Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Moonlight (Chapter 1)

$
0
0

Moonlight (part 1)

 moonlight poster

Author : Carla蓝梅花 (@babycarl308) & Eishiefkaa

Rate     : PG-13

Length : Chaptered

Genre   : Romance, AU, Fantasy

Cast: EXO-M Kris (as Kris Wu / Kris)

Kimberley Chen (as Charlene Li)

Carla & Eishiefkaa present you,  ‘Moonlight’

 

Aloha! ini collaboration fanfict pertama yang kami buat! (re: Carla & Eishiefkaa) pertama, ide membuat FF ber-genre fantasy ini muncul dari author Carla. Terinspirasi dari berbagai macam film, cerita, dan sebagainya. Sampai akhirnya, Carla ngajuin ide ini ke author Eishiefkaa ; gimana kalau FF ini dibikin kolaborasi kayaknya bakal seru. Dan akhirnya, jadilah seperti ini! Penuh dengan perjuangan panjang~ oke deh, gausah banyak ngomong lagi. Dan ingat ini baru part 1, jangan lupa baca part selanjutnya~!

Enjoy your imagination and Happy reading ^^)/ <3

P.s : Read, Comment, Like and SHARE! DON’T COPY W/OUT PERMISSION!!! This FF only published at Carla’s Little Trinkets , eishiefkaa , EXO Fanfiction , and Kpop Fanfiction Indonesia on WordPress!

 

 

Music : || EXO – Moonlight || ~ ♪♫

 

 

 

 

 

 

. . .Fight the war under the moonlight. . .


~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~

 

 

FLASHBACK

 

 

Charlene Li, ( biasa dipanggil Xia Lin ) ; adalah seorang putri bungsu dari 3 bersaudara di keluarga Li Biao Ming. Sejarah hidupnya cukup panjang pun merana dan menyedihkan. Charlene selalu dikucilkan oleh kakak laki-laki dan perempuannya. Saat ia kecil, ia tidak pernah dibelikan mainan. Kalau ayah, ibu, serta kakak-kakaknya pergi ke luar negeri, bukannya diajak untuk ikut bersama, ia justru dikurung di rumah dengan tumpukan buku-buku pelajaran miliknya. Entah apa yang ia perbuat, hingga keluarganya mengucilkan layaknya bukan bagian dari mereka.

Di suatu pagi di hari ulang tahunnya yang ke 12, ayah dan ibu nya terdengar bising beradu mulut. Charlene dengan mudah langsung menangkap persoalan yang mereka ributkan. Susah payah, gadis itu meneguk ludah.

 

Ya, perihal nasib dirinya yang mereka gaduhkan–mau dibuang saja, atau di taruh di panti?

 

Charlene kecil seketika menangis. Ia meringkuk takut di bawah ranjangnya, memeluk lututnya erat-erat. Tubuhnya gemetar hebat, sedang keringat dinginnya tak henti mengucur. ‘Kenapa begini? Kenapa harus di hari ulang tahunku?’ batinnya kacau.

Seberapa besar tubuh kecilnya mencoba bersembunyi, pasti ketahuan. Kakak laki-laki dan perempuannya menyeretnya, menyerahkannya pada ayah ibunya. Bak petir di siang bolong, ayah dan ibunya mengusirnya keluar rumah sekaligus melempar tas berisi semua pakaian dan barang-barang seadanya milik Charlene, untuk di bawa pergi bersamanya. Mereka kemudian mengunci pintu rumah rapat-rapat, seolah tidak peduli kemana Charlene akan pergi atau bertahan hidup. Merasa benar-benar kalut, Charlene mondar-mandir menyusuri pinggir kota Beijing yang ramai dan memutuskan bermalam di lapak mi yang sepi, lalu tertidur disana. Di dalam mimpi, ia seakan diberitahu-entah oleh siapa-sebabnya ia diusir dari rumah itu; akibat tudingan kakak perempuannya yang sirik oleh kecantikan Charlene dan memfitnah Charlene mencuri semua barang berharga miliknya. ‘Alasan yang tak masuk akal’, batinnya parau.

Singkat cerita, Charlene bertumbuh besar menjadi wanita yang cantik, berani dan pantang menyerah; walau di dalam hatinya terbersit luka paling dalam yang entah apa ada yang jual obat untuk mengobati luka tersebut. Ia berusaha menutupi segala kepahitan masa lalunya dengan sikap berani dan kadang dinginnya itu.

