Title : Treason
Author : xiadeer18 ( @irfaniaNS )
Genre : Tragedy , Angst (???)
Lenght : Drabble (637 words)
Rating : General
Main cast : Zhang Yixing
Disclaimer : this story officially mine, but the cast is not mine. Maaf jika ada typo’s.
Enjoy it~
Malam itu sunyi. Terdengar suara piano yang berdenting. Melengkapi hembusan angin malam yang menyeruak masuk lewat jendela yang terbuka. Gerimis menyertainya. Jari-jari lentik itu menekan tuts. Menciptakan alunan sendu karena melodinya yang pelan. Seperti melodi yang berasal dari hatinya.
Yixing. Hanya seorang diri ia di sana. Bersama piano hitam miliknya. Di ruangan yang bercahayakan lampu remang dari tungku api pemanas.
Kenangan itu berlahan di hilangkannya. Kenangan bersama orang-orang yang pernah datang dihidupnya. Kenangan yang meninggalkan bekas mendalam di hatinya.
Bayang-bayang itu terus menghinggapi. Menggeleng keras. Berusaha menyingkirkan semua itu.
“Pergilah. Kumohon.” Desisnya tajam. Sedikit bergetar.
Sudah cukup dengan semua ini. Tak puaskan dengan semuanya?
Segala kemisteriusan itu. Segala yang membuatnya berkubang dalam lumpur yang menghisapnya secara berlahan. Segala kepalsuan yang telah ia terima. Seperti hidup menjadi orang bodoh.
Kertas itu masih suci. Tapi setetes tinta hitam mengotorinya. Menjalar kemana-mana. Merusak semuanya. Menyakitkan.
Kehangatan selama ini hanya menipu dirinya. Perlahan-lahan membakar. Apa gunanya semua ini?
Sakit. Kata yang tepat menggambarkan dirinya. Tak akan ada obat yang mampu menyembuhkan dirinya. Menyembuhkan hati yang terluka itu.
Seputih apa kertas itu hingga mudah sekali dikotori oleh noda?dikotori oleh benda-benda di sekitarnya?
Semuanya sudah pergi.
Pergi begitu saja. Meninggalkan kalimat mendera hati. Bagai sebuah belati tajam meluncur dalam hatinya. Menusuk dalam.
Sebuah pernyataan yang sebenarnya. Kejujuran di atas kebohongan. Mengatakan lantas pergi tanpa menanggung rasa sakitnya.
Hati pria berlesung pipi itu kini membeku. Kepahitan diterimanya. Atas segala yang telah ia lakukan. Tak peduli betapa sakitnya yang ia terima untuk mencapai puncak. Tapi kini semua hanya angan-angan belaka. Terasa hampa. Hancur semuanya. Remuk. Pecah berkeping-keping.
Seberapa banyak kepalsuan di balik hidupnya? Kepalsuan yang disembunyikan orang lain di balik dirinya. Bodohkan ia selama ini?
Kenyataan tentang semua.
Kini ia harus menaggung sendirian. Rasa sakit itu. Senyum mereka palsu. Perhatian mereka palsu. Semua yang mereka berikan palsu. Ada maksud dibalik semua kebaikan mereka. Licik. Mereka hanya menginginkan keindahan dunia. Di balik itu mereka membenci dirinya. Menusuk secara berlahan dari belakang. Menjatuhkan dirinya saat berada hampir di posisi puncak. Menyikirkan Yixing. Orang-orang terlaknat itu.
Bahkan orang terdekatnya. Orang yang ia bangga-banggakan. Bahkan menghianati dirinya. Menjadi duri dalam dagingnya. Apa maksud semua ini? Harapan itu hancur. Ia di lempar ke dalam jurang dalam. Gelap dan pengap. Mendirikan tangga namun ia tak pernah menaiki tangga itu. Karena sudah rusak, dirusak oleh orang lain.
Saat masalah muncul mereka mencari kesalahan-kesalahan. Dan mulai menyalahkan orang lain. Menyangkut pautkan dengan semua tentang Yixing. Memojokkan dirinya. Yixing yang tak bersalah. Tuduhan tak bertanggung jawab itu menimpa dirinya. Mereka tak mau mengakui kesalahan masing-masing. Mungkin dirinya terlalu lemah. Terlalu lugu. Terlalu penurut. Hingga ia tak menyadari sifat asli mereka.
Hasil kerja kerasnya ia hanya merasakan buah yang pahit. Buah manis itu di ambil orang lain. Orang-orang pengecut.
Dentingan piano itu berhenti. Air mata masih mengalir. Tangannya mengambil setumpuk kertas. Kertas berisi semua karyanya. Merobek dan melemparkannya ke api. Arransemen dan lagu ciptaannya. Biarkan mereka semua terbakar habis bersama kayu bakar. Menjadi abu seperti cita-citanya yang telah hancur.
Tersungkur di dekat kaki piano. Meringkuk sendirian.
Terisak dalam.
Tangisnya pecah.
Mengapa orang-orang itu begitu tega melakukan itu semua? Menghianatinya?
Bahkan sahabatnya juga bagian dari orang-orang buruk itu. Menghianati dirinya. Lantas pergi. Membiarkan dirinya di dalam lubang hitam seorang diri.
Tanpa cahaya.
Tanpa cita-citanya.
Meringkuk sendirian.
Hingga pagi.
Cahaya itu muncul menjemput dirinya.
- END -
Note : hoplaaa *semburin konveti* haha entah bagaimana ide ini muncul begitu saja saat author seorang diri di rumah, tiduran sambil dengerin lagu galau ahihi.. maafkan aku karena menjadikan Yixing polos itu seperti ini *peluk Yixing* … bagaimana? Bagaimana? Feelnya dapet ngga? Kata temen author sih ini terlalu banyak konotasinya jd dia agak gk mudeng._. Tinggalkan komentar kalian yaa ^^ biar author tau dimana kesalahannya dan juga jadi semangat buat author nulis fanfic lain :3 Kamsa^^
