Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Ignorance (Chapter 2)

$
0
0

ignorance part2 posterAuthor: Kim Jong Ra (@dj_Ssal)

Cast : Park Chan Yeol, Byun Baek Hyun, Im Yoon Ji (OC), Im Yoona, Kim Jongdae, Byun Seo Bin (OC)

Genre: Romance, Family, Friendship

Length: Chaptered

Rate: PG-13

Note: ff ini sudah pernah di publish di wp pribadi author à kimjongra.wordpress.com

bagi yang berkenan membaca ff ancur ini, silakan.Jangan lupa tinggalkan komentar yaa J

Kalau kau hanya seekor burung kecil di senja hari, apa yang akan kau lakukan?

“Ya! Sampai kapan kau akan terus seperti itu? Kalau kau tidak pernah mau mengatakannya namja itu tidak akan mengerti, bodoh! Bagaimana kalau tidak ada kesempatan lagi untukmu…”

“… dia hanya pergi selama tujuh bulan…”

Ia merasakan kepalanya berdenyut. Selama beberapa hari ini, kata-kata itu masih terngiang di telinganya. Kata-kata yang dilontarkan seseorang padanya ketika orang itu mendapatinya hanya berdiri mematung menatap punggung seorang namja jangkung yang berjalan menjauh dengan koper-koper besar di tangannya. Dan dia sendiri tidak yakin apakah ia masih bisa menatap punggung itu.

Kau benar, Baekhyun-ah, aku memang bodoh. Tapi waktu yang ‘hanya’ tujuh bulan itu… mungkin itu bukan apa-apa bagimu, tapi bagiku itu adalah waktuku yang paling berharga. Dan aku rasa aku telah kehilangan satu kebahagiaanku di waktuku ini.

Ia membanting tubuhnya ke atas kasur, kemudian memejamkan mata sipitnya.

Masihkah ada satu lagi kesempatan untukku? Tidak, bukan untuk memilikinya!Tapi untuk mendengar suara beratnya yang selalu meramaikan hariku. Untuk menatap matanya yang selalu menampakkan binar keceriaan. Untuk melihat senyum innocent dengan deretan gigi-gigi putihnya yang selalu ia pamerkan.

Matanya mulai menghangat, detik berikutnya air matanya mengalir keluar dari sudut-sudut matanya. Tapi kemudian suara ketukan tiba-tiba dari pintu kamarnya membuatnya cepat-cepat menghapus anak sungai di pipinya.

“Yoonji-ya? Apakah kau sudah tertidur? Kau belum makan malam, kan?” Suara lembut milik seorang yeoja terdengar dari balik pintu. Buru-buru ia bangkit lalu berjalan menghampiri pintu dan meraih kenopnya.

Pintu terbuka. Seorang yeoja dengan rambut kucir kudanya yang agak berantakan tampak tersenyum, berusaha menutupi wajah lelahnya. Namun, lingkar hitam di sekitar mata cantiknya mengatakan bahwa ia kurang istirahat. Meski begitu kecantikan naturalnya tidak bisa tertutupi.

Eonni? Sudah pulang?” Yoonji mengucek-ucek matanya, berpura-pura bangun tidur.

“Ah, ne. Maaf eonni terlambat. Hari ini pesanan banyak, jadi eonni harus membantu Han ahjumma membuat pesanan-pesanan itu,” tutur yeoja tersebut yang ternyata adalah Yoona, kakak Yoonji.

Yoonji merasakan sesak di dadanya melihat keadaan eonninya yang, bisa dibilang, menyedihkan. Tapi ia masih belum tahu apa yang harus ia perbuat, meski ia tahu yang membuat kakaknya seperti itu adalah dirinya sendiri. Oh tidak, kedua orangtuanya juga ikut andil dalam perubahan kondisi mereka. Ah, tapi ia juga tidak bisa menyalahkan siapapun. Tidak ada yang menginginkan hal itu terjadi.

“Kau pasti sangat lapar. Ini, tadi Han ahjumma memberikan ini pada eonni. Ayo kita makan!” ujar yeoja itu lagi sembari mengangkat plastik berisi makanan karena tidak mendapat respon dari adiknya – yang ia kira masih mengantuk itu.

Yoonji memaksakan senyumnya.Iakemudianmenggelendotmanja di lengankakaknya.

Eonni… eonnipastisangatlelah.Istirahatlahdulu, akuakanmembuatkanminumanhangatuntukeonni.”Tanpapersetujuankakaknya, ialangsungmenyeretYoonakeruangtengah.

­

Baekhyunberjalancepatmengejarlangkahyeoja di depannya yang masihjugatidakmauberhentimeskiiasudahmemanggil-manggilnamanya.

“Yoonji-ya!”

AkhirnyalangkahyeojaitutertahansetelahBaekhyunberhasilmeraihtangannyadanmenariknyapaksasehinggawajahmerekasalingberhadapan.

Ya!Neo micheosseo?!Apa kau benar-benar akan melakukannya?”

“Waeyo? Itu urusanku!” Jawaban datar Yoonji membuat Baekhyun mendecak sebal.

“Setidaknya kau bisa menceritakan apa masalahmu padaku. Tidak seperti ini!”

“Sudah kubilang itu bukan urusanmu, Byun Baekhyun.” Kali ini Baekhyun mendengus.

Jinjja! Lalu kau anggap aku ini apa, hah? Bahkan kau tidak mau menceritakan alasanmu melakukan ini pada sahabatmu sendiri.”

Yoonji menatap namja di hadapannya kemudian menghembuskan nafas berat. “Aku hanya bosan kuliah. Itu saja.” Ia lantas berbalik dan kembali melangkah.

Maldo andwae.” Baekhyun kembali mengikutinya dari belakang. “Aku sangat paham kau ingin menjadi arsitek yang hebat. Apakah kau sudah melupakan mimpimu itu, hah?”

Kalimat Baekhyun membuatnya menghentikan langkah secara tiba-tiba.

Ani, tidak mungkin aku melupakannya. Tapi… “Itu sudah tidak ada artinya lagi untukku.”

Tentu saja jawaban itu membuat Baekhyun terkejut. Bagaimana tidak, ia ingat betul saat mereka masih mengenakan seragam SMP, yeoja itu sering sekali berkoar-koar tentang appanya yang seorang arsitek hebat dan ia ingin sekali bisa sepertinya. Terlebih saat ayahnya meninggalkan ia dan kakaknya tujuh tahun yang lalu. Ia bilang ia akan menunjukkan pada ayahnya bahwa ia bahkan bisa lebih hebat darinya.

Tapi sekarang? Bagaimana bisa ia mengatakan hal seperti itu setelah usahanya selama ini hingga ia dapat diterima di jurusan arsitektur di Universitas favorit yang ia impikan? Tidak mungkin hanya ‘bosan kuliah’ yang menjadi alasannya. Pasti ada masalah serius yang yeoja itu sembunyikan.

Malhaejwo! Mungkin aku bisa membantu.” Baekhyun masih saja mendesak Yoonji. Yeoja itu mendengus sambil tersenyum sinis. Ia lantas menoleh ke arah namja bernama Baekhyun itu berdiri.

”Apa lagi yang perlu aku ceritakan? Sudah kubilang aku sudah bosan kuliah.”

“Ck! Aku sudah sangat mengenalmu. Jangan kau pikir kau bisa menyembunyikan sesuatu dariku,” Baekhyun sedikit meninggikan suaranya karena gemas dengan sikap yeoja keras kepala itu.

Ternyata teriakan Baekhyun mampu membuat yeoja itu sempurna berbalik badan menghadapnya. Yeoja itu menatapnya dingin.

“Hidup ini pilihan, Tuan Byun. Dan terkadang pilihan itu bukan antara baik atau buruk, melainkan antara baik atau lebih baik. Hanya bagaimana kau bisa memprioritaskannya.” Yoonji terdiam sebentar, mengambil jeda untuk kalimat berikutnya. “Kalau kau hanya seekor burung kecil di senja hari, apa yang akan kau lakukan? Tidak ada, selain memilih berada di sisi orang yang kau cintai sampai matahari benar-benar terbenam.”

Yoonji berbalik meninggalkan Baekhyun yang berdiri mematung menatap kepergiannya. Namja itu masih mencerna kata-kata Yoonji barusan karena ia tidak mengerti apa yang dibicarakan yeoja tersebut.

”Yoonji? Kau sudah pulang?” Seorang yeoja berparas cantik terkejut melihat sosok adiknya yang baru saja memasuki rumah. Yeoja yang ia panggil ‘Yoonji’ itu hanya menunjukkan cengirannya. Dahinya mengernyit, heran karena tengah hari begini adiknya sudah pulang dari kampus. Tapi kemudian benda yang dibawa Yoonji lebih menarik perhatiannya. “Apa yang kau bawa?”

“Eh?” Yoonji mengangkat barang yang dibawanya. “Ah, ini gitar.” Jawabnya terdengar polos membuat Yoona tertawa geli.

“Tentu saja aku tahu. Maksudku, kenapa kau membawa barang seperti itu? Milik siapa?” tanyanya lagi mengingat adiknya itu tidak bisa memainkan gitar.

“Oh, aku baru saja membelinya. Ini… untuk hadiah ulang tahun Chanyeol,” jawab Yoonji jujur. Tapi kemudian ia menangkap tatapan menyelidik kakaknya pada gitar yang ditentengnya. “Ah, aku membelinya dengan sisihan uang sakuku yang aku kumpulkan, jinjja,” jelasnya sambil mengangkat jari tengah dan telunjuknya.

Yoona menangguk-angguk kecil. Tapi kemudian ia bertanya lagi setelah menyadari sesuatu, “Chanyeol? Bukankah ia sedang ke Jepang untuk pertukaran pelajar? Dan… seingatku ulang tahunnya masih lama.”

Eoh, masih lima bulan lagi. Tapi… aku hanya takut aku tidak punya kesempatan untuk membelinya jika tidak sekarang.”

Yoona terkesiap mendengar jawaban yeoja yang lebih muda tiga tahun darinya itu. Meskipun ia tidak tahu pasti apa yang dimaksud adiknya, tapi ia merasa ada arti tersirat pada ucapannya.

Tidak. Dia tidak mengetahuinya, kan? Jangan sampai, kumohon. Tanpa ia sadari, ia menggelengkan kepalanya.

Eonni? Waeyo?” tanya Yoonji heran

“Ah, tidak. Err… kau sudah selesai kuliah?” Yoona mengalihkan pembicaraan. Ditanya begitu, Yoonji menggigit bibir bawahnya.

“Eum.. Aku…” Yoona mengangkat kedua alisnya, menunggu kelanjutan kalimat adiknya. Yang ditatap menghela nafas berat sebelum akhirnya melanjutkan kalimatnya, “aku keluar.”

Singkat. Padat. Tapi jawaban itu mampu membuat Yoona melotot tak percaya. “A… apa maksudmu?”

“Aku sudah mengurus surat-surat pengunduran diri,” Yoonji menjawab seolah tanpa beban sedangkan Yoona masih melotot tak percaya. Bagaimana mungkin adik satu-satunya itu dengan mudahnya mengatakan hal seperti itu sedangkan selama ini ia sudah bersusah payah mencari uang untuk biaya kuliah Yoonji. Sampai ia sendiri rela melepaskan mimpinya melanjutkan studi di sekolah desain ternama. Semua itu demi mimpi besar Yoonji. Mimpi Yoonji untuk menjadi seorang arsitek hebat seperti ayah mereka ketika ayah mereka masih bersama mereka. Ya, seperti mendiang ayahnya.

Yoona masih mencoba menanggapinya dengan sabar. “Yoonji-ya, apa maksud kau melakukannya? Masih ingatkah perkataanmu saat hari itu? Perkataanmu di depan nisan appa?”

Yoonji menghembuskan nafas panjang. “Keureom”

“Lalu apa maksudmu? Eonni sudah mencari pekerjaan tambahan untuk menanggung biaya___”

“Itu tidak ada gunanya bagiku!” potong Yoonji cepat membuat kakaknya itu reflek melayangkan tangan kanannya ke pipi Yoonji.

Yoonji tersentak. Tangannya bergetar memegangi pipi kirinya yang memerah. Matanya memanas kemudian pandangannya mulai sedikit kabur karena cairan bening yang membendung di pelupuknya. Ia merasakan sakit. Tidak, bukan sakit di pipinya melainkan sakit di hatinya. Bukan juga akibat tamparan yeoja di hadapannya. Entah, dadanya mulai sesak ketika melihat air mata yang mengalir keluar dari mata beningeonni-nya.

Yoona, dengan wajah tegangnya yang berusaha ia tutupi dengan sedikit bersikap dingin meski air mata mengalir di pipinya, menatap adiknya dalam.

“Lalu apa maumu?” ia mengulang pertanyaanya.

Dengan suara bergetar, Yoonji menjawab, “jinjja, aku tidak butuh itu semua. Aku lelah melihat eonni yang selalu bangun pagi-pagi kemudian pergi hingga siang. Lalu sore hari eonni pergi lagi hingga malam, bahkan tak jarang hingga dini hari. Aku lelah melihat eonni yang terus bekerja seharian seperti itu! Bahkan eonni sampai tidak memikirkan diri sendiri. Sudahlah, aku sudah tidak kuliah lagi jadi eonni tidak perlu bekerja berlebihan seperti itu! Dan juga…” Yoonji mengambil jeda untuk kalimat berikutnya. Diambilnya nafas dalam untuk memenuhi rongga paru-parunya yang terasa terbakar.

“Aku tidak butuh kemoterapi bodoh itu!”

Spontan kata-kata Yoonji membuat Yoona ternganga. Ia terkejut karena ternyata adiknya mengetahui soal penyakitnya yang selama ini sengaja ia sembunyikan dari Yoonji agar adik satu-satunya itu tidak kehilangan semangat untuk terus mengejar mimpinya. Tapi sekarang… Entah dari mana, ia sudah mengetahuinya.

Eonni, jangan buang-buang uang eonni untuk hal bodoh seperti itu! Itu tidak akan menyembuhkan penyakitku. Malah akan membuatku semakin tersiksa. Tersiksa karena aku harus merasakan sakit lebih lama, tersiksa karena setiap hari harus melihat wajah eonni yang kelelahan karena aku.” Yoonji mulai sesenggukan.

Jinjja eonni, aku tidak butuh itu semua. Aku hanya butuh eonni selalu di sisiku, di waktuku yang sudah di senja hari ini.”

Yoona tercekat. Mendadak dadanya terasa semakin sesak. Hatinya perih seolah sebuah belati sedang menyayatnya. Tapi ia masih termangu di tempatnya berdiri. Ingin rasanya saat itu juga ia menarik adiknya itu ke dalam pelukannya. Tapi entah kenapa perintah hatinya itu tidak ditanggapi dengan baik oleh raganya. Ia hanya bisa diam mematung.

Mianhae, eonni… aku hanya merepotkanmu dan membuatmu seperti ini. Dan… aku akan segera mengatakan permintaan maafku pada appa karena aku tidak bisa menepati janjiku.”

Yoonji membalik badannya karena tidak tahan melihat wajah sedih kakaknya. Ia berjalan menuju kamarnya. Namun, tepat di depan pintu kamarnya, ia berheti sejenak. Dengan suara lirih ia berucap, “Gomawo, eonni.” Lantas ia memasuki kamarnya.

Sementara itu Yoona merasakan kakinya melemas. Ia jatuh terduduk. Kepalanya tertunduk membuat air matanya yang semakin menderas jatuh di atas dress merah mudanya yang tengah ia remas.

Seorang namja membelalakkan mata ketika es krim cone yang tengah ia pegang sudah melumuri kaos putih milik seseorang yang tiba-tiba muncul di tikungan korior menuju apartemennyadengan terburu-buru.

“Oh, gomen___” namja itu membungkukkan tubuh jangkungnya. Namun sebelum kalimatnya selesai, ia langsung mengatupkan mulut begitu tatapannya bersirobok dengan tatapan tajam milik si pemuda yang ditabraknya lebih tepatnya menabraknya.

Pemuda itu lantas berlalu dengan umpatan dalam bahasa asing yang meluncur dari mulutnya tanpa mempedulikan permintaan maaf namja jangkung tersebut.

M… mwo?! Ya, bukankah ia yang menabrakku?! Kenapa ia yang megomel seperti itu?! dan… ah, baiklah, aku telah mengotori bajunya dengan es krimku ini. Tapi… aku jadi tidak bisa menikmati es krim ini. Padahal, eomeo~ saat ini cuaca sangat panas dan aku harus mendinginkan kerongkonganku yang___”

“Sudahlah, Yeol.” Seorang namja yang dari tadi hanya diam melihat kecelakaan kecil barusan menepuk bahu kawannya itu. “Lebih baik kau dinginkan kepalamu saja daripada mengurusi orang seperti itu.” Namjaitu kemudian melangkah mendahului Chanyeol.

“Ah, geurae,” katanya sembari menyusul langkah namja yang tidak lebih tinggi darinya itu. “Tapi kenapa sejak awal ia selalu bersikap seperti itu padaku? Aku rasa aku tidak melakukan kesalahan apapun padanya kecuali… Ah, tidak, itu bukan kesalahan. Aku ha___”

“Tunggu!”

Ucapan namja bermarga Park itu terhenti karena namja yang melangkah di depannya itu berbalik badan.

“Sejak awal, katamu?”

Chanyeol mengangguk.

“Apakah maksudmu setelah kau mengalahkannya dalam pertandingan basket___”

“Tidak, Jong, itu bukan pertandingan. Itu hanya permainan,” ralatnya cepat.

Pemuda yang disebut ‘Jong’ itu mendengus. “Sama saja, bodoh!”

“Tentu saja berbeda, tolol! Kalau permainan, itu hanya___”

“Ah, kurasa kau benar, Yeol. Cuaca panas ini membuat kerongkonganku kering. Aku ingin minum.” Namja bernama lengkap Kim Jongdae itu kembali memotong ucapan Chanyeol sebelum namja tiang listrik itu meneruskan ocehannya yang tidak akan ada ujungnya. Ia melanjutkan langkahya menuju apartemen mereka.

Ya! Aku belum selesai bicara!” teriak Chanyeol tanpa mengikuti langkah Jongdae.

Ia terdiam di tempatnya, memikirkan sesuatu. Ia rasa ada yang ganjil.

Hey, bukankah apartemen namja China itu berlawanan arah dengan apartemenku? Untuk apa ia kemari? Dan gelagatnya itu seperti terburu-buru.

Ya, Chanyeol-ah! Sudahlah, berhenti memikirkan namja China itu! Kau pikir dia juga memikirkanmu, hah?”

Chanyeol menoleh terkejut mendengar seruan Jongdae. Namja Kim itu sudah berdiri di depan pintu apartemen mereka.

Ya! Bagaimana kau mengetahuinya? Kau membaca pikiranku? Kau ini apa, hah? Cenayang?”

Jongdae memutar bola matanya. Jelas-jelas kau menggumamkannya, bodoh!

”… dan ternyata dia memang kapten basket yang hebat. Sulit sekali terkalahkan. Wajar saja kalau dia terlalu ambisius begitu. Ah, lihatlah ini, Yeol__” Jongdae yang baru saja bangkit dan berniat memperlihatkan halaman tabloid yang ia pegang langsung menghentikan misinya melihat teman satu apartemennya itu memelototi layar laptop dengan dahi berkerut dan tanpa berkedip.

“Yeol, kau dengar aku?”

Detik berikutnya teriakan frustasi namjapenyandang nama Park Chanyeol itu merambah seantero apartemen nomor 207. Tidak ketinggalan adegan mengacak-acak rambut juga ia lakukan. Tapi itu tidak berlangsung lama karena Jongdae yang berpikir gendang telinganya akan pecah seketika itu juga langsung menghentikan aksi Chanyeol dengan mendaratkan gulungan tabloidnya ke kepala namja itu.

Ya! Apa-apaan kau memukul kepalaku seperti itu?!”

“Apa-apaan kau berteriak-teriak seperti itu?! kau pikir ini kebun binatang, hah?”

“Jadi kau pikir aku ini binatang, hah?”

Jongdae baru membuka mulutnya dan siap meluncurkan serangan baliknya sampai ia tersadar. Jongdae bodoh! Kalau kau terus menanggapinya, sampai besok pagi pun tidak akan selesai!

“Ehm, museun ilisseo?” tanya Jongdae dengan nada yang tiba-tiba melunak.

Namja berisik itu mendesah panjang. Teringat kembali sesuatu yang baru saja menimpanya. “Emailku tidak bisa dibuka,” jawabnya dengan wajah lesu.

Mwo?!Kau yakin tidak lupa passwordnya?”

“Tentu saja tidak. Hah~ bagaimana ini? Padahal hari ini Baekhyun berulang tahun dan aku belum memberinya ucapan selamat.Aku juga belum memberikan kabar apapun padanya dan juga pada Yoonji.”Namja itu menempelkan pipinya ke permukaan meja yang menumpu kedua tangannya seolah kehilangan daya.Dan pemandangan itu berhasil membuat namja bernama Jongdae itu merasa iba.

Jongdae menepu-nepuk bahu Chanyeol dengan penuh simpati.“Kau bisa gunakan emailku, Yeol.”

Ternyata tawaran mulia Jongdae tidak mengubah wajah muram Chanyeol menjadi cerah.“Terimakasih atas kebaikan hatimu, Jong. Seandainya saja aku hafal alamat email mereka.”

Kali ini Jongdae menepuk dahinya. “Oh~ apakah tidak ada cara lain untuk menghubungi mereka? Akun weibomu__”

“Aku lupa passwordnya.”

“Kalau begitu ponsel__”

“Hah~ kau lupa?Ponselku menghilang setelah permainan basket itu.”

Tidak biasanya Jongdae tidak melancarkan protesnya ketika perkataannya diputus begitu saja, terlebih oleh namja Park itu.Ia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan menetap namja itu, masih dengan mimik simpati.

“Kasihan sekali kau Park Chan__” Kali ini bukan karena Chanyeol yang memotong perkataannya melainkan karena ia tersadar akan suatu hal.

Chamkanman,” ujarnya lirih dengan mimic serius. “kau bilang ponselmu hilang setelah pertandingan basket itu?”

“Permainan,” ralat Chanyeol sembari menegakkan kepalanya.“Bukankah kau juga ada di sana?”

Jongdae tak menghiraukan pertanyaan retoris Chanyeol.Ia malah mengelus dagunya yang belah itu dengan jari-jari tangan kanannya. Tangan kirinya yang bersedekap menumpu siku tangan kanannya.Dahinya berkerut bak seorang presiden yang sedang memikirkan negaranya.Mulutnya sibuk berkomat-kamit menggumam tak jelas.Hal itu membuat Chanyeol ikut mengerutkan keningnya.

Ya!Tampangmu jelek sekali.Apa yang kau pikirkan?

Jongdae masih bertahan dengan posenya itu seolah tidak mendengar pertanyaan yang dilontarkanChanyeol.Merasa tak dihiraukan, Chanyeol melempar bantal kecil berebentuk tulang yang sejak tadi menemaninya ke kepala Jongdae.

Mwoya?!”

“Apa telingamu itu hanya untuk pajangan, hah?”

“Kau ini berisik sekali.Aku sedang berpikir!”

Na ara!Kau pikir apa yang kutanyakan?”

“Yeol-ah…” Jongdae menatap teman satu apartemennya itu serius, “laptopmu tadi panas sebelum kau gunakan.”

Eoh?Apakah itu pertanyaan?”

“Park Chanyeol, berhati-hatilah!Sepertinya kau dalam behaya.”

Ya! Hentikan gaya sok tahumu itu! Kau ini berlebihan.”Chanyeol mulai risih dengan sikap Jongdae yang tiba-tiba menjadi seperti itu. Bahkan ingin rasanya ia melemparkan kursi yang ia duduki ke wajah Jongdae demi menghentikan tingkah kawannya itu.

“Terserah saja.Aku hanya mengingatkan,” ujar jongdae sambil mengangkat bahu.

“Aish~” namja Park itu mengacak-acak rambut coklatnya.“Kau ini benar-benar cenayang, hah?”

Sang dewi malam menampakkan senyum indahnya di malam akhir musim semi, menyapa seluruh penghuni kota Seoul. Tak terkecuali dengan orang-orang yang tengah merayakan sebuah pesta di suatu rumah besar nan mewah di kota itu.lampu-lampu hias yang tergantung, meja-meja yang dipenuhi hidangan kelas elit serta kursi-kursi yang mengelilinginya, orang-orang dengan kostum yang tentu saja berlabel merk ternama, juga sebuah panggung yang didesain sedemikian apik.

Malam itu adalah hari perayaan ulang tahun seorang namja, anak dari pemilik perusahaan tekstil ternama.Dan tentu saja semua orang tengah memasang tampang ceria.

Oh, tapi sepertinya itu tidak berlaku bagi seorang namja berblazer hitam yang duduk menjauh dari keramaian. Ia tampak memasang wajah jengah sambil sesekali melirik Rolex silveryang melingkar di pergelangan tangan kanannya dan berkali-kali mengecek smartphone miliknya. Dialah Byun Baekhyun, namja yang sedang berulang tahun tersebut. Tapi… ada apa dengannya?

”Ck! Aaarrgh!”Namja tampan itu mengacak-acak rambutnya frustasi setelah setelah ke sekian kalinya ia menengok gadget yang dipegangnya.

Jinjja, mereka semua melupakanku!Yoonji bahkan tidak menjawab telepon dan SMS-ku.Chanyeol? Ah, apalagi si tiang listrik itu. Dia bahan tidak mengirimkan satu email pun hingga detik ini.Apa-apaan kalian ini?! Haaah~”

Namja itu akhirnya beranjak dari tempatnya duduk dan berniat meninggalkan pesta yang menurutnya tidak ada artinya itu. Entah ke mana ia akan pergi, ia sendiri belum tahu. Yang jelas ia ingin segera pergi dari tempat menjemukan itu. Ia memutuskan untuk pergi lewat pintu belakang agar orang-orang tidak melihatnya.

Tapi belum sampai di pintu belakang ia menghentikan langkahnya. Ia mendengar suara dua orang yeoja yang sangat dikenalnya. Sepertinya ada sedikit keributan.

Eomma jebal…” suara yeoja itu memelas.Tapi sepertinya lebih terdengar menahan sesuatu.

Andwae!Sudah eomma bilang, seorang wanita tidak baik keluar malam sendirian. Ini sudah hampir tengah malam, Seobin-ah.” Jawab yeoja lainnya yang tak lain adalah ibu dari yeoja pertama.

“Ah, eomma… kalau begitu aku minta antar appa atau oppa.”

“Aish~ andwae, andwae!Appa-mu sibuk. Tidak mungkin kau mau meminta oppa-mu mengantar, kan? Apa kau ingin merusak perayaan ulang tahunnya?”

Museun ilisseo?”Suara seorang namja membuat gadis berumur delapan belas tahun yang sudah siap meluncurkan bujukannya itu menghentikan aksinya.Keduanya menoleh pada namja itu.

”Baekhyun-ah?Kenapa kau di sini?”

Namja itu tidak menjawab pertanyaan itu, malah menoleh pada adiknya.“Waeyo?”

Oppa…”Mata yeoja itu nampak berkaca-kaca.Iamenatap dalam kakaknya, seperti sedang berusaha memohon dengan tatapannya. “bagaimana perasaaanmu jika orang yang kau sayangi saat ini sedang dalam kondisi kritis dan dirawat di rumah sakit? Apa yang akan kau lakukan?”

Baekhyun yang mengerti arah pembicaraan adiknya langsung berjalan mendekatinya dan bertanya, “Jongin?Apa yang terjadi dengan namja-mu itu?”

“Baru saja aku mendapat kabar dari noona Jongin oppa, dia mengalami kecelakaan dalam perjalanan pulang ke rumah,” terang yeoja yang parasnya sangat mirip dengan Baekhyun itu.Air matanya mulai mengalir ke pipinya.Ia buru-buru menghapusnya.

Baekhyun mengangguk-angguk mengerti.“Aratta. Aku akan mengantarmu ke rumah sakit.” Ia meraih lengan adiknya dan membawanya keluar lewat pintu belakang. Ia tidak mempedulikan teriakan eomma-nya yang melarang mereka pergi.

Gwaenchanha, eomma. Acara tetap akan berjalan baik tanpa aku,” ujarnya sambil tetap melangkah tanpa menoleh pada ibunya yang memanggil-manggil nama kedua kakak-beradik itu.

Baekhyun berjalan mondar-mandir di koridor depan kamar yang bertuliskan “Kim Jongin” pada kolom nama pasien di papan putih yang terpampang di pintunya. Kepalanya tertunduk. Berkali-kali ia menghembuskan nafas keras. Entah kenapa seperti ada sesuatu yang mengusiknya sejak ia memasuki rumah sakit itu. Perasaannya tidak tenang.

Ia baru saja akan mengeluarkan ponsel dari saku blazernya ketika seorang yeoja berparas cantik dengan rambut wavy-nya yang panjang tergerai keluar dari sebuah ruangan yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Yeoja itu melintasinya dengan kepala sedikit tertunduk. Tapi ia dapat melihat wajahnya dengan matanya yang sembab itu. Ia hanya menatap kepergian yeoja itu sambil bertanya-tanya. Beberapa saat kemudian, ia membelalakkan mata.

“Ja… jangan bilang…”

Ia menoleh pada pintu tempat yeoja tadi keluar. Mata sipitnya semakin menyipit melihat papan yang terpampang di pintu ruangan tersebut.Ia menelan ludah. Pelan-pelan ia berjalan mendekati pintu itu. Dibacanya lagi papan putih persegi itu, berharap ia salah baca.

Namun, tulisan itu tidak berubah.Baekhyun mendesah pelan. Ragu-ragu ia meraih kenop pintu dan memutarnya perlahan. Ia melangkah masuk. Dan pemandangan yang dilihatnya adalah seorang yeojayang terbaring lemah di atas ranjang.

Ia berjalan mendekat. Kini tampak jelas wajah pucat yeoja itu.Di atas bibir tipisnya yang kering melintang selang hijau transparan.Tidak kurang selang infus yang menancap di tangan kirinya juga seolah ingin menjelaskan kabar buruk yang menimpayeoja tersebut.

Entah sadar atau tidak, tangan kanan Baekhyun naik menyentuh punggung tangan si yeoja.Ia terhenyak mendapati suhu yang sangat tinggi pada tangan kurus tersebut. Tangannya kemudian berpindah meraba kening yang sedikit tertutupi rambut hitam lurusnya.

Demamnya sangat tinggi.

Baekhyun menatap lekat wajah pucat milik si yeoja.Ia merasa heran. Bagaimana bisa yeoja hiperaktif dan banyak omong ini bisa terbaring lemah seperti ini? Seingatnya yeoja yang sudah sangat ia kenal ini jarang sekali dibuat tak berdaya oleh parasit berbentuk bakteri, virus, atau apapun itu.Yah, terkecuali akhir-akhir ini yeoja bermarga Im ini sering terbatuk. Tapi ia pikir itu bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan.

Sepertinya kau menyembunyikan banyak hal dariku.

Baekhyun menghela nafas panjang.Tangannya kembali meraih sebelah tangan si yeoja yang tidak tertancap infus.Digenggamnya tangan kurus itu.Ia menatap sendu yeoja tersebut.

Namja itu terdiam, cukup lama.Sepertinya ada sesuatu yang mengusik pikirannya. Atau mungkin seseorang…

Tiba-tiba ia berdecak, seperti baru menyadari kebodohannya. Kemudian merutuk dalam hati.Sepertinya otaknya hari ini sedang tidak bisa berpikir jernih.Ia lantas mengambil ponsel dari saku blazernya dan mencoba mengontak salah satu nomor.

Namja itu menempelkan ponselnya ke telinga.Ia memejamkan mata sembari menggigit bibir bawahnya.

Tuut… tuuut…

Nada sambung mulai terdengar. Wajahnya nampak semakin gusar, berharap suara berat yang sudah lama tidak ia dengar itu segera menyambutnya.

Yoboseyo?”

Baekhyun terdiam.Suara berat itu terdengar sangat datar dan… asing.

Yoboseyo?” ulang namja seberang dengan maasih dengan suara dinginnya.

“Yeol-ah?” suara Baekhyun terdengar curiga.

Namja di seberang telepon itu mendengus sinis.“Kau ingin berbicara dengan temanmu itu?”

Tadaaa~ akhirnya chapter 2 ini selesai diketik \^O^/ ya meskipun ini mungkin ngga kalah ancurnya sama chapter pertama, tapi pliis banget buat readers, bisa kan ninggalin komen di bawah? Thanks for reading and comment^^ (dan tunggu chapter selanjutnya :D)



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles