun kembali bergerak menghapus peluh yang melewati pelipisnya, laki-laki itu mulai merasakan sakit di sekujur kakinya. Walaupun Sehun sering berolahraga namun berjalan sepanjang 3 kilometer dengan terik matahari yang tidak bersahabat, sungguh bukan sesuatu pekerjaan yang mudah.

Senyum penuh kelegaan mulai terpancar di wajah pucat Sehun saat menatap tangga yang di carinya sedari tadi, dengan cepat Sehun menuruni tiap anak tangga dengan tertawa senang dan langsung bergegas menyetop taxi yang akan membawanya menuju rumah Song Jiyeon.

*

*

Jiyeon terlihat mondar mandir di serambi rumahnya, 2 jam berlalu sejak Luhan memutuskan untuk pulang, Sehun tak juga menampakkan batang hidungnya dan gadis itu terlihat semakin cemas saat tak dapat menghubungi Sehun di ponselnya. Tangan berkeringat dengan helaan nafas berat keluar dari keronggongan Jiyeon, menatap tak henti ke arah pintu gerbang, berharap dapat segera melihat Sehun di hadapannya.

Jiyeon segera menolehkan kepalanya saat mendapati pintu gerbang rumahnya terbuka, sesaat kemudian Jiyeon dapat melihat sesosok laki-laki tinggi dengan rambut yang terlihat acak-acakan menyeruak masuk ke dalam halaman rumahnya. Berbalut t-shirt berwarna putih dengan jas hitam yang ada di atas bahunya, sebuah kotak kecil berwarna biru ada di gengaman tangannya.

Laki-laki itu melangkah pelan menuju serambi, menatap ke arah Jiyeon yang masih berdiri mematung di tempatnya dengan memamerkan senyum lebar, penuh kehangatan yang mampu menutupi wajah lelahnya saat ini.

“Oh Sehun!”

*

*

Jiyeon mengerakkan mata beningnya, menatap gerak gerik Sehun yang ada di hadapannya, laki-laki itu tak mengucapkan sepatah kata pun sejak kedatangannya 10 menit yang lalu. Sehun terdengar bersenandung ringan di sela-sela aktifitasnya berdiri di depan meja yang terdapat cake buah Jiyeon di sana, berdiri membelakangi Jiyeon yang terlihat cemas saat menatap wajah lelah Sehun saat berdiri di hadapannya beberapa saat yang lalu.

Perlahan Jiyeon memberanikan diri berjalan mendekat hingga berdiri di belakang Sehun, gadis itu tampak tersenyum menikmati suara Sehun yang ternyata sangat indah, mendendangkan lagu Bruno Mars Just the Way You Are. Tangan lembut Jiyeon bergerak bermaksud untuk menyentuh pundak laki-laki yang telah membuatnya jatuh cinta beberapa tahun yang lalu, namun suara bass Sehun menghentikan gerakan tangan Jiyeon seketika.

“Jangan mengintip Jiyeon, aku belum selesai.” Jiyeon menautkan alisnya, merasa penasaran dengan apa yang Sehun sembunyikan di balik punggunya.

“Sehun,—“

Seketika Sehun membalikkan tubuhnya, tersenyum lebar seraya memamerkan semangkuk Cupcake coklat dengan toping krim berwarna biru bertabur butiran coklat putih dan biru, lengkap dengan sebatang lilin yang sudah menyala berwarna putih bermotif polkadot yang juga berwarna biru.

Saengil Chukae, Song Jiyeon.” Sehun semakin melebarkan senyumnya.

“Seharusnya aku membawa sebuah kado untuk mu, tapi kado itu tertinggal di dalam mobil brengsek yang ban nya kempes, membuat ku harus berjalan berkilo-kilo meter agar bisa keluar dari jalur jalanan bebas hambatan.” Keluh Sehun dengan wajah kesalnya.

“Sebelum kemari aku mampir ke toko kue langganan mu untuk membeli kue ulang tahun, tapi— tidak ada yang berwarna biru semuanya berwarna pink dan aku tahu kau sangat tidak suka dengan warna favorid para gadis-gadis itu.” Sehun terkekeh pelan.

“Kau tahu saat aku sedang memilih kue, bibi penjaga kue menghampiri ku dan ternyata dia mengenali wajah ku, padahal aku baru satu kali ke sana saat menemanimu waktu itu dan dia langsung memilihkan Blue Cupcake ini saat tahu aku ingin membelikan kue untuk mu,—“ Sehun mengantungkan kalimatnya. “Apa Blue Cupcake ini terlalu sederhana?” tanya Sehun saat menatap Jiyeon yang hanya diam sedari tadi, gadis cantik itu memandang Sehun nyaris tanpa kedipan.

Jiyeon menggeleng pelan. “Ini sangat istimewa Sehun,” jawab Jiyeon dengan senyum haru bertabur bahagia yang membalut hati gadis itu. “Sehun, kenapa handphone mu tidak bisa di hubungi?”

“Batrenya habis,” jawab Sehun santai. “Kau benar-benar membuat ku cemas, seharusnya kau menelphone petugas mobil Derek dan menunggu di dalam mobil saja, tidak perlu berjalan kaki sampai sejauh itu,”

Ah! Aku melupakan petugas mobil Derek, tapi— aku menelphone paman Seunghyun untuk memperbaiki mobil ku. Aku takut kau menunggu terlalu lama makanya aku memutuskan untuk berjalan kaki, ini pertama kalinya aku merayakan ulang tahun mu jadi aku merasa tidak sabar untuk merayakannya.” Jiyeon terdiam dalam keterkejutan, merasa jika kedua mata beningnya mulai memanas. Tidak menyangka jika Sehun akan melakukan semua ini untuknya.

“Sekarang buatlah permintaan dan tiup lilin ulang tahun mu dan— hey! Jangan menangisi ku,” ucap Sehun saat matanya menatap sebulir airmata jatuh di pipi putih Jiyeon, membuat gadis itu segera menghapus airmatanya seraya memejamkan mata.

*

*

Sehun mendudukkan tubuh tingginya pada sebuah sofa biru yang ada di beranda, menikmati semilir angin sore yang sejuk hingga mampu menguapkan rasa letih di tubuhnya. Sesekali Sehun tampak meneguk jus jeruk yang tersaji di atas meja kaca di hadapannya, jus jeruk dengan tambahan beberapa lembar daun mint bikinan Jiyeon yang kini sudah duduk manis di sampingnya.

Sehun memalingkan wajahnya menatap wajah tenang Jiyeon dari samping dengan lekat, menatap wajah malaikatnya yang terpahat sempurna hingga selalu mampu membuat jantung Sehun berdetak tak normal dan membuat mata coklatnya tak mampu berpaling.

Perlahan tanpa sadar tangan Sehun terulur menyentuhkan ujung jari telunjuknya di pipi putih Jiyeon, hingga membuat gadis itu sedikit terkejut mengerakkan kepalanya ke samping seraya memandang Sehun dengan senyum lembutnya. Sehun kembali terpesona.

“Apa kau benar-benar mencemaskan ku?” tanya Sehun dengan menahan degupan jantungnya, saat mata bening Jiyeon menatapnya dengan dalam.

Eoh! Aku sangat takut terjadi sesuatu yang buruk pada mu,” jawab Jiyeon dengan suara samarnya, membuat Sehun tersenyum bahagia.

Sehun menggeser tubuhnya hingga membuat bahunya bersentuhan dengan bahu mungil Jiyeon, laki-laki itu dengan perlahan menarik bahu Jiyeon hingga gadis itu berada dalam dekapan eratnya. Sehun memejamkan matanya menikmati wangi segar bunga Freesia yang menguar dari rambut Jiyeon yang tergerai, berpadu dengan aroma semanis vanilla dari tubuh gadis itu, membuat jantung Sehun kembali berdetak tak normal.

Sedangkan Jiyeon terlihat menegang dengan perlakuan hangat Sehun saat ini, Sehun yang selalu bersikap dingin dan terkesan acuh itu sangat jarang bersikap hangat padanya, hingga membuat Jiyeon ragu dan hampir saja mengakhiri hubungan mereka beberapa bulan yang lalu.

Namun ternyata di balik sikap dingin Sehun laki-laki itu menyimpan segudang rasa sayang dan cinta yang begitu dalam untuk Jiyeon, rasa yang selama ini tak terlihat oleh Jiyeon hingga Sehun menjabarkannya tepat saat gadis itu ingin mengakhiri hubungan mereka. Membuat Jiyeon benar-benar menyesal karna sudah berprasangka hingga berniat meninggalkan laki-laki yang bahkan mencintainya, jauh lebih besar dari yang pernah Jiyeon bayangkan selama ini.

“Jiyeon-aa,” panggil Sehun dengan membelai rambut panjang Jiyeon di tiap helainya, seraya meletakkan dagunya di atas kepala gadis itu.

Heem,—“

“Apa aku boleh tahu doa yang kau ucapkan saat meniup lilin Blue Cupcake mu,” tanya Sehun dengan ragu, laki-laki itu sedikit penasaran karna tadi Jiyeon membutuhkan waktu yang sedikit lama.

Jiyeon tersenyum lembut mendengar pertanyaan kekasihnya, gadis itu masih berusaha menenangkan jantungnya yang berdetak sangat cepat, persis seperti detak jantung Sehun saat ini.

“Aku meminta pada Tuhan agar aku terus di izinkan untuk selalu bersama mu, menemukan mu di jarak pandang ku dan meminta agar kau tidak pernah menghilang dari takdir hidup ku, Sehun-aa.” Sehun melonggarkan pelukannya, menunduk seraya menatap ke dalam bolamata bening favoritnya dengan lekat.