Charlene mengerjakan pekerjaan apapun yang kira-kira bisa membuatnya bertahan hidup dengan sesuap nasi. Pegawai, pelayan, tukang cuci, loper koran dan lainnya. Dan menurut kabar burung yang ada, Charlene berguru kepada seorang kakek tua bermarga Qin, ketua perguruan Wushu. Ia ditemukan oleh kakek itu di pinggir danau dan sejak saat itu, kakek Qin mengangkatnya sebagai murid. Awalnya, Charlene tidak tertarik sama sekali dengan silat, Wushu atau seni bela diri apapun. Jujur saja ia adalah anak perempuan yang penakut. Namun karena keadaan, Charlene pada akhirnya belajar teknik Wushu di umurnya yang ke-13 (setahun setelah ia diusir).

 

Charlene sangat rajin berlatih, hingga tak butuh waktu lama baginya untuk manguasai penggunaan senjata –senjata seperti tongkat, pedang dan segala bentuk benda tajam untuk berperang. Pada tahun 2012 lalu, kakek Qin tutup usia. Charlene sangat sedih, ia kehilangan guru sekaligus orang tua angkat yang sangat baik padanya. Bagaimana tidak? Selain Wushu, kakek Qin mengajarkan Charlene apa arti keluarga, cara menyayangi dan berbagi kepada sesama, juga membantu Charlene melupakan luka batinnya di masa lampau.

Tahun baru China 2014. Charlene bertekad untuk kabur dari tempat perguruan Wushu milik kakek Qin dan mencari pengalaman hidup yang baru. Dengan tongkat, pedang, tombak dan benda tajam warisan perguruan lainnya, Charlene meloloskan diri dari tempat ia besar itu. Charlene terus berlari dan berlari. Sampai bulan Mei akhir perjalanannya, ia bertahan hidup di hutan belantara hingga akhirnya, Charlene menemukan sebuah kerajaan terpencil di luar hutan tempat ia tinggal. Charlene penasaran dan menghampiri kerajaan itu.

 

Welfare Kingdom. Itulah tulisan yang terpampang di depan gerbang kerajaan tersebut. Ia dekati kerajaan itu dan berusaha masuk ke dalam dengan alasan ingin menjadi pasukan perang. Raja dari kerajaan itu, Peter Welfare, menemukan bakat terpendam dan tekad kuat dalam diri Charlene. Beliau menguji dan mengetes segala kemampuan yang gadis itu miliki, hingga akhirnya, raja Welfare mengangkat Charlene sebagai kepala pasukan perang di kerajaannya. Toh dia pikir di kerajaannya juga belum ada kepala pasukan yang hebat dan punya kemampuan seperti Charlene –terlebih dia perempuan.

 

Sejak saat itulah, Charlene, lagi-lagi memulai hidup barunya menjadi kepala pasukan perang di kerajaan Welfare setelah kabur dari perguruan Qin.

Semuanya dimulai dari sana. . . . . . . . . .

 

 

 

~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~

 

“Nona! Nona Charlene!” pekik seorang anak buah Charlene yang menghampiri dirinya di markas pasukan perang, –Charlene sedang sibuk berlatih pedang.

 

“Ya, ada apa?” Charlene menghentikkan latihannya, ia menegak air minum dan berbalik menghadap anak buahnya itu.

 

“Di depan ada seorang pria yang mau melamar menjadi pasukan perang kita, nona. Haruskah aku membawanya padamu?” Tanya anak buahnya sambil termegap-megap.

 

Charl menaikkan sebelah alisnya. Ia berpikir. “Hmm…biar aku training dia dulu. Bawa dia kemari!” perintahnya tegas.

 

“Siap, nona!” Anak buah Charlene langsung berlalu kembali ke depan, sementara Charlene melihat-lihat koleksi pedang miliknya. Matanya menyapu pandangan ke sekitar dan mengingat tentang ‘panah’.

 

“Aku juga harus berlatih keras dalam panahan!” tekadnya. Ia melangkahkan kaki mengambil busur panah beserta anak panahnya. Charlene memposisikan dirinya tepat di depan titik yang ingin ia panah, menegakkan badannya dan mengarahkan busurnya pada titik tersebut. Ia menarik ujung anak panah dengan perlahan sampai akhirnya. . .

 

“Nona!”

 

“Yak!” sial. Panah tersebut tak berhasil meluncur tepat sasaran. Charl mendelik ke anak buahnya dan memasang tampang sebal. Ia menghela nafas. “Apa?” Tanya Charlene dingin.

 

“E–eh, maafkan saya, nona! Saya tak sengaja, sungguh! Saya tak–“

 

“Sudahlah. Jangan dibahas. Kenapa?” Charl menatap anak buahnya yang terus-terusan membungkuk hormat. Ia melirik seorang pria disebelah anak buahnya. ‘Hmm…apakah pria itu yang ingin masuk pasukan perang kerajaan?’ batinnya.

 

“Eung, n-nona… ini orang yang ingin mendaftarkan diri dalam pasukan perang kerajaan Welfare.” Anak buah Charlene sedikit memundurkan badannya supaya pria itu terlihat berdiri agak di depan. Charl memiringkan kepalanya, meletakkan busur panahnya di meja dan mendekatkan pria itu dengan tatapan datar.

 

 

“Siapa namamu?” Tanya Charlene pada pria di depannya. Ia mengisyaratkan anak buahnya untuk pergi meninggalkan tempat itu.

 

Sebelum dijawab, Charlene menilik lagi pria tersebut. ‘Pria ini…tubuhnya tinggi dan tegap. Sepertinya dapat diharapkan’-katanya dalam hati.

 

 

“Aku Kris. Kris Wu.” ucap pria itu tenang.

 

 

“Oh, Kris. Apa yang membawamu kemari dan ingin menjadi pasukan kerajaan?” Charlene duduk di depan meja yang berjejerkan pedang-pedang serta benda tajam lainnya. Ia mempersilahkan Kris duduk di hadapannya.

 

“Aku hanya ingin mencari pengalaman baru dalam hidupku.” ucap Kris singkat.

 

“Hm. Lalu, apa kau mempunyai keahlian dalam bela diri atau panahan?”

 

Kris mengangguk. “Aku bisa taekwondo dan pedang. Panahan juga bisa.” Ia mengangkat kepalanya untuk menatap Charlene. Charl kelihatan sedikit berpikir. ‘Aku akan mengujinya dalam hal memanah. Siapa tahu dia bisa mengajariku.’ Pikir Charlene dalam hati.

 

“Bisa kau tunjukkan caramu memanah, tuan Wu?” Charl tersenyum. Lebih tepatnya menyeringai.

 

Kris beranjak berdiri dan berjalan ke tengah-tengah lapangan markas. Charl memberikan busur dan anak panah pada Kris, ia memperhatikan Kris dari jarak jauh.

 

“Mulailah!” serunya.

 

Kris segera memegang busur panahnya dan meletakkan anak panah tersebut di dalam nya. Ia memejamkan sebelah matanya dan mengarahkan busur tepat pada titik yang sudah diberi tanda. Perlahan tapi pasti, ia menarik ujung anak panah tersebut dan seketika panah itu meluncur tepat pada sasaran. SNAP!

 

“Woah woah woah!” Charl berdecak kagum dan menepuk tangannya beberapa kali. “Kau hebat, coba lagi!” ia melemparkan beberapa anak panah pada Kris, dan Kris langsung menerimanya. Ia menatap Charlene sekilas lalu mengangguk mantap. Kris memanah kembali dan lagi-lagi ia selalu tepat pada sasaran.

 

“Bagaimana, nona? Dengan ini, apakah aku diterima?” Tanya Kris setelah selesai dengan test panahannya.

 

Charl mengusap dagunya dan berpikir. “Mari kita adu pedang.” Usul Charlene. Ia tersenyum dan memberikan sebuah pedang pada pria di depannya. Charl sendiri memakai pedang kesayangannya.

 

“Kau siap?” Kris mengangguk. Charl mengancungkan pedangnya keatas begitu juga dengan Kris.

 

“Hyaa! Ha!” suara mereka saling menyahut seiring dengan gerakan pedang mereka. Sesekali pedang mereka beradu. Kris mengkombinasikan gerakannya dengan taekwondo sedangkan Charlene dengan Wushu.

 

“Yah!” Charl melompat tinggi dan memutar pedangnya lalu dengan sigap menangkapnya lagi dan mengarahkan pedang itu pada leher Kris. Kris terkejut.

 

“Hahahaha, permainan yang sangat bagus, tuan!” Charl menjauhkan pedangnya dari leher Kris dan menahan tawa akan ekspresi Kris. “Kau bagus dalam semua ini. Ditambah gerakan pedangmu yang dipadu padankan dengan taekwondo. Itu keren.” Puji Charlene panjang lebar. Ia melempar sebuah botol air minum pada Kris.

 

“Jadi, kali ini aku diterima?” Tanya Kris mendekati Charlene sambil meminum air yang diberikannya tadi. Charl mengusap keringatnya dan mengangguk.

 

“Selamat datang di pasukan perang Welfare, Kris! Semoga kita bisa bekerja sama. Medan perang menantimu cepat atau lamat.” Charl tersenyum bangga pada Kris dan membungkuk hormat. Mereka berdua saling melepas ketegangan dengan tawa.

 

“Terima kasih, nona Charlene.” ujarnya tersenyum sambil memperhatikan Charlene. Tiba-tiba ia merasa ada sesuatu yang bergejolak dalam hatinya.

 

 

 

 

 

 

 

 

… TO BE CONTINUED …

 

 

 



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles