| Title : My Sweet Night |
| Author : gishafz (@ginashafanm) |
| Main Cast : Hwang Ji Na (OC) & Park Chanyeol (EXO) |
| Support Cast : Find by Yourself |
| Genre : Married-life, Fluff, and Romance|
| Lenght : Oneshot (2.169 words) |
| Rating : PG-17!!|
| Credit Poster : gishafz artdesign |
Disclaimer : Baekhyun dan casting yang lain seutuhnya milik Tuhan Yang Maha Esa dan orang tuanya masing-masing. Cerita ini hanya fiktif belaka, imajinasi dan khayalan author sendiri. Jika ada kesamaan cerita dan ide itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
A/N : Lihat aja dibawah.
Summary: “Bagaimana jika kita berganti pakaian berdua? Itu lebih asyik, Yeobo~.”
| DILARANG KERAS UNTUK COPY+PASTE FANFICTION INI TANPA SEIZIN AUTHOR |
~ Selamat Membaca ~
Suasana hening menyelimuti di sebuah ruangan yang lumayan besar ini. Beberapa kali sebuah suara angin menghembus pelan masuk celah pintu yang sengaja dibuka oleh pemiliknya. Tirai putih yang sangat kontras dengan dinding membuat sebuah kesan tersendiri bagi kamar ini. Kamar ini tidak terlalu ramai akan barang sang pemilik ruangan ini bisa dibilang sederhana.
Semenjak tadi ada banyak kelopak bunga mawar terletak pada ranjang besar itu. Jika dilihat lebih detail, kelopak bunga itu dibentuk sebuah hati yang cukup besar. Warna merahnya sangatlah mencolok jika dipandang. Tak jauh dari ranjang, tampak seorang wanita dan pria sedang menatap satu sama lain.
Ya, ini adalah kamar yang disediakan oleh orang tua sang wanita. Wait, apa kalian mengerti maksudnya? Well, ini adalah kamar seorang pengantin yang baru saja menikah tadi pagi. Jam yang terletak pada nakas menunjukkan pukul 08.00 PM KST. Kedua mempelai, baru saja mengakhiri acara pesta pernikahan mereka.
Namun mengapa mereka saling bertatapan seperti itu? Okelah, sejujurnya mereka sedang berbicara—lebih tepatnya sedang membicarakan masalah yang sangat sepele.
“Aku ingin tidur. Lalu bagaimana dengan kelopak bunga merah ini?” ujar sang gadis sedikit frustasi.
Ya, mereka baru saja menggelar akad pernikahan sekaligus acara pernikahan dan itu benar-benar melelahkan. Sang gadis sedikit menggeram ketika melihat ranjang extra besar itu dipenuhi kelopak bunga yang indah. Gadis itu terlihat berkacak pinggang dan menatap lelah kearah seorang yang sekarang sudah menjadi suami sah-nya.
“Apa mau dibuang begitu saja? Sayang sekali jika dibuang.” Jawab sang pria sedikit kebingungan.
Sebetulnya, sang pria juga sangat ingin mengistirahatkan tubuhnya. Pemuda itu terlihat mengacak rambut rapihnya dengan pelan. Ayolah, hanya sebuah kelopak bunga membuat kedua orang menjadi pusing? Tinggal dimasukan kedalam plastik atau semacamnya kan bisa?
“Chanyeol, aku ingin kau membuangnya saja. Kita bisa membeli bunga itu nanti. Ayolah, aku ingin tidur aku lelah.” Perintah gadis itu pada Chanyeol lumayan tegas.
Gadis itu sudah mulai mendudukkan badannya pada tepi ranjang. Kadangkala mata besar gadis itu berkali-kali menutup kemudian terbuka kembali tak lupa juga kepalanya agak tertunduk kebawah menandakan jika gadis itu memang sudah ingin tidur sepenuhnya. Namun mengingat gadis itu belum membersihkan wajahnya dan belum mengganti gaun itu dengan piyama.
Akhirnya lelaki bernama Chanyeol itu mengangguk lesu kearah istrinya. Chanyeol mengambil sebuah kantung plastik bening yang ia ambil dari lemari pakaian. Ia langsung memungut seluruh kelopak bunga yang ada disana kemudian meletakkannya pada sofa depan ranjang. Ini benar-benar sayang, namun harus bagaimana lagi? Fungsi ranjang itu adalah untuk ditiduri bukan untuk dihiasi.
Chanyeol bernapas lega karena pekerjaannya sudah beres dan ia tinggal tidur. Namun baru saja pemuda itu merebahkan badannya dan sudah mulai menutup kedua matanya, namun sang istri memerintahkannya sesuatu.
“Jangan tidur dulu, Sayang. Kau masih belum mengganti tuxedo-mu itu dengan piyama.” Perintah seorang wanita sambil memandang kearah suaminya. Ia lumayan menengokkan kepalanya kebelakang.
Seperkian detik itu juga, kelopa mata Chanyeol tertarik keatas dan membuat mata jernih itu menampakkan wujudnya. Chanyeol baru ingat jika ia masih menggunakan tuxedo. Chanyeol meraba-raba bagian dada dan tangannya, dan benar saja ia masih mengenakan tuxedo berwarna hitam. Akhirnya, Chanyeol membuang napas kasar sambil mengacak rambutnya.
“Astaga, Jina-ya. Aku benar-benar ingin tidur.” Keluh Chanyeol sedikit parau bercampur nada beratnya.
Chanyeol membangkitkan badannya kemudian mendudukkannya pada tepi ranjang. Lantas ia berdiri mendekat kearah lemari pakaian yang berwarna coklat metalik—Diiringin oleh Jina –istri Chanyeol-. Saat Chanyeol sedang memilah piyama yang akan ia kenakan, Jina pun mengikuti kegiatan Chanyeol. Hingga akhirnya, mereka memilih piyama coklat+putih kotak-kotak yang berpasangan.
Mereka berdua tidak menyadari jika mereka sama-sama berjalan menuju arah kamar mandi. Mungkin mereka terlalu mengantuk dan lelah, sehingga mereka tidak menyadari itu semua. Dan pada akhirnya, mereka bertubrukan karena ingin memasuki kamar mandi. Saat itu juga, mereka saling bertatapan heran.
“Aku terlebih dahulu mengganti baju disini.” Ujar Jina sedikit keras. Menandakan jika ia terlebih dahulu yang harus masuk kedalam kamar mandi.
Chanyeol menggeleng suatu isyarat kalau ia tidak setuju atas perkataan Jina. “Tidak. Aku yang lebih dulu, Sayang.” Bela Chanyeol tak mau kalah. Kemudian Chanyeol kembali melanjutkan, “Lihat, kakiku yang terlebih dahulu menginjak doormat.”
Mendengar perkataan sang suami yang terdengar membela diri membuat Jina sedikit aneh dengan Chanyeol. Seorang laki-laki bisa mengganti baju dimana saja, pikir Jina. Pemikiran Jina sangat benar. Laki-laki bisa mengganti pakaian dimana saja, toh dikamar ini hanya ada Jina—sang istri.
“Aku yang lebih dulu, Channie~. Kau harus mengalah pada istrimu ini.” Ucap Jina memberikan argumennya pada Chanyeol.
Chanyeol mengerti itu. Ya, seorang pria memang harus mengalah pada setiap wanita. Namun, semua itu bukanlah tipe Chanyeol. Jika ia belum mendapatkan yang ia inginkan, Chanyeol akan berusaha sekuat tenaga sampai titik darah penghabisan. #Yeol-Lebay-_-
“Bagaimana jika kita berganti pakaian berdua? Itu lebih asyik, Yeobo~.” Usul Chanyeol dengan nada yang terdengar manja.
Mata elang Chanyeol sudah mulai memandang istrinya dengan pandangan evil. Jika istrinya mensetujui pemikirannya, oh betapa senangnya Chanyeol. Mungkin ia akan terjun dari atas gedung hotel tanpa dilengkapi keamanan apapun dan akhirnya XXX.
Jina mencugatkan kepalanya keatas dan sedikit menyerong. Demi Tuhan! Chanyeol sangat tinggi dan itu membuat Jina harus mengangkat kepalanya lebih tinggi. Jina membalas tatapan Chanyeol dengan tatapan menggoda—menandakan jika Jina menyetujui pemikiran Chanyeol yang wow fantastic baby ini.
Chanyeol yang melihat tatapan istrinya semakin membuat jantung Chanyeol berdetak kencang dari sebelumnya. Darahnya sudah mulai berdesir dengan kencang. Chanyeol sudah mulai membayangkan bagaimana gambaran dan lekukan tubuh sang istri. Astaga, Chanyeol benar-benar sudah tidak sabar.
Namun tatapan itu hanya berlangsung beberapa detik saja, kini tatapan Jina berganti menjadi membeliak sangar. Dengan gerakan cepat, Jina mencubit perut Chanyeol dengan kecil dan keras membuat rasa sengatan listrik bagi siapa saja yang merasakannya.
“Apa maksudmu, eh? Aku tidak mau, walaupun kita sudah menjadi pasangan suami-istri. Cepatlah ganti tuxedo-mu itu tanpa masuk kamar mandi, karena akulah yang akan berganti disana.” Geram Jina tanpa melepaskan jiwitan kecil nan perih itu dari perut Chanyeol. Tidak hanya mencubit, Jina memukul lengan Chanyeol dengan brutal.
Chanyeol hanya bisa meringis selepas istrinya masuk kedalam kamar mandi. Hanya sebuah cubitan kecil, yeah itu kecil tapi rasanya sangatlah sakit dibandingkan jika dicubit besar. Chanyeol yakin, jika perutnya dapat menyimpan seberkas kuku istrinya.
“Astaga, gadis itu sama sekali tidak berubah. Penuh kekerasan.”
~(˘▾˘)~***~(˘▾˘)~
Suara petir yang keras sudah mulai bersuara sejak beberapa menit yang lalu. Tak perlu menunggu waktu lama, butiran-butiran hujan sudah mulai menghujani bumi lumayan lebat. Kadangkala, beberapa cairan hujan itu mulai membasahi jendela dan sebagainya. Angin malam yang dingin menusuk tulang sudah berhembus kencang dan itu membuat jendela kamar Chanyeol & Jina terbuka dengan kencang.
Sebetulnya, semenjak suara petir mulai bergema, Chanyeol tidak bisa memejamkan matanya untuk tidur. Pemuda itu tampak sangat terganggu dan tidak nyaman akan adanya suara petir yang bising itu. Chanyeol selalu mencoba merubah posisi yang paling tepat agar ia bisa mengistirahatkan tubuhnya dengan tenang. Namun semua upaya itu berakhir sia-sia.
Hingga akhirnya, suara jendela yang terbuka membuat Chanyeol sepenuhnya tidak bisa tidur lebih-lebih dengan suara gemuruh hujan yang sangat lebat membuat Chanyeol tidak dapat mendengar apapun disekelilingnya.
Karena tidak ada yang mau turun tangan untuk menutup jendela, tetap saja Chanyeol yang menutup jendela itu. Jina? Jangan tanyakan istri Chanyeol itu, dia sudah tertidur pulas semenjak keluar kamar mandi. Awalnya, Chanyeol ingin mengajak Jina—ya kalian tahulah tapi itu mustahil karena Chanyeol merasa kasihan pada sang istri.
Chanyeol berjalan sedikit menyeret kakinya. Memang, dia tidak bisa tidur namun aneh badannya sudah mulai merasa lemas seketika jika diajak berjalan atau semacamnya. Chanyeol langsung menarik kedua jendela itu dengan sangat rapat kemudian menguncinya. Tangan Chanyeol terlihat basah karena terkena air hujan.
Pengelihatan dikamar ini sangatlah gelap. Ya, tidak ada penerangan disini. Hanya sinar bulan yang redup sebagai salah satu penerang kamar itu tapi itu pun tak terlalu terang membuat Chanyeol melihat keselilingnya samar-samar. Chanyeol kembali beranjak kearah ranjang karena kini ia sudah mulai mengantuk.
Tiap menit dilewati Chanyeol dan akhirnya kedua mata bulat milik pria jangkung itu sudah mulai menutup perlahan. Dan bersiap memasuki alam tidurnya, namun semua itu gagal total karena sang istri membuatnya terbangun.
“Channie~, apa kau sudah tidur?” tanya Jina dengan manja.
Arah badan Jina tidak sepenuhnya menghadap Chanyeol melainkan membelakangi suaminya. Ia memeluk guling dengan gemas dan lumayan membenamkan wajahnya antara selimut dan guling.
Awalnya Chanyeol ingin memarahi Jina karena membangunkannya begitu saja. Namun ketika diingat Chanyeol, arah tidur gadis itu tidak menghadapnya, mana mungkin sang istri mengetahui Chanyeol sudah tidur. Okelah, Chanyeol memaklumi itu.
Chanyeol mendekatkan dirinya dengan Jina. Lalu lelaki itu memeluk Jina dari belakang dan membuat sang istri lumayan terperanjat dan sedikit bergidik karena mendapatkan pelukan secara tiba-tiba—karena kira Jina, Chanyeol sudah tidur.
“Belum, Nyonya Park~. Apa kau sudah tidur?” bisik Chanyeol tepat di kuping kanan Jina.
Mendapat bisikan dari Chanyeol, membuat seluruh bulu kuduk Jina berdiri tegak dan Jina lumayan tergelitik lehernya—karena hembusan napas Chanyeol yang hangat menerpa hangat leher jenjang milik Jina.
Jina hanya menggeleng manja seperti anak kecil. Gadis itu membentuk lengkungan manis pada bibirnya. Ia sedikit terkekeh kecil karena ada sesuatu yang menggelitik dibawah sana—lebih tepatnya pada perut. Jina tidak tahu, semenjak kapan jemari Chanyeol mulai menelusup masuk kedalam piyamanya. Tidak hanya menggelitik, Chanyeol mengusap perut Jina dengan lembut.
“Channie~, geli. Hentikan.” Suruh Jina dengan matanya yang sipit.
Mengapa Jina menyuruh Chanyeol segera menghentikan kegiatannya? Karena permainan Chanyeol kian lama makin keatas dan itu membuat tubuh Jina semakin menjadi-jadi. Ia menggelinjang karena menahan rasa geli disana.
“Aku tidak mau berhenti, Yeobo~.” Tolak Chanyeol semakin gila dalam permainannya.
Bagaimana tidak disebut gila? Jari panjang Chanyeol sudah mulai menyentuh bra milik Jina. Dan itu membuat Jina ikut-ikutan menggila. Ia tidak bisa menahan rasa geli yang ia rasakan. Bahkan jika sudah mengeluarkan suara teriakan pelan saking gelinya.
Permainan Chanyeol semakin menjadi. Chanyeol sudah mulai berani menghujani kulit mulus leher Jina dengan ciumannya. Tidak hanya mencium, Chanyeol menghisap leher Jina dan menimbulkan kemerahan yang sangat jelas esok hari. Jina hanya memejamkan matanya sembari menggigit bibir bawahnya—tidak ingin mengeluarkan suara desahan yang keluar dari mulutnya secara tiba-tiba.
Chanyeol terus menerus menciumi leher Jina dengan cepat sambil mengusap bahkan mencubit kecil perut Jina yang halus seperti kain sutera itu. Bahkan sekarang, Chanyeol sudah mulai mencoba membalikkan badan Jina agar sang istri bisa menghadapnya dan Chanyeol dapat leluasa menjelajahi semua lekukan tubuh istrinya.
Semua permainan Chanyeol berjalan mulus tanpa ada perlawanan sedikit pun dari Jina. Justru sekarang, Chanyeol sudah berhasil membalikkan tubuh Jina—sekarang menghadap Chanyeol. Tanpa menunggu lama atau apapun itu, Chanyeol langsung menelusupkan tangan kanannya pada piyama Jina dan sudah mulai meraba punggung putih sang istri.
Tampak Chanyeol mendekatkan bibirya dengan bibir Jina. Hidung mereka sudah mulai bersentuhan dengan sempurna. Kedua mata mereka sudah mulai terpejam karena merasakan sensasi yang mereka rasakan masing-masing. Napas mereka saling mengenai kulit wajah satu sama lain. Chanyeol menjamah tubuh Jina tanpa henti, hingga akhirnya ia menemukan garis panjang disana dan membuka pengait disana satu kali tarikan.
Pengait itu sudah terbuka dan kini Chanyeol bebas menyentuh punggung mulus sang istri. Chanyeol mencium bibir Jina dengan nafsu dan bergairah, sesekali Chanyeol menghisap dan mengulum bibir Jina. Sekarang, sentuhan tangan Chanyeol mulai turun kebawah—daerah celana piyama. Chanyeol bersiap melucuti celana piyama milik Jina dan suatu hal menghentikan itu semua.
Selepas memutus tautan bibirnya dengan Chanyeol, Jina langsung berkata,“Chanyeol, jangan sekarang. Aku lelah.” Suruh Jina sedikit mendesah dan napasnya memburu oksigen.
Tatapan Jina menampilkan permohonan yang sangat mendalam. Bukannya ia tak mau, hanya saja ia sangat lelah untuk melakukan itu. Mata Jina berbinar seketika karena Chanyeol menatapnya masih dengan rasa nafsu.
Chanyeol balas menatap Jina dengan tatapan nafsu dan terselip kekecewaan disana. Chanyeol benar-benar menginginkan Jina sekarang juga, ia tidak bisa menahan itu semua karena akal sehat lelaki itu sudah hilang terbawa angin sehingga untuk berpikir jernih pun itu mustahil.
Tangan kanan Chanyeol sama sekali tidak pindah tempat pada pinggul Jina. Chanyeol menggunakan akal nafsunya bukan akal sehatnya atau pemikiran aslinya. Lelaki itu kembali memajukan kepalanya untuk mendekatkan kepalanya dengan kepala Jina kemudian kembali menciumnya. Dilanjuti dengan kegiatan menyentuh pinggul sang istri dan bersiap melucuti celana piyama tersebut.
Namun Jina menolak keras. Ia memundurkan kepalanya menghindari sentuhan bibir yang akan terjadi. Jina pun menarik tangan Chanyeol yang sedang mengusap pinggulnya itu. Ayolah, Jina lelah Chanyeol. Pikirkan itu! *AuthorBijak:V
“Aku mohon. Jangan sekarang. Aku janji akan memberikannya tapi tidak sekarang.” mohon Jina sekali lagi pada Chanyeol dengan nada yang terdengar lembut dan penuh keyakinan. Tatapannya yang hangat membuat Chanyeol bisa saja mengangguk iya.
Mendengar perkataan Jina seperti itu membuat akal sehat Chanyeol kembali pulang kerumah lamanya. Chanyeol mengaku khilaf atas itu. Ia menggunakan akal nafsunya. Akhirnya, Chanyeol pun memandang Jina dengan rasa bersalah—walau hanya sinar bulan, namun kedua orang ini dapat melihat wajah mereka.
Chanyeol mengangkat tangannya menuju puncak kepala Jina kemudian mengusapnya lembut. Chanyeol kembali pada punggung Jina bertujuan untuk kembali mengaitkan kancing bra yang tadi ia lepas.
“Maafkan aku, Yeobo~.” Pinta Chanyeol sedikit manja sambil mengusap terus puncak kepala Jina.
Jina mengangguk sambil tersenyum manis. Kemudian, ia menangkap tangan Chanyeol yang sedang menyentuh puncak kepalanya dan meletakkannya pada pipi kirinya.
“Peluk aku, Channie~.” Suruh Jina sangat manja dan lumayan menampilkan aegyo lucunya.
Chanyeol akhirnya terkekeh renyah mendengar permintaan istrinya itu. Ia mengacak rambut sang istri dengan gemas sebelum akhirnya memeluk tubuh Jina dengan hangat—tak lupa Chanyeol menyelimuti diri mereka dengan selimut.
“Yooo~, My Sweet Night.” Gumam Chanyeol.
Dan akhirnya, mereka tertidur dengan posisi seperti itu sampai mentari mulai menunjukkan wujudnya.
.
.
.
FIN
Suratan kecil dari gishafz :
Hello~ Ketemu sama saya (gishafz/gisteiger) ^^ ini fanfiction oneshot kedua aku. Baru pertama kali bikin fanfic yang kayak gini .___. /eh/
Ini rada-rada sedikit errrr.. ya? Maafkan juga posting dibulan Ramadhan ): gak bermaksud untuk ngurangin pahala kalian kok guys. Aku minta saran dan kritik dari kalian ^^ review sangat diperlukan sekali. Oh ya, gak usah ada sequel kan ya? Toh, ini udah ending yang jelas (maybe) kalau emang mau ada sequel komentar aja .__.V siapa tau aku bikinin sequelnya :D
Kalian tahu aku gak? Gak tahu ya? .__. Itu tuh fanfic abal aku yang sering aku singkat DKM :D sama FF yang baru TAGFIL. Fanfic yang gak terkenal itu lhoo, pasti kalian tahu :V *plak*
Aku gak tau mau nulis apa. Yang penting big thanks buat admin EXOFF yang baik hati *BOW* dan readers yang menyempatkan waktunya untuk baca FF oneshot saya ini. Akhir kata, dadah :*
Copyright © 2014 gishafz. All rights reserved.