“Menghilang? Memangnya aku akan menghilang kemana Jiyeon?” Sehun terkekeh pelan seraya kembali menarik Jiyeon dalam dekapan eratnya. “Hidup ku sudah terikat dengan mu sejak 2 tahun lalu,— Jadi tenanglah karna aku tak kan pernah menghilang ke mana pun sampai takdir kematian Tuhan menjemput ku suatu hari nanti.” Sehun mencium puncak kepala Jiyeon berulang-ulang dengan luapan rasa cinta yang begitu dalam.

Jiyeon tersenyum dengan mata yang terpejam, tangan gadis itu bergerak memeluk pinggang Sehun dengan erat. Menyandarkan kepalanya dengan nyaman di dada bidang Sehun yang hangat, menikmati sentuhan lembut Sehun di kepalanya yang tidak berhenti sedari tadi.

Sarangae— Oh Sehun,” Jiyeon menegakkan kepalanya mengecup pipi Sehun sekilas lalu kembali membenamkan kepalanya di dada Sehun.

Nado-–,” balas Sehun dengan senyum yang merekah, laki-laki itu melepaskan pelukannya menatap Jiyeon dengan dalam dan sesaat kemudian Sehun sudah menautkan bibirnya di bibir Jiyeon hingga membuat gadis itu sedikit terkejut. Tidak menyangka Sehun akan menciumnya, ciuman pertama di hubungan mereka.

Sehun mulai mengeratkan rangkulan tangannya di tubuh Jiyeon, mengecup berulang-ulang bibir Jiyeon dengan lembut, menyesap bibir manis itu dengan dalam saat Jiyeon mulai ikut mengerakkan bibirnya, tangan gadis itu bahkan kini sudah mengalung erat di leher Sehun. Sehun menyesap bibir Jiyeon di tiap incinya, semakin menarik tubuh Jiyeon hingga membuang seluruh jarak di antara mereka. Menyatu dalam suhu yang mulai menghangat di antara keduanya.

Ciuman ringan Sehun berubah menjadi lumatan panas saat Jiyeon mulai menekan tengkuknya, menahan laki-laki itu agar tidak menjauh hingga membuat ciuman mereka semakin menggila. Mereka sama-sama tak ingin tautan memabukkan itu terhenti, hingga sesekali terdengar Jiyeon mendesah tertahan saat Sehun melumat seluruh permukaan bibirnya tanpa henti.

Sehun menahan tubuh Jiyeon saat gadis itu ingin menyudahi pergulatan bibir mereka, laki-laki itu hanya memberi jeda beberapa detik untuk mereka berdua menghirup oksigen yang mulai terasa semakin menipis di paru-paru mereka. Dekapan Sehun semakin mengerat, hingga membuat dress Jiyeon terangkat dan mengexspos seluruh bagian kaki indah gadis itu.

Jiyeon mengusap pipi Sehun dengan lembut, mendorong bahu laki-laki itu hingga ciuman panjang mereka akhirnya terhenti. Mereka sama-sama masih memejamkan mata, masih sama-sama mengatur nafas mereka yang tersengal dengan dahi yang beradu menikmati pertukaran nafas segar masing-masing. Perlahan Sehun membuka matanya mengecup kening Jiyeon dengan hangat, seraya menyentil hidung gadis itu hingga Jiyeon membuka matanya.

Jiyeon terdiam sesaat menatap ke dalam bolamata Sehun yang menatapnya dengan sayang, sesaat kemudian gadis itu terlihat tertawa pelan sebelum akhirnya menghambur ke dalam pelukan hangat Sehun. Sehun pun menarik Jiyeon lebih dalam ke pelukannya, laki-laki itu meletakkan dagunya di atas kepala Jiyeon sambil sesekali menciumnya dengan hangat.

Sehun semakin mengeratkan pelukannya, seolah-olah Jiyeon akan menghilang jika dia melonggarkan pelukannya. Sehun merasa sangat bahagia karna hingga detik ini dia masih di izinkan Tuhan untuk memiliki Song Jiyeon, seorang gadis yang hampir saja meninggalkannya beberapa bulan lalu karna merasa jika Sehun tak mencintainya, seorang gadis yang selalu Sehun anggap sebagai malaikat cantik yang sengaja di turunkan Tuhan untuk dirinya.

Dan demi apapun Sehun tak akan pernah mengizinkan gadis itu lepas dari takdir hidupnya, dengan alasan apapun kecuali takdir kematian, karna Oh Sehun sangat mencintai— Song Jiyeon.

.

~ THE END ~

.

Wallaaaa— Hellow

Ini untuk yang kemarin minta Sequel abis ini gak ada sequel lagi yak, tamat beneran ini mahhh hahhaaa

Enjoy — xoxo



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles