Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

60 Seconds

$
0
0

Judul          : 60 Seconds

Author       : Ririn_Setyo

Cast            : Park Chanyeol, Song Jiyeon

Other Cast : Xi Luhan, Kim Jongin.

Genre         : Romance ( PG – 15 )

Length        : One Shot

FF ini juga publish di blog pribadi saiiya : http://www.ririnsetyo.wordpress.com  dengan menggunakan Cast yang berbeda.

*

*

chanyeol-6

Kyunghee University – 01.00 pm

.

Park Chanyeol laki-laki bertinggi badan 185 cm dan berwajah dingin itu tampak semakin melebarkan langkahnya, rahangnya pun sudah terlihat mengeras dengan nafas yang memburu, laki-laki itu bahkan sudah mengepalkan tanganya dengan kuat, mengabaikan seorang gadis cantik yang sedari tadi berusaha untuk mengejarnya.

“PARK CHANYEOL!!!” teriak gadis yang berada di belakang Chanyeol, yang lagi-lagi tak di hiraukan oleh laki-laki tinggi itu.

“Aku mohon—dengarkan—ak—aku—dulu,—“ ucap gadis itu dengan nafas yang tersenggal, setelah berhasil menyamai langkah besar Chanyeol, dengan terus berlari kecil di samping Chanyeol agar bisa terus menyamai langkah Chanyeol yang tak mengendur sedikit pun.

“Dengarkan— penjelasan—ku— Chanyeol.” Ucap gadis itu lagi tanpa putus asa.

Wajah gadis itu terlihat pucat pasi dengan ketakutan yang semakin mengaliri permukaan hatinya, saat laki-laki bermata coklat itu akhirnya berhenti dan menatapnya dengan dingin. Gadis itu menahan nafasnya saat Chanyeol hanya menatapnya dengan tajam, membuat susunan kata yang sudah di siapkan gadis itu untuk menjelaskan masalah yang sedang terjadi di antara mereka, hilang begitu saja.

“Apa yang ingin kau jelaskan pada ku, Song Jiyeon?” tanya laki-laki itu tanpa mengubah exspresi di wajahnya kini, membuat Jiyeon kembali hanya terdiam karna sungguh gadis itu benar-benar takut dengan exspresi Chanyeol sekarang.

Chanyeol menghembuskan nafasnya kesal saat Jiyeon tak juga membuka mulutnya, membuat Chanyeol dalam satu gerakan cepat membalikkan tubuhnya dan melanjutkan langkahnya, menuju mobil sport hitamnya yang terparkir beberapa langkah di depannya.

Chanyeol menghentikan gerakan tangannya membuka pintu mobil, takkala sepasang tangan munggil itu menahan lengannya. Chanyeol kembali menghembuskan nafasnya, bolamatanya yang berwarna coklat pekat itu menatap dingin Jiyeon yang masih memegangi lengannya, menatap gadis yang sudah membuatnya murka hari ini, menatap gadis yang sudah di pacarinya selama hampir 3 tahun.

Jiyeon kembali mengatur nafasnya yang masih tersengal, mata bening gadis itu mengerjab takut saat pandangan dingin itu semakin mengintimidasi dirinya, hingga membekukan semua kerja otot syarafnya, bahkan otak brilliant yang di miliki gadis itu pun seolah-olah ikut berhenti bekerja hingga membuat gadis itu tidak bisa menemukan kata-kata yang bisa membuat masalah di antara dirinya dan Chanyeol menjadi lebih baik.

“Apa lagi?” tanya Chanyeol masih dengan intonasi yang sama, membuat Jiyeon memutar otak buntunya guna menemukan kalimat penyelamat yang bisa meredam kemarahan laki-laki di hadapannya ini.

“Aku— aku benar-benar tidak bermaksud melupakan janji kita,— aku hanya,—“

“Berbohong! Pura-pura lupa dengan janji yang bahkan kau sendiri yang membuatnya, demi seorang laki-laki yang kau sukai saat kau masih kecil yang baru saja datang dari Jepang kemarin, benar begitu?” tanya Chanyeol tanpa jeda, membuat Jiyeon terdiam seketika dengan airmata yang mulai terbentuk di kedua pelupuk matanya.

“Jadi benar begitu? Jadi benar jika hari ini kau membuat janji dengan laki-laki itu? bukan untuk menemani ibu mu berbelanja, Song Jiyeon?!” tanya Chanyeol dengan nada yang semakin dingin dan menusuk, saat gadis di hadapannya ini tak juga bersuara.

Tak ada kata-kata yang keluar dari lidah Jiyeon yang kelu, gadis itu hanya menatap Chanyeol dengan tatapan menyesalnya dan tidak berusaha untuk membantah semua yang Chanyeol katakan, karna faktanya gadis itu memang berbohong.

Chanyeol melepaskan rangkulan Jiyeon di lengannya, dan membuka pintu mobilnya segera. “Maafkan aku Chanyeol, maaf—-“ ucap Jiyeon pada akhirnya sesaat sebelum Chanyeol masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan Jiyeon begitu saja.

Jiyeon menatap mobil Chanyeol yang mulai menghilang di balik tikungan, airmata gadis itu akhirnya jatuh juga. Jiyeon menarik nafasnya berulang-ulang, namun tetap saja tak mampu melegakan rongga dadanya yang mulai sesak, karna sebuah kebohongan yang di buatnya hari ini dan Jiyeon tahu betul jika Chanyeol tidak akan dengan mudah memaafkan orang yang membohonginya.

*

*

Library

.

Jiyeon berjalan lunglai saat kembali memasuki perpustakaan, pandangan gadis itu sedikit mengabur saat airmata yang sudah susah payah di tahannya, kembali dengan lancangnya turun membahasi pipi Jiyeon yang terlihat sedikit pucat. Mata bening gadis itu menatap seorang laki-laki yang menjadi penyebab pertengkarannya dengan Chanyeol, beberapa saat yang lalu dengan tatapan putus asa.

“Dia benar-benar marah pada ku, Lu.” Ucap Jiyeon lirih saat dirinya baru saja duduk di bangku, yang tadi sempat di duduki Chanyeol sebelum laki-laki itu meledak marah.

“Kau pantas mendapatkannya.” Jawab Luhan dengan nada tidak berperasaan sama sekali, membuat Jiyeon tertunduk lesu dengan menyeka airmatanya, saat beberapa mahasiswa pengunjung perpustakaan memperhatikan dirinya.

“Aku benar-benar tidak habis dengan mu Jiyeon-aa, bagaimana mungkin kau berniat berselingkuh dari Chanyeol?” tanya Luhan dengan suara yang di tahan.

Jiyeon menggeleng dengan cepat. “Tidak! Aku benar-benar tidak berniat seperti itu, aku hanya,—“

“Ingin berkencan dengan Jongin!” potong Luhan dengan cepat, membuat Jiyeon kembali mengelengkan kepalanya. “Ya Tuhan Luhan kenapa kau bisa berfikir seperti itu, aku hanya ingin menemani Jongin melihat Canola Flower Festival di Jeju sore ini.” Jawab Jiyeon dengan menekan tiap kata yang di ucapkannya.

“Tapi kenapa kau harus berbohong, dengan mengatakan jika sore ini kau akan menemani ibu mu berbelanja? Dan berpura-pura lupa lalu membatalkan janji mu untuk melihat Festival Sakura dengan Chanyeol!” tanya Luhan dengan nafas yang terdengar memburu.

“Maaf,— aku mengaku salah.” Ucap Jiyeon dengan lirih sesaat sebelum menyandarkan kepalanya di bahu Luhan. “Cih! Dari dulu aku tidak menyukai laki-laki itu, laki-laki yang akan selalu tersenyum bodoh saat ada yang memuji ketampanannya.” Ucap Luhan masih dengan nada kesalnya.

Ya Luhan yang notabennya adalah sahabat Jiyeon sejak usia mereka baru menginjak 6 tahun dan masih sama-sama menetap di Beijing, juga sangat mengenal Kim Jongin, anak dari sahabat orang tua Jiyeon.

“Sekarang aku harus bagaimana Luhan? Kau harus membantu ku, karna kau juga bersalah di sini.” Tanya Jiyeon sambil merangkul lengan Luhan dengan erat.

“Aku?” tanya Luhan sambil menatap Jiyeon yang kini masih bersandar di bahunya. “Ne kau, jika saja kau tidak mengatakan semua rencana ku pada Chanyeol tadi, maka ini semua tidak akan terjadi.” Kini Jiyeon semakin mengeratkan rangkulannya pada sahabat terbaiknya itu, karna sungguh saat ini Jiyeon merasa tubuhnya sangat lemah.

“Semua terjadi karna kau yang memulainya Jiyeon, aku hanya mengatakan kebenaran. Karna menurut ku Chanyeol sangat tidak pantas untuk kau bohongi, apa lagi untuk kau selingkuhi.” Jiyeon mengangkat kepalanya, matanya menatap Luhan dengan putus asa.

“Aku tidak berselingkuh!” ucap Jiyeon dengan sedikit berteriak, namun gadis itu segera menutup mulutnya, saat beberapa penggunjung perpustakaan menatap dirinya dengan tatapan tak suka. “Dan kenapa,— kenapa akhir-akhir ini kau sangat membela Chanyeol? Padahal dulu kau tidak begitu menyukainya.” Tanya Jiyeon dengan suara rendahnya, matanya menatap curiga laki-laki imut di depannya ini yang malah hanya terkekeh pelan.

“Hey! tenanglah aku tidak akan merebut Chanyeol dari mu Jiyeon sayang, aku hanya merasa,— Chanyeol tidak pantas untuk kau bohongi karna menurut ku Chanyeol adalah laki-laki yang sangat tepat untuk berada di sisi mu, setelah apa yang sudah aku lihat selama ini.” Luhan tersenyum penuh arti tangannya terulur ke pipi Jiyeon, lalu mencubit pipi gadis itu dengan gemas, membuat Jiyeon mengerang kesal.

“Kau terlihat seperti seorang fans yang memuja idolanya.” Ucap Jiyeon dengan mengelengkan kepalanya sesaat setelah Luhan berhenti mencubit pipinya.

“Hemm sepertinya begitu,” Luhan meraih tasnya lalu menyelempangkan ke bahu kecilnya. “Aku mau pulang sekarang, annyeong Jiyeon-aa.” ucap Luhan sambil mengacak pelan rambut Jiyeon sesaat sebelum dia ingin melangkah.

“Lalu bagaimana dengan ku?” tanya Jiyeon pelan, tangan gadis itu sudah menahan lengan Luhan hingga langkah laki-laki itu tertunda. “Kau harus ikut bertanggung jawab Lu.” Luhan tampak menghembuskan nafasnya.

“Kita lihat saja besok oke!” ucap Luhan sesaat sebelum melangkahkan kakinya, meninggalkan Jiyeon yang masih terdiam di belakang sana.

*

*

*

Jiyeon’s Home

.

Jiyeon masih saja melamun di atas tempat tidurnya, sejak gadis itu tiba di rumahnya beberapa jam yang lalu, kemarahan Chanyeol masih terekam jelas di benak gadis itu. Pertengkaran yang berawal karna Jiyeon yang merasa terlalu senang saat kembali bertemu dengan Kim Jongin, teman masa kecilnya yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di negeri Queen Ellizabeth dan sengaja mengunjungi Jiyeon dan keluarganya, karna ingin menyaksikan Festival Canola Flower di Jeju. Seorang laki-laki yang disukai Jiyeon saat dia masih kecil, saat dia masih tinggal di Beijing bersama keluarganya.

Jiyeon kembali mengerang, mengacak asal rambutnya yang kusut tergerai, hingga tidak menyadari kedatangan seorang laki-laki tinggi, dengan tekstur wajah tampan luar biasa sudah berdiri tepat di depan ranjang gadis itu.

“Gwenchanayo?” sontak Jiyeon terkejut, gadis itu bahkan membulatkan matanya saat laki-laki di hadapannya ini sudah tersenyum menawan.

“Jongin oppa,” laki-laki itu terlihat menahan senyumnya saat melihat penampilan Jiyeon yang jauh dari kata cantik, dengan semua kekacauan di wajah dan rambut gadis itu, sesaat sebelum laki-laki itu duduk di pinggir ranjang, tangannya terulur membelai kepala Jiyeon dengan lembut.

“Kau kenapa hari ini? Tiba-tiba membatalkan perjalanan kita ke Jeju? Kau tahu, aku bahkan sudah menyiapkan semuanya.” Ucap Jongin dengan tangan masih bertengger di kepala gadis itu.

Jiyeon menghembuskan nafasnya, meletakkan kepalanya di atas kedua lututnya yang tertekuk. “Hari ini aku sudah membuat dia marah, oppa.” ucap Jiyeon dengan suara lirihnya. “Dia? Dia siapa?” tanya Jongin dengan wajah ingin tahunya.

“Park Chanyeol, sebenarnya hari ini aku sudah membuat janji untuk pergi bersamanya, tapi— aku berbohong dengan pura-pura lupa dan malah membuat janji dengan mu. Dan parahnya lagi aku berbohong dengan rencana untuk pergi dengan mu hari ini.” Suara Jiyeon terdengar semakin lemah, karna sungguh gadis itu benar-benar sangat menyesal dengan kebohongan yang di buatnya hari ini.

“Park Chanyeol? Kekasih mu yang berwajah dingin itu?” Jiyeon hanya mengangguk pelan dan tampak tak bersemangat, membuat Jongin tertawa seketika. “Ah! Ternyata laki-laki dingin itu bisa cemburu juga.” Lanjut Jongin masih dengan tertawa.

Jiyeon mengangkat kepalanya, menatap Jongin yang masih tertawa itu dengan kening yang berkerut. “Cemburu? Maksud oppa Chanyeol cemburu karna aku membuat janji dengan mu?” Jongin menganguk. “Kenapa harus cemburu, selama ini aku selalu bersama Luhan aku bahkan sering menginap di rumah Luhan, tapi Chanyeol tidak pernah semarah ini.” Ucap Jiyeon dengan wajah binggungnya.

“Mungkin karna aku lebih tampan dari Luhan, atau mungkin karna aku lebih mempesona dari Park Chanyeol mu itu.” ucap Jongin sambil tersenyum tampan, membuat Jiyeon melempar bantal tepat di wajah laki-laki itu dengan sadis.

“Aigoo kenapa kau jadi seyakin itu sekarang, sulit di percaya.” Ucap Jiyeon sambil menggelengkan kepalanya, saat melihat Jongin yang justru hanya kembali tertawa.

“Apa kau mau aku membantu menjelaskan pada Chanyeol, siapa aku?” tanya Jongin setelah puas tertawa, Jiyeon hanya menggeleng. “Tidak perlu aku akan menyelesaikannya sendiri, kau kapan pulang oppa?

Sebuah jitakan mulus mendarat di kepala Jiyeon. “Ya ampun Jiyeon aku bahkan baru datang kemarin,” Jiyeon hanya tertawa sambil mengusap kepalanya. “Ibu mu saja menyuruh ku untuk menginap beberapa hari di sini, tapi kau malah mengusir ku.“ ucap Jongin dengan raut kesalnya, ya keluarga Jongin dan Jiyeon memang sangat dekat, karna hubungan pertemanan di antara kedua orang tua mereka.

“Bukankah lusa hari ulang tahun pacar mu yang sexy itu oppa?” Jongin hanya mengangguk masih dengan wajah kesalnya. “Pacar mu bisa marah besar jika ternyata kau di sini bersama ku, bukan merayakan ulang tahun di Jepang bersamanya.” Jongin kembali mengangguk.

“Ne kau benar.” Jawab Jongin dengan mengangguk-anggukkan kepalanya. “Baiklah sepertinya aku memang harus kembali ke Jepang besok pagi.” selanjutnya Jongin sudah mengacak rambut Jiyeon, hingga membuat gadis itu mengerang kesal.

*

*

*

Next’s Day

Kyunghee University – 03.00 pm

.

Jiyeon melambaikan tangannya ke arah Chanyeol yang terlihat sedang duduk mengobrol, di salah satu bangku taman kampus dengan sahabatnya, Byun Baekhyun. Gadis itu tersenyum saat Chanyeol yang hanya memalingkan wajahnya, gadis itu tampak menarik nafasnya sesaat sebelum berjalan mendekat ke arah Chanyeol.

“Park Chanyeol, aku,—“

“Maaf aku sangat sibuk, nanti saja jika kau ingin bicara!” potong Chanyeol dengan nada dinginya yang khas, membuat Jiyeon hanya bisa mengigit ujung bibirnya guna meredam rasa bersalah yang kembali muncul ke permukaan.

“Ayo Baekhyun, kita harus ke kelas sekarang.” Lanjut Chanyeol lalu bangkit dari duduknya, melangkah melewati Jiyeon begitu saja.

“Apa kalian sedang bertengkar?” Jiyeon yang saat ini sedang memandangi Chanyeol yang mulai menjauh itu pun, sedikit terkejut dengan sapaan lembut Baekhyun. “Ne aku membuat kesalahan dan sepertinya dia tidak mau memaafkan ku.” Jawab Jiyeon tanpa melihat ke arah Baekhyun,  Jiyeon masih memandang Chanyeol yang semakin menjauh.

“Dia pasti memaafkan mu, Jiyeon.” Ucap Baekhyun sambil menepuk pelan pundak Jiyeon. “Karna yang aku tahu, dia sangat mencintai mu.” Lanjut Baekhyun sesaat sebelum melangkah mengejar Chanyeol yang semakin menjauh, meninggalkan Jiyeon yang hanya terdiam di tempatnya.

*

*

Jiyeon menyandarkan tubuh langsingnya di depan pintu mobil milik Chanyeol, gadis itu terlihat berkali-kali menghembuskan nafas gusarnya dan berharap jika ide dari Luhan akan berhasil.

Ya gadis itu harus memaksa Chanyeol untuk mendegarkannya hari ini, gadis itu juga harus memaksa untuk ikut pulang dengan mobil Chanyeol dan ini semua adalah ide dari sahabatnya Xi Luhan.

 

“Ingat hari ini kau harus bisa pulang bersama dengan Chanyeol, atau kau harus ikut kemana pun Chanyeol pergi dan paksa laki-laki dingin itu untuk mendengarkan semua penjelasan mu, Arrachie?”

 

Gadis itu mengepalkan tangannya saat kembali terngiang dengan kata-kata Luhan beberapa saat yang lalu, gadis itu bahkan sudah meneriakkan kata Fighting dengan cukup keras dan berlebihan, hingga tidak menyadari kehadiran seorang laki-laki yang sudah berdiri tepat di belakang gadis itu, laki-laki itu bahkan terlihat menahan tawanya, saat melihat tingkah konyol dari gadis itu.

“Apa yang kau lakukan dengan mobil ku?” suara bass yang sangat Jiyeon kenal itu, mampu membuat gadis itu terlonjak dan serta merta membalikkan tubuhnya. Gadis itu bahkan hanya bisa diam saat mata dingin dengan pandangan yang menusuk itu terus menatapnya, hingga sebuah jari telunjuk mendarat di kening gadis itu.

“Chanyeol,—“ ucap gadis itu sambil mengusap keningnya. “Minggirlah aku mau pulang.” Ucap Chanyeol sambil mendorong pelan tubuh Jiyeon yang menghalangi pintu.

“Aku ikut!” ucap gadis itu dengan cepat saat Chanyeol sudah membuka pintu mobil dan dalam satu gerakan Jiyeon sudah memutari mobil Chanyeol, membuka pintu di seberang Chanyeol lalu masuk ke dalam mobil.

“YAK!” teriak Chanyeol dari luar mobil, gadis itu tidak peduli dia bahkan sudah memasang Seat belt di tubuhnya.

Chanyeol menghembuskan nafasnya, sesaat sebelum akhirnya masuk ke dalam mobilnya, laki-laki itu memandang kesal Jiyeon yang hanya mengembungkan pipinya itu dengan kembali menghembuskan nafasnya.

“Ayo jalankan mobilnya Chanyeol, hari ini aku akan ikut ke mana pun kau pergi.” Ucap Jiyeon dengan tersenyum, berusaha menghilangkan kegugupan di tubuhnya kini. Gadis itu bahkan mengabaikan Chanyeol yang terlihat mengerang dengan tetap tersenyum.

*

*

Yeojwacheon Stream – Gyeongsangnam

Sakura Festival

.

Jiyeon masih saja berjalan kaku di samping Chanyeol, yang bahkan sejak di perjalanan ke tempat rekreasi gratis ini tak juga mengeluarkan sepatah kata pun. Untuk kesekian kalinya Jiyeon menghembuskan nafasnya, meremas jemarinya yang mulai terasa dingin guna menghilangkan rasa gugup di tubuhnya kini dan secepatnya menjelaskan semua kesalahpahaman ini dengan Chanyeol.

Jiyeon memutar pandangannya memandang deretan Cerry Blossom yang telah mekar sempurna, di sepanjang pinggiran sungai kecil yang ada di Yeojwacheon ini, dengan tersenyum samar. Dari ekor mata beningnya gadis itu melirik Chanyeol yang masih berjalan pelan di sampingnya, dengan kembali menghembuskan nafas gusarnya, namun tiba-tiba gadis itu terkejut saat Chanyeol sudah menarik tangannya.

“Aku Lelah…” ucap Chanyeol saat dirinya baru saja duduk di salah satu bangku, yang ada di bawah bunga Sakura di sepanjang sungai kecil di taman ini.

Jiyeon kembali meremas jemarinya dengan cemas, gadis itu bahkan hanya berdiri tertunduk di depan Chanyeol, yang kini sudah menutup kedua matanya.

“Mianhae,—- mianhae Chanyeol,” ucap Jiyeon pada akhirnya dengan suara yang sangat lirih. “Aku benar-benar tidak bermaksud berbohong, aku hanya takut kau marah jika aku mengatakan yang sebenrnya pada mu, mengatakan jika kemarin aku akan ke Jeju bersama Jongin.” Suara Jiyeon mulai terdengar gemetar, airmata gadis itu bahkan sudah berlomba-lomba untuk turun dari bola mata bening gadis itu.

“Aku mohon kau jangan salah paham, dulu aku memang menyukai Jongin jauh sebelum aku mengenal mu, tapi sungguh sekarang aku hanya,—-“ ucapan gadis itu terputus seketika saat Chanyeol tiba-tiba menarik tangan gadis itu hingga membuatnya terduduk tepat di samping laki-laki itu.

“Aku sudah melupakannya!” jawab Chanyeol pelan.

“Nde? Kau bilang apa?” sebuah jitakan pun mendarat di kening Jiyeon, namun tak membuat gadis itu bergeming.

“Setahu ku kau gadis pintar dan tidak ada masalah dengan pendengaran, tapi kenapa sekarang kau terlihat sangat bodoh.” Ucap Chanyeol sambil menyeka airmata di pipi Jiyeon. “Lagi pula aku marah pada mu bukan karna kau ingin pergi dengan Jongin, tapi karna kau berbohong pada ku.” Ucap Chanyeol lagi dengan tersenyum.

“Benarkah?” tanya Jiyeon dengan ragu dan di balas dengan anggukan oleh Chanyeol. “Dari dulu aku tidak pernah melarang mu pergi dengan teman laki-laki mu ke manapun kau mau, yang harus kau ingat hanyalah tidak berbohong saat aku menanyakan sesuatu pada mu, arrachie?”

Jiyeon terdiam dengan mata yang terus menatap Chanyeol, perlahan bibir Jiyeon tertarik hingga menciptakan sebuah senyuman kelegaan, saat Chanyeol kembali tersenyum.

“Heemm, arra.” Jawab Jiyeon dengan suara lirihnya, tangan munggil gadis itu sudah bergerak menghapus sisa airmata di pipinya.

“Song Jiyeon, Happy Anniversary.” Ucap Chanyeol masih dengan tersenyum, sebuah kecupan lembut pun sudah Chanyeol berikan di kening Jiyeon, membuat gadis itu terpaku seketika.

“Kau ingat kalau aku pernah berjanji akan merayakan hari kita tepat di tahun ke 3?” tanya Chanyeol dengan menatap mata bening favoritnya. “Maaf karna kemarin kau membuat ku marah, aku jadi lupa untuk mengucapkannya pada mu.” Ucap Chanyeol lagi sambil mengacak pelan rambut Jiyeon yang tergerai.

Sebulir airmata kembali jatuh di pipi Jiyeon, gadis itu bahkan menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan mulai terisak, karna saat ini Jiyeon benar-benar merasa menjadi seseorang yang sangat jahat, bagaimana bisa dia lupa jika kemarin adalah hari jadinya dengan Chanyeol.

“Mianhae,— aku melupakannya,” ucap Jiyeon pelan di sela-sela isaknya, membuat Chanyeol menarik Jiyeon yang semakin menangis itu ke dalam pelukannya.

“Kita tidak pernah merayakannya, jadi wajar saja jika kau lupa.” Chanyeol mengeratkan pelukannya, saat Jiyeon yang semakin menangis. “Aku benar-benar minta maaf Chanyeol.” Ucap Jiyeon dari dalam dekapan Chanyeol.

“Berhentilah meminta maaf Jiyeon.” Chanyeol melonggarkan pelukannya, menatap Jiyeon yang masih saja menangis itu dengan tersenyum. “Apa menangis itu benar-benar menyenangkan? Hingga kau hobi sekali mengeluarkan airmata mu itu, heem?” Chanyeol terkekeh pelan, jarinya bergerak menghapus airmata di pipi Jiyeon yang masih setia mengalir.

Chanyeol kembali terkekeh saat melihat Jiyeon yang hanya menatapnya dengan senggukan, membuat Chanyeol kembali menarik gadis itu ke dalam pelukannya dan mengeratkannya. Jiyeon kembali menyalahkan dirinya, memaki dirinya sendiri dan merasa jika saat ini dia benar-benar tidak pantas untuk berada di sisi Chanyeol, di samping laki-laki yang begitu mencintainya.

Chanyeol melepaskan pelukannya, kembali menghapus airmata di pipi Jiyeon. “Sekarang berhentilah menangis, apa kau tidak tahu jika sedari tadi orang-orang yang berlalu lalang, memandang sinis ke arah ku? Ah! Mereka semua pasti mengira aku adalah laki-laki yang jahat, hingga membuat gadisnya menangis.”

“Jinjjayo?” tanya Jiyeon pelan, gadis itu terlihat memandang kesekeliling lalu mulai menghapus sisa airmata di pipinya.

“Kemarikan tangan mu,” ucap Chanyeol sembari menarik tangan Jiyeon dengan lembut, sedetik kemudian gadis itu sudah kembali terpaku saat Chanyeol menyematkan sebuah cincin cantik di jari manisnya.

“Cincin ini adalah cincin yang ayah ku beli untuk melamar ibu ku puluhan tahun yang lalu, dan mulai hari ini aku ingin kau yang memakainya,” Jiyeon terdiam dengan tubuh yang menegang sempurna, gadis itu bahkan hanya menatap Chanyeol dan kembali meneteskan airmatanya.

“Jika kau berani melepasnya maka kau akan mati, kau mengerti?” ucap Chanyeol sambil kembali tersenyum.

“Chanyeol,—“ Chanyeol mengangkat satu jarinya ke udara. “Ah! Aku tidak butuh jawaban atau persetujuan dari mu, karna sudah ku putuskan setelah kita lulus nanti, kau akan memakai marga keluarga ku di depan nama mu,” Chanyeol tersenyum lalu bangkit dari bangku yang di dudukinya, mengabaikan tatapan Jiyeon yang membeku karna terkejut dengan semua yang Chanyeol ucapkan barusan.

Jiyeon masih terdiam di tempatnya, bahkan gadis itu sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi sekarang, Jiyeon masih sangat terkejut sekaligus bahagia hingga tidak bisa menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan bahagianya saat ini, karna sungguh Jiyeon benar-benar tidak menduga jika Chanyeol akan melamarnya hari ini.

“Kajja kita harus mengitari tempat indah ini,” ucap Chanyeol sambil mendonggakkan kepalanya. “Ah! Bunga Sakura ini sangat indah.” Ucap Chanyeol sesaat sebelum melangkahkan kakinya.

“Park Chanyeol,—“ langkah Chanyeol terhenti saat tiba-tiba Jiyeon sudah memeluknya dari belakang dengan sangat erat. “Sarangae,—“ Chanyeol tersenyum lalu melepaskan dekapan Jiyeon di tubuhnya, memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan Jiyeon.

“Aku tahu itu,” jawab Chanyeol lagi-lagi dengan tersenyum, menatap gadis yang kini sudah tersenyum bahagia itu dengan lekat. “Berjanjilah mulai hari ini kau tidak menangis lagi untuk hal yang tidak penting, karna mulai tahun depan kau akan mendampingi seorang laki-laki penerus perusahan besar di Korea,” ucap Chanyeol dengan senyum bahagia yang tergambar jelas di wajah tampannya.

Jiyeon mengangguk gadis itu meraih lengan Chanyeol dan merangkulnya dengan erat. “Ne aku janji akan selalu percaya padamu, tidak lagi berbohong dan menuruti semua perkataan mu,” Chanyeol mengangguk kecil tangannya bergerak meraih jemari Jiyeon dilengannya, menggenggamnya lalu mengeratkannya sesaat sebelum mereka mulai melangkah, menikmati hamparan bunga Cerry Blossom yang sangat di sukai Chanyeol dengan tertawa bahagia.

Chanyeol menghentikan tawanya, menark nafasnya guna meredam sedikit degupan jantungnya yang belum kembali normal, sejak acara lamarannya barusan. Matanya menatap Jiyeon yang terlihat sangat bahagia itu tana berkedip, pandangan laki-laki itu lalu beralih menatap jemarinya yang bertaut erat dengan jemari Jiyeon.

Chanyeol kembali tersenyum bahagia, laki-laki itu berjanji untuk tidak akan pernah melepaskan tautan hidupnya dengan Jiyeon, karna alasan apapun kecuali kematian. Tidak akan pernah melepaskan gadis yang membuatnya jatuh cinta hanya dalam waktu 60 detik, di saat pertama kali Chanyeol menatap mata bening Jiyeon 5 tahun lalu.

Karna dulu, sekarang bahkan di tahun-tahun yang akan datang Chanyeol hanya akan tetap mencintai seorang Song Jiyeon.

.

“Cincin ini adalah cincin yang ayah ku beli untuk melamar ibu ku puluhan tahun yang lalu, dan mulai hari ini aku ingin kau yang memakainya, jika kau berani melepasnya maka kau akan mati, kau mengerti?” — Park Chanyeol.

.

~ THE END ~

.

Hi! Ada yang ingat dengan saiiya? #mustigitudiinget? hahaaa

BayDeWei  Saiiya tau kalo judulnya rada gak nyambung tolong di sambung-sambungin aja karna saiiya bener-bener gak bisa nemuin judul yang lebih layak dari itu.

Kritik dan Sarannya akan selalu saiiya terima dengan lapang kepala.

tengKYU and ENJOY^^



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles