Confusion
author : kxanoppa (@berty5192) || genre : drama, family, romance, angst || casts : Kris (EXO-M), Luhan (EXO-M), Park Chanyeol (EXO-K), Kim Younghyun (OC) || rating : NC-17 || length : chaptered
A/N : ini hanya fiksi, jangan diambil serius. semua cast EXO milik Tuhan, keluarganya, dan SM ent. sisanya milik saya. ini murni hasil pemikiran saya. walaupun masih jauh dari sempurna tolong dihargai. no bash, no copy. utk kebaikan bersama, tolong perhatikan ratingnya sebelum membaca. akan ada konten dewasa di chapter-chapter tertentu dan konten njelimet mbulet membingungkan yang sulit dimengerti anak-anak XD. jangan lupa bahwa di FF ini Kris dan Chanyeol memerankan tokoh yang sama. big thanks to Jungryu14 buat posternya yang amazing!
Happy reading, semoga suka! Kalo responnya bagus, saya akan kirim lanjutannya J
Trailer here
****
Chapter 10
“Selamat datang kembali ke rumah—,” ucap seorang pria yang ternyata adalah Luhan. “Tuan penipu,” lanjutnya dengan penuh penekanan yang membuat Kris begitu terkejut.
“Luhan?” Kris tidak tahu apa yang harus diucapkannya ketika Luhan bahkan sudah tahu semua tentang identitasnya. Bagaimana bisa pria itu mengetahui semuanya? Siapa Luhan sebenarnya? Pikir Kris.
“Apa nyonya Kim yang memintamu bekerja di perusahaan?” tanya Luhan. Kris berusaha bersikap setenang mungkin dan menjawab, “Haruskah aku mengatakannya? Apapun alasannya apakah itu penting bagimu?”. Luhan terkekeh meremehkan.
“Jangan mengelak lagi, kau brengsek! Apa kalian bersekongkol untuk menjatuhkanku? Kau bahkan memanfaatkan istriku, begitu?” balas Luhan mulai terbawa emosi.
“Memanfaatkan? Aku dan Younghyun saling mencintai. Kami bahkan sudah melakukan hal yang lebih jauh. Kau tidak akan pernah tahu betapa cantiknya ia dengan tubuh polosnya—“
BUGH!
Belum selesai dengan kalimatnya, Luhan sudah melayangkan tinjunya tepat ke wajah Kris, membuat Kris sedikit terhuyung ke belakang. Younghyun yang kelewat panik segera keluar dari mobil dan berteriak.
“Oppa!” pekik Younghyun, berusaha mencegah Luhan untuk melayangkan tinjuan lainnya. Namun belum sempat Younghyun mendekat, Kris sudah bergerak lebih cepat untuk membalas Luhan. Ia meninju pria itu tepat di perutnya hingga membuat Luhan terjungkal dengan mulut yang mengeluarkan darah. “Kris! Hentikan!” pekik Younghyun sekali lagi lalu menghambur ke arah Luhan untuk membantunya bangkit.
“Oppa, gwaenchana?” Luhan yang mengetahui istrinya keluar dari mobil Kris semakin tersulut emosi. Ia menampik kasar tangan Younghyun yang berniat membantunya.
“Jadi—“ Luhan meludahkan darah yang masih tersisa di rongga mulutnya sebelum melanjutkan, “Selama ini kalian berkencan di belakangku?”.
“Tidak! Hentikan, kumohon! Sudah cukup!” pekik Younghyun sambil terisak, berusaha menahan Luhan yang berniat memberikan pukulan lainnya pada Kris. Younghyun memeluk pria itu dari belakang dan mulai menangis. “Jangan sakiti dia, kumohon,” ucap Younghyun lagi yang membuat Luhan mau tidak mau harus mengurungkan niatnya. Ia melepaskan pelukan Younghyun dan menarik paksa tangan gadis itu. Sebelum ia benar-benar meninggalkan tempat itu ia menatap Kris tajam dan mengucapkan beberapa kalimat mengancam, “Jangan berani ganggu istriku. Atau aku akan membunuhmu. Ingat itu,”. Kris hanya mendengarkan dalam diam sambil mengusap darah akibat luka sobek di sudut bibirnya dan tidak benar-benar mempedulikan ucapan itu.
-
Sesampainya di apartemen mereka, mereka sama sekali tidak berbicara satu sama lain. Apartemen itu hening dan sunyi tanpa percakapan di antara penghuninya. Luhan tidak marah atau melakukan apapun yang menyakiti Younghyun. Pria itu hanya diam seakan Younghyun tidak ada di sana dan hal itu tetap membuat Younghyun begitu takut. Luhan duduk terdiam dengan pandangan lurus menghadap televisi namun Younghyun menyadari bagaimana tatapan pria itu yang sama sekali tidak bernyawa. Younghyun memberanikan dirinya untuk berjalan mendekat; menghampiri suaminya.
“Oppa—“ panggil Younghyun takut-takut. Luhan sama sekali tidak merespon hingga Younghyun sudah duduk di sampingnya.
[flashback]
Beberapa saat setelah kepulangan mereka ke apartemen, Luhan merasakan nyeri yang amat sangat di bagian perutnya. Ia tidak mengira bahwa efek pukulan Kris akan begitu berdampak baginya. Ia merasa mual hingga muncul dorongan yang kuat untuk mulai memuntahkan segala isi perutnya—namun yang berhasil ia keluarkan hanyalah darah. Tidak, ia bukan pria yang lemah. Ia memandangi pantulan dirinya di depan cermin wastafel toilet dan ia baru menyadari betapa lemahnya dirinya selama ini. Wajah pucat dan tirus, kantung mata yang menghitam, bibir yang memutih dan tubuh yang menggigil. Dimana Luhan yang dulu? Kini apa lagi yang bisa ia lakukan dengan tubuh ringkih itu? Luhan mencoba memaksakan seulas senyumnya yang justru membuatnya terlihat semakin menyedihkan. Ia menundukkan wajahnya—tak sanggup melihat pantulan itu lebih lama dan tanpa sadar bulir airmata sudah meluncur begitu saja dari pelupuk matanya. Airmata? Tidak ada kata cengeng dan menangis dalam kamus hidupnya selama ini. Tapi apa yang ia lakukan sekarang? Meratapi dirinya yang menyedihkan dan menangisinya? Luhan merasa kalah. Tuhan sudah menunjukkan kuasa dan keadilanNya. Bersalah, lalu di hukum, bukankah begitu seharusnya?
Luhan tertegun saat Younghyun meraih tangannya dan menggenggamnya erat.
“Oppa—mianhae. Aku istri yang buruk. Hanya ceraikan aku,” ucap Younghyun lirih—menahan isakannya yang sangat kentara dari matanya yang sudah berkaca-kaca. Luhan menatap manik mata itu dengan hati teriris; untuk pertama kalinya. Tidak. Aku lah suami yang buruk, bukan kau, Hyun-ah. Itulah yang terucap dalam benaknya namun tak bisa ia ungkapkan karena lidahnya yang terasa kelu.
“Oppa—selama aku sakit, kau selalu ada dan merawatku dengan baik. Gomawo. Sekarang—aku sudah ingat semuanya, dan aku sama sekali tak pernah menyalahkanmu atas semua yang sudah terjadi,” ucap Younghyun lagi dengan genggamannya yang semakin erat. “Aku tahu—kau orang yang baik. Aku—bisa melihatnya,” lanjut Younghyun yang membuat hati Luhan semakin hancur berantakan. Luhan menatap lurus kedua bola mata indah milik gadis itu yang kini sudah digenangi kristal bening yang siap meluncur kapan saja. Luhan berusaha menguatkan dirinya di tengah hantaman sakit kepala yang tiba-tiba kembali menderanya. Dengan airmata yang juga sudah memenuhi kelopaknya, ia berujar dengan lirih; memaksa lidahnya yang terasa kaku untuk mengucapkan satu kata yang selama ini tertahan dalam obsesi dan ambisinya.
“Saranghae,” satu bulir airmata jatuh, seiring terucapnya kata itu dan untuk pertama kalinya Younghyun bisa melihat ketulusan dalam senyum Luhan.
-
PLAK!
Keesokan harinya, nyonya Xi tak kuasa menahan rasa kecewanya karena ketidakhadiran Luhan tanpa kabar pada meeting kemarin. Luhan hanya terdiam menanggapi tamparan keras dari ibunya.
“Darimana saja kau, hah?! Apa yang kau lakukan? Kau membuatku malu di hadapan pejabat perusahaan yang lain!” seru nyonya Xi. “Apa kau begitu terlena dengan semua fasilitas ini? Kau melupakan kesepakatan awal kita?” lanjut nyonya Xi lagi.
“Hentikan,” balas Luhan yang membuat nyonya Xi tercengang. “Mwo?”. “Hentikan semua ini, eomma. Kukira sudah tidak ada lagi yang bisa kita lakukan,” ucap Luhan lagi.
“Apa maksudmu?” nyonya Xi mengerutkan keningnya tak mengerti.
“Nyonya Kim sudah mengetahui semuanya,” jelas Luhan yang membuat nyonya Xi melebarkan kedua matanya dengan mulut setengah terbuka saking terkejutnya. “Dan aku sudah lelah harus bersandiwara setiap harinya. Aku mencintai Younghyun, eomma. Dia istriku, dan akan sangat tidak pantas jika sebagai suaminya aku justru memanfaatkan harta kekayaannya. Sudah cukup aku menyakitinya,” lanjut Luhan lagi dengan wajahnya yang terlihat pucat. Nyonya Xi masih belum bisa mempercayai perkataan putra tirinya itu.Ia tertawa remeh sambil memutar kedua bola matanya sebelum berujar, “Baiklah, sandiwaramu sungguh tak tertandingi. Tapi kau tidak harus bersandiwara di hadapan ibumu sendiri bukan? Berhenti bercanda, Luhan,”. Luhan menatap ibunya dengan serius,
“Aku serius,” ucapnya kemudian mengeluarkan robekan foto hitam-putih dari dalam saku jasnya “Jika kau mau menjelaskan padaku siapa Kris Wu sebenarnya, aku akan mengatakan padamu dimana dia berada saat ini,” lanjut Luhan final. Wajah pucatnya seakan sudah menyatakan betapa lelahnya ia atas segala kemunafikannya selama ini.
-
Nyonya Kim cukup tertegun mengetahui menantunya tiba-tiba datang mencarinya. “Apa yang membawamu kemari sepagi ini, tuan direktur?” tanya nyonya Kim seakan menyindir. “Kau tidak berniat mengundurkan diri kan?” sindirnya lagi. Luhan tidak bergeming. Ia menatap nyonya Kim lurus sebelum mengatakan sesuatu.
“Apa sebenarnya yang kau rencanakan dengan manajer baru itu?” tanya Luhan santai. Nyonya Kim mencerna sejenak pertanyaan itu sebelum akhirnya tertawa. “Park Chanyeol?” balas nyonya Kim. “Kris Wu,” potong Luhan cepat. “Berhenti membodohiku. Siapa dia sebenarnya dan apa hubungannya dengan Younghyun?” tanya Luhan lagi. Nyonya Kim menghentikan tawanya seketika. Ia tidak menyangka Luhan secepat itu dalam mencari tahu.
“Bagaimana kau bisa mengetahuinya?” tanya nyonya Kim.
“Kau bermaksud menjadikannya direktur utama dan menjatuhkanku?” tebakan Luhan lagi-lagi tepat sasaran. Nyonya Kim terdiam untuk sesaat, tak habis pikir dengan pria di hadapannya.
“Tepat sekali. Kau memang sangat cerdik, tuan direktur. Jadi setelah kau mengetahui semua itu, apa yang akan kau lakukan? Menyingkirkannya? Itu mustahil karena Younghyun dan Kris saling mencintai. Kau tidak akan bisa memisahkan mereka begitu saja. Mereka bahkan memiliki begitu banyak kenangan jauh sebelum Younghyun mengenalmu,” jawab nyonya Kim.
“Begitukah?” Luhan hanya tersenyum manis sebelum melanjutkan, “Aku mengerti,” ia berjalan mendekat lalu meletakkan beberapa buku tabungan ke atas meja nyonya Kim, membuat wanita paruh baya itu terheran-heran.
“Itu buku rekening yang ku buat untuk bisa menyabotase aliran dana perusahaan. Aku membuat beberapa akun palsu untuk bisa menggelapkan dana perusahaan,” jelas Luhan. Mendapati respon nyonya Kim yang minim, Luhan kembali menambahkan. “Jangan khawatir. Aku sudah mengembalikan nominalnya seperti semula ketika aku mendapatkannya,”. Luhan berniat berlalu dari ruangan itu, namun sesampainya di depan pintu ia kembali berbalik.
“Sudah kukatakan aku tidak sebodoh itu. Pengakuan ini—kuanggap itu sebagai bentuk toleransiku untuk mengalah. Dan ku kira—aku sudah tidak peduli lagi akan siapa Kris sebenarnya. Karena aku dan Younghyun—seperti yang kau inginkan, nyonya, kami akan segera berpisah,” ucap Luhan final sebelum benar-benar berlalu dari ruangan itu dengan satu senyuman manis penuh arti miliknya.
-
Younghyun kembali tertekan di balik meja kerjanya di ruangan khusus direktur miliknya di perusahaan. Ia kembali memikirkan hasil pemeriksaan dirinya kemarin, dimana dokter yang memeriksanya telah benar-benar menyatakan positif pada kehamilannya. Ia menyibakkan rambutnya kasar dan meremas puncak kepalanya dengan tangan kanannya; seakan frustrasi. Tak lama hingga perutnya serasa di aduk dan membuat dunianya seolah berputar; membuatnya begitu pusing dan mual. Ia segera menghambur keluar ruangan untuk bisa ke toilet tanpa memedulikan sapaan beberapa pegawai dan staf yang berpapasan dengannya.
Tanpa sepengetahuan Younghyun, nyonya Kim yang juga tengah melintas tak jauh darinya melihatnya berjalan tergesa-gesa menuju toilet dengan wajah yang pucat. Hal itu membuat nyonya Kim harus berpikir untuk menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi.
“—Kami akan segera menjadi orangtua. Younghyun tengah mengandung saat ini—“
Ucapan Luhan beberapa waktu yang lalu kembali terlintas di benaknya dan membuat perasaannya semakin tak menentu. Ia membekap mulutnya dengan tangannya sendiri; berusaha menghalau keterkejutannya saat itu. Kini nyonya Kim semakin dilema. Apa yang harus ia lakukan jika putrinya benar tengah mengandung anaknya dengan Luhan?
-
Younghyun telah kembali ke ruangannya ketika sesosok pria tampan sudah menunggunya di sana. “Luhan oppa?” sapaan Younghyun membuat Luhan menoleh dan tersenyum ke arahnya. Senyuman yang dulu begitu ia benci, kini seakan menghipnotisnya dan membuatnya begitu luluh. Senyum Luhan berbeda. Tidak ada lagi kepalsuan di sana dan Younghyun justru merasa tersentuh.
“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Younghyun lagi. Luhan tidak menjawab dan hanya berjalan mendekatinya, lalu memeluknya. Entah bagaimana, Younghyun merasakan pelukan itu tidak lagi begitu posesif melainkan begitu hangat dan menenangkan.
“Aku bosan. Aku ingin kau menemaniku hari ini, kau mau ‘kan?” pinta Luhan. Younghyun terdiam antara heran sekaligus tak mengerti. “Anggap saja ini permintaan terakhirku sebelum perceraian kita,” lanjut Luhan yang membuat Younghyun tertegun. Bukan hal itu yang ingin Younghyun dengar.
-
Kris berdiri di depan pintu ruangan Younghyun yang tidak tertutup rapat dan ia bisa melihat bagaimana Luhan memeluk gadisnya tanpa mendapatkan perlawanan apapun. Bukan berarti Kris tidak percaya pada Younghyun. Ia sangat percaya pada gadisnya dan ia tahu bahwa Younghyun hanya mencintainya. Namun bagaimanapun, Kris akan tetap merasa cemburu ketika ada pria lain yang menyentuhnya. Kris hanya bisa berdiri mematung di depan ruangan itu, hingga ia berniat untuk beranjak dari sana; mengurungkan niat awalnya untuk menemui gadis yang dicintainya.
Di luar sepengetahuan Kris, nyonya Xi yang baru saja keluar dari ruangan staf—yang letaknya tidak jauh dari ruangan Younghyun—tak sengaja melihatnya. Entah bagaimana, nyonya Xi akan selalu tertegun setiap kali bertemu, melihat, ataupun berpapasan dengan pria tinggi itu. Seperti ada sesuatu yang membuat perasaannya begitu aneh dan membuatnya begitu tertarik. Melihat Kris, nyonya Xi seolah diingatkan akan sosok putra kandungnya. Ia merasa ada sesuatu di dalam hatinya yang terus mengusiknya untuk bisa terus mengawasi Kris. Ia sendiri pun tidak bisa menjelaskannya. Mungkinkah nyonya Xi akan segera mengetahui kebenaran akan putra kandungnya?
[TO BE CONTINUED]
