Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Don’t Forget Me, Forever [Part 2 Of 2]

$
0
0

New Picture

DON’T FORGET ME, FOREVER [PART 2 OF 2]

Tittle               : Don’t Forget Me, Forever [Part 2 Of 2]

Author            : @Ddiena_Layna/ Jung Nana

Main Cast       : Choi Hana [OC], Xi Luhan [EXO], Kim Narin [OC], Xiumin [EXO]

Support Cast  : Member EXO, Member Super Junior, and Other cast.

Genre              : Romance, Sad, Family, School life

Length                        : TwoShoot

Disclaimer      : Cinta itu bukan sekedar perasaan, tapi bagaimana kita mampu menjaga dan melindunginya. Cinta menimbulkan kebahagiaan dan Perpisahan menimbulkan kepedihan serta keputus asaan. Tapi siapa sangka dengan itu semua kita dapat mengerti apa arti Cinta itu sebenarnya. –My Note–

Summary        : ‘Disinilah aku berdiri dengan setumpuk kenangan, tanpamu disisihku dan kini aku sangat merindukanmu.’

Halo..Halo ada yang menunggu kehadiran Part 2 ini, maaf jika menunggu lama. FF ini sengaja saya buat atas permintaan dari sahabat saya :D , tapi Cerita ini Murni hasil karya otak saya. Perhatian! typo berterbangan dimana-mana, [WARNING !!!] NO PLAGIAT! Because story is be mine. Jangan lupa komenannya ya!! Langsung Saja… Happy Reading!!~

‡‡‡ Don’t Forget Me, Forever † Part 2 END ‡‡‡

-Seoul International Hospital-

-Author POV-

Xiumin dan Luhan berlari menuju ruangan Unit Gawat Darurat setelah mereka bertanya kepada receptionist tentang dimana ruang rawat inap Kim Hana. Setelah mereka sampai didepan ruang UGD Luhan dan Xiumin langsung menghampiri Narin yang sedang duduk di sebelah Suho sambil menunduk.

“Narin-ya!” panggil Xiumin yang membuat Narin mendongakkan wajahnya.

“Minseok-ah..” Ujar Narin sambil berdiri dan berlari memeluk Xiumin, dia tidak peduli dengan Yooran dan Suho yang berada di sana.

“Gwaenchana?” Tanya Xiumin khawatir sambil menangkup kedua sisi pipi Narin.

“Nan gwaenchanayo Minseok-ah.”jawabnya.

“Apanya yang gwaenchana?, lihat dahimu tergores dan kau membiarkannya saja bagaimana jika infeksi? Ayo kita menemui dokter.” Ujar Xiumin memarahi Narin karena mengabaikan luka yang ada di dahinya.

“Tadi aku sangat menghawatirkan Hana jadi aku tidak memikirkan tentang ini, lagian aku tidak merasakan apa-apa.” balas Narin menenangkan Xiumin.

“Bagaimana keadaan Hana?” Gumam Luhan yang sedari tadi diam, dia menatap kearah pintu seperti sedang menerawang keadaan Hana di dalam.

“Dia Kritis Luhan..” balas Narin yang melihat luhan sangat Down mengetahui tentang Hana.

‘Apakah aku harus memberitahunya tentang Donor jantung itu? Tapi bgaimana jika Luhan semakin terpuruk mengetahui keadaan Hana, aku tidak mau membuatnya semakin khawatir dan itu akan memperburuk keadaan.’ Batin Narin dalam hati.

“bagaimana ini., bisa terjadi?” gumamnya menatap Narin dengan sendu. “bukankah kau bersamanya, kenapa kau tidak menjaganya?” lanjut Luhan yang kini dengan matanya yang memerah.

“Mianhae itu semua karena aku Lu, Mianhae..” gumam Narin.

“Hajiman..” ucap Xiumin melarang Narin untuk melanjutkan kalimatnya, Xiumin tau bahwa jika Narin memberitahu Luhan bahwa Hana seperti itu karena menyelamatkan Narin maka Luhan akan menyalahkan Narin dan dia tidak mau kekasihnya disalah-salahkan karena itu semua hanyalah kecelakaan. Tapi Narin tidak menghiraukan peringatan Xiumin dan tetap membuka suaranya.

“Dia menyelamatkanku Lu, sebenarnya yang seharusnya di dalam itu aku bukan Hana mianhae..” Gumam Hana yang membuat luhan membelalakkan matanya.

“jadi dia seperti itu karenamu?” ujar Luhan kini menatap Narin datar. “Lihat dia rela berkorban untukmu walau kau tidak pernah menganggapnya ada, walaupun dia seperti bayangan untukmu dan walaupun kau tidak pernah berlaku manis padanya. Dia sangat menyayangimu, dia selalu berharap agar diakui sebagai saudaramu tapi kenapa kau..” Lanjut luhan sembari menggenggam pundak Narin dengan kasar.

“Mianhae Lu,..” gumam Narin menahan sakit.

“Hentikan Lu! Bisakah kau tenang dan jangan bertingkah kekanakan! Ini bukan saakh…” Ucapan Xiumin terhenti saat Luhan mencengkram kerah baju Xiumin.

“Tenang katamu? Bagaimana aku bisa tenang jika didalam sana yeojaku sedang kritis Xiumin dan kemungkinan buruk bisa saja terjadi, dan ini semua adalah kesalahannya.” Tunjuk Luhan kepada Narin.

“Berhentilah menyalahkannya Lu, Ini semua adalah kecelakaan bukan kejadian yang terencana dan ini tidak ada faktor kesengajaan jadi jangan Menuduh yang bukan-bukan. Lagipula Hana-lah yang memang ingin menyelamatkan Narin, aku berterimakasih padanya karena dia sangat berani dalam mengambil sebuah keputusan hingga dia berujung seperti ini.” Ucap Xiumin yang membuat Luhan menatapnya Nanar.

‘Lagipula Hana-lah yang memang ingin menyelamatkan Narin, aku berterimakasih padanya karena dia sangat berani dalam mengambil sebuah keputusan hingga dia berujung seperti ini.’ Kalimat terakhir Xiumin kini berputar-putar diotak Luhan yang membuatnya pusing.

“Kau pikirkan saja Lu, jika kau berada di posisi Hana dan Hana berada di posisi Narin. Bukankah kau juga akan melakukan hal yang sama seperti apa yang Hana lakukan? Tidak perduli walau ada bahaya apapun karena yang kau pikirkan saat itu hanyalah menyelamatkan orang yang kau sayangi.” Ucapan Xiumin bagaikan tamparan Keras yang menyadarkan Luhan.

“Apa yang dia Ucapkan benar Luhan, walaupun aku tidak mengenalnya tapi aku setuju dengan penjelasannya.” Ujar Suho membuat perhatian ketiga namja itu kini beralih padanya yang sedang berdiri di samping Narin.

“Tidak ada gunanya menyalahkan orang lain, karena dengan itu kalian tidak akan membuat Hana kembali seperti semula iyakan eomma?” ujar Suho menatap Yooran.

“iya Suho-ah, yang kita bisa lakukan saat ini hanya mendoakanHana agar segera mendapatkan donor dan cepat sembuh.” Balas Yooran sambil menepuk pundak Xiumin dan Luhan dambil tersenyum. Luhan seperti mendengar kata ‘Donor’ tadi tapi dia berpikir itu mungkin hanya halusinasinya saja.

“Ada apa ini rebut-ribut?” tanya Yesung yang baru saja keluar dari ruangan Hana.

“Ini appa, ada namjachingu Hana dan Rin” Ujar Suho jujur yang langsung membuat Luhan dan Xiumin membungkuk hormat pada Yesung.

“Bolehkah saya melihat keadaan hana Ahjussi?” tanya Luhan to the point.

“Kau kekasihnya Hana?” tanya yesung.

“Ne.”

“Iya kau boleh masuk, tapi jangan membuat keributan di dalam dan jangan terlalu lama karena Aku dan yang lain juga ingin melihat keadaan Hana Oke?!” Ujar Suho yang langsung dapat anggukan dari Luhan. Luhan berjalan memasuki ruang rawat Hana, setelah Luhan masuk dan menutup pintu Yesung lalu menjitak kepala Suho.

“Ya! dia bertanya padaku kenapa kau yang menjawabnya anak nakal.” Kesal Yesung.

“Aigoo~ appa tadi tidak tau sih dia tadi sekhawatir apa sama Hana, bahkan tadi akan ada sebuah pertengkaran jika aku tidak turun tangan.” Ujar Suho membanggakan diri.

“kapan kau turun tangan? Kau hanya menonton saja dari tadi oppa.” Ejek Narin.

“Ini siapa?” tanya Yesung sambil menatap Xiumin.

“Dia namjachinguku appa, perkenalkan dirimu Minseok-ah!” ucap Narin sambil menatap yesung.

“Annyeonghaseo ahjussi, saya Kim Minseok anda bisa memanggil saya Xiumin dan saya adalah namjachingu dari anak anda Kim Narin.”

“KIM?” tanya Suho.

“Eoh? Wae?” tanya Narin.

“Wah jika kalian menikah pasti tidak perlu repot-repot mengganti Nama keluarga ya?” Sindir Suho.

“Emangnya masalah untukmu oppa?” ketus narin yang hanya dibalas senyuman oleh semua yang ada disitu. “Appa merestui kami kan? Aku dan Xiumin serta Hana dan Luhan?” lanjut Narin.

“Luhan?” tanya Yesung.

“namja tadi yeobo, yang masuk kedalam ruangan Hana.” Ujar Yooran.

“Ah iya aku lupa, baiklah apa tidak akan melarang kalian untuk berpacaran tapi ingat ingat batasan-batasannya karena kalian masih sekolah jadi kalian harus berpacaran sehat tidak boleh ada hal-hal yang tidak sewajarnya dilakukan oleh anak sekolah, mengertikan kalian.” Ujar yesung sambil tersenyum.

“Gomawo appa, Hana pasti senang jika mendengar ini saat dia sadar nanti.” Ujar Narin yang memeluk appanya.

“berarti aku juga boleh dong appa?” tanya Suho.

“Memangnya kau memiliki Yeojachingu? Namja menyebalkan sepertimu pasti tidak laku karena sering ditolak yeoja.” Ejek Narin yang membuat Xiumin, Yooran dan Yesung tersenyum. Sedangkan Suho hanya mempoutkan bibirnya kesal dengan perkataan adiknya yang mengejeknya tidak laku.

-Di Sisi Lain-

Luhan duduk di kursi di dekat tempat tidur Hana, dia menggenggam tangan Hana yang terasa hangat. Luhan menatap Hana lama dan tanpa sadar meneteskan air matanya, dia merasa sedih melihat wajah Hana yang biasanya tersenyum jail padanya kini terlihat pucat dan tidak ada senyum yang terukir dibibirnya.

“Mianhae, aku tidak bisa menjadi Namjachingu yang baik untukmu.” Ujarnya sambil terisak dan mencium tangan Hana. “Mianhae karena memaksamu untuk datang, jika kau tidak datang mungkin hal ini tidak akan terjadi padamu. Mianhae..” lanjut Luhan.

“Hana-ya Mianhae aku tidak membawa apa-apa untuk menjengukmu, aku janji setiap pulang sekolah akan selalu mengunjungimu dan membawakan bunga Matahari kesukaanmu. Jadi cepatlah sadar ya, pasti sangat membosankan jika tidak ada kamu di sekolah.” Ujar luhan sambil menghapus air matanya.

“kamu tahu tadi aku memenangkan pertandingan itu tadi, kamu tahu tadi aku kebingungan mencarimu chagi-ya saat bermain perasaanku terasa tidak tenang sama sekali dan aku yakin jika sesuatu sedang terjadi namun aku tidak tahu apa itu dan ternyata itu firasatku benar kamu sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Lihatlah betapa cintanya aku padamu sampai-sampai aku punya kontak batin denganmu, seharusnya kamu bangga memiliki Namjachingu sepertiku dan kamu juga tidak boleh menjahiliku lagi, arraso.” Ucap Luhan sambil tersenyum, Luhan yang mengerti dia tidak mendapatkan tanggapan dia hanya tersenyum hambar.

Luhan menyibakkan rambut hana yang sedikit berantakan ke belakang telinganya, luhan menyentuh pipi Hana perlahan dan mencium kening Hana yang tertutupi perban tapi itu tidak menjadi masalah untuknya.

“Aku pergi Chagi-ya dan besok aku akan kembali lagi, seperti janjiku padamu.” Ucap luhan dan membenahkan letak selimut Hana sebelum pergi keluar dari ruangan Hana.

-Author POV END-

‡‡‡ EXO † From Exo Planet ‡‡‡

#Next Day

-School Of Performing Art-

-Luhan POV-

Aku berjalan menuju lapangan olahraga Indor sekolah, karena diluar hujan jadi Siwon Seonsaengnim memutuskan melakukan olahraga di lapangan olah raga indor. Sebenarnya ini masih jam istirahat belum masuk jam pelajaran olahraga, tapi aku malas mau kemana-mana jadi aku memutuskan untuk mendahului yang lain datang ke tempat ini sekaligus ingin menenangkan diri.

Namun saat aku baru melangkahkan kakiku masuk, aku melihat Narin dan Xiumin sedang berbicara dengan expresi yang serius. Aku berniat akan menyapa mereka, tapi niatku aku urungkan saat samar-samar aku mendengar pembicaraan mereka.

“Jadi apakah donor itu sudah ada?” samar aku dengar suara Xiumin.

“Belum, Tinggal tersisa dua hari lagi. Bagaimana jika kita tidak mendapatkan donor jantung itu, aku tidak ingin Hana meninggal Xiumin-ah.”

Deg!~

‘Donor? Jantung? Untuk Hana?’

Kalimat itu terus terngiang di otakku dan Jantungku serasa terhenti saat ini juga, apa yang mereka maksud sebenarnya? Aku berjalan mendekat dan bersembunyi di balik dinding yang menghubungkan dengan toilet, agar aku bisa mendengar percakapan mereka dengan jelas.

“Sudahlah jangan menangis, aku yakin dokter akan melakukan yang terbaik untuk Hana.” Ujar Xiumin yang aku lihat sedang memeluk Narin. “Tapi, apa kau sudah memberi tahu Luhan tentang ini?”

“Belum, kemarin aku ingin memberitahunya tapi melihatnya yang sedang terpuruk aku tidak tega membuatnya semakin terkejut dengan keadaan Hana saat ini.” Ujar Narin yang membuatku Kesal.

‘Bagaimana kau merahasiakan sesuatu yang besar dariku KIM NARIN!’ Batinku dalam hati dengan kesal.

“Tapi kau kan mengerti bagaimana sifat Luhan, bukankah kalian berteman lama. Luhan harus tau tentang ini Narin-ya, biar aku yang memberitahunya.”

“Tidak Xiumin-ah, biar aku saja nanti yang memberitahunya. Aku mohon biar aku saja, ini kesalahanku jadi biarkan aku yang menjelaskannya pada Luhan.” Mendengar ucapan Narin akupun memutuskan untuk keluar dari tempat persembunyianku.

“Tidak perlu repot-repot memberitahuku, aku sudah mendengar semuanya.” Ucapku menatap Narin dan Xiumin yang menatapku terkejut.

“Luhan.” Gumam mereka yang aku dapat dengar saat aku menjalan mendekat kearah mereka.

“Sahabat macam apa kalian, tidak aku sangka kalian menyembunyikan masalah yang sangat besar dariku dan apalagi itu menyangkut tentang Hana.” Ucap Luhan dengan tatapan Tajamnya menatap Narin dan Xiumin.

“Maafkan aku Lu, aku juga baru tahu barusan.” Ucap Xiumin namun aku abaikan.

“Aku akan jelaskan padamu Luhan.” Ucap Narin yang membuatku menatapnya sekarang.

“Hana membutuhkan Donor Jantung secepatnya Lu, karena pendarahannya kapan hari itu sudah sampai ke jantung untuk saat ini dokter sedang berupaya mengurangi pendarahan tapi itu tidak bisa bertahan lama karena sisa pendarahan akan membusuk dan harus segera dilakukan operasi transplantasi jantung agar bisa menghindari pendarahan lagi dan jika itu terjadi maka akan menyumbat aktivitas kerja jantung memompa darah, kau tau kan jika jantung berhenti memompa darah maka manusia akan apa.?!” Ujar Narin panjang Lebar.

Aku yang mendengar itu kini dengan jelas akan keadaan Hana saat ini, segera aku berjalan meninggalkan lapangan namun langkahku ditahan Xiumin.

“mau kemana Lu, sebentar lagi pelajaran olahraga akan dimulai.” Ujar Xiumin dan dengan segera aku tepis.

“Kau pikir sekarang pelajaran itu penting? Aku ingin menemui Hana!” Jawabku tegas, sungguh jantungku sekarang berdetak tidak karuan. Perasaan takut dan khawatir menjadi satu membuatku Panik.

“Tenangkan dirimu Luhan, kau bisa menemuinya setelah pulang sekolah.”

“M-Mwo! Kau bilang tenang? Apa sekarang aku bisa tenang jika Jantung Yeojaku bisa saja berhenti kapan saja bahkan Sebelum sampai tiga hari atau bahkan saat ini juga XIUMIN!” aku membentaknya sungguh aku sudah kalut saat ini. “Dokter hanya bisa mendiagnosis dan memperkirakan saja, tapi tuhan! Apa kau tau apa yang beliau rencanakan? Tidakkan! Jadi sebaiknya kau berhenti menahanku disini, karena kau sudah membuang-buang waktuku.” Lanjutku.

“Biar aku menemanimu Luhan.” Pinta Narin.

“Tidak perlu, Ini semua juga salahmu.” Ujarku datar.

“Ya Xi Luhan!” Bentak Xiumin namun aku abaikan, aku segera berlari menuju kelas dan mengambil tasku dan berlari lagi menuju Parkiran sekolah. Aku menstarter mobilku dan melajukannya meninggalkan gerbang sekolah.

****

Aku berhenti saat melihat Flower Shop yang menyuguhkan bunga-bunga yang masih segar dan aku memutuskan untuk mampir ke toko itu. Akupun segera keluar dari mobilku setelah memarkirnya ke sisi jalan.

“Permisi saya mau membeli bunga Matahari, apa Noona menjualnya?”

“Ah iya ada, butuh berapa?” tanya Noona penjual bunga.

“tujuh.” Ucapku singkat.

“baiklah tunggu sebentar.” Noona itupun berjalan meninggalkanku yang melihat bunga-bunga yang dia jual dan aku pandanganku terhenti pada beberapa bunga teratai yang berjajar rapi di sebuah kolam buatan yang ukurannya tidak terlalu besar. Akupun teringat bahwa Hana sangat mengagumi bunga ini.

“Ini bunganya, mau diberi Note berisi ucapan apa?”

“tidak perlu, Noona apa kau juga menjual bunga itu?” tanyaku sambil menunjuk bunga teratai itu.

“Tidak, itu hanya untuk hiasan saja.”

“bisakah saya membelinya, saya butuh tiga saja noona. Yeojachingu saya sangat mengagumi bunga itu.” Mohonku.

“Ternyata masih ada Yeoja yang suka dengan bunga lotus selain aku, baiklah anggap ini hadiah dariku untuk yeojachingumu akan aku berikan bunga itu untuknya.” Ujarnya sambil mengambil Fas bunga yang berukuran lebar dan mengisinya dengan air kemudian dia menaruh tiga bunga teratai diatas air itu.

“Ini untuknya, salamku untuk yeojamu ya. Dia pasti yeoja yang kuat dan tabah sama seperti bunga ini.”

“Ne aku berharap itu benar, gomawo Noona dan ini uang untuk buklet bunga mataharinya.” Ujarku memberiakan uang.

“Ne, gomawo.”

Aku berjalan memasuki mobilku dan menjalankannya menuju rumah sakit, aku menyetir sambil tersenyum singkat melihat buklet bunga mata hari dan bunga teratai yang sangat cantik.

-Luhan POV END-

‡‡‡ EXO † From Exo Planet ‡‡‡

-Unit Gawat darurat-

-Author POV-

Luhan meletakkan bunga mawar difas bunga yang tersedia dan meletakkan Fas teratai di meja dekat jendela rumah sakit, kemudian dia duduk di sebelah tempat tidur Hana.

“Hana-ya, lihat aku membawakan bunga matahari sesuai janjiku kemarin apa kamu suka? Aku sengaja membeli tujuh tangkai, kamu tahukan angka itu adalah angka favoritku dan juga angka bulan awal kita berpacaran.” Ujarnya sambil menggenggam tangan Hana.

“apa kamu juga melihatnya? Aku juga membawa bunga yang kamu kagumi, itu hadiah dari noona pemilik toko tadi dia sengaja memberinya untukmu. Aku berharap bunga ini dapat menjaga impianmu, dapat menjagamu, dan juga dapat menjaga perasaanmu untukku.” Gumam Luhan sambil menatap tiga bunga teratai yang terkena sinar matahari.

“Hana-ya aku sudah mengetahui semuanya, kamu membutuhkan donor jantung secepatnya? aku akan membantu mencarikan donor untukmu, jadi aku mohon bertahanlah Hana sampai harinya tiba.” Ujar luhan mulai berkaca-kaca dia mencium punggung tangan hana sambil memejamkan mata, hingga suara pintu membuatnya terkejut dan memalingkan wajahnya untuk melihat siapa yang datang.

“Nuguseo?” tanya seorang berjas putih dengan beberapa suster di belakangnya.

“saya adalah Namjachingu pasien dokter.” Ujar Luhan.

“cepat cek keadaan alat bantu pasien.” Ujar Dokter itu.

“Baik dokter Lee.” Susterpun mengecek alat-alat yang terpasang di tubuh Hana, sedangkan Dokter yang tak lain adalah Lee Donghae itu hanya memeriksa denyut nadi Hana.

“masih sama seperti sebelumnya, tidak ada perubahan.” Guman Donghae pelan namun dapat didengar oleh Luhan.

“Dokter bagai…” belum sempat luhan menyelesaikan ucapannya Donghae segera memotong ucapannya.

“Bicarakan di ruanganku saja, pasien tidak boleh terganggu dengan suara kebisingan.” Jawab Donghae dan berjalan Pergi, di ikuti Luhan di belakangnya.

********************************XOXO********************************

-Donghae Room-

“Siapa namamu tadi?”

“Xi Luhan, Dokter Lee.”

“Jadi kau sudah mengetahui masalah donor jantung itu, Luhan?” tanya Donghae.

“iya dokter Lee dan saya ingin bertanya apa tipe jantung yang cocok untuk Hana?”

“Sebenarnya semua jantung bisa saja, tapi tidak semua jantung akan cocok dengan tubuhnya bisa saja terjadi penolakan secara tiba-tiba dan akan mengakibatkan gagal jantung dan pasien bisa saja meninggal.” Jawab Donghae serius.

“Apa saya boleh tes untuk memastikan apa saya cocok atau tidak dokter?” tanya Luhan yang membuat Donghae menatap Luhan dengan tajam.

“Jangan berpikir hal yang bodoh, kau pikir aku mau menerima donor jantung dari orang yang masih hidup?”

“Jadi maksut dokter, anda hanya menerima donor dari orang yang sudah meninggal?” tanya Luhan.

“Tentu saja, jika aku menerima donor dari orang yang masih hidup itu sama saja aku telah membunuh orang itu kau bodoh sekali. Kami disumpah untuk menyelamatkan nyawa seseorang bukan berarti kita harus menggunakan segala cara untuk menyelamatkan nyawa seorang manusia.” ujar Donghae yang membuat Luhan menunduk.

“Dari pada kau sibuk memikirkan hal yang tidak berguna seperti tadi dan membuang-buang waktu saja, lebih baik kau segera pergi dari sini dan mencari donor jantung untuk Hana.” Lanjut Donghae yang sudah berdiri di sebelah tempat duduk Luhan sambil memegang bahu Luhan.

“Ne.. terimakasih Dokter Lee Donghae, Mohon selamatkan uri Hana.” Lanjut Luhan sambil menitihkan air matanya dan beranjak pergi dari ruangan Donghae.

-Author POV END-

‡‡‡ EXO † From Exo Planet ‡‡‡

-Narin POV-

-Next Day-

-Kim House Family-

Baru saja kurebahkan tubuhku tiba-tiba handphoneku berbunyi dengan segera aku mengambil handphoneku yang berada di saku celanaku dan segera kujawab televon setelah melihat bahwa itu dari ‘Private Number’.

“Yeoboseyo.”

“Yeoboseyo.” Jawab suara yang disana, ya walaupun dia menggunakan nomer lain. Tapi aku bisa menebak bahwa ini adalah suara Luhan.

“Luhan?” tanyaku memastikan dugaanku.

“Ne.” jawabnya, sungguh aku sangat terkejut dia menghubungiku. Bahkan tadi pagi di sekolah dia tidak berbicara sepatah katapun kepadaku maupun kepada Xiumin, dia seperti menghindari kami dan sekarang dia menghubungiku aku sangat senang sekali.

“Narin-ya? apa kau masih disana?” tanyanya.

“ehh? Eo, aku masih disini. Ada apa kau menelvonku malam-malam begini Lu?”

“Bisakah kau kemari? Aku ingin bertemu denganmu sekarang.” tanyanya

“Kemana? Kau ada dimana sekarang?”

“Sungai Han.”

“baiklah, tunggu sebentar.” Kututup televon darinya dan segera beranjak berdiri. Aku mengambil jaket dan tasku dan segera pergi menemuinya.

“Mau kemana malam-malam begini?” tanya Suho Oppa yang tidak sengaja berpas-pasan denganku di depan kamarnya.

“Aku mau bertemu Luhan, Sekarang oppa.”

“Eh? Kenapa tidak besok pagi saja, sekarang sudah malam Rin. Bagaimana kalau nanti appa dan omma tau kalau kau keluar jam segini.”

“Sudahlah Oppa.. Omma dan Appa sedang ada di luar negri oppa, mereka tidak akan tau jika kamu tidak memberitahu mereka Oppa. Yasudah aku pergi ne, Bye-bye oppa.” Lanjutku dan berlari meninggalkan Rumah.

********************************XOXO********************************

-Han River-

Aku berjalan mencari keberadaan Luhan, tapi aku tidak kunjung menemukannya. Dan setelah berjalan cukup jauh aku melihatnya duduk terdiam di pinggiran Sungai sambil menatap lurus kedepan.

“Luhan.” Panggilku sambil duduk disebelahnya.

“Kau sudah datang, tumben cepat sekali?” ucapnya.

“Akukan tidak suka membuat orang menunggu.” Balasku.

“Eh? Bukankah dari dulu kau selalu membuatku menunggu, entah dalam berangkat sekolah bersama atau saat ada acara bersama.” Ejek Luhan.

“Jadi kau kesini hanya untuk mengejekku, begitu?” tanyaku kesal.

“Aniya.” Jawabnya dan untuk beberapa saat suasana menjadi hening hingga aku membuka suara terlebih dahulu.

“Aku baru saja dari Rumah sakit bersama Xiumin, dan keadaannya masih sama seperti kemarin-kemarin.”

“Hmm, aku sudah tau. Aku tadi juga sudah menemui Hana setelah pulang sekolah.” Jawab Luhan.

“Besok adalah hari terakhir, Bagaimana jika Appa dan Omma tidak menemukan pendonor untuk Hana di Singapura?” tanyaku sambil menundukkan wajah.

“Dia akan mendapatkan donor besok, tenanglah aku yakin tuhan sangat menyayanginya.” Ujar Luhan yang membuatku mendongakkan wajah dan menatapnya.

“Sebentar lagi musim panaskan, pantas saja hawanya sangat hangat. Narin-ya apa keinginanmu menjelang musim panas tahun ini?” tanya Luhan yang membuatku menengadahkan wajahku menatap langit yang dipenuhi oleh bintang.

“Tentu saja keinginanku hanya satu, yaitu Hana segera mendapatkan Donor dan segera sembuh kemudian kita bisa berkumpul bersama lagi. Aku juga ingin dia merasakan awal musim panas bersama keluaga yang utuh seperti sekarang.” Ujarku sambil tersenyum membayangkan hal itu terjadi.

“Permintaanmu pasti didengar oleh tuhan dan akan segera di kabulkan Narin-ah.”

“Aku juga berharap begitu Luhan.” Jawabku sambil tersenyum menatapnya.

“Mianhae.” Ujarnya tiba-tiba.

“Untuk apa kau minta maaf padaku eo?”

“karena sudah membentakmu, menuduhmu dan untuk semua perlakuan kasarku padamu, maafkan aku Narin-ah.” Jawabnya sambil menggenggam tanganku.

“Ya! aku sudah memaafkanmu, jadi berhentilah minta maaf Luhan lagipula ini memang kesalahanku.” Jawabku sambil tersenyum tipis.

Aku membelalakkan mataku saat Luhan menarikku dan memelukku secara tiba-tiba, dia memelukku erat dan kemudian melepaskan pelukannya. Dia menatapku dan tersenyum manis padaku.

“Kau kenapa Lu?” tanyaku.

“Narin-ya, maukah kau berjanji padaku?” tanyanya yang tanpa menjawab pertanyaanku.

“apa?” tanyaku.

“Berjanjilah untuk menjaga Hana dan selalu bersamanya!” ucapnya yang membuatku menatapnya heran.

“untuk apa aku menjaganya, bukankah ada kau yang akan selalu menjaganya dan bersamanya. Seharusnya aku yang menyuruhmu berjanji seperti itu.” Ucapku Kesal.

“Sudahlah, apa salahnya sih berjanji begitu saja. Ini juga bukan hanya tugasku tapi tugasmu sebagai Eonninya.” Jawabnya yang membuatku semakin curiga.

“Baiklah, baiklah.. aku berjanji akan menjaga dan akan bersamanya.” Ucapku dengan nada datarku.

“Gomawo.” Ucapnya sambil tersenyum.

“Kau aneh sekali Xi Luhan, sudahlah aku mau pulang. Jangan lupa tugas yang kapan hari itu ada di kamukan jadi besok jangan lupa dibawa, aku tidak mau dihukum oleh Kyuhyun Seonsaengnim arraso?” tanyaku.

“Ne.” jawabnya dan akupun meninggalkannya sendirian di tepi sungai Han, aku merasakan keanehannya hari ini.

‘Senyumnya berbeda dari biasanya, apa ini hanya firasatku saja? Ahh.. mungkin iya.’ Gumamku sambil berjalan ke halte bus terdekat.

-Narin POV END-

‡‡‡ EXO † From Exo Planet ‡‡‡

-Luhan POV-

Aku berjalan memasuki apartemenku yang terlihat sepi dan terlihat dari lampu yang belum dinyalakan, dan juga sepatu yang belum ditata.

“Hahh.. sepertinya Lay belum pulang, jika dia pulang pasti semua terlihat rapi.” Gumamku dan berjalan menuju kamarku untuk berganti pakaian, setelah selesai berganti pakaian aku berjalan menuju dapur.

“aku akan membuatkan makanan untuknya, sudah hampir lima tahun tinggal bersama aku tidak pernah membuatkan makanan untuknya dan hanya merepotkannya saja. Kira-kira enaknya masak apaan ya?” tanyaku pada diriku sendiri. Jujur aku bingung karena Lay suka semua makanan tapi, aku tidak tau apa yang dia sukai. Setiap aku tanya makanan apa yang dia sukai dia selalu mengatakan kata ‘Lupa’ itu yang membuatku heran kepadanya.

***

“Aku pulang,.” Aku mendengar pintu terbuka dan tertutup kembali, ah bagaimana ini aku belum selesai membuat Ddokbokkhi.

“Lu-ge kau sedang apa disitu?” tanyanya sambil merapikan sepatuku dan sepatu miliknya di rak sepatu.

“Sedang memasak.”

“Eoh? Tumben sekali.”

“sudah sana ganti bajumu dan ayo makan bersama.” Ucapku sambil tersenyum manis kearahnya dan dia menatapku aneh.

“Kau aneh sekali.” Ucapnya.

“Kau bawel sekali, cepat ganti baju!” ucapku galak dan diapun segera berlari ke kamarnya dan aku segera menyiapkan semua yang tadi aku masak ke atas meja makan.

***

“Astaga Lu-ge, kau memasak banyak sekali. Inikan brokoli yang besok mau aku buat capcai, dan inikan ayam yang mau aku buat kari ayam besok lusa. Wahh.. kau benar-benar menghabiskan jatah makanan kita untuk satu minggu dalam sehari, Daebak…!?” ucapnya yang membuatku kesal.

“Ya! Zhang Yixing bisakah kau diam dan makan, kau tau betapa susahnya aku memasakkan ini semua untukmu. Bisakah kau menghargai usahaku ini, menyebalkan sekali.” Balasku dengan kesal sambil mempoutkan bibirku.

“Hhehehe.. mianhae gege, habisnya kau sih inikan jatah stok kita untuk satu minggu, lagipula, masak segini banyak siapa yang akan menghabiskannya?” tanyanya.

“kaulah, akukan memasakkan ini untukmu dan anggap saja ini hukuman dariku karena kau marah-marah padaku!”

“Eo? Naega? Lu-ge kau pikir aku Hwang Zitao yang bisa menghabiskan dua Loyang pizza jumbo seorang diri, ini sepuluh kali lipat dari porsi makanku Lu-ge.” Belanya.

“Sudah makan saja.” Ujarku Cuek sambil makan, aku lihat dia memakannya dengan wajah kesalnya tapi aku cuekin saja.

***

“Yixing-ah,”

“Ne?” jawabnya sambil tetap fokus melihat drama korea favoritenya.

“jagalah dirimu dengan baik.” Ujarku yang membuatnya menatapku bingung dengan wajah polosnya itu.

“kau sering lupa makan, lupa minum vitamin, kau juga lupa mematikan kompor saat sedang memasak dan kau selalu lupa saat meletakkan barang. Bagaimana jika aku tidak bersamamu lagi, kau tidak boleh ceroboh Lay.” Ujarku dengan nada seriusku.

“Lu-ge, kenapa kau tiba-tiba berkata seperti itu. Kau seperti akan meninggalkanku saja, jangan-jangan kau akan meninggalkanku dan kembali ke China ya?” tanya Lay sambil menatapku dengan wajah terkejutnya.

“tidak Lay, besok pagi aku mau kau menelvon International Hospital Seoul.” Ujarku.

“Eh? Untuk apa menelvon rumah sakit pagi hari? Lagipula kenapa tidak kau sendiri yang menelvon kesana?”

“Aku mungkin akan bangun kesiangan, aku sangat lelah hari ini. Aku ingin kau memastikan masalah donor jantung Hana, Mau ya? jebbal!?” mohonku.

“Baiklah,” jawabnya sambil ngangguk malas.

“Jangan Lupa, nanti kau lupa lagi tiba-tiba. Yasudah aku tidur dulu ya, Bye Lay-ah.” Aku memeluknya sebentar dan kemudian berjalan memasuki kamar dengan perasaan yakin.

-Luhan POV END-

‡‡‡ EXO † From Exo Planet ‡‡‡

-Author POV-

Luhan menatap sebuah bingkai foto yang disana terdapat gambar dirinya bersama Hana foto ini diambil saat mereka sedang berkencan bersama di hari jadian mereka beberapa bulan lalu. Luhan tersenyum melihat fotonya bersama Hana, dia menatap foto itu dan kemudian air matanya terjatuh.

** (Foto Luhan-Hana) **

“bukankah ini terlalu singkat? Bahkan aku belum memulai melangkah lebih jauh, sungguh menyedihkan akan berakhir seperti ini. Bukankah ini sangat mengerikan Hana-ya, jika di ijinkan untuk lebih lama lagi aku ingin mengucapkan kata ‘Saranghae’ setiap detik padamu, aku berharap semoga aku masih bisa melihat senyummu lagi walau hanya sekali.” Gumam Luhan pelan.

Luhan mengambil botol kecil berisikan beberapa obat tidur, dengan perlahan dia membuka tutup botol itu dan mengambil beberapa kapsul itu dan kemudian meminumnya secara bersamaan. Luhan meneguk air sebanyak-banyaknya, dia berjalan dengan langkah pelan dan mulai menulis setiap kalimat yang terlintas diotaknya di dalam secarik kertas.

Luhan menulis dengan kesadarannya yang masih ada, terkadang dia berhenti sejenak untuk mengambil nafas dan juga sekedar untuk mengembalikan pandangannya yang mulai mengabur. Hingga dia tidak sanggup lagi menggerakkan tubuhnya, Rasa kantukpun menggerogoti kesadarannya.

‘Tuk’….

Bulpoin yang di pegang Luhan itupun terjatuh begitu saja di lantai, Luhan mengerjapkan matanya beberapa kali tapi pandangannya sudah tidak bisa senormal tadi. Semua yang dia lihat buram, dengan sisa tenaga Luhan menyentuh bingkai foto yang tadi tepatnya menyentuh wajah Yeoja yang ada di foto itu, siapa lagi kalau bukan Hana.

“Sar—ranggh–hae..” Ucap luhan dengan seulas senyum di bibirnya, bersamaan dengan berakhirnya kalimat itu Luhan memejamkan matanya.

‘Kuharap kamu bahagia Hana-ya, karena aku bahagia bisa melakukan ini untukmu. Jalan ini aku pilih bukan untuk melihatmu menderita, Tapi untuk melihatmu bahagia dan selalu tersenyum ceria selamanya. Jaljayo My love, Saranghaeyo.’ Batin Luhan sebelum seluruh kesadarannya hilang sepenuhnya dan kini tubuh itu sudah tak bernyawa lagi.

***

#Morning Day_

“Luhan!?” teriak Lay sambil menggedor pintunya.

“Aku bangunin tidak ya? nanti kalau aku bangunin bisa-bisa aku kena tendang lagi, tapi ini sudah pukul 08:37 KST dia bisa terlambat ke sekolah.” Lay, namja itu kembali mengetuk pintu itu tapi tetap saja tidak ada balasan dari dalam kamar itu.

“Ahh.. terpaksa aku merelakan pantatku di tendang hari ini.”Dengan tarikan nafas Lay membuka pintu kamar Luhan dan dia terkejut melihat Luhan tertidur di meja belajarnya. Dengan langkah pelan dia berjalan ke tempat Luhan saat ini.

“Aigoo~ Ya! Xi Luhan, bagaimana bisa kau menjatuhkan bolpointmu?! Untung saja aku tidak terpeleset.” Ujar Lay dengan suaranya yang lantang sambil mempoutkan bibirnya, tapi tidak ada jawaban dari Luhan. Hingga dia tanpa sengaja melihat secarik kertas yang berada tepat di sebelah Luhan.

Dengan pelan Lay mengelihkan tangan luhan yang menindih kertas itu, dan setelah berhasil mendapatnya dia segera membaca isi kertas itu. Betapa terkejutnya Lay membaca isi kertas itu yang tidak lain adalah Surat atau pesan terakhir dari Luhan, Lay meletakkan kembali surat itu tangannya bergetar menyentuh tubuh luhan yang sudah tak bernyawa lagi.

“Lu–Luhan?” panggilnya dengan isakan pelan.

“Luhan gege..” Lay memeluk tubuh Luhan pelan dan kemudian dia menelvon Rumah sakit.

“Yeoboseyo, bisa kirim ambulans sekarang? Saya akan mengantar pendonor untuk pasien Kim Hana.” Ujar Lay sambil menatap wajah Luhan yang ada di pelukannya dan setelah selesai menyampaikan semuanya Lay mematikan sambungan televon.

“Apa kau bahagia sekarang Lu-ge? Aku akan mewujutkan impianmu, menyelamatkan yeojamu.” Ujar Lay sambil menghapus airmatanya.

********************************XOXO********************************

-School Of Performing Art-

“Xiumin-ah..” Panggil Narin dan dengan segera memeluk Xiumin dengan bahagia.

“Ada apa Chagiya? Aku lagi nyari Luhan, aku rasa dia tidak masuk sekarang. Bagaimana ini, tugas kita ada bersamanya?!”

“Mungkin Luhan sudah tau tentang ini dan dia mungkin sudah ada di rumah sakit sekarang.”

“Eh? Tau soal apa?” tanya Xiumin dengan bingung.

“Hana mendapatkan pendonor tadi pagi, aku baru saja di telvon Suho oppa dan katanya operasinya berhasil dan jantungnya bisa menyesuaikan dengan baik di tubuh Hana.” Jawab Narin penuh semangat.

“benarkah? Baguslah kalau jantung itu cocok, apa kamu mau kita ijin untuk menengok Hana-ya di Rumah sakit?”

“Kenapa perlu ijin segala sih, biasanya kita bolos juga tidak jadi masalah.” Balas narin dan langsung menarik Xiumin berlari meninggalkan kelas setelah mengambil tas mereka.

********************************XOXO********************************

-Seoul International Hospital-

“Oppa!” panggil Narin setelah sampai di ruang rawat Hana.

“Narin-ah, kau sudah datang?” tanya Suho sambil tersenyum senang melihat Narin.

“Ne..” jawab Hana

“Lay?!” panggil Xiumin dengan nada tidak yakin.

“Xiumin-ge?!” gumam Lay tidak percaya.

“Kenapa kau disini? Mana Luhan?” tanya Xiumin bingung.

“D–dia.. Lu-ge..” belum sempat Lay menjawab, pintu ruangan itu terbuka dan memperlihatkan Donghae dan beberapa suster.

“Dokter bagaimana keadaan dongsaeng saya?” tanya Suho antusias.

“Dia baik-baik saja, keadaannya stabil.” Ujarnya sambil tersenyum menatap Suho dan dalam sekejab pandangan Donghae berubah sedih.

“Ada apa dokter? Apa ada hal buruk yang akan anda sampaikan?” Tanya Narin.

“tidak ada, aku hanya tidak menyangka sibodoh itu benar-benar melakukannya.” Ujar Donghae menatap Lay dengan pandangan sedihnya dan menepuk pundak Lay pelan.

Narin dan Suho menatap bingung dengan perkataan Donghae tadi, tapi berbeda dengan Xiumin dia seakan mengerti akan maksut dari ucapan Donghae tadi. Dengan pelan Xiumin berjalan mendekat ke tempat Lay dan menggenggam kedua pundak Lay dengan erat.

“Apakah itu Luhan? Apakah dia yan—??” belum selesai menyelesaikan ucapannya, Lay sudah menjawab pertanyaan Xiumin yang membuat Suho, Xiumin dan Narin membelalakkan mata mereka terkejut.

“Itu memang Luhan, Lu-ge adalah pendonor itu.” Ujar Lay sambil memalingkan wajahnya, tanpa menatap wajah Xiumin. Lay merogoh saku celananya dan mengambil amplop berwarna merah hati, kemudian memberikannya kepada Narin.

“Ig–Ige mwoya?” Tanya narin dengan suara yang tercekat karena tangisannya.

“ini adalah pesan terakhir Lu-ge untuk Hana-ssi, aku titipkan padamu Narin-ya. aku akan kembali ke China bersama dengan jenasah Lu-ge dan meneruskan sekolah ku disana beberapa hari lagi, salamku pada Hana-ssi.” Ujar Lay dan Bow kepada semua yang ada disitu, kemudian melangkah pergi meninggalkan tiga orang yang masih diam disana.

‘Lu-ge, aku sudah menyelesaikan tugasku dengan baikkan? Aku harap kau bisa tersenyum sekarang.’ Batin Lay sambil berjalan meninggalkan Seoul international hospital.

“Luhan..” gumam Narin sambil menangis dalam diam, Xiumin yang melihat itu hanya dapat memeluk Narin dengan erat dan menangis bersama dalam pelukan mereka.

‘Terimakasih Luhan, tidak kusangka cintamu sangat tulus kepada dongsaengku. Aku selalu berdoa untuk kebahagianmu disana.’ Batin Suho.

‘Luhan-ah, aku tidak menyangka semalam adalah pertemuan terakhir kita. Aku juga tidak menyangka bahwa itu adalah terakhir kalinya aku dapat melihat senyummu dan bercanda denganmu, terimakasih Luhan aku menyayangimu kau adalah sahabat terbaikku.’ Batin Narin sambil memeluk erat Xiumin.

‘Kenapa kau melangkah sejauh ini Lu, kau bahkan pergi tanpa mengatakan sepatah katapun padaku. Apa itu yang kau maksut dengan sahabat? Kau memang benar-benar menyebalkan, dan aku pasti akan merindukanmu sahabatku yang sangat menyebalkan.’ Batin Xiumin sambil mengusap kepala Narin pelan.

-Author POV END-

‡‡‡ EXO † From Exo Planet ‡‡‡

-Hana POV-

Aku membuka perlahan mataku dan cahaya menyilaukan mata membuatku mengerjapkan mata beberapakali. Kepalaku terasa pusing sekali, aku melihat seorang namja berjas putih yang kuyakini adalah seorang dokter. Dia menyentuh pergelangan tanganku, untuk memastikan denyut nadiku.

“Normal.” Ucapnya pada seorang suster yang sedang menulis keadaanku di papan yang dia bawa.

“Kau sudah sadar?” tanyanya padaku.

“Ne.” jawabku pelan, ah sungguh kenapa aku jadi lemah begini.

“Apa yang kau rasakan saat ini? Apa nyeri di bagian dada atau dimana?” tanyanya.

“kepalaku terasa pusing, dok.” Ucapku lemah.

“Ah kalau itu wajar saja, lama-lama pusing itu akan hilang.”

“Dokter Lee, bagaimana keadaan.. Hana-ya kau sudah sadar?” aku melihat appa tersenyum senang kearahku, tidak hanya appa saja aku kini melihat Omma, Suho Oppa, Narin Eonni, Xiumin oppa. Namun aku tidak melihat kehadiran Luhan oppa disini, aku melihat kesekeliling ruangan ini namun nihil Luhan oppa benar-benar tidak berada disini.

‘Luhan oppa, kamu dimana? Kenapa kamu tidak datang, apa yang terjadi?’ batinku dalam Hati.

“Hana-ya?” panggil Narin Eonni yang membuatku tersadar.

“Ne, eonni.” Aku terkejut saat dia tiba-tiba memelukku pelan.

“Mianhe Hana-ya,” ujarnya kini dengan airmata yang mengalir deras.

“Uljimayo eonni, aku baik-baik saja sekarang.” Balasku sambil menghapus air matanya, aku tersenyum manis padanya.

“kau benar baik-baik saja?” kali ini Suho oppa yang bertanya.

“Ne, oppa aku baik-baik saja. Ini karena doa kalian semua.”

“Hana-ya.”

“Omma..” kupeluk omma yang sedang berdiri di sebelah ranjangku.

“Hana memang anak Omma yang kuat, omma tau kamu pasti bisa melewati ini semua dan berkumpul dengan kami semua.” Ucap Omma yang membuatku terharu.

“Appa juga bangga punya anak sepertimu, kau rela berkorban demi saudaramu. Terimakasih Hana-ya.” ucap appa dan mencium keningku, aku tersenyum membalas senyuman appa dan omma. Tiba-tiba aku merasakan ada yang menggenggam tanganku, yah itu adalah Narin eonni.

“Eonni akan selalu bersamamu dan akan menjagamu, seperti janjiku pada Luhan?!” ucap Eonni yang membuatku menatapnya bingung.

“Janji apa eonni? Lalu dimana Luhan oppa sekarang, aku bahkan tidak melihatnya.” Hening itulah yang terjadi sekarang bahkan dokter Lee yang tadi tersenyum kini ikut diam dan tatapan mereka semua terlihat sedih, ada apa ini kumohon seseorang jelaskan padaku apa yang terjadi.

“In–Ini adalah pesan dari Luhan, Untukmu Na-ya.” Ucap Narin eonni sambil memberikan amplop berwarna merah hati padaku, jantungku berdegup sangat kencang saat ini. Kenapa aku merasa sakit hati? Mungkin aku hanya kecewa dia tidak datang dan hanya mengirim surat padaku. Aku mengambil secarik kertas yang ada di dalam amplop itu dan mulai membacanya, mataku terbelalak membaca surat ini. Airmata jetuh begiu saja dari mataku, namun aku tidak bisa berhenti membaca surat ini.

‘Dear My Love,

Hana-ya..,

Mungkin saat kamu membaca surat ini, aku sudah pergi ketempat yang sangat indah.

Mianhae, aku pergi seorang diri dan aku tidak mungkin mengajakmu pergi bersamaku.

Hana-ya,

Jujur, aku tidak percaya kisah kita berakhir seperti ini.
Begitu banyak janji yang telah kita buat, apa yang harus aku lakukan dengan semua janji itu sekarang.. ?!

Semuanya menjadi redup dan gelap, bahkan aku tidak bisa melanjutkan hidupku jika kamu tidak bersamaku.

Perpisahan yang datang sekali, tapi mengapa kerinduan ini datang dengan bertubi – tubi?
Aku tidak akan pernah melupakanmu sedikitpun, Karena aku mencintaimu.

Apa kamu sekarang benar baik – baik saja? Apa kamu menangis sekarang? Apakah benar begitu?

Hapus air matamu dan tersenyumlah padaku, bahagialah Hana-ya aku mohon..

Aku tidak memintamu untuk terus mencintaiku, Aku hanya berharap kamu selalu mengingat cintaku dan memori kita.

Jangan mengingatku tentang kenangan yang dapat membuatmu menangis dan tersiksa, tapi kenanglah aku dengan kenangan manis kita yang selalu membuatmu tersenyum saat mengingatnya.

Jadi kumohon jangan lupakan aku..

Saranghae Kim Hana…’

Saranghaneun Namja ,         

루한 ^_^         

“Lu–Luhan.. Andwae, Maldo Andwae..”

Aku menangis sejadi-jadinya setelah usai membaca surat itu, kenapa? Kenapa harus begini, kenapa ini bisa terjadi padaku?. Pertanyaan itu bertubu-tubi kulontarkan didalam hatiku.

“Hana-ya Luhan melakukan ini karena dia ingin kamu hidup bahagia, dia tidak ingin kamu menderita.” Ucapan Narin eonni namun aku abaikan.

‘Bagaimana aku bisa bahagia, bahkan aku sangat merindukannya saat ini sangat-sangat merindukannya.’ Batinku dalam hati.

“Hana-ya, Luhan tidak ingin melihatmu menangis. Dia ingin kamu tersenyum mulai saat ini dan seterusnya, jangan buat pengorbanan dan kepergiannya menjadi sia-sia sayang.” Ucap Omma seperti tamparan keras padaku.

“Tersenyumlah, setidaknya itulah pesan terakhit Luhan.” Ucap Xiumin Oppa yang kini memegang pundakku, aku menatap Surat itu nanar. Pandanganku tiba-tiba mengabur dan semuanya gelap.

‘Lu-han oppa?!’ ucapku dalam hati.

********************************XOXO********************************

#One Month Later

-Cemetery Central Baijing, China-

Aku berjalan menuju sebuah gundukan besar yang sangat teduh karena disebelahnya ada sebuah pohon beringin yang sangat besar, ya aku sekarang berada di makam Luhan yang berada di Beijing China. Aku meletakkan bunga peruvian lily bunga ini melambangkan kesetiaan dan juga persahabatan aku meletakkannya di dekat nisan Luhan Oppa, ini sudah ke tiga kalinya aku datang kemari.

“Oppa aku datang, mianhe aku datang telat lagi. Apa kamu kesepian oppa?” tanyaku sambil menatap nisan Luhan oppa.

“bahkan sampai sekarang aku masih belum bisa percaya jika kamu sudah tiada oppa, sungguh aku masih merasa kau selalu bersamaku.” Ucapku sambil mengusap gundukan itu pelan, air mata sudah menggenang memenuhi kelopak mataku.

“Andwae! Aku tidak boleh menangis lagi.” Ucapku pelan.

“Tapi bagaimana kamu bisa melarangku menangis oppa, aku sangat kesepian tanpamu.” Gumamku pelan dan airmata itu jatuh lagi dan lagi.

“Hana-ya! kajja?!” panggil Narin eonni padaku.

“Ne, Eonni.” Jawabku.

“Luhan-ah, kami pulang dulu ya? lain waktu aku akan membawa hana kemari lagi dan aku akan memengang terus janjiku padamu, jadi kau tenang saja okey.” Ujar Narin eonni dengan senyumnya.

“Oppa, aku pulang ne. Annyeong oppa, jaljayo~?!” ucapku sambil tersenyum manis menatap nisan Luhan oppa.

Kami berjalan keluar pemakaman, aku berjalan dengan diam. Hingga aku tersadar dengan panggilan Eonni.

“Jja, masuk! Aku rasa omma appa dan oppa sedang menunggu kepulangan kita.” ucapnya yang sudah berada di dalam mobil, aku menatap Langit sejenak.

Disinilah aku berdiri dengan setumpuk kenangan, tanpamu disisihku dan kini aku sangat merindukanmu Oppa. Saranghae Xi Luhan.’ Ucapku dalam hati dan kurasakan angin sangat kencang berhembus membuat rambutku terambai-ambai mengikuti arah angin tadi, entah aku salah lihat atau apa tapi aku yakin bahwa aku kini melihatnya berdiri disana.

Ya aku sedang menatap seorang namja berbaju putih berdiri bersandar di pohon beringin didekat makamnya. Ya namja itu adalah Luhan, Xi luhan. Dia tersenyum dan menatap tepat kearahku, dengan senyuman yang sangat aku rindukan dan itu membuatku terbelalak terkejut dan airmatapun sukses membasahi kembali wajahku.

“Hana-ya? Palliwa, kita akan ketinggalan pesawat jika terlambat.” Teriakan eonni membuatku beralih menatapnya.

“Ne.” akupun masuk kedalam mobil, aku kembali menatap ke tempat tadi namun dia sudah tidak ada. Luhan oppa sudah menghilang, dan aku tersenyum tipis.

‘Kamu terlihat bahagia oppa, aku akan tersenyum untukmu dan untuk semua orang di sekitarku sama seperti kau tersenyum padaku tadi.’ Aku menghapus air mataku dan tersenyum menatap foto-fotoku saat bersamanya di layar phonecell-ku.

“aku akan terus mengingatmu Oppa, di dalam hatiku untuk selamanya.” Gumamku pelan.

-THE END-

‡‡‡ EXO † From Exo Planet ‡‡‡

Wihh.. panjang ya! :D gimana nih Endingnya, Jelek ya? tidak menyentuh sama sekali ya?! mianhe.. T_T tapi jujur ya, aku ngetik ini sampe menitihkan air mata. Pertama kali nih, aku nangis baca FF sendiri, itusih pendapatku, tidak tau kalau pendapat kalian. Karena aku ingin tau pendapat kalian jadi mohon Komentarnya ya.. :D Makasih sebelumnya sama yang sudah membaca dan untuk yang sudah berkomentar. Sampai jumpa lagi ya.. bye-bye… #lambaiLambay_Tangan



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles