Subtitle : Cherry-blossom
Author : ryuzaki (babytaeminny-@ed_ryuzaki15)
Cast : (EXO-K) Sehun – Nattasha Kinara
Support Cast : Deanndra Khamai – (Infinite) Myung-soo/L – etc.
Genre : School-life, Friendship, Romance
Rating : PG
Length : Series
Credit Poster , by Haruru98 – http://cafeposterart.wordpress.com
Kinara’s cover, by (AKB48) Yuki Kashiwagi.
Warning : NO silent reader and Plagiarize please. DO NOT take ideas/plagiarize, dialogues and others from this story.
-
“Bunga sakura itu kuat, lembut dan keren. Bunga lambang keadilan.”
[Chapter 3]
“Ada seseorang yang menunggumu diluar”
Kinara berhenti sejenak. Ia menaruh sandwich yang ia makan di piring. Ia mulai bertanya pada dirinya
sendiri. Memangnya aku punya janji dengan seseorang?. Tak lama ia mulai penasaran, daripada ia terus bergulat dengan batinnya lebih baik ia mebuktikannya. Siapa yang menunggunya diluar itu. Supaya rasa penasarannya itu terobati.
Jarinya yang lentik membuka gorden jendela ruang tamu. Matanya dengan jeli menatap keluar, sesaat ia sadar ternyata Deanndra yang menunggunya. Ia menyunggingkan senyumnya, ini pertama kalinya ia berangkat bersama sahabatnya. Memang dari dulu Kinara sangat mengimpikan itu, tapi tak pernah terwujud. Dikarenakan sahabatnya itu selalu diantar oleh ayahnya menggunakan kendaraan pribadinya—mobil.
“eonni, kalau ada telpon dari kak Felis jangan lupa aku kirim salam gitu…”
Yoona yang sedang sibuk menyikat giginya terhenti. “Iya, kalau aku tidak lupa”. Kemudian ia tertawa kecil.
“Ish .. eonni~ Menyebalkan, deh!” katanya sambil mengerucutkan bibirnya. Dengan hentakan kaki yang sengaja ia keraskan, tiba-tiba saja ia melihat secarik kertas kecil yang tergeletak di meja ruang tamunya. “Apa ini?” Ia membolak-balikan kertas itu dan disana tertulis sebuah pesan.
Peanut butter dan blueberry jam persediaan kita habis. Pulang sekolah, jangan lupa beli di supermarket sana. Pakai uang kamu saja dulu.
“Haahh… kenapa harus aku?”
-
Hari ini Kinara benar-benar menikmati hari yang menyenangkan ini. Ditambah matahari yang bersinar cukup terang di pagi yang indah ini. Tapi kali ini ia tidak membawa sepedanya karena..
“Dean, kau tahu? aku kira kau membawa sepeda?”
“aisshh…” Deanndra berjalan mendahuluinya. “Rantai sepedaku belum ku perbaiki, so kita jalan kaki saja okay?” katanya sambil mengedipkan matanya.
“ahh.. terserah kau sajalah.” Kinara mengalihkan pandangannya kearah lain. Ia benar-benar kesal dengan sahabatnya kali ini. Padahal ia sudah gembira sambil membawa sepedanya keluar, tapi ia kecewa karena Deanndra tidak membawa sepedanya. Kalau ia tidak berangkat dengan Deanndra mungkin, ia bisa membawa sepeda kesayangannya itu.
“Kinara~” panggil Deanndra. “ Jangan marah…” ia menautkan kedua telunjuknya. “Kalau kamu marah aku sedih ..”
Kinara menoleh. “memangnya aku peduli..” ia meleletkan lidahnya. Kemudian pergi berlari meninggalkan sahabatnya itu sendirian.
“Ya! Kinara benar-benar ya, kau ini…”
Brak!
Kinara mengehentikan larinya. Di sebrang ia melihat seorang anak laki-laki dengan brutal, mengendarai sepedanya sampai-sampai kardus yang berada di samping trotoar ia tabrak. Benar-benar anak nakal!
Bugh!
“awww…” Kinara meringis kesakitan. “Ishhh… Dean.. kalau jalan hati-hati dong, lihat yang ada di depanmu” katanya kesal sambil mengelus-elus bahunya itu.
Deanndra mengerucutkan bibirnya. “Kau menyalahkanku?” katanya menantang. “Lagian, kalau berhenti bilang, jangan tiba-tiba seperti itu.”
“Ishhh… kenapa kau mengikutiku hah?”
Kedua alisnya bertaut. Kali ini Deanndra diam. Ia tidak mau berdebat dengan sahabatnya itu.
“Dean-ah.”
“Ada apa?”
“Kau tahu anak laki-laki yang tadi itu?”
“Yang mana?”
“isshhh…” Kinara mengarahakan telunjuknya kearah anak laki-laki yang sedang bercengkrama dengan teman-temannya itu, yang juga sama-sama membawa sepeda.
Matanya dengan jeli melihat kearah anak laki-laki yang ditunjukan Kinara tadi. Ia menaruh telunjuknya di dagunya. Berusaha untuk berpikir, apakah ia pernah bertemu laki-laki itu atau tidak. Matanya terbelalak ketika secara sekilas laki-laki itu memperlihatkan wajahnya.
Kalau tidak salah, dia itu Myung-soo kan..?
-
Genie High School, 10.37 KST
Cuaca yang mendukung, ditambah dengan suasana yang sejuk. Membuat para siswa-siswi Genie HS, semakin bersemangat ke sekolah. Termasuk para siswa tingkat akhir yang hanya tinggal menghitung bulan mereka akan menghadapi ujian akhir, dan juga ujian untuk masuk universitas yang ingin mereka tujui. Kecuali ada salah satu dari mereka yang mendapatkan beasiswa atau melalui nilai raport.
Deanndra hanya bisa mengikuti sahabatnya dari belakang. Ia masih memaklumi kalau sahabatnya itu masih marah karenanya. Dan disitu juga ia memberi kesempatan untuk Kinara menenangkan emosinya. Dikala gadis itu membutuhkannya, Deanndra akan siap melayaninya.
Bugh
Laki-laki berseragam rapih nan mempunyai postur tubuh tinggi itu terjatuh, seseorang mendorongnya dari belakang. Entah apa motif orang itu sebenarnya. Orang itu pergi dengan wajah tanpa ada rasa peduli sekalipun pada orang yang sudah ditabraknya itu. Sebelumnya ia mengatakan suatu hal pada laki-laki itu, seperti sebuah tantangan.
“Oh, sakit ya? Mungkin yang kau rasakan itu tidak seperti sakit yang kurasakan”
“Apa maksudmu berkata seperti itu Myungsoo-ssi?”
“Sehun, mungkin kali ini aku akan menantangmu”
Sehun pun bangkit, karena sedari tadi ia terus menahan sakitnya yang berada di lututnya. Mencoba untuk menahan rasa sakitnya itu. “Myungsoo-ssi, bukankah kita sudah bersepakat tidak memperpanjang masalah ini kembali? Tapi kenapa…”
Sehun menoleh padanya sambil tersenyum. “Tenang saja, aku sudah mengakhiri hubunganku dengan gadis itu. Jadi aku tidak punya hubungan lagi dengannya”
“Bukan itu yang kumaksud”
“”Hah? Lalu apa?” Sehun sangat penasaran.
Laki-laki bernama Kim Myung-so itu tersenyum penuh misteri.”Aku harap, kita tidak lagi menyukai gadis yang sama”. Setelah berkata seperti itu Myung-soo pergi meninggalkannya. Meninggalkan sebuah kejanggalan nantinya.
Hei, bukankah itu sama saja?Sehun tersenyum kecil. Akan tetapi ketika ia mulai melangkahkan kakinya, ia teringat sesuatu. Jika dia berkata seperti itu… apa dia tahu kali ini aku sedang menyukai seorang perempuan?Tidak mungkin, mana mungkin ia bisa tahu. Selama ini kita jarang bertemu. Sehun mengacak rambutnya frustasi.
“Are you okay?” Terdengar suara yang membuat lamunan Sehun buyar. Ia buru-buru menoleh, jantungnya sempat berhenti berdetak. Ketika ia tahu bahwa yang menanyai keadaanya itu adalah gadis yang selalu memenuhi pikirannya akhir-akhir ini.
“Are you okay?” Gadis itu kembali mengulang perkataannya. “Aku sempat melihatmu jatuh, apa kau tidak terluka?”
Sehun diam. Ia masih belum bisa menjawabnya.
“Sehun-ssi!!” Suara teriakan dari Deanndra membuatnya kembali seperti semula. “Kau ini kenapa, huh? Ditanya kok diam?”
“Ahh.. maaf. Iya aku baik-baik saja, tidak usah mengkhawa—“
“Kinara tidak mengkhawatirkanmu, tapi kain yang menutupi lututmu itu” Deanndra menunjuk kearah kain yang menutupi lutunya itu sedikit tergores. Matanya pun mengikuti telunjuk yang diarahkan gadis itu. “Tidak usah terlalu percaya diri, kau itu sedikit berlebihan tahu!!”
Sehun tersentak kemudian ia tertawa. Aku? Berlebihan? Lucu sekali.
“Kenapa kau tetawa, huh? Apa ada yang lucu dari perkataanku tadi?”
“Tidak hanya saja…”
Deanndra memajukan wajahnya. “Hanya saja apa? Hmmm..”
Sehun buru-buru menjauhkan badannya. “Ahh… tidak kok. Hehe”
Sial! Kalau terus begini, aku tidak bisa move on darinya. Gadis ini memang benar-benar membuatku hampir menyukainya lagi…
“Sehun-ssi, kau tetarik pada Deanndra?” Sehun terbelalak. Pertanyaan yang keluar dari mulut Kinara membuatnya diam tanpa suara.
“Ahh, Kinara. Kau ini mengada-ada saja. Lagipula…” Deanndra mencoba mengalihkan pembicaraan, sekilas ia melirik kearah jam tangannya.”Bukankah, sekarang kau sedang dipanggil oleh temanmu?” katanya sambil mengarahkan matanya ke lapangan.
Dilihat seorang laki-laki bertubuh tinggi melambaikan tangannya, yang bertujuan untuk menyadari Sehun yang sedari tadi ia tidak mendengar kalau temannya itu memanggilnya. Sehun tersenyum seraya berkata yang arah tatapan matanya tidak bisa lepas dari gadis itu—Kinara.
“Okeh, aku pergi dulu. Good luck!” katanya sambil memberikan sebuah jempol pada mereka sembari mengedipkan salah satu matanya.
“Tatapan mata yang menjijikan!” Deanndra menoleh pada Kinara.
Hening sesaat. Tidak ada yang berani untuk membuka pembicaraan. Begitu juga tubuh mereka yang sedari hanya diam dan kaku. Akan tetapi hanya otak mereka saja yang terus bekerja. Bekerja untuk mencari sesuatu yang baru saja ia temui. Kinara. Gadis itu sedari tadi terus memikirkan laki-laki yang mendorong Sehun secara kasar, ia ingin tahu siapa laki-laki itu sebenarnya. Kenapa ia baru melihatnya di sekolah ini?
“Deanndra-ssi..”
“Eh? Ada apa?”
“Apa kau tahu laki-laki yang mendorong Sehun tadi?”
Deanndra membilatkan matanya, kemudian ia tersenyum. “Wahh… sedari tadi kau terus memikirkan laki-laki itu ya? Jangan-jangan..”
“Tidak usah berpikir yang tidak-tidak. Tinggal jawab saja pertanyaanku” Kinara menaruh kedua tangannya di depan dadanya. “Kenapa diam?”
“Ahh tidak.. baik akan aku jelaskan.” Deanndra menghela napas. Kinara yang melihatnya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Namanya Kim Myung-soo. Tapi kau dia biasa dipanggil ‘L’. awalnya ia bukan dari sekolah ini. Dia sekolah di SMA Perfect Hits. Pasti kau tahu kan?”
Kinara mengangguk. “Ah aku tahu itu.. tapi kenapa ia bersekolah disini?”
Deanndra mengangkat bahunya. “Entahlah… mungkin ia ingin bertemu musuh bebuyutannya”
“Musuh bebuyutannya? Maksudmu?”
“Kau akan tahu nanti.” Lagi-lagi Deanndra melirik kearah jam tanganya. “Lihat, sudah hampir telat! Aku khawatir kalau Soo-jin seonsaengnim sudah masuk mendahului kita. Kaja~” katanya sambil menarik tangan Kinara.
Diam-diam Kinara masih memikirkan hal yang seharusnya tidak ia pikirkan. Tapi cukuplah, ia sangat penasaran dengan laki-laki bernama Myung-soo itu. Entah kenapa jika ia bertemu dengan laki-laki itu kemudian ia memanggilnya dengan nama bekennya, L. Pasti yang wajah yang akan di bayangkannya adalah… bukan laki-laki itu.
Apa ia penggemar dari L. Lawliet?
-
Bel istirahat sudah berbunyi. Dominan para siswa mengisi perutnya dengan sejumlah makanan di cafetaria. Akan tetapi kali ini ia Harus mengikuti permintaan dari musuhnya itu.. ah tidak maksudnya teman. Entah kenapa secara refleks ia menerima tawaran itu. Padahal itu akan menjadi bencana nantinya. Jika orang itu bertanya lebih jauh soal ‘gadis’ yang disukainya sekarang…
Bermula dengan pertemuan pertama mereka di lingkungan mereka sendiri. Perlu diketahui, kalau mereka adalah teman masa kecil. Setelah berlama-lama mereka menjalin sebuah persahabatan, tiba-tiba sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi. Dimana Sehun berpacaran dengan seorang gadis yang merupakan gadis yang disukai Myung-soo waktu itu . Kecemburuan, ketidakpastian menemani mereka. Kecemburuan yang dialami Myung-soo pada waktu itu membuatnya semakin menjadi-jadi, ia semakin membenci Sehun. Bahkan sampai sekarang. Itu terjadi karena Sehun melanggar perjanjian yang sudah mereka jalani. ‘ Kita berjanji, jika suatu hari kami sudah dewasa. Kami tidak akan menyukai gadis yang sama.’
Janji hanyalah janji. Keras seperti piringan baja, itulah persahabatan mereka yang dijalani. Jika pada waktu itu mereka saling terbuka maka hati mereka akan menjadi hangat, mungkin kejadian benci-membenci dengan sahabat sendiri tidak akan terjadi.
“Tak kusangka, kau akan mengajakku bertanding tennis. Myungsoo-ssi?” Sehun mengambil raket dari tasnya, diikuti Myung-so yang terus membuntutinya.
“Oh, kenapa? Apa ada masalah?”
Sehun memegang raketnya. “Tidak ada. Apa kau ingin menguji kemampuan tennisku? “ katanya. Kemudian mereka pun berjalan beriringan. Menuju tempat yang akan mereka jadikan untuk bertanding tennis itu.
“Tak masalah, Sehun-ssi. Dulu aku pernah menjuarai Korean Junior Champion.”
Oh, begitu. Sehun membatin.
“Pemenangnya adalah yang menyelesaikan satu set permainan.” Myung-soo memberikan sebuah arahan pada pertandingan tennis ini.
“Baiklah.” Sehun mengangguk, menyetujui arahannya.
Awalnya hanya sebuah pertandingan biasa, akan tetapi.. karena mereka bermain secara emosi entah dari mana datangnya emosi itu sehingga menarik perhatian dari siswa-siswi yang lain. Kebanyakan dari mereka lebih memilih menontonnya di pinggiran jaring raksasa yang mengelilingi lapangan tennis tersebut. Dan juga tak disangka disitu terlihat ada wasit dan hakim garis. Hingga membuat pertandingan itu semakin menarik.
“Game count, four games all”
“Apakah mereka itu benar-benar atlet? Siapa mereka itu?”
“Mereka adalah Oh Sehun dan Kim Myung-soo. Mereka berdua sama-sama menduduki peringkat pertama di kelasnya.”
“Apakah keduanya pernah mengikuti tournament tennis?”
“Iya, aku dengar mereka punya prestasi yang mengagumkan. Dimana Sehun pernah menjuarai beberapa tournament antar sekolah maupun yang lain, begitupun dengan Myung-soo ia pernah menjuarai Korean Junior Champion”
Sehun sudah tidak tahan dengan pertandingan ini, ia ingin segera mengakhirinya. Tujuan? Mungkin di balik pertandingan ini Myung-soo mempunyai sebuah tujuan tersendiri. Entah kenapa Sehun merasakan kalau laki-laki ini sedang mengujinya. Mengujinya apa ia benci kalah atau tidak.
Kau sangat mengagumkan, Sehun-ssi. Myung-soo melihat merasakan Sehun yang semakin menyerangnya di pertandingan ini. Ia terus bertahan, meskipun lawannya itu terus menyerang.
Hidup tidak bisa terus bertahan. Sehun berlari kearah datangnya bola itu. Untuk menang… kau harus menyerang.Dan akhirnya ia pun berhasil dan…
“Game set, won by Sehun. Six games to four!”
“Wah!”
-
16.35 KST
Jaring raksasa yang memenuhi seluruh sisi lapangan sepak bola itu menampilkan seorang pemuda dengan lihainya menembak bola dari jarak jauh itu. Kakinya terus bergerak menembak bola itu ke jaring. Setiap tendangan yang ia lakukan seakan mengungkapkan makna. Kalau ia ingin sendiri. Tatapan matanya tertutupi rambut karena keringat yang membasahi keningnya itu.
Bola itu berhasil memasuk jaring tersebut. Ia menghembuskan nafasnya berat. Mengingat perkataan Myung-soo sehabis pertandingan tennis siang tadi.
“Terima kasih sudah menerima tawaranku tadi”
“Itu hanya uji coba, aku hanya ingin mengujimu saja.”
“Satu hal yang kutahu dari dirimu sekarang…”
“Kau adalah tipikal orang yang benci kalah”
Laki-laki berkulit putih nan tinngi itu mengelap keringat yang ada pada keningnya. Entah kenapa ia terus merasa gelisah dari tadi. Ia merasa kalau ada orang dari tadi sedang mengintainya diam-diam.
“Sehun-ssi!”
Ia melirik pemilik suara yang mengganggu waktunya. Pemilik suara dengan rambut yang ia ikat kuncir dengan pita biru menghiasinya membuat laki-laki itu sedikit gugup dan gadis itu menghampirinya.
“Ada apa kinara-ssi? Bukankah sekarang sudah waktunya pulang?”
“mmm.. ada hal yang ingin aku bicarakan padamu?”
“Oh, boleh.” Sehun mengambil tas yang berada di kursi penonton itu. Kemudian mereka pun berjalan beriringan menuju ruang yang dipenuhi dengan loker itu dan juga dekat dengan lapangan sepak bola.
“Jadi..”
Kinara tersenyum manis kemudian ia merogoh isi tas-nya. “tara~..” katanya ambil memamerkan benda yang berbentuk gelang itu.
“Untuk apa itu?” tanya Sehun. Gadis itu tidak menjawabnya akan tetapi ia berjalan mendekai laki-laki itu. Ia memakaikan gelang itu di pergelangan tangan kiri laki-laki itu.
Sehun mencoba menolaknya. “S, sudahlah aku saja yang pakai sendiri”
Kinara tidak menghiraukannya, dan itu membuat jantung laki-laki itu berdetak lebih kencang. Ia hanya berharap agar gadis itu tidak mendengar detakannya.
“Itu adalah permintaan maaf dariku”
“Permintaan maaf? Memangnya kau berbuat salah padaku? Aku tidak ingat” Sehun mnyentuh gelang sakura itu dengan lembut. Tak henti-hentinya bibirnya terus menyungging sebuah senyuman.
“Mmm… aku minta maaf atas kejadian kemarin. Aku sudah menamparmu. Aku minta maaf” Kinara membungkukkan punggungnya.
Sehun tertegun. Gadis ini…
“Sudahlah tidak usah seperti itu. Aku sudah memaafkanmu” Sehun membantu gadis itu berdiri kembali.
“Terima kasih Sehun-ssi, terima kasih”
“Gelang buatanmu itu bagus juga”
“Ahh… itu sebenarnya kebiasaanku sejak kecil. Setiap ada kertas pembungkus sedotan, aku selalu membuatnya. Kali ini aku membuatnya dengan maksud minta maaf, sih… kalau tidak suka, silahkan buang saja”
“Ahh.. tidak apa. Aku suka. Ini bunga sakura kan?”
“Iya lambang keberanian.”
“Tapi kalau tidak salah bahasa bunga sakura bukan keberanian”
“Semua polisi di Jepang mengenakan bunga sakura kan? Makanya bunga sakura itu kuat lembut dan keren! Bunga lambang keadilan”
Mendengar penjelasan dari gadis itu tetang bunga sakura. Membuatnya terkejut, ia masih ingat gadis kecil yang pertama kali ia temukan di Jepang sana ketika ia dan keluarganya tinggal disana.
“K, kau mendengar itu dari siapa?” Sehun penasaran dari mana gadis ini mendapatkan kata-kata itu yang sama persis dengan gadis kecil itu.
“Ku sudah biasa mengatakan hal itu, memangnya salah?”
“Ahh.. t, tidak kok” Ia kembali melihat seksama gelang sakura itu. Jangan-jangan gadis ini… ahh tidak, tidak mungkin. Ia menjambak rambutnya frustasi.
Mana mungkin aku mencintai seseorang dua kali?
-to be countinued
