I Never Told You
Title : I Never Told You
Author : Tamtam
Cast : Jang Nayoung (OC), Kim Minseok (EXO), Xi Luhan (EXO)
Length : Drable
Genre : Angst?
Summary : Karena aku tidak pernah memberitahumu…
Nayoung pov
Ini sudah tepat tiga bulan selepas kepergianmu. Aku tidak bisa menyalahkanmu yang begitu saja melangkah pergi saat tanganku hendak meraihmu. Katakan bahwa aku ini bodohkarena saat itu aku hanya memandangmu yang pergi menjauh tanpa berminat memintamu untuk tetap tinggal. Bersama tenggelamnya matahari, saat itu kau benar-benar pergi dari hidupku.
“Masih memikirkannya?”
Sebuah suara mengejutkan, membuatku mendongkak kemudian menatapnya sebentar. Kim Minseok. Ia tengah menatapku khawatir, aku hanya tersenyum untuk menjawab pertanyaannya. Ia terduduk disampingku tak lama jemarinya menggengam tanganku erat.
“Walaupun berat, akan lebih baik jika kau melupakannya”
Minseok kembali menatapku, ia pun tersenyum hangat untukku. Entahlah apa jadinya aku bila tidak ada dirinya disampingku saat ini.
Hembusan angin menjadi teman kami, ia menemani keheningan yang terjadi diantara kami. Minsoek masih mengenggam tanganku erat mencoba menyalurkan kekuatan yang entah dapat membangunkanku dari keterpurukkan ini atau tidak.
“aku menyesal”
Hanya perkataan itu yang mampu aku keluarkan ketika manik mata Minseok menatapku lekat. Ia kembali lagi tersenyum setelah mendengar ucapanku. Ia menghirup napas dalam, membiarkan paru-parunya terisi udara pagi.
“Kalau begitu pergilah! Temui dia!”
Aku hanya bisa menundukkan kepala mendengar perkataan Minseok. Menemuinya? Aku tak yakin apa ia masih sudi untuk menyambut kedatanganku.
“Kau hanya perlu mencobanya. Apapun yang terjadi nanti bukankah akan lebih baik karena kau telah mencobanya?”
Minseok bangkit dari duduknya. Sesaat ia merenggangkan tubuhnya kemudian mengulurkan salah satu tangannya kepadaku.
“Kajja! Kita lanjutkan. Kau berjanji untuk berlari lima keliling bukan?”
Aku menyambut tangannya kemudian melanjutkan joging pagiku yang sempat tertunda.
Author pov
Nayoung dan Minseok berlari menyusuri taman kota yang masih lengang. Mereka tertawa bersama. Tak jauh dari mereka, seseorang menatap mereka tidak suka. Kilat kebencian tersirat jelas pada mata hitamnya.
“Aku benar-benar tak mengerti jalan pikiranmu”
Xi Luhan. Namja itu masih menatap Nayaoung dan Minseok tajam. Dalam diam ia mengikuti Nayaoung. Luhan tidak mengerti bagaimana bisa Nayoung berbahagia seperti itu setelah berpisah dari dirinya.
“Kau benar-benar mengecewakanku Nayoung-ah”
Luhan bergumam pelan setelah menghentikan langkahnya. Ia sudah muak melihat semuanya jadi ia memutuskan berhenti dan kembali menuju mobilnya.
Minseok pov
Aku harus bersyukur karena masih dapat melihat senyumnya. Setelah tiga bulan berlalu hanya senyum tipis milik Nayoung yang masih dapat aku pertahankan. Jang Nayoung. Ia begitu bodoh karena lebih memilih menyimpan segalanya. Menyimpan kenyataan yang memporak porandakan hidupnya.
Setelah berulangkali aku meminta, akhirnya ia mau untuk berada disini. Berada didepan flat milik seseorang.
“Apa harus aku berada disini?”
Kulihat Nayoung tengah memilin-milin tangannya. Itu pertanda bahwa ia tengah merasa resah. Aku meraih puncak kepalanya kemudian mengelusnya pelan.
“Tenang saja. Ada aku disampingmu”
Aku bisa melihat bibirnya yang perlahan terangkat. Ia tersenyum sekilas membalas ucapanku. Saat Nayoung berniat mengetuk pintu yang ada di hadapannya, handle pintu itu bergerak. Tak lama seseorang keluar dari balik pintu itu.
Nayoung pov
Bisaku rasakan jantung ini yang berdegup kencang. Entah mengapa perasaan ini masih sama setelah ia pergi meinggalkanku.
“Annyoeng Luhan-ah”
Ia hanya terdiam sambil mengamatiku lekat. Tidak ada senyum hangatnya yang biasa menyambut kedatanganku seperti dulu. Apa semua memang telah berubah?
“Untuk apa kau berada disini?!”
Tubuhku menegang mendengar ucapannya yang terlampau dingin. Matanya pun menatapku tajam.
“Bisakah kau bersikap lebih sopan terhadap tamu yang ingin menemuimu?!”
Suara Minseok terdengar lebih dingin dari pada suara Luhan dan itu membuat rahang Luhan mengeras.
“Jadi aku harus bersikap sopan pada wanita murahan seperti dia?”
Aku bungkam mendengar ucapannya. Aku tidak bisa mengelak karena mungkin kenyataannya memang seperti itu.
“Jaga mulutmu!”
Dapatku lihat Minseok tengah mengepalkan kedua telapak tangannya. Wajahnya pun sudah memerah menahan amarah.
“Kalian kemari untuk apa? Memberitahu pernikahan kalian hah? Atau menyuruhku mengucapkan selamat atas bayi yang tengah dikandung Nayoung?”
Aku tidak bisa menahan lagi air mata ini. Aku membiarkannya meluruh bersama kepedihan hatiku yang selama ini aku tahan.
“KAU!”
Minsoek hendak memberi satu pukulan pada wajah Luhan, namun dengan cepat aku menahannya.
“Mianhae Luhan-ssi bila aku mengganguumu. Aku pamit. Annyeong”
Aku melangkahkan kakiku meninggalkannya. Aku acuhkan teriakkan Minseok yang menyuruhku tetap tinggal.
“Nayoung-ah, jangan menjadi bodoh lagi! Lebih baik kau memberitahu saja yang sebenarnya terjadi”
Aku berhenti sebentar, mengambil nafas kemudian berteriak mengingat keberadaanku yang sudah jauh dari mereka. Dan ku harap ini bisa mengakhiri rasa sakitku.
“Sudahlah Minseok, ini sudah berakhir. Kami benar-benar sudah berakhir”
Author pov
Minseok manatap Nayoung yang pergi menjauh. Helaan nafas ia keluarkan sebelum berbicara dengan Luhan.
“Kau begitu bodoh Xi luhan!”
Mendengar ucapan Minseok membuat mata Luhan membulat. Ketika ia akan menyerang Minseok dengan ucapannya. Minseok sudah lebih dulu berkata.
“Itu anakmu! Bayi yang dikandung Nayoung benar-benar anakmu”
Luhan membulatkan matanya mendengar pengakuan Minseok. Ia tidak percaya. Karena selama tiga bulan ini yang Luhan tahu anak yang tengah dikandung Nayoung adalah anak Minseok. Maka dari itu Luhan pergi meninggalkan Nayoung.
“Aku sama sekali tidak pernah menyentuhnya. Kau harus percaya ucapanku!”
“Tapi kenapa ia tidak memberitahuku?”
Helaan nafas lagi-lagi keluar dari bibir Minseok. Ia berusaha memaklumi tingkah sahabatnya yang tidak pernah berfikir jernih dalam menghadapi masalah.
“Karena ia tidak ingin memberitahumu. Begitu banyak mimpi yang ingin kau raih. Jadi Nayoung tidak ingin menjadi penghalang untuk semua mimpimu”
Luhan terdiam, sesaat ia teringat pernah mengatakan pada Nayoung bahwa ia tidak akan menikah sebelum jabatan CEO berada ditangannya.
“Nayoung kemari bukan bermaksud mengatakan semua itu. Ia hanya ingin pamit pergi padamu”
Luhan membeku mendengar penjelasan Minsoek. Ia sama sekali tidak pernah berfikir bahwa Nayoung akan pergi jauh dari sisinya.
“Jadi, belajarlah melupakan Nayoung. Biarkan ia tenang bersama bayi yang ada dikandungannya. Jebal”
Minseok membungkuk, ia benar-benar berharap perkataannya akan dilakukan oleh Luhan.
“Aku masih mencintainya”
“Begitu juga denganku”
Luhan yang menunduk kini menatap Minseok lekat. Luhan tahu bahwa dari dulu Minseok mencintai Nayoung tapi ia tidak pernah mengira bahwa Minseok akan mengaku dihadapannya.
“Berikan kesempatan untukku Luhan-ah. Biarkan aku membahagiakannya. Menghapus rasa sakit yang hadir pada hatinya karena kau. Jebal”
Luhan terdiam beberapa saat, ia menarik nafas dalam. Biarkan kali ini ia yang mengemban rasa sakit yang selama ini dirasakan Nayoung.
“Jaga Nayoung baik-baik Minseok-ah. Aku mengandalkanmu!”
Minseok tersenyum sebelum ia melangkah pergi meninggalkan Luhan. Luhan bergeming, pikirannya melayang pada air mata yang dikeluarkan Nayoung tadi. Mulai detik ini ia harus merelakan hatinya. Melepas cintanya dan mengubur semua mimpi indahnya.
FIN
Kamsahamnida buat yang rela menyisihkan waktunya untuk membaca FF ini. Dan Mian, kalo ceritanya enggak nyambung J
