Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Mortis

$
0
0

       Title: Mortis

Baekhyun(EXO),Kai(EXO),Yuri GG | Misteri, Horror,  Supranatural | T| Ficlet|

~Yuri Azura presents

MOOOOR

.

“Mortis”

 

“Mortis kau pernah mendengar kata itu?”

Detak jantung berpacu cepat tatkala aku temui sosok namja berkaus hitam di depan rumahku. Orang asing menghadang langkahku tepat dirumahku sendiri. Apa-apaan ini?

“Siapa kau?”

Mulutku tercekat tak ada sepatah kata yang berani aku keluarkan lagi terlebih setelah pertanyaanku berbalas senyum piciknya. Khas pembunuh.

“Hari ini bisa jadi hari terakhirmu.”

Aku tidak mengerti apa itu Mortis dan juga maksudnya. Apakah dia mengancamku? Oh sialnya langit malam terlihat sangat gelap. Rumah tetanggaku sepi tidak ada orang lain diantara kami. Pikiran rasionalku menyuruhku berlari detik ini juga. Aku ingin berlari sekarang. Namun tungkai beserta pergelangan kakiku terasa lemas aku sendiri tak tahu mengapa bisa begini. Dahiku mengernyit mencari tampang ketidak normalan dari si pemuda itu. Siapa dia? Apa tujuannya mengatakan hal itu? Kurajut pikiran-pikiran negatif tentang dirinya. Tibalah pada pemikiran apa dia akan membu-

Mendadak suasana tegang cair, ia tertawa. Pemuda asing yang terkesan ingin membunuhku tertawa. “Yuri-a kau tidak mengenalku? Aku Kai sepupu Bakhyun.”

Aku berdiri didepan sepupu Baekhyun? Kai? Tunggu dulu aku seperti pernah mendengar nama itu. Ia menurunkan lengkungan senyumnya.

“Wah kau telah melupakan aku ya? Baiklah sepertinya aku harus mengadukan ini pada Baekhyun.”

Apa dia yang kemarin bertemu denganku di Incheon? Bukankah Baekhyun memiliki sepupu perempuan?

“Aaah iya aku ingat sekarang, maaf ya aku sedikit lupa. Eh kau kemari sendiri?”

Aku belum ingat tetapi untuk berbasa-basi saja toh ia bukan orang asing lagi dia sepupu Baekhyun.  Dia menatapku lurus. Tatapan tajam yang cukup membuatku bergidik ngeri. “Tidak dia akan kemari.”

Oke tidak masalah. “Ayo masuk kedalam disini dingin” ajakku tanpa curiga. Ya aku telah membuang jauh-jauh pikiran negatif yang sempat menggandrungi benakku.

Pikiran negatifku telah teristirahatkan dengan segelas kopi hangat buatanku. Kai juga menikmatinya. Sebagai calon istri Baekhyun aku wajib berperilaku baik pada sanak keluarga besarnya termasuk pada Kai. Sofa ruang tengah menjadi kesukaanku untuk menyandarkan punggung sembari menghabiskan tegukan kopi hingga tertuntaskan. “Apa Baekhyun tidak pernah menceritakan tentangku lagi padamu?”

Aku berhenti menyeruput menanggapi manik kelam Kai. “A dia menceritakan hanya saja aku lupa. Maaf akhir-akhir ini sibuk memikirkan pekerjaan.” Aku berusaha keras mengingat siapa namja disampingku ini. Benarkah kami pernah saling bertemu bahkan mengobrol barang sebentar?

Timbul keraguan yang ini berasal setelah tangannya merangkulku tanpa pemberitahuan.

Ia mendekatkan bibirnya ditelingaku “aku bukan sepupu Baekhyun bodoh” bisiknya. Mataku terbalalak perasaan mencengkam kembali. Sontak benakku dipenuhi pikiran negatif yang menunjuk pada apa dia akan membu- -membunuhku?

Pikiran ini benar tangan kirinya mengeluarkan pisau lipat ujungnya mengkilat tertimpa cahaya lampu. “A-apa yang kau inginkan?” Tanyaku penasaran. Ujung pisau kian mendekati bola mataku. Aku memejamkan mata takut jika benda tajam itu menusuk atau mencongkel mataku. Tentu itu sangat menyakitkan bagiku.

“Ambilah semua hartaku tapi tolong biarkan aku hidup.” Itu pintaku. Saat ini fakta milikku menyatakan dia seorang perampok. Ia terkekeh cukup lama. Napasku tersengal jujur aku sangat ketakutan sekarang. Ada niat lain untuk menyelamatkan diri layaknya dalam film atau drama. Tetapi ini nyata aku tidak bisa melawan. Aku sayang pada nyawaku. Aku masih ingin hidup, ingin menjalani lebih lama waktu bersama Baekhyun.

Keadaan sunyi mungkin ia tahu aku menangis atau mungkin tetesan air mataku membasahi ujung pisaunya. Aku berharap seseorang menolongku. Tolong aku!

“Lagi-lagi Baekhyun mendapatkan yeoja setia macam kau.”

Aku dapat merasakan helaan napasnya disekitar leherku. Perlahan aku membuka kelopak mataku. Tangannya menjauhkan pisau dari mataku. Aku tertarik dengan kalimatnya barusan.

“Apa kau tidak tahu masa lalu calon suamimu itu ha?” Ia kembali berbisik di telingaku. Cuping hidungnya bersentuhan dengan pipiku. Aku kembali memejamkan mata. Ia bernapas disekitar leherku. Denyut nadiku mungkin sudah tidak beraturan lagi.

“Dia itu brengsek!”

Bentakannya membuatku sangat terkejut. Jantungku terasa akan copot. Aku semakin tidak mengerti. Ia mengenali Baekhyun?

BRAKK!

Suara yang mengejutkan aku lagi. Kali ini bukan berasal dari pemuda disampingku tetapi suara gebrakan pintu rumah. Beserta angin kencang yang menyinggahi ruangan.

Puncak kepalaku terasa tercengkeram lalu aku dijatuhkan kasar kelantai. Rasa sakit harus aku tahan. Ia berdiri bersiap melakukan hal yang diluar pemikiranku. Bisa saja ia menusukkan ujung pisau itu di perutku atau menusuk bola mataku atau arghh cukup!

Suara gesekan antara lantai dengan-

Oh tidak iiitu?

“Kau lama sekali mengurus namja itu.”

Kai mengajak berdialog dengan sosok berjubah hitam yang menginjakan kaki dirumahku. Bagaimana ia masuk? Itu jawabannya jelas aku lupa mengunci pintu. Yang aku kejutkan sekarang adalah sosok itu menyeret tubuh…manusia. Dalam kedaan telungkup ia mencengkeram kepala manusia itu menyeretnya mendekatiku.

Aku tidak mau mengamati sosok itu lebih detil yang bisa aku deskripsikan sekarang yakni ia mirip malaikat maut. Jejak bau amis tercium. Siapa manusia itu? Apa ia telah mati ditangan sosok itu?

Aku tidak berani membuka mataku. Aku memang penakut, ini sifat alamiah yang aku bawa sejak lahir. Sesuatu seperti bola terlempar kearahku beserta lendir yang terasa ditanganku. “AAAAA!” Aku terkejut setelah menilik benda itu. Tanpaku sadari aku melempar benda itu asal. “A-apa aapa itu?”

Kai dan sosok itu tertawa.

“Itu kepala calon suamimu.”

Oh tidak Baekhyun?

Aku melihat dengan mataku sendiri potongan kepala yang tergeletak dilantai.  Ini sudah kelewat batas kewajaran. “SIAPA KALIAN BERANINYA KALIAN MEMBUNUH CALON SUAMIKU!”

Aku mengumpulkan semua keberanianku untuk bangkit. Aku mencoba memukul wajah Kai. Tangannya yang kokoh menangkis berbalik mencengkeramku. Goresan diwajahku mengucurkan darah. Rasa perih terasa setelahnya.

“ARGGH LEPASKAN AKU!” Aku memberontak menendang kakinya.

“Bolehkah aku memenggalnya sekarang, dia sudah banyak bicara.” Kai melirik sosok itu. Aku berhasil memukul wajahnya dan aku kembali mendapat goresan diperutku. “Seharusnya kau berterimakasih karena kami telah mengakhiri hidup orang yang akan menyengsarakanmu kelak.”

Ia mendorongku. Tanganku meraba bagian perut oh darah mulai merembes kepermukaan. Rintihan kesakitan berusaha aku tahan.

“Dia telah memperkosa sepupunya sendiri lalu membunuhnya. Apa itu cukup membuatmu mengatakan terimakasih pada kami?” Ucap Kai. Aku masih belum percaya. Tidak mungkin Baekhyun melakukan itu. Faktanya Baekhyun selalu bersikap sopan padaku. Bahkan ia tidak berani menyentuh bagian tubuh manapun. Mereka berbohong!

“Aku tidak setahun dua tahun mengenalnya aku tahu seperti apa Byun Baekhyun. Ia namja berbudi baik dan kau jangan mengarang cerita tentangnya. Sikap kalian pada kami pasti akan terbalaskan oleh Yang Maha Kuasa itu pasti!”

Aku berharap tidak mati kekurangan darah malam ini. Tekadku sekarang adalah memenjarakan dua orang brengsek ini. Aku harus bertahan. Keringat dingin bermuculan sosok itu mendekatiku diiringi cahaya lampu dalam ruangan mulai meredup. Sisi irrasionalku berkata inilah saatnya aku tutup mata untuk selamanya. Aku menggigit bibir bagian bawah bersiap untuk terisak. Air mata yang susah payah terbendung jebol begitu saja.

Kai menyiapkan pisaunya ia juga melangkah mendekatiku. Sekarang yang bisa aku lakukan hanya memejamkan mata. Aku pasrahkan hidupku di tangan Tuhan. Siapapun dua orang ini mereka juga ciptaan yang Kuasa.

“Jadi kau tidak ingat awal pertemuan kita di Incheon?” Suara Kai telah menggema di telingaku. Baiklah aku harus bersusah payah memflashback ingatanku.

Incheon?

 

“…ya dia adalah Eunhwa sepupuku, eh Yuri kau dan sepupuku bukankah kalian seumuran?”

 

Aku menjabat tangan seorang yeoja. Masih lekat dipikiranku bagaimana Baekhyun tersenyum. Berbeda dengan yeoja didepanku ia terlihat muram tapi ekspresinya tidak terlalu aku pedulikan. Karena fokusku teralih pada seorang namja dibelakangnya. Mengenakan mantel, topi, sepatu, masker, kaca mata semua serba hitam. Kami banyak berbincang namun Baekhyun tidak memperkenalkan namja itu dan aku tidak mempertanyakannya.

 

Lalu apa hubungannya dengan Kai dan sosok ini?

 

“Bukalah matamu sayang” Suara yang amat aku kenal. Sosok itu membuka tudung kepalanya ia menampakan senyum. “Honey? Ka-kau?”

Bulu kudukku berdiri aku bingung jika Baekhyun masih dapat tersenyum padaku, lalu kepala siapa yang tergeletak disana? Aku menoleh kearah kepala itu, kepala itu menyerupai wajah Baekhyun.

Aku melihat kembali rupa yang ada didekatku benarkah ini Baekhyun? Dia tidak tersenyum dia menyeringai. Nyaliku ciut. Dia bukan Baekhyun. Wajah manis miliknya disabotase.

“Mortis!” Kai menginjak kedua kakiku. Lalu berpindah dibagian perutku. Aku ingin berontak sangat ingin.

 

Mortis?

 

Aku ingat sekarang. Suara Baekhyun seolah mengingatkanku tentang kata itu.

 

Mortis!

 

“…Organisasi hitam perenggut nyawa gadis untuk korban persembahan. Singkatnya penganut aliran satan, dan kasus ini masih menjadi tanggung jawabku sayang.”

 

“Aak!” Leherku tercekik aku tidak bisa bernapas lega. Tangan milik siapa yang telah menyentuh leherku ini?

“Kau adalah korban kami yang terakhir.” Gelak tawa kemenangan menggema.

TOLONG AKU!

 



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles