Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Perfect (A Small Lie)

$
0
0

Tittle : Perfect (A Small Lie)

Author : Lee HaeYoung (@shflytanialee) & brigida1315 (@LBbrig)

Genre : Romance

Rating : T

Cast :

Kim Jongin/Kai (EXO – K)

Jung Soo Jung/Krystal (f(x))

Disclaimer : Cerita ini murni. Jika ada kesamaan dalam bentuk apapun, maaf itu berati ga sengaja :D

 

.Perfect.

 

Seorang lelaki tampan berkulit agak cokelat terlihat duduk di sebuah kursi yang berada di tengah kelas seni lukis sembari memasukkan beberapa buku dan sketsa ke dalam tas ransel hitamnya.

Sebelum buku dan sketsanya masuk sempurna ke dalam ranselnya, ia merogoh saku celana kanan nya. Dan dengan cepat mengeluarkan sebuah ponsel lalu melihat sekilas layar ponsel itu. Ia sedikit terbelalak ketika melihat di layar ponselnya bertuliskan pukul dua siang. Ia harus segera meninggalkan tempat itu.

“Kai” sebelum ia beranjak dari kursinya, ada sebuah suara yang membuat kegiatannya terhenti. Suara seorang gadis. Gadisnya lebih tepatnya.

Lelaki yang dipanggil Kai itu mendongak, lalu tersenyum kecil ke arah gadis cantik itu.

“Apa kau punya waktu sore ini? Aku ingin keluar bersamamu” pinta gadis itu sambil berjalan mendekat ke arah lelaki tampan itu. Senyuman di wajah Kai memudar saat mendengar permintaan gadisnya itu. Ia beranjak dari duduknya.

“Aku tidak bisa. Sehun sudah menungguku di bawah. Dia memintaku menemaninya membeli hadiah untuk Jiyeon”ucap lelaki itu. Secepat kilat, raut wajah gadis itu berubah. Ia sedikit menundukkan kepalanya.

“Maaf Soo Jung. Lain kali saja ne?” Kai mencoba memamerkan sedikit senyumannya kepada gadis itu. Gadis itu menarik nafas pelan. Mencoba mengerti. Lalu mendongakkan kembali kepalanya.

“Baiklah” senyuman kecil kembali terhias di bibir gadis cantik itu.

“Aku pergi dulu” ucap Kai sembari mengusap pelan pipi Soo Jung, kemudian melangkahkan kaki keluar dari ruangan itu.

Soo Jung hanya diam di tempatnya. Sedikit, ia merasa jengkel. Sudah beberapa minggu ini, lelaki itu susah sekali untuk diajak keluar ataupun dihubungi. Mungkin, ada sedikit kesalahan yang tengah terjadi di hubungan mereka. Entah ia yang tidak peka atau memang kesalahan itu hanya terjadi pada lelaki itu. Ia benar-benar tidak tau.

****

Soo Jung mengambil cepat sebuah buku yang terdapat di rak yang berada di hadapannya. Ia tersenyum kecil saat membuka lembaran buku itu. Kekasihnya yang tidak bisa menemaninya keluar, kini sudah tidak menjadi masalah lagi bagi gadis itu. Ia memakluminya. Dan kekecewaannya terbayar, karena sahabat baiknya mempunyai waktu luang untuk dihabiskan bersamanya sore ini.

Dan kini ia tengah berada di sebuah toko buku nan megah di tengah kota Seoul. Menurutnya, menghabiskan waktu bersama sahabatnya di toko buku, adalah hal yang menyenangkan. Selain dikarenakan hobinya membaca berbagai novel romance, ia juga ingin membeli buku yang tengah digenggamnya sekarang untuk Kai.

Ia tersenyum senang ketika melihat sampul buku tersebut. Bukan buku yang spesial, hanya sebuah buku gambar biasa. Tapi, seseorang yang akan menerima buku itu adalah orang yang paling spesial di hidupnya. Ia harap, perasaan sayangnya kepada lelaki itu bisa tersampaikan melalui lembaran isi buku tersebut.

“Sulli, apa ini bagus untuk Kai?” tanya Soo Jung kepada sahabatnya itu. Sulli yang sedari tadi tengah sibuk membuka lembaran-lembaran buku yang digenggamnya pun menoleh kepada Soo Jung.

“Sesekali membelikannya buku gambar juga bagus” Sulli tersenyum.

Soo Jung balas tersenyum kepada Sulli. Kemudian ia mengedarkan pandangannya. Mencari seorang pegawai toko di sekitar tempat rak itu. Tetapi bukan pegawai toko yang ditemukannya. Seorang lelaki yang ia kenal kini tengah berdiri tepat di depan meja kasir. Lelaki itu, sahabat kekasihnya. Oh Sehoon.

Seharusnya lelaki itu sedang bersama Kai sekarang. Tapi kenyataannya tidak. Lelaki itu sedang sibuk membayar beberapa buku yang ia beli. Dan ia tidak sendiri. Ia bersama Park Jiyeon, kekasihnya. Lelaki itu keluar dari toko buku tersebut sembari menggenggam tangan Jiyeon erat. Soo Jung terpaku. Ia sedikit terkejut. Bukan karena melihat Sehun dengan gadisnya itu, tapi karena menyadari satu hal.

Kai berbohong.

****

Kai berjalan dengan sedikit terburu-buru menuju sebuah kelas yang terletak di ujung lorong fakultas seni. Sebenarnya bukan kelasnya. Tetapi kelas kekasih sahabatnya, Jiyeon. Dan bukan untuk menemui Jiyeon ia berjalan menuju kelas itu. Tapi menemui sahabatnya yang menurut perkiraannya pasti sedang berada di kelas ujung tersebut.

Ia lihat dari jarak tiga meter, pintu kelas tersebut masih terbuka. Berarti, perkiraannya tepat. Sepasang kekasih itu masih berada disana. Entah apa yang tengah dilakukan sepasang kekasih itu, ia tidak perduli. Hanya satu tujuannya menuju kelas tersebut. Menemui seorang lelaki yang bernama Oh Sehoon.

Ketika ia sudah tepat berdiri di depan kelas tersebut, ia sedikit membulatkan bola matanya. Cukup terkejut dengan apa yang dilihatnya sekarang. Diluar dugaan, sepasang kekasih itu tengah berciuman mesra sembari masih tetap berada dalam posisi duduk. Dan pastinya, mereka tidak menyadari kehadiran sosok Kai yang kini tengah asik memandangi mereka sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

“Apakah kalian kekurangan tempat untuk berciuman seperti itu?” wajah Kai sedikit menyiratkan ekspresi jijik.

Sepasang kekasih itu langsung melepas ciuman mereka, ketika mendengar sebuah suara yang sangat mereka kenal. Wajah mereka sedikit gugup.

“Kenapa dilepas? Santai saja” ucap Kai tenang sembari melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan tersebut.

“Cih, kau datang di saat yang tidak tepat” balas Sehun, membenarkan posisi duduknya.

“Maaf jika aku mengganggu. Ada hal yang harus kutanyakan padamu” Kai menjatuhkan tubuhnya tepat di hadapan sepasang kekasih itu.

“Kemarin aku menolak ajakan Soo Jung. Karena aku harus ke rumah Lay hyung untuk latihan. Tapi aku bilang kepada gadis itu kalau aku pergi denganmu. Apa kemarin kau bertemu dengannya?” tanya Kai.

“Eh? Tidak. Kemarin aku pergi dengan Jiyeon ke toko buku. Dan aku sama sekali tidak melihat gadis itu. Iya kan chagi? Apa kau ada melihat Soo Jung?” Sehun memutar kepalanya ke sebelah kanan, dan menatap kekasihnya itu.

“Ne. Sudah beberapa hari ini aku tidak melihatnya” Jiyeon menggelengkan kepalanya.

“Baguslah. Jika gadis itu tau aku berbohong, mungkin dia akan salah paham” ucap Kai.

“Lebih baik kau katakan saja kepadanya tentang festival itu Kai ya. Kau kan hanya ingin meneruskan hobimu” kata Sehun.

“Aku juga ingin mengatakan kepadanya. Tapi tidak mungkin. Apa kau tidak ingat, bagaimana dulu gadis itu sangat mengkhawatirkanku setiap kali aku masuk rumah sakit karena kelelahan” balas Kai.

“Akhirnya gadis itu memintaku untuk berhenti” sambung lelaki itu.

“Itu kan dulu. Lagian, kenapa dulu kau mau berhenti hanya karena permintaannya?” balas Sehun.

“Emm, aku juga tidak tau” Kai menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Mungkin saat itu tanpa sepengetahuanku, aku sudah menyukainya” sambung lelaki itu.

“Aigo, apa gadis itu menyihirmu? Sekejap mata kau menuruti permintaannya” ucap Sehun.

“Gadis itu. Sejak awal aku di universitas ini, aku hanya berteman dekat denganmu dan juga Soo Jung. Dan wajahnya saat itu, saat memintaku untuk berhenti, aku tidak pernah melihat wajahnya seperti itu” balas Kai panjang lebar.

“Jika tau seperti ini, lebih baik aku menyuruh Lay hyung untuk menolakmu mengikuti festival itu. Aku kasihan melihat gadis itu jika harus terus kau bohongi” Sehun menatap wajah sahabatnya itu.

“Kau tenang saja. Ini terakhir kalinya aku menari. Setelah ini, aku tidak akan pernah membohongi gadis itu lagi” ucap Kai.

“Terserahmu sajalah. Tapi, jaga juga kondisimu. Akan lebih gawat jika Soo Jung tau penyakit anemiamu itu kambuh lagi seperti dulu” balas Sehun.

“Tentu saja. Kalian berdua harus tetap diam, dan jangan bilang apapun kepada gadis itu” Kai menajamkan matanya, memberikan peringatan kepada sepasang kekasih itu agar tetap menjaga rahasianya.

“Kau tenang saja Kai ya. Kami akan tetap diam” ucap Jiyeon sembari tersenyum sangat manis kepada Kai.

“Aih, neomu kyeopta” Sehun mencubit pelan pipi kekasihnya itu. Terpesona dengan senyuman manis Jiyeon.

“Aaahhh, sakiiit” rengek Jiyeon sambil memukul pelan tangan lelaki putih itu.

“Ya! mengertilah jika aku sedang berada di hadapan kalian!” seru Kai jengkel.

“Hehe, mianhae. Kekasihku sangat cantik Kai ya, terkadang aku lupa tempat. Hahah” balas Sehun diiringi suara tawanya.

“Bagiku Soo Jung jauh lebih cantik” ucap Kai datar.

“Jelas saja. Tidak mungkin kau bilang Jiyeon lebih cantik daripada Soo Jung” balas Sehun sedikit sewot.

“Jongin ah, Sudah berapa bulan hubunganmu dengan Soo Jung?” tanya Sehun tiba-tiba.

“Emm, hampir enam bulan. Kenapa kau bertanya seperti itu?” Kai balik bertanya kepada sahabatnya itu.

“Enam bulan? Kau tidak jenuh dengan gadis itu?” Sehun memicingkan matanya, menatap Kai.

“Ha? Kenapa pertanyaanmu bodoh sekali?!” Kai meninggikan nada bicaranya. Jengkel dengan sahabatnya itu.

“Ya! Aku kan hanya bertanya, kenapa nada bicaramu seperti itu?!” Sehun balik membalas dengan nada bicara yang juga meninggi.

“Hey! Kalian! Kenapa nada bicara kalian sama-sama meninggi?!” Jiyeon angkat bicara, juga dengan nada suara yang meninggi.

“Emm, maaf. Aku emosi dengan pertanyaan kekasihmu ini” ucap Kai.

“Maaf Sehun ah. Habis pertanyaanmu benar-benar tidak berguna” sambung Kai sambil mencoba memamerkan senyumannya kepada Sehun.

“Aku bertanya seperti itu karena aku tau bagaimana sifatmu Kai ya. Terlalu mudah jenuh. Dulu, kegiatanmu setiap bulan hanya berganti-ganti yeoja. Terlebih lagi sebelum berpacaran dengan Soo Jung, kalian berteman dekat cukup lama. Aku hanya ingin tau seberapa besar pengaruh gadis itu” balas Sehun.

“Tapi sepertinya aku sudah tau jawabannya” Sehun menyunggingkan sedikit bibirnya.

“Aku tidak menemukan sedikitpun kejenuhan saat bersama gadis itu” ucap Kai seadanya.

“Ckckck, Soo Jung benar-benar luar biasa. Bisa membuatmu seperti ini” Jiyeon menggelengkan kecil kepalanya. Sedikit kagum dengan kekasih lelaki berkulit agak cokelat itu.

Drrrt~ Drrrt~

Benda kecil yang terdapat di dalam saku celana kanan Kai tiba-tiba bergetar. Pertanda, sebuah pesan atau sebuah panggilan dari seseorang. Kai mengambil cepat ponselnya, lalu menatap layar ponsel itu. Sebuah pesan.

Kau dimana? pulang bersama ya?

Kai tersenyum kecil membaca pesan singkat yang berasal dari kekasihnya itu. Kemudian segera mengetik pesan balasan. Pesan balasan yang juga berbunyi sangat singkat.

Oke. Kutunggu di kelas Jiyeon J

Setelah menekan tombol send, Kai meletakkan ponselnya di atas meja yang berada di hadapannya. Sambil menunggu Soo Jung, ia bercanda kecil dengan Sehun dan Jiyeon. Tidak sampai sepuluh menit lelaki itu menunggu, Soo Jung sudah muncul di depan pintu ruangan itu.

“Sini” kata Kai saat melihat gadis itu sembari mengibaskan pelan tangannya, meminta Soo Jung agar semakin masuk dan duduk di sebelahnya.

“Bagaimana hari ini?” tanya Kai sesaat setelah Soo Jung duduk tepat di sebelahnya.

“Emm, ada banyak tugas. Aku harus segera menyelesaikannya” jawab Soo Jung sambil tersenyum.

“Kau sendiri? Sudah selesai lukisan untuk akhir semester?” Soo Jung balik bertanya kepada kekasihnya itu.

“Tinggal sedikit lagi. Aku sedang tidak ingin menyelesaikan lukisan itu” Kai mengacak pelan rambutnya.

Soo Jung kembali tersenyum melihat lelaki tampan itu, walaupun beberapa minggu ini lelaki itu sangat susah diajak keluar atau dihubungi. Tapi gadis itu harus mengakui, pesona kekasihnya itu tidak sedikitpun luntur dari hatinya. Ia tau dan ia sangat menyadari perubahan lelaki itu, tapi ia hanya ingin bertahan sedikit lagi. Paling tidak, untuk mengetahui sejauh apa perubahan kekasihnya itu.

“Yang penting, jaga kesehatanmu. Aku tidak ingin kau jatuh sakit” Soo Jung menyentuh rambut Kai, lebih tepatnya merapikan beberapa helai rambutnya yang sedikit berantakan.

“Sebentar. Kenapa kalian malah bermesraan di depan kami?” Sehun memasang wajah yang sedikit tidak suka dengan kemesraan sepasang kekasih itu.

“Memangnya kenapa? Kau juga tadi bermesraan dengan Jiyeon di depanku” balas Kai.

Drrrt~ Drrt~

Belum sempat Sehun membalas kembali ucapan sahabatnya itu, ponsel Kai kembali bergetar. Ada sebuah pesan singkat lagi yang masuk ke dalam ponselnya.

Kai ya, kau dimana? Latihan dipercepat. Sebaiknya sekarang kau kesini.

Kai sedikit terbelalak setelah membaca pesan singkat yang berasal dari Chanyeol, teman satu grup dancenya. Yang ia fikirkan, bagaimana dengan nasib Soo Jung. Terpaksa ia harus memohongi Soo Jung lagi untuk kali ini.

“Soo Jung. Kris hyung memintaku untuk pulang sekarang. Ada hal penting yang ingin dibicarakannya denganku” ucap Kai dengan ekspresi penyesalan di wajahnya.

“Eh? Memangnya harus sekarang?” tanya gadis itu.

“Iya. Maaf ya” balas Kai. Kemudian lelaki itu membelai pelan rambut Soo Jung. Lalu mengecup sekilas kening gadisnya itu.

“Lain kali kita jalan-jalan bersama” ucap lelaki tampan itu sembari berdiri dari duduknya.

Sebelum melangkahkan kakinya pergi dari ruangan tersebut, Kai sempat melemparkan sebuah senyuman untuk sepasang kekasih yang hanya diam di hadapannya. Dan sepasang kekasih itu bisa membaca bahwa lagi-lagi lelaki itu berbohong.

Soo Jung hanya tersenyum lemah melihat kepergian Kai. Dalam hati, Soo Jung berharap bahwa lelaki itu tidak membohonginya lagi. Tapi mungkin tidak, karena perasaannya justru semakin kuat mengatakan bahwa lelaki itu berbohong.

‘Lain kali’, entah sudah yang keberapa kalinya Kai mengucapkan dua kata tak berarti itu kepada Soo Jung.

Kata-kata itu semakin meyakinkan Soo Jung bahwa perkiraannya tepat tentang kekasihnya itu. Walaupun lelaki itu tak memberitahukan alasannya, tapi mungkin sudah tidak perlu lagi untuk diketahui gadis itu.

****

Kau tidak ke kampus hari ini? kenapa tidak mengangkat ponselmu?

Aku merindukanmu.

Kai tersenyum kecil saat membaca pesan singkat yang berasal dari Soo Jung. Ia juga merasakan hal yang sama dengan gadis itu. Ia merindukan Soo Jung. Bahkan sangat merindukannya. Tiga hari. Sudah tiga hari ia tidak melihat paras cantik gadis itu. Bukan karena mereka sedang bertengkar hingga  tidak bertemu selama itu, tapi karena jadwal kuliah dan latihan lelaki itu yang tak bersahabat.

Ia bisa saja bertemu dengan gadis itu di sore hari setelah mata kuliah usai. Tapi dikarenakan babak akhir festival yang diadakan Kyunghee University hanya tinggal beberapa hari lagi, mau tidak mau ia harus merelakan sebagian besar waktunya untuk berlatih di ruang practice dance rumah Lay, ketua club dance Seoul University.

Ia hanya ingin sedikit memuaskan dirinya di festival itu. Karena saat di festival itulah terakhir kalinya ia menari di atas panggung dan di depan banyak orang. Setelah itu, ia tidak akan pernah lagi menginjakkan kakinya di atas panggung sekaligus juga tidak akan pernah lagi berbohong kepada Soo Jung.

Ia hanya ingin melihat Soo Jung tersenyum, bukan melihat Soo Jung menangis hingga sesenggukan seperti dulu saat gadis itu mengkhawatirkan dirinya yang beberapa kali harus dirawat di rumah sakit karena efek penyakit anemia yang dideritanya.  Kalau saja kondisi tubuhnya tidak cepat lelah dan terkesan lemah, mungkin Soo Jung tidak akan pernah memintanya untuk berhenti menari. Berhenti dari kegiatan favoritnya.

“Kau mulai kelelahan lagi?” seorang lelaki dengan tiba-tiba menjatuhkan tubuhnya tepat di sebelah Kai. Membuat Kai mengangkat kepalanya dari layar ponselnya dan tersadar dari lamunan singkatnya.

“Tidak. Hanya lelah sedikit” Kai tersenyum kepada lelaki yang berada di pandangan matanya itu. Chanyeol, teman menarinya dan juga sekaligus teman satu rumah Soo Jung membalas senyuman Kai.

“Bersabarlah. Beberapa hari lagi final” ucap Chanyeol.

“Kau ini kenapa? Tidak usah sok perhatian seperti itu kepadaku. Kau malah terlihat lucu” Kai tertawa kecil sembari melihat wajah Chanyeol.

“Aku bukan perhatian kepadamu, aku hanya perhatian kepada Soo Jung. Kasihan dia jika kau jatuh sakit lagi” balas lelaki berambut pirang panjang itu.

“Haha, oke. Terimakasih sudah sangat perhatian kepada kekasihku Park Chanyeol. Aku sangat terkesan” ejek Kai.

“Diamlah. Atau akan kuberitahu Soo Jung tentang festival ini” ancam Chanyeol.

“Ya! Kenapa kau malah mengancamku?!” protes Kai.

Chanyeol hanya memasang wajah tidak perduli dengan protes yang dikatakan Kai. Tentu saja yang dikatakannya tadi hanya sebuah ancaman tidak serius. Tidak mungkin ia tega mengatakan hal yang dapat berakibat buruk untuk hubungan kedua temannya itu. Ia seorang teman. Dan sangat mengerti dengan keadaan sepasang kekasih itu. Terlebih lagi, kakak lelaki berkulit agak gelap itu adalah teman dekatnya, Kris.

Dalam diam, masih dengan posisi tubuhnya yang duduk di sebelah Kai, Chanyeol memperhatikan dua orang lelaki yang sedang berada di ruangan yang sama dengannya. Lebih tepatnya berada di tengah ruangan tersebut. Teman satu grupnya, Luhan dan Lay, yang berusia dua tahun lebih tua dari dirinya dan Kai. Tubuhnya masih terasa lelah jika harus bergabung lagi dengan dua lelaki yang masih asik berlatih di tengah ruangan tersebut. Sesaat kemudian, perhatiannya kembali tersita oleh Kai yang tiba-tiba saja berdiri dari duduknya.

“Kau mau kemana?” tanya Chanyeol saat melihat Kai sudah menenteng tas ranselnya.

“Ke rumahmu” jawab Kai datar lalu segera melangkahkan kakinya menuju pintu ruangan tersebut. Lelaki itu ingin menemui seseorang. Seseorang yang bisa mengobati rasa rindunya. Tentu saja kekasihnya, Jung Soo Jung.

****

“Keluarlah. Aku di depan pintu” Kai memasukkan ponselnya ke saku sebelah kanan jeansnya sesaat setelah memberitahu Soo Jung bahwa ia tengah berada tepat di depan pintu rumah yang ditempati kekasihnya itu.

Kemudian ia jatuhkan tubuhnya di atas bangku yang berada tidak terlalu jauh dari pintu rumah tersebut, menunggu kekasihnya. Tidak begitu lama, Soo Jung akhirnya keluar dan tersenyum saat melihat keberadaan Kai.

“Kenapa tidak bilang jika ingin kesini?” Soo Jung berjalan mendekati lelakinya itu. Lalu duduk tepat di sisi kanan Kai.

“Kau bukan gadis rumahan yang tinggal bersama kedua orangtuamu. Kapan saja aku bisa datang” ucap Kai. Membuat Soo Jung tersenyum.

“Memangnya ada apa? Kenapa tiba-tiba kesini?” tanya gadis itu.

Kai hanya diam. Dan mengambil lengan kiri gadis itu, kemudian menggenggamnya erat. Lalu mengecup sekilas telapak tangan gadis cantik itu. Kai tersenyum.

“Aku merindukanmu” ucap lelaki itu.

Soo Jung tersenyum simpul mendengar ucapan kekasihnya itu. Pastinya, ia juga merasakan hal yang sama. Merindukan lelaki itu. Kai mendekatkan wajahnya dengan wajah gadis itu. Kini, lengan kanannya tidak lagi menggenggam lengan kiri Soo Jung. Melainkan berada di tengkuk gadis itu. Berusaha untuk membuat jarak di antara wajah mereka semakin dekat. Hingga benar-benar tidak ada lagi jarak di antara mereka.

Lelaki tampan itu mengecup lembut bibir Soo Jung. Sedikit melumat namun dengan hati-hati. Tentu saja gadis itu tidak tinggal diam, ia melakukan hal yang sama. Membalas lumatan yang tengah dilakukan kekasihnya itu. Mata sepasang kekasih itu terpejam. Benar-benar menikmati kegiatan yang sedang mereka lakukan. Hanya berharap, jangan sampai ada seseorang yang melihat mereka yang kini tengah asik bercumbu.

Tentu saja, itu akan sangat mengganggu.

Cukup lama, hingga Soo Jung memutuskan untuk menyudahi kegiatan mereka. Gadis itu mendorong pelan tubuh Kai hingga sedikit menjauh dari tubuhnya. Mengakhiri kegiatan mereka yang terbilang cukup lama bagi sepasang kekasih tak tau malu, bercumbu di luar rumah.

Soo Jung tersenyum.

“Tadi aku membuat telur gulung kesukaanmu untuk Sulli. Tapi dia tidak memakan semuanya. Apa kau mau?” tanya gadis itu.

“Ya.. kenapa kau membuatkan Sulli makanan kesukaanku? Itu kan seharusnya hanya untukku” protes lelaki itu.

“Kau jangan seperti anak kecil Kai ya. Sulli menyukai masakanku. Apa salahnya jika aku buatkan dia telur gulung?” balas Soo Jung.

“Yasudah. Kau mau apa tidak? Atau kuberikan saja yang tersisa itu untuk Baekhyun dan Jongdae” sambung gadis itu.

“Andwae! Cepat, ambilkan sana” perintah Kai.

Soo Jung segera melangkahkan kakinya menuju dapur rumah tersebut. Mengambil makanan favorite Kai lalu segera kembali ke tempat kekasihnya itu berada. Soo Jung tak henti-hentinya tersenyum saat melihat wajah Kai yang sedang memakan telur gulung buatannya dengan lahap. Melihat kekasihnya makan dengan mulut yang penuh serta wajah yang serius sudah menjadi kegiatan favorite gadis itu sejak dulu. Bahkan sebelum lelaki itu resmi menjadi kekasihnya.

“Kenapa kau suka sekali menertawakanku ketika sedang makan?” dengan mulut yang masih dipenuhi makanan, Kai mengeluarkan suaranya. Bukannya menjawab, Soo Jung malah sedikit terkekeh dengan pertanyaan kekasihnya itu.

“Kau terlihat tampan jika sedang makan. Apalagi dengan mulut yang penuh seperti itu” ujar Soo Jung.

“He? Dasar gadis aneh. Gadis lain akan mengatakan aku tampan ketika sedang tersenyum atau melukis. Tapi kau malah bilang aku tampan jika sedang makan” balas Kai.

“Itukan gadis lain. Aku bukan gadis lain itu Kai” ucap gadis itu.

“Emm, benar juga. Kau kan kekasihku” Kai tersenyum.

“Tidak ada telur gulung seenak buatanmu di dunia ini” sambung lelaki itu sesaat setelah ia meneguk airnya.

Soo Jung membalas ucapan kekasihnya itu dengan seulas senyuman di bibirnya. Wajar jika Kai mengatakan hal itu kepada Soo Jung, karena sejak dulu memang masakan Soo Jung adalah yang ter-enak menurutnya.

“Ada yang ingin kutanyakan kepadamu” ucap Soo Jung hati-hati.

“Apa? Tanyakan saja” balas lelaki itu.

“Sudah berapa kali kau berbohong di belakangku?” tanya gadis itu tenang.

Mata Kai sedikit membulat ketika mendengar pertanyaan Soo Jung. Ia terkejut, Soo Jung tau tentang kebohongannya. Dan matilah ia, ia tidak tau bagaimana cara menjelaskan alasannya kepada gadis itu.

“Kau sulit untuk dihubungi. Kau sulit untuk kuajak keluar. Aku tidak tau apa yang kau lakukan selama itu. Hanya saja, jujur kepadaku rasanya akan lebih baik” Soo Jung tersenyum, kaku.

Kai hanya diam. Matanya memandang lekat gadis itu. Walau gadis itu tersenyum, tapi terbaca jelas kekecewaan tengah memenuhi kedua bola mata indah Soo Jung.

“Kau jenuh kepadaku Kai?” tanya Soo Jung. Pandangannya tak lepas dari sosok lelaki yang tengah berada di hadapannya sekarang.

“Ha? Apa yang kau katakan?” Kai balik bertanya.

“Apa kau jenuh dengan hubungan kita? Atau kau jenuh dengan segala perlakuanku selama hampir tiga tahun kita saling mengenal?” Soo Jung terus membeberkan pertanyaannya kepada lelaki itu. Ia sedikit kehilangan kesabaran melihat kekasihnya itu.

Kai menggeleng pelan. Ia mencoba tersenyum.

“Kau salah. Aku bukan jenuh, aku hanya terlalu menikmati perlakuanmu” balas lelaki itu lembut.

Lelaki itu tidak bisa mengatakan semuanya sekarang. Ia menundanya.  Sekarang bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan kepada gadis itu. Paling tidak, ia harus menyelesaikan penampilan terakhirnya dulu beberapa hari lagi, baru setelah itu ia menjelaskan segalanya kepada Soo Jung. Yang harus ia lakukan sekarang adalah, sekuat tenaga mempertahankan gadis itu. Ia rela, walau harus dituduh jenuh dengan hubungan mereka.

“Ya, tapi kau sudah tidak menikmatinya lagi beberapa minggu ini” ucap Soo Jung.

“Sebenarnya, bukan salahmu. Sejak awal kita saling mengenal, aku sudah tau kau orang seperti apa. Sejak dulu, dengan mudahnya berganti kekasih. Hanya karena satu alasan. Jenuh” Soo Jung menundukkan sedikit kepalanya.

“Salahku, nekat menyatakan perasaanku kepadamu. Seharusnya aku sadar, cepat atau lambat kau pun pasti akan jenuh kepadaku” sambung gadis itu. Soo Jung kembali mengangkat kepalanya. Ia kembali menatap lelakinya itu. Dan mencoba tersenyum dengan tenang.

“Pergilah. Aku harus menyelesaikan makalah untuk besok diserahkan kepada Jongwoon seonsaengnim” Soo Jung menghela nafas berat. Kemudian melangkahkan kakinya menuju pintu rumah tersebut. Sejujurnya, ia bukan ingin menyelesaikan tugas. Hanya ingin bergegas masuk dan ingin menangis di balik selimut tempat tidurnya.

Saat kakinya hampir memasuki rumah tersebut, langkahnya terhenti. Ia kembali melihat ke arah kekasihnya itu, yang masih tetap diam di tempatnya.

“Kai” panggil Soo Jung pelan. Lelaki yang dipanggil gadis itu, kini balik menatap nya.

“Kapanpun, jika kau ingin mengakhiri hubungan kita. Aku siap” ucap Soo Jung sembari tersenyum, hambar.

Kai masih diam di tempatnya saat melihat gadisnya itu masuk ke dalam rumah dan menutup pintu rumah tersebut. Ia menutup kedua matanya. Tak habis pikir, karena beberapa kebohongan kecil, hubungannya dengan gadis itu diambang kehancuran.

****

Kai kembali menatap ponsel miliknya. Sembari memperbaiki posisi tidur di atas ranjang berwarna putih miliknya, ia kembali mendesah pelan. Kecewa, karena sejak kemarin sampai detik ini, Soo Jung belum juga menghubungi atau mengirim sebuah pesan untuknya.

Sebenarnya, ia ingin menghubungi gadis itu terlebih dahulu. Tapi nyalinya secepat kilat menciut ketika teringat pembicaraannya tempo hari dengan gadis itu. Ia khawatir, gadis itu akan semakin marah. Tapi ia juga ingin tau, apa isi hati gadis itu sekarang. Membaik atau malah semakin ingin berpisah dari dirinya. Tidak, ia tidak siap dan tidak akan pernah siap untuk berpisah dari gadis itu. Kai membalikkan tubuhnya, sedikit membelakangi pintu kamar yang terletak tidak jauh dari ranjangnya.

“Kai!” suara bass seseorang tiba-tiba memanggil lelaki berkulit agak cokelat itu. Tapi ia tau suara itu, tak perlu memutar kepalanya agar mengetahui pemilik suara itu, ia sudah tau bahwa yang memanggilnya adalah kakak laki-lakinya, Kris.

“Kunci mobil?” Kris berdiri tepat di depan pintu kamar adiknya itu. Ia ingin keluar, dan ia butuh kunci mobil yang sekarang sedang berada pada adiknya itu.

Kai mengambil kunci mobil yang berada tepat di atas meja kecil yang berada di sebelah ranjangnya. Tanpa menoleh, ia melempar asal kunci mobil itu. Yang malah terjatuh tepat di depan kaki Kris. Kris mengerutkan kecil keningnya, lalu memungut kunci mobil itu. Sebelum ia membalikkan tubuhnya dan keluar dari kamar adiknya itu, ia berjalan pelan menuju ranjang Kai. Kemudian dengan tiba-tiba, ia merebahkan tubuhnya tepat di sebelah Kai lalu memeluk tubuh adiknya itu. Kai menggeliat. Risih.

“Aish, hyung! Lepaskan! Aku sudah memberikan kunci mobilnya” gerutu Kai.

“Kupikir kau sedang tidur, memberikan kunci mobil dengan cara tidak sopan seperti itu” balas Kris.

“Hyung! Aku tidak mau dikira gay!” ucap Kai ketus. Ia masih mencoba untuk melepaskan pelukan aneh kakaknya itu.

“Ya! Tidak ada pasangan gay adik kakak seperti kita” Kris meninggikan sedikit nada suaranya.

“Mck, pergi kau! Bau parfummu menjijikkan” Kai hampir kehilangan kesabarannya.

Kris hanya tertawa kecil mendengar perkataan adiknya itu. Lalu ia melepaskan pelukannya, sebelum Kai kehilangan kesabaran dan dengan sadis menendangnya keluar dari kamar itu.

“Aku pulang malam” ucap Kris tersenyum sembari mengacak rambut hitam adik laki-lakinya itu.

“Dasar gila” gerutu Kai setelah Kris menghilang dari kamarnya. Ia mendesah jengkel. Untuk kesekian kalinya, ia mengecek layar ponselnya. Tapi kali ini berbeda, sebuah pesan singkat kini tengah menghuni layar ponselnya. Kai tersenyum. Tepat, pesan itu berasal dari gadisnya.

Kau sudah makan? Haah, Jongwoon seonsaengnim benar-benar merepotkan. Ia menolak makalahku L

Sebuah senyuman masih terhias di wajah tampan Kai saat ia membaca pesan singkat tersebut. Namun ia semakin merasa bersalah kepada gadis itu. Walau gadis itu tau ia telah dibohongi, tapi gadis itu masih seperti biasa. Seakan-akan tidak terjadi apapun.

Situasi seperti ini, sedikit membawa keberuntungan untuk lelaki itu. Paling tidak, Soo Jung tidak langsung mengakhiri hubungan mereka secara sepihak. Targetnya, setelah festival berakhir lusa, ia akan segera menjelaskan semuanya kepada kekasihnya itu.

****

Soo Jung melemparkan pandangannya ke segala penjuru sudut Kyunghee University. Bukan karena ia sedang mencari seseorang, tapi karena ia tidak nyaman berada di tengah-tengah orang banyak seperti saat ini.

Tadi sehabis kelas selesai untuk hari ini, Sulli langsung menyeret Soo Jung agar menemaninya ke salah satu universitas paling terkenal di Seoul itu. Alasan Sulli hanya satu, ingin melihat kekasihnya, Park Chanyeol tampil. Soo Jung sempat menolak saat mereka sudah berada di tengah jalan. Namun, akhirnya ia luluh setelah melihat wajah Sulli. Ia tidak tega. Lagipula, ini memang pertama kali ia melihat Chanyeol kembali di panggung setelah beberapa lama hubungan tidak jelasnya dengan lelaki itu terselesaikan.

Dan resikonya, Soo Jung merasa sedikit risih. Tidak masalah jika ia berada di sebuah ruangan kelas yang diisi oleh lima belas sampai dua puluh orang, tapi kini ia tengah berada di keramaian yang tidak terhitung jumlah orangnya. Bermacam jenis bazar tersebar di beberapa sudut universitas itu. Panggung besar berada di tengah keramaian dan siap untuk diisi oleh setiap pengisi acara.

Sepasang mata Soo Jung tiba-tiba menangkap dua orang yang sangat dikenalnya tengah berdiri tidak jauh dari tempatnya dan Sulli berada. Gadis itu menarik tangan Sulli untuk berjalan mendekat ke arah dua orang tersebut.

“Kalian juga disini” Soo Jung tersenyum. Tapi tidak dengan dua orang yang berada di hadapannya. Mereka sedikit terkejut.

“Soo Jung? Kau… sedang apa kau disini?” tanya Sehun refleks. Masih menyisakan ekspresi wajah kagetnya.

“Emm, Sulli ingin melihat Chanyeol. Ia memaksaku ikut kesini” jawab gadis itu.

Sehun mengerutkan kecil keningnya. Lalu melihat ke sisi kanannya, meatap kekasihnya, Jiyeon. Mereka berpandangan, sedikit kebingungan dan kekhawatiran terbaca jelas dari masing-masing wajah mereka.

Khawatir, bagaimana jika gadis polos yang berada di hadapan mereka sekarang melihat kekasihnya sendiri tampil di atas panggung? Panggung yang difikirnya sudah benar-benar ditinggalkan kekasihnya itu. Juga bingung, apa Sulli tidak diberitahu oleh Kai tentang hal ini? Hingga dengan seenaknya ia membawa Soo Jung ke tempat ini.

“Kalian kenapa?” tanya Soo Jung saat melihat raut wajah kedua temannya itu tampak tidak wajar.

“Anniya. Gwenchana” Sehun mencoba sedikit tersenyum.

“Kau ingin melihat Luhan oppa disini?” tanya gadis itu lagi.

“Eh? Ne. Tentu. Aku ingin melihat kakakku” jawab Sehun sedikit berbohong. Ia memang ingin melihat Luhan, tapi ia juga ingin melihat sahabatnya, Kai.

Soo Jung mengalihkan pandangannya ke arah panggung. Mencoba untuk sedikit menikmati keramaian yang tidak ia sukai ini. Saat melihat sosok Chanyeol naik ke atas panggung, bibirnya menyunggingkan senyuman kecil. Senyuman kecil itu masih melekat di bibirnya saat melihat dua lelaki yang menyusul di belakang Chanyeol. Luhan dan Lay.

Tapi senyumannya tidak bertahan lama. Senyuman itu memudar saat ia melihat lelaki terakhir yang naik keatas panggung itu. Tak lain, lelaki itu adalah kekasihnya sendiri, Kai. Kedua bola matanya membulat. Bibirnya tak lagi menyunggingkan senyuman kecil namun manis yang tadi ia perlihatkan. Ia terpaku melihat kekasihnya, yang kini tengah asik menggerakkan seluruh tubuhnya di atas panggung yang cukup besar itu.

Soo Jung hanya diam sembari menatap lekat ke arah Kai. Kerasnya dentuman musik yang mengiringi Kai menari benar-benar tidak mempengaruhi telinga gadis itu. Ia bahkan seperti tidak mendengar apa-apa. Ia hanya diam dan tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya. Fokusnya hanya Kai.

Sementara tiga orang yang berada di sebelah gadis itu juga melakukan hal yang sama. Diam. Bedanya, Sehun dan Jiyeon diam sembari sedikit melirik gadis itu. Sedangkan Sulli, diam tapi juga dengan wajah terkejut melihat sosok Kai yang tengah berada di atas panggung. Tujuan pertamanya ingin melihat Chanyeol kini seakan tidak penting lagi. Ia malah seperti tidak melihat sosok Chanyeol diatas panggung itu.

Musik berhenti. Empat lelaki itu bersiap turun dari atas panggung. Saat Kai ingin membalikkan tubuhnya untuk turun dari atas panggung, matanya justru menangkap gadis cantik yang kini juga tengah menatapnya lekat. Beberapa detik, mereka saling berpandangan. Hingga suara Sehun menyadarkan Soo Jung.

“Dia membohongimu” Sehun sedikit melirik gadis itu.

“Mungkin setelah mengatakan ini, aku akan dihabisi oleh Kai. Tapi kau sudah terlanjur melihatnya. Ia sudah terlalu banyak membohongimu beberapa minggu ini. Termasuk berada di panggung itu, saat kau mengira ia benar-benar sudah lepas dari kegiatan yang paling disukainya itu” jelas Sehun.

“Ia berlatih sedikit lebih keras, agar bisa rela melepas kegiatan itu untuk selamanya” sambung lelaki itu.

Sehun menatap Soo Jung lekat. Begitu juga gadis itu yang balik menatapnya. Wajah gadis itu tidak menunjukkan ekspresi marah ataupun kecewa. Kemudian gadis itu membalikkan tubuhnya. Lalu melangkahkan kaki pergi meninggalkan tiga orang yang sejak tadi berada di dekatnya. Sehun, Jiyeon dan juga Sulli.

****

Soo Jung merebahkan tubuhnya di atas ranjang berseprei biru safir miliknya. Sengaja menghadap jendela besar yang berada tidak jauh dari ranjang dan membelakangi pintu kamarnya. Tatapannya kosong. Perlahan, ia mencoba menghirup udara yang berada di sekitarnya. Tidak bisa. Udara itu seakan-akan berhenti di tenggorokannya.

Tanpa diduga, air mata mengalir dengan sempurna dari sepasang mata indah milik gadis itu. Ia menutup matanya, mencoba berfikir dengan lebih tenang. Ia baru menyadari satu hal penting dari dirinya, yang seharusnya sudah ia ketahui sejak dulu. Ia begitu bodoh.

Tadi saat melihat Kai di atas panggung, sejujurnya bukan rasa sakit hari karena dibohongi yang ia rasakan. Tetapi kecewa. Bukan kecewa kepada kekasihnya, tapi kepada dirinya sendiri. Ia merasa menjadi gadis paling bodoh. Paling tolol yang dulu tega meminta kekasihnya meninggalkan sesuatu yang teramat disukainya hanya karena hal sepele.

Walaupun ia tau alasannya dulu wajar, namun tidak seharusnya ia meminta hal bodoh itu kepada Kai. Ia tau betul, lelaki itu sangat suka menari sejak kecil. Tapi lihat, kekasihnya sendiri sengaja mencoba menghentikannya. Di panggung, Kai begitu hidup. Ia begitu bersinar, layaknya penari profesional pada umumnya. Dan Soo Jung merasa menjadi kekasih yang begitu jahat di hadapan lelaki itu.

Soo Jung segera menghapus air matanya saat mendengar seseorang dari arah belakang membuka pintu kamarnya. Tidak perlu berbalik dan melihat orang itu, ia sudah bisa menebak, pasti Sulli yang membuka pintu kamarnya dan kemudian berusaha untuk berbicara dengannya.

“Keluarlah Sulli ya. Aku sedang tidak ingin diganggu” ucap Soo Jung masih dengan posisinya yang membelakangi pintu kamar.

Raut wajah Soo Jung langsung berubah saat sebuah lengan memeluk pinggangnya dari belakang. Sepertinya tebakannya salah. Tidak mungkin Sulli memeluk pinggangnya seperti itu. Ia sadar seseorang sedang berbaring di belakangnya sekarang. Dan sepertinya ia juga tau pemilik lengan itu, kulit yang sedikit cokelat. Siapa lagi jika bukan kekasihnya.

Namun Soo Jung tetap diam dan tidak ingin berbalik untuk menghadap kekasihnya itu. Ia bingung. Dalam diam, Soo Jung menunggu Kai untuk mengeluarkan suara.

“Sampai kapan kau akan terus memelukku seperti ini?” tanya Soo Jung. Setelah diam dalam posisi seperti itu selama hampir sepuluh menit, akhirnya gadis itu tidak tahan dan memilih mengeluarkan suara terlebih dahulu.

“Diamlah. Aku lelah. Biarkan seperti ini beberapa menit lagi” jawab Kai sembari mengeratkan pelukannya dan semakin menenggelamkan kepalanya dibalik rambut panjang kekasihnya itu.

“Kai. Sebaiknya kita berakhir saja” ucap Soo Jung dengan lembut.

Hening. Tidak ada reaksi sama sekali dari lelaki yang tengah berbaring di belakangnya itu. Seakan-akan kata-kata yang berusan diucapkan gadis itu sama sekali tidak penting untuk didengarkan.

“Kai” Soo Jung mencoba untuk memanggil nama lelaki itu. Berharap lelaki itu akan memberikan respon atas kata-kata nya tadi.

Namun nihil. Lelaki itu masih tetap diam ditempatnya. Raut wajah Soo Jung hampir diliputi kejengkelan. Jangan sampai, hanya karena hal sepele ini kesabarannya habis. Aneh baginya jika harus mengakhiri hubungan dalam perasaan kesal.

“Ya! Kim Jongin!” Soo Jung akhirnya berbalik. Kembali mencoba berbicara dengan lelaki itu.

Tepat ketika Soo Jung membalikkan tubuhnya hendak menghadap Kai, lelaki itu dengan cepat langsung melumat bibir gadis cantik itu. Kai begitu menikmati kegiatannya, hingga tangan kanannya pun bergerak menyentuh bagian belakang kepala gadis itu. Secara tidak langsung, memerintahkan gadis itu agar membalas perlakuannya.

Soo Jung yang cukup terkejut mendapat perlakuan dengan tiba-tiba seperti itu dari Kai, hanya mampu diam dan mencoba sedikit meredam rasa kagetnya. Dapat ia hirup dengan jelas aroma tubuh kekasihnya itu. Aroma yang sangat ia sukai, aroma yang mampu membuatnya kehilangan seluruh kesadarannya walaupun hanya dalam waktu beberapa menit saja.

Tentu saja aroma yang mampu membuatnya mabuk kepayang seperti itu hanya Kai yang miliki. Gadis itu benar-benar tidak bisa menolak. Baginya, Kai begitu memikat. Baik tubuhnya, senyumannya, aromanya, bahkan kekonyolan yang ada dalam diri lelaki itu. Ia suka. Sangat suka.

Sekian menit, akhirnya Kai mengakhiri ciuman dadakan yang diberikannya kepada gadis itu. Ia menatap Soo Jung dengan tatapan yang sangat tenang. Kai menyentuh pipi gadis itu, mengusapnya pelan, lalu tersenyum.

“Kenapa tidak membalas ciumanku?” tanya lelaki itu lembut.

“Maaf aku membohongimu. Jangan akhiri hubungan kita” sambung lelaki itu.

“Kembalilah keatas panggung dan carilah gadis yang tidak sepertiku. Cari gadis yang tidak akan pernah melarangmu untuk menari” balas Soo Jung.

Kai tersenyum simpul. Ia menatap kekasihnya itu dengan tatapan hangat dan dalam.

“Jangan pernah memintaku untuk mencari gadis lain. Karena jelas-jelas kau masih ada di hadapanku sekarang” ucap Kai lembut.

“Aku tidak marah dengan kebohonganmu ini” balas Soo Jung.

“Kai maaf. Dulu dengan seenaknya melarangmu untuk kembali ke atas panggung. Tidak ada gadis sepertiku, berani melarang kekasihnya sendiri untuk melakukan apa yang kekasihnya sukai” sambung gadis itu. Gadis itu kembali menangis. Ia benar-benar menyesal sekarang.

Kai kembali mengecup sekilas bibir Soo Jung. Masih tetap dengan senyuman yang sama di wajahnya.

“Jangan menangis. Memang tidak ada gadis sepertimu di dunia ini. Karena itu, aku sangat mencintaimu” ucap Kai.

“Tadi benar-benar terakhir kalinya aku menari, setelah ini aku akan sepenuhnya fokus untuk melukis dan menargetkan seperti Kris hyung. Selesai di semester delapan” sambung lelaki itu.

“Apa ini karena aku?” tanya Soo Jung lirih.

“Tentu saja tidak. Tidak ada hubungannya denganmu. Maaf ya, sudah membuatmu berfikir jika aku jenuh” balas Kai.

“Aku tidak ingin kehilanganmu” ucap Soo Jung pelan.

“Tidak akan pernah” Kai membelai kepala Soo Jung dengan penuh kasih sayang.

“Jangan lagi pernah berfikir jika aku jenuh dengan hubungan kita. Karena itu tidak akan pernah terjadi” ucap Kai sembari tersenyum.

Soo Jung tersenyum seraya menatap lekat kekasihnya itu. Dalam hati, ia bersumpah tidak akan pernah meminta hal sebodoh itu lagi kepada Kai. Kai terlalu berarti untuknya, dan ia tidak akan pernah sanggup untuk berpisah dari lelaki itu. Hampir lima menit saling bertatapan dalam keheningan, akhirnya Kai pun mengangkat tubuhnya. Ia memposisikan tubuhnya di atas tubuh Soo Jung.

Tentu saja tubuhnya tidak langsung menimpa tubuh gadis itu. Ia menahan tubuhnya dengan kedua tangannya yang diposisikan di sebelah kanan dan kiri tubuh gadis itu. Sementara Soo Jung dengan kening yang sedikit berkerut menatap Kai bingung. Entah gadis itu memang polos, atau ia pura-pura bodoh sampai tidak mengerti keinginan kekasihnya itu.

“Kau mau apa?” tanya gadis itu pelan sembari menatap wajah Kai yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya.

Dengan wajah yang tiba-tiba memancarkan aura setan, Kai tersenyum jahil sembari memandang gadisnya itu. Entah ia hanya ingin bercanda atau benar-benar menginginkan gadis itu.

“Sekarang, mari kita lanjutkan”

 

.Perfect.

 

HaeYoung : untung ga jadi NC nih cerita LOL

Maaf ya, aku buat kaistal ini rada ragu soalnya. Permasalahannya aneh menurutku (tapi tetep ditulis juga, yaelah) XD maaf soal teks yang mungkin kepanjangan, maaf kalo rada membingungkan dan maaf untuk kata-kata yang sedikit tidak baku.

Ini cerita terakhir dariku. Tinggalkan kesan kalian dalam bentuk apapun :D Dan sorry tentang pairing, kalo ga suka. Hehe.

Next –> Kris – Suzy (brigida1315)

Nantikan cerita yang berikutnya #bow

 



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles