LIVE WITH HIM (Chapter 4 )
Author : Rim Goo
Genre : friendship, family, and marriage-life
Rating : PG-15
Length : Chaptered
Main cast :
Goo Yoo Rim (Rim) [OC]
Oh Se Hoon (Sehun)
Other cast :
Kwon Billy (Rim’s friend) [OC]
EXO Member
Disclaimer : FF ini murni khayalanku. DON’T COPAS!!
WARNING! TYPOS BERTEBARAN DIMANA-MANA!
>Happy reading<
—–
JEJU ISLAND
-SEHUN’S HOME-
AUTHOR POV
“Rim! Ayo, bangun!!” teriak Billy pada yeoja dibalik selimut. Terhitung 30 menit sudah Ia berusaha membangunkan sahabatnya-Rim. Namun selama itu juga, Rim tak menunjukkan reaksi untuk bangun dari alam mimpinya.
Menyiram Rim dengan air? Hal itu selalu melintas di otak Billy. Tapi segera ia buang jauh-jauh. Kalau sampai Billy melakukannya.Telinganya harus siap mendengar teriakkan amarah dari seorang Goo Yoo Rim—dan itu sangat menyeramkan.
“ BANGUN, RIIIIIM!!” teriak Billy dengan nada tinggi yang mampu menyaingi Baekhyun dan Chen. “ iya, iya! Aku bangun!” Billy bernafas lega, akhirnya usahanya berbuah manis.
“ dasar, ahjumma bawel!!” gumamnya kesal.
Rim menyibakkan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya, lalu duduk dari tidurnya dengan mata setengah tertutup. Tanpa menengok pada Billy yang terduduk di sampingnya, Rim segera berjalan menuju kamar mandi dengan wajah kusut.
–
Wajah kusut masih Rim tunjukkan. Ia benar-benar kesal pada sahabatnya. Ayolah, ini liburan. Seharusnya ia mendapatkan waktu tidur yang-sedikit-lebih banyak dari hari biasanya.
“ wajahmu mau ku setrika? Cepat keluar, ada yang ingin bertemu denganmu” perintah Billy sambil melipat kedua tangannya didepan Rim. Rim memutar kedua bola matanya.
Gadis itu berjalan menuju pintu, sembari bertanya-tanya siapa yang mencarinya pagi-pagi begini. Setelah berdiri tepat didepan pintu, Rim segera memutar gagangnya.
‘Ceklek’
Langkah kaki Rim terhenti tepat saat langkah pertamanya yang melewati pintu. Ia merasakan sesuatu dibawah kakinya. Dan sekarang perasaannya tak enak. Rim mengedipkan matanya lalu menjatuhkan pandangannya perlahan. ‘Tuhan, jangan bilang kalau..’ Saat itu juga, jantung Rim serasa berhenti berdetak.
“ AA!!” Rim memulai aksi larinya, dengan..
“ guk! Gukk!” seekor anjing berbulu hitam yang mengejarnya.
“ oppa!!” teriak Rim panik disela-sela ia berlari. Berharap seseorang mampu menangkap anjing dibelakangnya sekarang. Gadis itu menuruni setiap anak tangga dengan cepat tanpa takut jatuh.
“ Guk! Gguk!!”
Yeoja itu menambah kecepatan berlarinya setelah berhasil menginjakkan kaki pada lantai dasar. Ia tak berani menengok ke belakang, karena takut kalau-kalau hewan berkaki empat itu semakin mendekat kearahnya. Tanpa ia sadari, kedua kakinya membawanya menuju halaman belakang.
Wajahnya mulai memucat. Ya, yeoja itu lelah. Benar-benar lelah. Ia ingin sekali berhenti. Tapi ia takut saat ia berhenti berlari, hewan itu menyerangnya. Ia hanya mampu berdoa, semoga ada yang menolongnya dari kejaran hewan itu.
Grap.
Rupanya do’anya cepat sekali di dengar. Langkah Rim terhenti. Seseorang berhasil membawa yeoja itu ke dalam pelukan.
Deruh nafas Rim terdengar sangat jelas. Tentu, berlari bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Badan yeoja itu mulai bergetar hebat. Kedua tangannya pun melingkar pada pinggang sang penolong yang ternyata seorang namja. Dan, di pagi yang cerah itu terdengarlah suara isakan dari bibir seorang Goo Yoo Rim.
“ oppa, aku takut..hiks”
Tangan Rim semakin erat pada pinggang si namja, kepalanya pun semakin menempel pada dada bidang namja itu. Seakan menandakan, ia tak mau lepas dari pelukan itu.
“ aku takut Himchan oppa.. hiks” tangisannya semakin menjadi. Bahkan kaos yang di gunakan sang namja mulai basah karena cairan bening dari pelupuk mata yeoja cantik itu.
“ gwenchana.. sekarang kau aman, Rim-ah. Hewan itu tak mengejarmu lagi” tangan namja itu terulur mengusap pelan puncak kepala Rim. Berusaha menengkan Rim. Perkataaan namja itu bagaikan sebuah mantra sihir yang langsung menghentikan tangis seorang Goo Yoo Rim.
“ sekarang, boleh kulepas pelukan ini? Aku takut semakin lama kita begini, semakin cepat Sehun akan membunuhku”
Seperti terkena segatan listrik Rim melepas pelukan itu. Rasanya duania berhenti berputar ketika Rim melihat dengan jelas namja itu.
“K-Kai sunbae?”
Ia tak menyangka namja yang ia peluk—atau namja yang memeluknya—adalah Kai. “ Mianhamida, sunbaenim!” Rim membungkuk. Perasaan malu dan bersalah menyelimutinya.
“ Ani. Seharusnya aku yang meminta maaf, karena lancang memeluk calon istri sahabatku” Rim meringis kecil mendengar perkataan Kai.
“ aniyo, sunbae! bagaimanapun aku yang salah, mianhamida!” sekali lagi Rim membungkuk.
“aigoo.. baiklah kalau begitu. Jangan menangis lagi, kau terlihat jelek.” jawab Kai sembari tersenyum kecil. Namja berkulit tan itu berbalik dan meninggalkan Rim yang masih membungkuk.
Rim menegakkan badannya, berusaha menormalkan detak jantungnya karena sehabis menangis. Ia kembali di kejutkan begitu matanya menangkap semua penghuni rumah menatapnya khawatir.
“ Rim-ah!” Xiumin memeluknya, syukurlah Yeodongsaengnya tak terluka. “ gwenchana?” Rim menghembuskan nafasnya berat. “ ne, oppa”
Suho mendekat. “Rim-ah, mianhae. Karena oppa, kau seperti ini” sesal Suho. Rasa bersalah menyelimuti hatinya. Dongsaeng kesayangannya punya ketakutan besar terhadap anjing. Tapi Suho malah membawa anjingnya ke Jeju.
“ gwenchana. Tapi—tolong jauhkan hewan itu dariku, oppa” Rim melangkah mundur, anjing yang mengejarnya kini berjarak 4 meter didepan.
“ tenang! Dia tidak akan mengganggumu lagi” Rim mengangguk pasrah. Xiumin menuntunnya masuk ke rumah. Seakan sadar akan sesuatu Rim berhenti. Dan menatap Suho.
“Suho oppa.. kapan oppa ke sini?” tanya Rim baru sadar akan kehadiran Suho—kakak sepupunya.
Suho tersenyum cerah. “ pagi tad—“ jawaban Suho terpotong suara berat milik seorang namja jangkung yang tiba-tiba mendekati RIm.
“ My little girl, Rimrim! You okay?” tanpa permisi namja jangkung itu langsung memeluk Rim. “ I’m.. okay, oppa”
“apa hewan gila itu menggigitmu?” namja jangkung menatap mata Rim yang merah karena menangis. Semua penghuni rumah tertawa mendengar pertanyaan itu—kecuali Suho.
“Yak! Pohon kelapa! Seenaknya saja mulutmu bersuara! Anjingku bukan anjing gila!”
“ Sungguh? Lalu kenapa Rim berlari seperti mengikuti lomba marathon tadi, huh?” tanya Kris, matanya melotot.
“ hey, siapapun yang dikejar anjing pasti akan lari secepat mungkin! Bukan berlenggak lenggok santai!” tekanan darah Suho naik.
“ Kim Suho! Anjingmu itu terkena penyakit, kusarankan segera membuangnya segera” tegas Kris-namja jakung itu. Bagus Kris, kau berhasil membakar api dalam tubuh Suho.
Kai dan Lay memegang kedua tangan Suho yang sudah siap melepaskan tinjuannya pasa Kris. “ KRIS WU!! Kutegaskan sekali lagi! Anjingku tak mengidap penyakit apapun! Kalau kau masih protes! Kugigit kau sampai terkena rabies!”
Selagi mereka menahan kedua saudara yang beradu mulut. Kedua bola mata Rim bergerak kesana kemari. ‘kemana dia? Apa dia masih tidur?’ pikirnya.
“Sehun dan Luhan pergi sejak pagi tadi. Bibi Oh menelfonnya” jelas Xiumin. Rim membulatkan mulutnya dan menggangguk paham. “ lebih baik, istirahat dulu dikamar. Bill, tolong temani Rim” Billy mengangguk.
AUTHOR POV END
—-
KAMAR RIM-BILLY
RIM POV
Aku memilih tiduran di ranjang dengan mata yang terpejam. Hah, badanku lemas sekali. Di sampingku Billy terduduk.
“Rim! kedua kakak sepupumu ternyata lucu juga saat beradu mulut!” aku tersenyum mendengarnya. Kris oppa dan Suho oppa, dua kakak sepupuku. Mereka sering terlibat adu mulut yang tak ada ujungnya, dan yeah, hanya aku dan Xiumin oppa yang mampu meredakan perang adu mulut itu.
“ Rim” panggil Billy.
“ hm” jawabku dengan mata terpejam.
“ bisa kau jelaskan kenapa kau dan Kai sunbae berpelukan?”
Mataku terbuka, menangkap langit-langit bercat putih. “ kau bahkan menyebut Kai sunbae, Himchan oppa” aku terduduk dari tidurku dan menatap Billy, kaget. “ap-apa?”
“iya, kau menangis sesegukan sambil menyebut Kai sunbae dengan nama Oppa-mu. Apa kau lupa?”
Menyebut Kai sunbae, Himchan oppa? Kuusap wajahku perlahan. Sepertinya tadi aku terlampau takut. Tapi, jika boleh jujur. Aku sangat nyaman dengan pelukan itu. Pelukan itu seperti pernah aku rasakan.
“hey!! kenapa melamun? Apa pelukan Kai sunbae senyaman dan sehangat pelukan Sehun sunbae, tempo hari?”
Pletak!
“ Goo Yoo Rim!” protes Billy, tangannya terus mengusap bagian kepala yang terkena jitakanku. “ Jangan bahas kejadian itu.”
Kulihat Billy tersenyum jahil. “ kenapa? Apa pelukan Sehun sunbae lebih nyaman dan hangat?” Aku menatapnya kesal.
“ Kwon Billy!” sedetik kemudian aku membalasnya.
“ ah, jangan-jangan kau ingin merasakan bagaimana pelukan Luhan sunbae?” candaku. Billy langsung menatapku. “ yang benar saja! hal buruk itu tak sedikitpun terlintas di otakku!” balasnya. Aku tertawa kecil mendengarnya.
‘Drrt drrt’
“ hei, ponselmu” Billy menunjuk tempat ponselku berada. Aku mengambilnya dan mengusap layarnya.
From : Bibi Oh
Rim-ah, pukul 10 nanti kau harus mencoba gaun pengantin! Bersiaplah, Bibi tak sabar melihatmu mengenakan gaun pengantin^^!
Aku tersenyum hambar membaca pesan dari Bibi.
To : Bibi Oh
Ne, aku bersiap-siap sekarang, Bi.
“dari siapa?”
“ibu dari ‘idola-mu’. Aku harus mencoba gaun pengantin” jawabku seadanya.
“ah.. tak kusangka, secepat ini sahabat karibku akan mencopot status single-nya!” Aku menatapnya tajam.
“ hahaha.. baiklah, cepat sana mandi. Hidungku tak sanggup mencium bau badanmu!”
Buk!!
Aku berlari ke kamar mandi begitu bantal yang ku lempar mengenai wajahnya. “KU BUNUH KAU, RIM!!”
—-
Singkat cerita, aku ditemani Billy dan Suho oppa kebutik tempat Bibi Oh memesan gaun. Di sana sudah ada seorang namja yang tengah sibuk mengutak atik ponselnya. Hm.. sepertinya aku mengenal namja itu.
“ Luhan!” sapa Suho oppa dengan senyum yang mengembang. “ Suho-ya! Rupanya kau yang menjadi supir dua tuan putri” aku dan Billy melempar tatapan datar pada Luhan sunbae.
“ dimana Sehun?” tanya Suho oppa.
“dia dan Ahjumma pergi 10 menit yang lalu. Keperluan mendadak” jelas Luhan sunbae sambil menatapku. Sebagai balasan aku hanya mengangkat bahu.
“Ji Hyo noona!” panggil Luhan sunbae pada seorang yeoja yang tengah memerhatikan tumpukkan berkas di mejanya. Yeoja tersebut mengangkat kepalanya dan melihat ke arah kami, “ Nona Goo?” tanyanya sambil menatapku.
“ ah, ne! Aku, Goo Yoo Rim” sahutku. Ia menghampiri kami lalu memegang pundakku. “Kau cantik sekali! Nyonya Oh tidak salah pilih menantu!” pujinya. Aku tersenyum kaku.
“Ayo kita coba gaunmu sekarang! Aku dan Nyonya Oh sudah memilih gaun yang cantik untukmu! Ah! Kau akan terlihat sangat cantik dengan gaun itu” cerocosnya. Lagi-lagi aku hanya tersenyum kaku dan sesekali menganggukkan kepala. Ia menunjukkan padaku gaun yang Ia maksud.
Hanya perlu satu kata…Cantik. Aku bahkan nyaris tak berkedip melihatnya.
“ Wow! Rim, ayo cepat coba! Cepat cepat!” desak Billy. Suho oppa dan Luhan sunbae mengangguk-anggukkan kepala, setuju dengan Billy. Aku mendesis.
“ baiklah, Billy bawel..” ucapku. Lalu mengikuti Ji Hyo-ssi yang menuntunku ke ruang ganti. Tak lama kemudian membawakan gaun pengantinku. Ia pun membantuku mengenakan gaun tersebut.
Gaun tersebut pas di tubuhku tapi tidak terlalu sesak. “ apa kataku, kau pasti cantik mengenakan gaun ini…” pujinya membuatku tersenyum-tipis. Ia membuka tirai kamar ganti dan membantuku keluar.
Aku melihat reaksi mereka bertiga. Billy menutup mulut dengan kedua tangannya, Suho oppa dengan mulut terbuka dan tatapan takjub, sementara Luhan sunbae terseyum manis.
“kau cantik sekali! Seperti bukan sahabatku yang jelek!” aku menatap Billy. Hey, itu pujian atau sindiran?
“tentu Rim cantik! Kau tak lihat? Oppanya setampan aku?” tanya Suho oppa sambil menunjuk diri sendiri. “terserah Oppa saja.” jawab Billy cuek.
“nona Kwon..” bisik Luhan sunbae—tapi masih bisa kami dengar. Billy menatap heran. “ wae-yo, sunbae?” tanya Billy.
“aku bisa pilihkan gaun untukmu” saran Luhan sunbae. Kening Billy mengerut. “ tidak, terima kasih”
“ anggap saja sebagai persiapan.. Bukankah setelah Sehun dan Rim menikah, kau dan aku akan mengikuti jejak mereka?” kata Luhan sunbae dengan wajah polos, yang disambut tawa oleh aku, Suho oppa, dan Ji Hyo-ssi. Billy? Wajahnya seperti kepiting rebus! Aku yakin ia ingin sekali meninju Luhan sunbae.
RIM POV END
—
AUTHOR POV
Sesudah mencoba gaun pengantin, kini Suho, Billy, dan Rim dalam perjalanan kembali ke rumah. Dan selama itulah Rim selalu di goda oleh ke-duanya.
“ Hah, bisakah aku kembali menjadi bayi kecil yang meringkuk dalam pelukan ibunya? Atau menjadi remaja normal yang bercanda ria bersama sahabat-sahabatnya? Aku tak suka kondisiku saat ini!” ucap yeoja itu.
“tentu bisa. Asalkan punya mesin waktu” Billy mengusulkan.
“dan, dimana aku bisa mendapatkan benda itu?”
“pinjam saja pada Doraemon!” Suho tertawa, idenya terlalu bodoh. Mana mungkin mereka bisa meminjam pada tokoh cartoon?
“Suho oppa awas!!!” teriak Rim dan Billy.
Ciiitt—.
Kepala Suho hampir saja membentur stir mobil karena aksinya yang memdadak. Sedangkan ke dua yeoja itu terdiam membisu dengan degup jantung tak terkontrol. Suho keluar dari mobil, di ikuti Rim dan Billy. Mereka segera memeriksa keadaan mobil dan orang yang hampir ditabrak barusan.
Suho mengerutkan keningnya. “aneh.. Tak ada siapa-siapa disini.”
“ La-llu.. tadi itu apa?” tanya Billy, rambut-rambut halus di tubuhnya meremang.
Rim mengedarkan pandangannya ke segala arah. Mata mereka tak mungkin salah. Jelas-jelas tadi seseorang menyebrangi jalan yang mereka lewati. Tapi sejauh ke tiga pasang mata itu memandang, hanya laut dan pepohonan yang dapat ditangkap indra pengelihatan mereka.
Ketiganya kembali ke dalam mobil dan segera bergerak meninggalkan tempat itu. “ tadi itu bukan.. hantu, ‘kan?” dari suaranya, Rim tahu sahabatnya di renungi rasa takut.
Bibir Rim mulai bergerak. “ bukan..”
Rim menatap tajam jendela disamping. “ Sepertinya ada yangg mengharapkan kita celaka”
Mendengar perkataan Rim, badan Billy dan Suho menegang.
“ mengharapkan kita ce-ce—laka?” Billy bertanya lebih lanjut. Tanpa melihatpun Rim yakin, saat ini Suho susah payah menarik nafas.
“ ah! jangan pikirkan lagi. Aku barusaja mendapat informasi, sebentar lagi cacing cacing diperutku akan mengadakan konser” sahut Rim , sengaja mengalihkan topik pembicaraan.
“Yak! Soal makan kau juaranya! Huh! Perut karung!” Rim tersenyum kecil, namun yeoja itu segera membalas perkataan Billy.
“oh, ya? Kau sendiri perut karet!” Suho menggeleng-gelengkan kepalanya, beginilah kedua sahabat itu, saling ejek tak pernah luput selama keduanya bersama.
—-
JEJU ISLAND (Malam hari)
-SEHUN’S HOME-
Rim barusaja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih tergantung di pundaknya. Sudah dapat di tebak yeoja itu baru saja menyelesaikan ritual mandinya.
BAM.
Rumah megah milik keluarga Oh itu tiba-tiba kehilangan penerangan. Ini adalah hal terburuk bagi Rim. Yeoja itu berusaha berjalan walau tak bisa melihat apapun, tangannya meraba-raba setiap sudut kamar yang bisa di capai.
“ Bill? ” Rim mengumandangkan nama Billy, berharap sahabatnya itu bisa membantunya. Sebelum Rim ke kemar mandi, Billy masih di kamar memainkan ponselnya.
“ Oppadeul?”
Tak ada jawaban dari siapapun. Dan Ia mulai panik. Rasanya yeoja itu tak bisa bernafas dengan benar. “ kalian dimana?” tangannya terus bergerak tak tentu arah, mencoba mencari benda yang bisa dijadikan sumber cahaya. Namun, hasilnya nihil.
“ kalian dimana?! Ayolah, cepat jawab aku!” Rim semakin panik, keringat dingin mulai bercucuran dari pelipisnya. Tangannya terus bergerak sampai berhasil meraih sesuatu, yang ia yakini gagang pintu. Dengan cepat diputarnya gagang pintu itu. Dan melangkah keluar.
Mata Rim membulat. Tepat didepan pintu kamarnya, banyak lilin-lilin diatur membentuk jalan kecil yang di penuhi kelopak mawar merah. Rim mengengok ke kanan-kiri. Tak ada siapapun. Ia memutuskan untuk melangkah, mengikuti kemana jalan itu berakhir.
—
Rupanya jalan itu terputus tepat dibelakang seorang namja jangkung berkemeja hitam yang berdiri membelakangi Rim. Rim mengerutkan keningnya, mencoba menerka-nerka siapa namja itu.
Tiba-tiba namja itu berbalik. Rim yang kaget langsung mundur selangkah. “ wae? Apa aku menakutkan?” tanya namja itu.
“A-ani, apa yang sunbae lakukan disini? Dan kemana yang lain?” tanya Rim-sedikit-gugup. Sehun melangkah mendekati Rim. Tapi yeoja itu kembali mundur selangkah.
Sehun berdecak sebal. “ Tsk. Wae? Kenapa kau mundur?”
“ jawab dulu pertanyaanku!” Rim tak mau kalah. Sehun menggapai tangan Rim, lalu menariknya kedalam pelukan.
“ ..Happy Birthday” bisik Sehun tepat ditelinga kanan Rim. Otak Rim berusaha mencerna perkataan Sehun, namun hal mengejutkan kembali ia dapatkan. Halaman belakang dipenuhi oleh cahaya lampu.
“ HAPPY BIRTHDAY, RIM!!” teriakkan itu berhasil membuat Rim melepas pelukan Sehun.
Rim menengok ke kanan—arah sumber teriakkan itu.
Di bawah pohon yang telah di hiasi lampu bertuliskan ‘Happy Birthday’ itu berdiri orang tua, sahabat, oppadeul, dan senior-seniornya yang mengenakan topi pesta serta banyak balon di sekeliling mereka.
“ Happy birthday Rimrim.. Happy birthday Rimrim” mereka mulai bernyanyi dengan Kris sebagai pemandu.
Rim terdiam. Dalam hati, Rim merutuki kebodohannya. Bagaimana bisa Ia melupakan hari jadinya? Hari dimana ia bisa melihat dunia? Sungguh bodoh.
‘pantas saja hari ini banyak sekali kejutan’ gumamnya sembari tertawa kecil.
“ sayang, ayo tiup lilinnya” Rim tersentak dengan perkataan Bunda. Di tatapnya kue yang Bunda bawakan. Lilin berangka 17 terpasang di tengahnya.
“ Hey! Cepat, lilin hampir habis!” canda Billy. “ iya, Bawel!” balas Rim setengah tersenyum.
“ make a wish, Rimrim!” Rim menganggukkan perintah Kris. Kedua tangannya di tangkupkan dan mata indahnya ikut terpejam.
—
Sehun meneguk sekaleng cola yang ia pengang sedari tadi, tatapannya jatuh pada para penghuni halaman belakang—yang sibuk mengisi perut ataupun berbincang. Ya, namja jangkung lebih memilih menyendiri ketimbang bergabung dengan mereka.
“ Gomawo, sunbae” Sehun berbalik menatap Rim, yang tengah sibuk membersihkan wajahnya yang dihiasi krim kue dengan tissue. Sehun mengalihkan pandangannya.
“ untuk apa?” tanya Sehun dengan suara datarnya.
“ semua ini—aku mendengarnya dari Luhan sunbae. Gomawo, sunbaenim”
Bukannya membalas perkataan Rim, Sehun kembali melempar pertanyaan. “apa kau siap?”
“ siap?” ulang Rim. “untuk menikah denganku, besok” Suara namja itu tetap datar. Rim menghembuskan nafasnya berat.
“ kau yakin?” Rim mengerutkan keningnya. “Sunbae, kenapa bertanya sepert—“
“ Goo Yoo Rim, apa kau benar-benar yakin?” akhirnya Rim mengangguk. Meskipun hatinya belum siap menyandang status baru sebagai istri dari seorang Oh Sehun.
“ sampai jumpa di altar” Rim menatap punggung Sehun yang mulai menjauh. Dalam hatinya, terngiang pertanyaan yang belum sempat ia tanyakan.
AUTHOR POV END
—–
Keesokan Harinya
SEHUN POV
Sedari tadi aku berdiri tegap di sini. Menunggu seorang yeoja datang untuk ikut mengucapkan janji suci pernikahan di hadapan Tuhan.
Aku yakin, ia sedang memeluk anggota keluarga dan sahabatnya, sudah pasti ada air mata yang menetes. Mengingat dalam hitungan menit, dia akan menjadi milikku.
Aku tahu, ia terpaksa menerimanya. Tapi aku tak peduli apapun alasannya, Goo Yoo Rim harus menjadi milikku. Aku menginginkannya menjadi miliku, agar ia selalu ada didekatku. Tidak lagi pergi jauh dariku, seperti dulu.
Perasaanku terhadapnya? Aku menyukainya. Aku tak peduli, ia mennyukaiku atau tidak. Toh, sebentar lagi kami sah menjadi suami-istri.
Aku segera berbalik, Goo Yoo Rim dan Ayahnya kini berada dihadapanku. Dan saat ini, bukan lagi tangan Ayahnya yang dijadikan tempat untuk tangannya melingkar, melainkan tanganku. “ Sehun-ah..” Aku menatap Paman.
“.. tolong jaga anakku dengan baik” aku tersenyum menenangkan.
“Ne, Abeoji ” jawabku yakin.
–
“ saya bersedia” jawabku pada pastur. Pastur balik melontarkan pertanyaan yang sama pada Rim.
Ia terdiam untuk beberapa detik. Kau berhasil membuat jantungku berdebar, Goo Yoo Rim.
“…saya, bersedia” Aku tersenyum kecil mendengar jawabannya.
Tibalah saatnya penyematan cincin. Aku mengambil kotak cincin dari saku dan membukanya. Kuraih tangan Rim dan menyematkan cincin itu di jarinya. Rim melakukan hal yang sama, ia meraih tanganku dengan lembut, dan menyematkan cincin itu dijari manisku.
Bisa dikatakan ini adalah moment yang paling ku tunggu. Kedua tanganku mengangkat kerudung yang sedari tadi menutup wajah Rim. Cantik.. Rim benar-benar cantik. Hanya itu yang bisa ku ungkapkan saat ini.
Kedua tanganku meraih kedua sisi wajahnya. Tatapan kami bertemu. Dia menatapku tajam—seolah dengan tatapannya itu dia bisa menghancurkan badanku menjadi kepingan-kepingan kecil. Berbeda denganku yang menatapnya dengan smirk andalanku.
Tak ku pedulikan tatapannya, aku mendekatkan wajahku. Mataku tertuju pada benda tipis berwarna merah maroon itu. Wajahku terus mendekat, sekilas kulihat Rim memejamkan matanya. Aku yakin, Eomma dan Billy siap untuk mengabadikan moment ini dengan kamera mereka.
Chup.
Bibirku berhasil di persatukan dengan bibir mungilnya. Dapat kudengar sorak sorai hadirin yang tak lain hanya anggota keluarga dan sahabat-sahabat kami.
“ Berhenti Oh Sehun!! Bibir dongsaengku bisa bengkak!!”
Bengkak? Ayolah, aku hanya menempelkannya. Tapi tunggu saja, cepat atau lambat bibir dongsaengmu pasti bengkak karena ulahku, Suho.
Tautan bibir kami terlepas. Bukan aku yang melepasnya, tapi Rim. Wajahnya merah padam. Tidak, aku yakin bukan karena malu-tapi dia marah padaku. Kau lucu sekali Rim. Hm.. kita lihat apa yang akan terjadi malam nanti, Oh Yoo Rim..
SEHUN POV END
—
AUTHOR POV
JEJU ISLAND HOTEL
“ kau tak ingin tidur disini?” tanya Sehun dari ranjang, kegiatan mengambil bantal Rim tehenti.
“ tidak.” jawabnya cepat dan kembali menggendong sebuah bantal dan guling, menuju sofa besar disamping pintu menuju balkon.
Sehun berjalan mendekati Rim yang tengah sibuk mengatur tempat tidurnya. Kedua tangan kekar Sehun tiba-tiba melingkar di pinggangnya dan dagu namja itu di tempatkan tepat pada puncak kepala Rim.
“ Sunbae, lepas” dagu Sehun yang tadinya pertumpu pada kepala Rim, kini bergerak turun sampai di pundaknya.
“ Why, Honey?” itu terdengar sangat menggelikan bagi Rim. Tangan Rim berusaha melepas tautan Sehun di pinggangnya.
“ Sehun sunbae, lepas!” pintanya dengan volume yang di naikkan.
“ Shireoyo” pelukan Sehun semakin erat. Rim muak, ia ingin lepas dari pelukan Sehun. Tak sengaja matanya melihat balkon kamar yang memang diterangi cahaya bulan. Tatapannya terus naik sampai ia dapat melihat dengan jelas wujud bulan diatas sana.
Rim berhenti bergerak. Sehun yang menyadari hal itu segera melonggarkan pelukannya dan mengangkat dagunya dari pundak Rim, namun tak melepas pelukannya.
“ Rim?” tanya Sehun, tak dijawab oleh Rim.
Fokus Rim masih tertuju pada bulan. Kedua bola matanya bahkan tak berkedip. Sehun mulai kesal dan langsung membalikkan badan Rim, hingga kepala Rim sejajar dengan dada bidangnya.
‘oppa! Himchan oppa!!’ tiba-tiba saja teriakkan yeoja kecil tergiang ditelinga Rim.
“ Argh!” kedua tangannya menutup telinganya, matanya tertutup rapat. Sehun memegang kadua bahu Rim. “Rim-ah!”
‘Himchan oppa! Aku takut sendirian disini!’ teriakkan itu kembali menghantuinya.
“ Berhenti meneriakki oppa-ku!!” teriak Rim.
“Rim, kau kenapa?” Sehun mengguncang badan Rim.
“Sunbae! Jebal, suruh anak kecil itu berhenti!” Sehun semakin tak mengerti maksud yeojanya.
“ siapa yang kau maksud?”
“yeoja kecil itu terus meneriakki Himchan oppa!” Sehun tertegun, ia berusaha melihat mata Rim yang tertutup rapat.
“Rim buka matamu!!” mata bulat besar Rim terbuka, seakan-akan suara Sehun adalah mantra sihir. Sehun tak mengerti apa yang dilihatnya sekarang. Iris yeojanya yang hitam pekat di gantikan oleh warna biru terang. Dan pipi Rim dibanjiri air mata.
“ Lihat aku! tatap mataku!” Rim menuruti perintah Sehun. Keduanya saling tatap. Perlahan, iris hitamnya kembali. Badan yeoja itu tiba-tiba lemas dan sedetik kemudian Rim kehilangan kesadarannya. Dengan sigap Sehun segera menangkapnya.
Sehun menidurkan Rim pada ranjang, lalu ikut berbaring disampingnya. Tangan kiri Sehun digunakan sebagai tumpuan kepalanya. Sehun menatap wajah damai Rim saat tidur. Tangan lain Sehun tergerak menyentuh pipi kanan Rim.
“ sebenarnya apa yang terjadi padamu, nyonya Oh?”
—-
>>TBC<<
Sorry banget karena chap ini alurnya gak jelas, feel gk ada, dll. Pokoknya jauh dari harapan readers.. soalnya ini chapter di buat pas kasusnya Kris appa, jadi hasilnya malah hancur.
Gimana menurut readers? Lanjut atau stop di chapter ini?
Leave your comment, please^^!
