The Raspberry (chapter 4: Uncertainly )
Author: laelynur66
Main cast: Kim Jongin (Exo)
Oh Sohee a.k.a Raisa Oh (Oc)
Oh Sehun a.k.a Daniel Oh (Exo)
Xi Luhan(gs) (Exo)
Byun Baekhyun (gs) (Exo)
Support cast: all member Exo
Zico Block B
Zelo BAP
Taehyung BTS
Daehyun BAP
Length: chapters
Genre: romance, family, friendship (entahlah, mungkin genrenya akan berubah tiap chapter, mungkin)
Rating: PG-15
Author note: WARNING!!! DI FF INI BEBERAPA MEMBER MENGALAMI PERUBAHAN GENDER!!
enjoy it.. (:
Sohee melirik Jongin dengan ujung matanya, namja itu tengah menatap kosong pada tanah yang dipijaknya dan sesekali menendang kecil pada kerikil di bawah sepatunya.
“sebenarnya, kau sedang menunggu siapa?” Tanya Jongin tanpa mengalihkan matanya dari tanah yang dipijaknya. Sebenarnya dirinya sudah bosan menunggu seperti itu, terlebih lagi ia sama sekali tidak tau siapa yang sedang Sohee tunggu. Sebenarnya bisa saja ia meninggalkan Sohee dan kembali ke parkiran kemudian mengendarai pulang mobilnya dan beristirahat, tapi lain ceritanya jika dirinyalah yang menawarkan diri unutk menemani Sohee menunggu. Tanganya terangkat mengusap wajahnya untuk yang kesekian kalinya.
“Sehun memintaku menunggunya di sini” ujar Sohee pelan, matanya beralih dari menatap layar ponselnya ke Jongin.
“tunggu. Sehun?” heran Jongin. Sohee mengangguk.
“Sehun yang berambut pirang itu? Yang memiliki kulit putih albino?” Tanya Jongin meyakinkan dirinya.
“albino?” ulang Sohee. Jongin meringis pelan.
“hahaha, itu karena kulit kami terlihat sangat kontras!” Jongin menambahkan dengan sedikit canggung.
“ahh, ya..”
“lalu apa hubungannya denganmu?” Tanya Jongin lagi.
“Sehun saudaraku, tepatnya kakakku..” sahut Sohee dan membuat kedua mata Jongin membulat.
“kakak?”
“ne, kandung..”
“ah, pantas saja, marga kalian sama, belum lagi wajah kalian juga mirip” ucap Jongin dengan cengiran lebarnya..
“well, begitulah..” “nah, itu dia” pekik Sohee ketika matanya mendapati Sehun yang berjalan santai ke arahnya. “Sehuunn!” panggil Sohee dan melambai saat Sehun menatapnya kemudian Sehun dengan berlari kecil mendekat padanya.
“sudah lama?” Tanya Sehun dan memeluk Sohee sekilas.
“well, lumayan..” Sohee mengendikkan bahunya.
“aku ada sedikit urusan tadi.. eh?” Sehun tidak melanjutkan perkataannya ketika ia melihat Jongin berdiri di samping Sohee. “Kai?” gumam Sehun. Jongin tersenyum padanya sementara Sohee mengerutkan alisnya.
“well, orang-orang memanggilku Kai, by the way..” Jongin menjelaskan pada Sohee dan mendapat anggukan mengerti dari Sohee.
“kalian saling kenal?” Tanya Sehun dengan memicingkan matanya menatap Jongin.
“hmmm, tadi saat di kelas seni kami bersama” sahut Sohee menatap Sehun bergantian dengan Jongin.
“sebenarnya, sudah tiga kali kami bertemu..” Jongin tidak melanjutkan ucapannya ketika melihat mata Sehun membulat menatapnya tajam “secara tidak sengaja kurasa” tambah Jongin dengan cengiran lebar pada wajahnya.
“tidak ada lagikan? Ayo pulang!” seru Sohee dan menarik tangan Sehun perlahan.
“tunggu sebentar..” Sehun melepas tangan Sohee pada lengannya.
“apa?”
“jadi, begini Sohee..”
“Sehun?” suara lembut dari yang berasal dari belakang Sehun menginterupsi keduanya, membuat keduanya berbalik menatap sang empunya suara.
“Luhan” gumam Sehun pelan.
“ne? apalagi? Ayo pulang” seru Luhan dan mencengkram lengan Sehun.
Sohee memicingkan matanya menatap Luhan dan berganti menatap Sehun dengan pandangan bertanya lalu melirik Jongin yang tampak cuek pada apa yag terjadi di sekitarnya.
“jadi begini Sohee.. akuu..” Sehun berucap dengan tergagap dan tanpa sadar ia menjilati bibir bawahnya perlahan, dalam hati merangkai katakan yang pas agar Sohee mengerti.
“ah, tidak apa! Aku akan pulang bersama Jongin” ucap Sohee dan tersenyum manis pada Sehun. Ia tau ada sesuatu antara Sehun dan yeoja benama Luhan itu, ia juga tau bahwa Sehun merasa gugup, dengan Sehun yang menjilati bibir bawahnya ia mengetahuinya. “iyakan Jongin?” tambah Sohee dan menatap Jongin menggigiti bibir bawahnya memberi isyarat pada Jongin yang tidak mengerti dan pada akhirnya ia mengangguk ketika Sohee melotot padanya.
Sehun meringis pelan sebelum berujar, “Sohee, ini Luhan. Luhan ini Sohee, adikku yang tadi kuceritakan padamu” Luhan menatap melewati pundak Sehun dan tersenyum ketika matanya bertemu dengan mata Sohee yang juga tersenyum padanya.
“halo Luhan” sapa Sohee ramah.
“halo” sahut Luhan masih dengan tersenyum.
“kalau begitu, aku.. duluan” ucap Sehun pelan dan mendapat anggukan antusias dari Sohee. Sehun berucap ‘im sorry’ tanpa suara ketika Luhan menariknya dari hadapan Sohee secara perlahan.
Sohee menatap kosong pada arah kepergian Sehun, bahunya merosot dramatis, sedikit merasa kecewa tapi tidak apalah demi kebahagian kakaknya. Ia tersenyum tipis. Sehun pasti sangat menyukainya.. ia membatin.
“jadi?” suara berat Jongin membuyarkan lamunan Sohee dan berbalik menatap Jongin dengan mata membulat karena terkejut
“kau mengagetkanku!” pekik Sohee dan mengusap dadanya pelan.
“well, maaf untuk itu aku tidak bermaksud.. tapi apa kita akan berdiam berdiri saja di sini, atau kita berjalan menuju mobilku dan pulang ke rumah masing-masing?”
Sohee menatap Jongin malas dan perlahan berjalan meninggalkan Jongin dengan senyum yang terkembang di bibirnya, sementara Jongin berjalan di belakangnya dengan bibir yang juga mengembangkan senyum..
***
Sehun mengemudikan mobilnya dengan kecepatan normal mengingat ia berada di tengah kota, tapi berbeda dengan jantungnya yang berdetak cepat di rongga dadanya. Matanya melirik Luhan yang memperhatikan jalan di sampingnya yang sesekali mengangguk kecil jika ada yang menarik perhatiannya.
“kalian mirip” ucap Luhan tiba-tiba.
“ne?”
“ah, maksudku kau dan adikmu sangat mirip” jelas Luhan dan berbalik menatap Sehun dengan tersenyum.
“wajar saja, ibu kami orang yang sama” sahut Sehun dan balas tersenym pada Luhan. Luhan mengangguk kecil dan kembali berbalik menatap jalan di sampingnya.
“Luhan”
“ya?”
“ani, aku hanya ingin menyebut namamu” ucap Sehun, tangan kanannya yang bebas terulur menautkan jemarinya dengan milik Luhan dan meremas lembut jemari Luhan, Luhan kembali berbalik menatap Sehun kemudian tersenyum kecil dan membalas meremas jemari Sehun.
Sehun memarkirkan Mclarren kuningnya di depan sebuah bangunan apartement bertingkat.
“kau tinggal di sini?” Tanya Sehun pada Luhan yang tengah merapikan seragamnya. Luhan mengangguk sekilas dan berbalik menatap gedung aprtementnya.
“sendiri?” dan lagi-lagi Luhan mengangguk.
“orang tuamu?” Tanya Sehun lagi dan seketika itu juga ia menyesal telah bertanya ketika raut wajah Luhan berubah sedikit sendu.
“orang tuaku di China Sehun” jawab Luhan dan tersenyum tipis padanya, senyum yang dipaksakan menurut Sehun.
“baiklah, jadi. Sampai bertemu besok?” seru Sehun mengenyahkan pikiran buruknya.
“ya, sampai bertemu besok” sahut Luhan. Tanganya terulur hendak membuka pintu namun membatalkannya kemudian berbalik menatap Sehun, sedikit mencondongkan tubuhnya mengecup sudut bibir Sehun singkat sebelum benar-benar membuka pintu mobil Sehun dan keluar dari sana, meninggalkan Sehun yang mengulum senyumnya dengan mata yang terus menatap sosok Luhan hingga menghilang dari pandangannya.
Sehun baru akan membelokkan mobilnya kembali kejalan raya ketika sebuah Ferrari merah melintas cepat nyaris menabraknya, ia hanya bisa mengumpat kecil dan dalam hati memaafkan sang pengemdi.
***
“jadi..” Jongin melirik Sohee yang duduk di kursi penumpang di sampingnya tanpa mengalihkan fokusnya pada jalanan di hadapannya..
Sohee meremas jemarinya dan menatap jalanan di hadapannya dengan gugup, beberapa bulir keringat menetes pada wajahnya
“kau benar-benar lupa atau..”
“diamlah Jongin, aku sedang mengingatnya” bentak Sohee memotong perkataan Jongin. “ah, mian” tambahnya dan menunduk.
“tidak apa. Aku hanya menanyakan apa kau benar-benar lupa. Atau kau memnag tidak tau jalan pulang ke rumahmu?” Tanya Jongin kalem, berusaha menahan tawanya. Seumur hidupnya baru kali ini ia menemukan seorang yang tidak tau jalan ulang ke rumahnya sendiri.
“sebenarnya aku benar-benar tidak tau..” ucap Sohee pelan.
“apa?” Tanya Jongin berniat menggodanya.
“aku benar-benar tidak tau” ulang Sohee sedikit lebih keras.
“apa?”
“aiishhhh, kau benar-benar tidak tau!” ekik Sohee dan membenamkan wajahnya pada kedua tangannya.
“bagaimana mungkin kau bisa tidak tidak mengetahuinya?” Tanya Jongin setelah dengan susah payah menahan tawanya.
“argument tuan Kim, aku baru beberapa hari saja di Korea setelah sekian lama meninggalkan Korea dan selama ini Sehunlah yang menyetir, jadi wajar saja jika aku tidak mengetahui apapun” jelas Sohee berusaha mengembalikan harga dirinya.
“baiklah, baiklah.. baagaimana sekarang?” Tanya Jongin sembari membanting setirnya berbelok ke kiri.
“tunggu sebentar” Sohee merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya menghubungi seseorang. “tidak di angkat” gumam Sohee dengan mata yang masih menatap pada layar ponselnya.
“siapa?”
“ani..”
“bagaimana kalau kita makan dulu?” tawar Jongin.
“eh?”
“tidak ada maksud apa-apa, siapa tau saja dengan makan pikiranmu akan terbuka untuk mengingat jalan pulang ke rumahmu” tambah Jongin dan terkikik geli.
“Kim Jongiiiinn” pekik Sohee kesal.
***
Dengan bersenandung ria, Luhan memasukkan beberapa angka kunci apartementnya, setelah membuang sepatunya dan meletakkannya pada rak di samping pintu masuk ia memutuskan untuk berjalan menuju dapur, segelas air dingin untuk melepas dahaganya. Dengan segelas air di tangannya ia berjalan menuju ruang tamunya dan menjatuhkan dirinya pada sofa empuk berwarna cokelat muda ketika bell apartementnya. Dengan sedikit malas ia berjalan ke arah pintu kemudian membukanya tanpa repot memeriksanya pada intercom.
Seorang namja tinggi berambut pirang berdiri di hadapan Luhan, tepatnya di depan pintu masuk apartmentnya dan menyeringai padanya
“Kris..’ lirih Luhan dengan suara bergetar.
Masih dengan seragam sekolah yang membalut tubuhnya, namja berambut pirang itu tersenyum padanya dan mengulurkan tangannya mengusap pipi Luhan lembut.
“apa yang.. oh, Tuhan! Kau mabuk!” pekik Luhan ketika hidungnya menghirup aroma pekat alkohol yang menguar dari mulut namja itu.
“ani..” Kris menggeleng dan sekali gerakan menarik Luhan ke dalam dekapannya.
“Kris! Lepas” Luhan berusaha memberontak keluar dari cengkraman kedua lengan Kris.
“kenapa? Kenapa kau melakukan ini padaku?” Tanya Kris dengan suara seraknya, kedua tangannya semakin erat memeluk Luhan yang masih berusaha melepaskan dirinya. “kenapa Luhan? Kenapa? kau tau kan jika aku..”
“kita harus menghentikan ini Kris, kita harus berhenti.. maafkan aku..” ucap Luhan memotong perkataan Kris. Ia tau arah pembicaan Kris dan sebisa mengkin ia harus menghindarinya, ia tidak ingin merasakan sakit lagi.
“tapi kau tau kalau aku..”
“Kris! Kumohon! Berhenti! Lepaskan aku!” pekik Luhan. Alih-alih melepaskan Luhan, kedua tangan kekar Kris mencengkram bahunya kuat dan mendorong Luhan pada dinding batu di belakangnya yang meyebabkan bunyi ‘bugh’ yang cukup keras dan membuat Luhan meringis menahan sakit pada punggungnya. Luhan memejamkan matanya dan mengepalkan kedua tangannya di samping tubuhnya ketika nafas Kris menyapu wajahnya dan kemudian mencium bibirnya kasar. Ia menangis dalam diam dan dalam hati ia merutuki dirinya yang lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa.
***
Sohee tersnyum lebar ketika Jongin membukakan pintu mobil di sampingnya, tangannya terulur menyambut uluran tangan Jongin yang sedikit membungkuk memberi hormat.
“silahkan tuan putri” ucap Jongin dengan senyum lebarnya membuat Sohee memutar kedua bola matanya malas dan membiarkan tanganya digenggam Jongin dan menuntunnya memasuki sebuah café di pinggir jalan. Bunyi ‘tring’ terdengar ketika seseorang membuka pintu kaca yang transparan membuat beberapa pengunjung café menoleh menatap mereka dan seketika itu juga kasuk-kasuk yang yang tadinya memenuhi ruangan mendadak menguap, menghilang ketika menyadari siapa yang baru saja memasuki café tersebut.
Sohee meringis pelan ketika semua mata seolah menatapnya tajam, ia baru menayadarinya ketika mendongak menatap ke seluruh penjuru café setengah dari pengunjung café mengenakan seragam yang sama dengan yang ia dan Jongin kenakan, refleks ia semakin mengeratkan genggamannya pada tangan Jongin alih-alih melepaskan gengamannya, ia tidak menyadari bahwa tautan tangan merekalah yang membuat seluruh pengunjung café menatap mereka penuh minat dan membuat Jongin menunduk menatap tangannya kemudian bergantian menatap Sohee.
“café ini milik Kyungsoo, wajar saja jika banyak murid dari sekolah kita” bisik Jongin tepat di telinga Sohee menenangkannya dan mendapat anggukan kecil dari Sohee. dengan lembut Jongin menarik Sohee mencari sebuah meja yang bisa mereka tempati, Sohee hanya menundukkan kepalanya berjalan perlahan di samping Jongin, duduk dengan patuh ketika Jongin menarikkan sebuah kursi pada meja yang terletak di sudut café tepat di samping dinding kaca yang langsung menghadap pada jalanan Myeondong yang selalu ramai.
Sohee menyangga dagunya dengan tangannya yang bertumpu ada meja, ia menatap datar pada jalanan di balik kaca.
“Sohee?” panggil Jongin.
“ne?”
“pesan apa?” Tanya Jongin kemudian mengangguk pada seorang pelayan yang berdiri di samping mereka dengan note kecil dan pena di tangannya. Sohee menyambut buku menu yang diberikan Jongin padanya, matanya menyeleksi satu persatu menu yang terpampang di hadapannya. Pilihannya jatuh pada segelas strawberry smoothie dan strawberry chessecake yang sangat menggugah seleranya dan tersenyum pada pelayan yang mencatat pesanannya. Sohee kembali menoleh menatap pada jalan di balik dinding kaca. Dengan cepat ia berbalik ketika mendengar Jongin meringis pelan. “apa?” tanyanya dan menatap Jongin.
“ani, hanya saja, apa kau menyadarinya?” sahut Jongin.
“apa?”
“tiga kali” Jongin mengambil jeda. “tiga kali kita bertemu tapi kita belum memperkenalkan diri kita secara resmi” ujar Jongin dan mengulurkan tangannya di hadapan Sohee. “aku Kim Jongin” tambahnya dengan senyum lembut yang menghiasi wajahnya.
Sohee tertawa renyah sebelum menyahut “aku Oh Sohee, salam kenal” tangannya terangkat menjabat tangan Jongin meremasnya pelan dan tersenyum pada namja berkulit tan itu.
“ya, salam kenal… senang berkenalan denganmu” sahut Jongin dan melepaskan jabatan tangannya. Keduanya tertawa tanpa menghiraukan sekeliling yang menatap mereka dengan penasaran dan rasa ingin tau yang besar.
Mata tajam Jongin tak pernah lepas dari sosok Sohee yang tengah menikmati strawberry chesecakenya dengan penuh penghayatan, sesekali juga ia—Sohee—meneguk strawberry smoothienya dan dari kedua benda itu ia menyimpulkan bahwa Sohee adalah seorang penggemar strawberry mengingat setiap inchi dari tubuh yeoja itu beraroma manis dan asam strawberry. Tiba-tiba ia teringat sesuatu dan mengeluarkan sebuah benda dari ranselnya, meletakkannya di meja setelah sebelumnya menggeser piring sisa makanannya.
Dengan bibir yang masih menempel pada sedotan smoothienya, Sohee menatap Jongin dengan tatapan bertanya.
“bantu aku membuatnya!” ujar Jongin.
Apa?” Tanya Sohee.
Jongin mengangkat perkament kuning usang itu tepat di wajah Sohee membuat Sohee mengangguk mengerti “kau belum menyelesaikannya?’ Tanya Sohee sembari menyuakan sesendok kue ke mulutnya.
Jongin mengangguk “kau tau sebenarnya minatku bukan di music, tapi..”
“tapi?”
“ah, lupakan..” tambah Jongin dan melirik Sohee yang kembali menyuapkan kue ke mulutnya.
“is it delicious??” tanya Jongin dengan mata yang menatap pada kue di hadapan Sohee.
“it is more than delicious..” Sohee mendekatkan wajahnya pada kue tersebut dan menghirup aromanya “kau mau mencobanya?” tambah Sohee dan menunjuk Jongin dengan sendok di tangannya.
Jongin menautkan kedua alisnya, dan membuka mulutnya dengan patuh ketika Sohee menyodorkan sesendok kue padanya. Bolu lembut, lelehan keju serta krim keju yang berpadu dengan selai strawberry bercampur menjadi satu di mulutnya. Ia mengunyahnya perlahan, meresapi manisnya krim keju serta rasa asam dari buah strawberry yang segar, terlalu perempuan! Ia membatin.
“bagaimana?” Tanya Sohee denga memasang wajah penuh harap.
“mmmm..” Jongin mendesah pelan dan mengunyah secara dramatis. Matanya melirik ke kiri dan kanan. Dan berhenti tepat di mata Sohee “manis” Jongin memejamkan matanya lagi sebelum berujar “lembut” matanya kembali menatap Sohee. “dan.. cantik”
“dan?”
“rahasia!” seru Jongin kemudian tersenyum, Sohee memutar bola matanya malas, tangannya terulur kembali menyodorkan sesendok kue di hadapan wajah Jongin. Jongin meringis pelan sebelum membuka mulutnya, kembali ia merasakan lelehan keju dan manis asam strawberry di mulutnya. Ia terkesiap saat tangan Sohee mengusap sudut bibirnya, membersihkan sisa krim yang menempel di sana. Keduanya terdiam dengan aura canggung yang manggantung di udara.
“ma.. maaf!” ujar Sohee pelan, ia mengalihkan tatapannya dari Jongin dengan mengaduk pelan smoothie di hadapannya. Sementara Jongin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Keduanya terdiam tenggelam dalam pikiran masing-masing, mengghiraukan suara-suara di sekitarnya. Hening di antara keduanya seolah menjadi perisai bagi kasuk-kusuk dan tatapan mata yang dihujamkan pada mereka. Rasa penasaran akan siapa orang yang bersama Jongin, apa yang sedang Jongin lakukan padanya di layangkan pada mereka, tapi keduanya tidak peduli dan lebih memilih menikmati keheningan yang tercipta di antara mereka.
Sohee tersentak ketika merasakan seorang menjatuhkan diri duduk di sampingnya, membuatnya berbalik dan terbengong mendapati Jongin yang duduk di sampingnya dengan senyum lebar di wajahnya.
“well. Kau bilang, kau bersedia membantu menyelesiakannya” ucap Jongin dan melirik perkament yang ia letakkan pada meja. Dengan wajah cemberut Sohee meyingkirkan piring cake dan gelas smoothienya memberikan ruang yang cukup bagi tangannya untuk bergerak, ia merogoh ranselnya dan mengeluarka pensil mekanik serta kertas kosong miliknya. “jadi kita memulainya dari tangga nada” serunya pada Jongin.
“tangga nada?”
Sohee menghembuskan nafasnya. “tangga nada. Do re mi fa sol la..”
“ahh, yahh…” Jongin menggambarkan tangga nada pada kertas kosong yang diulurkan Sohee padanya.
“kemudian, kau ingin memulai lagumu dari kunci..”
“kunci? Kunci inggris?”
Sohee menggeram kesal, matanya melotot pada Jongin membuat namja itu mengulum senyum menahan tawanya yang nyaris meledak. Ia tidak sebodoh itu, ia tau yang dimaksudkan Sohee ia hanya ingin menggodanya.
“ah, aku mengerti maksudmu… aku akan memulainya dari kunci D” seru Jongin dan kembali menulis pada kertasnya.
Dengan kesal Sohee meramas pena milik Jongin “untuk pemula sepertimu, harusnya kau memulainya dari yang lebih mudah, seperti E minor, ataupun G..” ucap Sohee, tangannya mencoret tulisan Jongin dan menggantinya dengan miliknya. Sementara Jongin mengangguk-angguk patuh berusaha menahan senyumannya.
“lalu?”
“buat saja sesuai tangga nada yang telah kau buat, lagi pula miss Tae meminta agar membuatnya secara random” Jongin lagi-lagi mengangguk patuh dan menerima pena miliknya yang disodorkan Sohee padanya. Dengan berkonsentrasi lenuh, ia membuat not-not secara acak sebelum memindahkannya pada perkament kuning usangnya.
Dengan tangan yang menyangga kepalanya, Sohee memeperhatkan Jongin yang telah sibuk pada dunianya. Kemudian ia menarik dan menghembuskan nafasnya perlahan, dalam hatinya ia takut, takut jika Jongin mendengar detak jantungnya, takut jika Jongin menyadari suaranya yang bergetar. Matanya menatap Jongin tanpa ada niat untuk berpaling. Apa? Perasaan apa yang ia rasakan ini. Ia tidak tau bagaimana bisa dan kenapa jantungnya berdetak seperti itu? Tangannya yang bebas terangkat menyentuh dadanya, ia kembali menarik nafasnya kasar. Aroma tubuh Jongin yang terkompensasi dengan atmosfir café beserta aroma cake yang manis, serta aroma roti yang baru saja keluar dari pemanggang membuatnya menggeram kecil. “damn it” makinya, membuat Jongin berbalik menatapnya dengan tatapan bertanya.. ia hanya menjawab dengan menggelengkan kepalanya.
“ahhhhh.. akhirnyaaa!!!!!!!!” pekikan Jongin membuat Sohee tersentak dari lamunannya.
“selesai?” Tanya Sohee menutupi kegugupannya. Jongin mengangguk dengan semangat dan mengulurkan tangannya memberikan kertas yang dipenuhi coretan tangannya. Sohee mengamatiya sekilas, lalu tersenyum “good job” ucapnya. Jongin mengangguk-anggukan kepalanya merasa bangga.
“sekarang salin ulang pada perkamentmu..” tambah Sohee dan mengangkat kertas perkament milik Jongin di hadapan wajah Jongin yang cemberut.
Haruskah?” tanyanya. Sohee mengangguk mantap.
“tapi tunggu, judul!” seru Sohee menahan tangan Jongin yang akan menyalinnya pada perkamentnya.
“judul?” Tanya Jongin.
“judul! Tittle…”
“ahhh…” Jongin berpikir sejenak, matanya menatap lurus menembus pada dinding kaca di belakang Sohee, perlahan bibirnya mengembangkan senyum lembut.
“kau bilang kau suka hujan kan?” ujarnya tanpa menatap Sohee. Sohee mengerutkan kedua alisnya seolah bertanya ‘kenapa’.
“kurasa aku tau judul yang pas..” tambah Jongin dan mengangguk ke arah dinding kaca di belakang Sohee membuat Sohee membalikkan tubuhnya mengikuti arah pandang Jongin. Matanya membulat dan bibirnya mengeluarkan pekikan tertahan, ketika ia mendapati titik-titik air pada kaca. Di luar gerimis. Tetesan air dari langit itu mulai membasahi apapun yang ada dia bawahnya, jalanan, kendaraan yang berlalu lalang dan tumbuhan di sekitarnya serta beberapa pejalan kaki berlari mencari tempat berteduh. Sohee tersenyum sebelum berbalik menatap Jongin yang sedang menulis pada perkamentnya. Sohee membacanya dan tersenyum semakin lebar…
Rainy Day.. Kim Jongin Feat Oh Sohee..
***
lohaaaaa, i am back. Maap hanya segini, karrna saya benar2 Harus HIATUS dari dunia per-ff-an. musimnya uts coiii… saya akan terus pake Kris, walopun… ah sudahlah… jiwa saya benar2 teeguncang lohh karna berita itu… udah gitu ajja, harap kalian sabar yah untuk chaPter nextnya.
Eh, btw.. ada yaNG baca ff saya yang series itu? Itulohh yang XOXO THE SERIES ITU? kayanya saya bakal lama lanjutinnya, secara leader kita wuyifan, ya gituu dehhh.. trus yang our story juga HIATUS dlu juga. ada juga WILL OF THE HEART yang udah end. Sayah promosi yahh.. nyahahaha.. saya cuma takut kalian kangen saya… nyhahajajajha…
XOXO
