Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Christmast Angst

$
0
0

p

Christmast Angst

Author             : @zhayrapiverz (follow twitternya yak xexexe)

Cast                 : Luhan dan Arrina Kim

Genre              : Romance, Angst, Married Life

Length             : ONESHOOT

Rating             :General

Disclaimer       : Zay butuhin like ama coment yang banyak Xexexe. Happy reading chingu

Luhan menyentuh pipiku lembut, mengusapnya lalu menempelkan bibirnya pada keningku. Dia menciumku lama, aku memejamkan mataku. Berusaha keras agar tidak menangis –lagi- ataupun terlihat cukup lemah saat ini, walaupun aku tahu Luhan telah menganggapku gadis paling rapuh layaknya dedaunan maple kering, aku senang dengan kasih sayang dan cinta yang ia berikan kepadaku walaupun aku tak yakin memberikannya banyak kebahagiaan dan buah hati.

“Tuhan mengapa kau menghukumku? aku tak sanggup jika seperti ini. Aku mencintai Luhan namun kenapa hal ini harus terjadi pada kami ?” batinku. Hatiku berkecamuk, berperang dengan batinku sendiri.

“Sayang..kau baik-baik saja? Apa perlu aku panggilkan dokter?” Luhan melihat perubahan mimikku. Oh sungguh dia terlihat begitu khawatir saat ini dan ini menambah daftar rasa bersalahku padanya. ‘Tuhan masih pantaskah aku berada di sampingnya?’

Aku menggelang “L..Luhan apa yang akan terjadi setelah ini?” tanyaku padanya yang kini tengah duduk di depanku, sambil tetap memainkan jari-jarinya dengan jariku. Kata Luhan jari-jariku lentik dan kecil, dia menyukai jari tanganku sejak dulu –saat kami masih di bangku SMA- sampai saat inipun ia selalu memainkan jari tanganku, menyusupkan diantara jarinya, terkadang ia mencium tanganku dan mengusapnya.

“Semua akan baik-baik saja sayang,percayalah. Kau percaya keajaiban kan? Jika ia, bertahanlah untuk itu. Malam natal nanti, aku akan memberikanmu sesuatu sebagai hadiah” Luhan tersenyum teduh

Aku mengangguk kecil. Luhan adalah penyemangatku dan ia selalu memberiku kekuatan untuk bertahan hidup walaupun aku tak yakin, operasi ketigaku ini akan berjalan dengan lancar. Aku tak ingin menjadi pesimis, tapi aku berkaca pada kenyataan, Kanker yang menyerang otakku telah mencapai stadium empat dan ini adalah kemoterapi kesekian kalinya. Sungguh aku merasa lelah dan menjadi orang yang paling tidak berguna. Terutama di hadapan Luhan, sungguh aku hanyalah pembaban baginya.

“Arrina..” Luhan menepuk bahuku pelan lalu memelukku sebentar. Oh aku pasti melamun lagi

“Luhan ceritakan padaku kisah putri tidur ya” ucapku sambil bersandar di bahunya, menghirup aroma mint dan strawberry di tubuh Luhan, terasa manis dan menyegarkan, aroma yang selalu menjadi favoritku sampai kapanpun.

Dahi Luhan mengernyit “Aku sudah sering menceritakan kisah itu Sayang”

“Aku suka ceritanya..ceritakan padaku ya” ucapku manja, melepskan pelukannya sambil merapikan rambut kecoklatan Luhan yang sedikit berantakan. Rambutnya begitu lembut. Aku lalu berbaring sedangkan Luhan duduk di kursi disampingku sambil mulai bercerita

“Luhan aku mau mendengarkan ceritanya hingga akhir. Jadi jangan berhenti sampai ceritanya selesai oke”

“Baiklah” Luhan lalu bercerita tentang kisah putri tidur.

ÎÎÎ

Aku menikmati sensasi angin musim dingin yang menerpa wajahku lembut, dingin yang membuatku sedikit menggigil namun aku menyukainya. Dari dingin, aku belajar merasakan kehangatan. Bagiku Luhan adalah tempat kehangatan itu, tempat ternyaman untuk meletakkan kepalaku di dada bidangnya dalam pelukannya. Tempat menemukan sandaran terbaik. sesekali aku memejamkan mataku yang nampak berat “Tidurlah sayang” luhan mengusap kepalaku lembut

“Bagaimana dengan nasip putri tidur yang diusir oleh Ratu yang jahat? ” aku bertanya saat Luhan berhenti bercerita

Luhan berkata dengan lembut “Tidurlah bila kamu mengantuk, aku akan melanjutkannya”

Aku mengangguk lalu memejamkan mataku yang terasa berat. Samar samar aku mendengarkan suara Luhan yang masih bercerita. Mengantarku ke alam mimpi.

“Putri salju berkelana sendirian dari hutan ke hutan. Ia tak tahu harus pergi kemana, hanya mengikuti kemana langkah kakinya berjalan. Terkadang Putri merasa sedih dan sesekali ia menangis. Putri menangis karena merindukan mendiang Ayah dan Ibunya yang telah meninggal–”

Dokter Lee beserta perawat memasuki ruang rawat Arrina. Beberapa perawat memeriksa kondisi pasien itu, mengecek tekanan darah dan kondisi tubuhnya, sedangkan Dokter Lee berbicara dengan Luhan disudut ruangan.

“Nona Arrina sudah waktunya untuk menjalani kemoteraphi Tuan Xi!”

Luhan menghela lemah, melihat ke Arrina yang tengah tertidur lalu berbalik ke dokter Lee yang tengah menunggunya “Lakukanlah Dok” putusnya

Dokter Lee mengangguk menyuruh susternya untuk memindahkan Arrina ke ruang Khusus kemotherapy

“Luhan” di perjalanan Arrina terbangun dari tidur singkatnya.

Luhan mengusap puncak kepalanya “Ya sayang?”

Arrina berkata dengan lirih “Kamu belum menyelesaikan ceritanya. Putri salju belum bertemu pangeran dan ia belum bahagia kan Luhan?”

Luhan mengacak acak rambutnya frustasi “Ini bukan saat yang tepat Arrina!!” Luhan sedikit membentak Arrina yang memandangnya sayu. Luhan benar benar tak mengerti permintaan aneh Arrina. Seharusnya gadis itu mengkhawatirkan dirinya sendiri. Seharusnya ia memikirkan bagaimana kelangsungan hidupnya saat ini, bukan mendengarkan Luhan bercerita.

Sesungguhnya Luhan juga tak keberatan jika terus mendongengkan putri salju pada Arrina. Namun, Sungguh ini situasi yang berbeda dan Luhan tegang, gugup dan ia cemas saat memasuki ruang operasi yang dingin, lembap dan dipenuhi bau-bauan aneh obat kimia itu. Dokter dan para suster meninggalkan sepasang suami istri itu sebentar di ruangan operasi.

Arrina berkata dengan lirih, sungguh ia merasa sakit yang luar biasa di tubuhnya seakan ada yang mencabik-cabik kepalanya, menekan-nekan perutnya dan merobek kulitnya “Luhan jika kamu keberatan, anggaplah ini sebagai permintaan terakhirku. Setelah ini aku berjanji kamu akan bebas dari tugasmu” mati-matian Arrina bersikap tenang dihadapan Luhan, menahan rasa sakit yang sekali lagi menyiksanya, ia ingin berteriak, menangis, menjerit mengatakan jika ia sakit, menderita dan rasanya ingin mati. Arrina hanyalah manusia biasa, ia masih mencoba menahan semuanya, menahan beban yang bersarang di tubuhnya hingga kemotherapy itu selesai Walaupun ia tahu Luhan begitu khawatir dan mencemaskannya saat ini.

Luhan mengusap keringat yang bercucuran deras di wajahnya. Merasa udara begitu panas mengepul di atas kepalanya, padahal ruangan disini begitu dingin bagi Arrina “Sayang aku tidak pernah keberatan mendongengkan Snow White untukmu. Hanya saja-” Luhan Nampak kacau

“Luhan sayangku. Aku yakin kita dapat melewati ini semua. Ini hanya sebentar kan? Kamu akan menjumpai rambutku yang panjang seperti dulu lagi, jangan malu ya kalau sekarang aku tidak memiliki sehelai rambutpun,kumohon bersabarlah yah sedikit lagi dan kita akan bahagia” Arrina mengusap pipi Luhan, membelainya dengan lembut.

Luhan mengangguk, berkata “Putri Salju menemukan sebuah rumah di tengah hutan. Ia begitu senang karena menemukan tanda tanda kehidupan disana setelah berhari hari lamanya mengembara dari hutan ke hutan. Sungguh ia bersyukur-” Luhan melanjutkan ceritanya lagi, walau tanpa sadar ia turut menangis. Di satu sisi para suster dan dokter mulai memberikan cairan kimia yang akan mematikan sel kanker di tubuh Arrina, istrinya. Istri yang telah dinikahinya selama tiga tahun itu. Walaupun ia selalu menemani Arrina kemotherapy. Namun, sungguh Luhan begitu takut, takut kehilangan orang yang paling dicintainya setiap saat.

Luhan masih bercerita, membisikkannya di Telinga Arrina yang memejamkan matanya karena ia berada dalam biusan. Ia berjanji akan menceritakannya hingga akhir, sampai Snow white bertemu pangeran yang membangunkannya dari mimpi panjangnya dan mereka hidup bahagia..

ÎÎÎ

Angin dingin musim dingin menerpa tubuh Luhan yang terlihat ringkih. Ia menghela cukup lama. Di tangannya, ia memegang kendi kecil berwarna putih tulang, tangan lainnya memegang bunga Krisan putih yang cantik. Luhan lalu meletakkannya di lemari yang bertuliskan “Arrina Kim” mengusap permukaan dingin kendi itu lalu meletakkan Bunga Krisan putih di depan kendi itu.

Luhan memejamkan mata sebentar, mendoakan arwah istrinya yang kini telah istirahat dengan tenang tanpa perlu menderita lagi. Di surga. Tempat yang memberikan kebahagiaan tanpa kesakitan, kesediham dan air mata penderitaan.

Saat kemotherapi ketiga, Nyawa Arrina tak dapat tertolong lagi. tubuhnya menolak cairan kimia tersebut yang menyebabkan larutan tersebut menggenang di tangannya, membuat pembuluh darahnya pecah sekaligus menghentikan detakan jantung Arrina. Menyakitkan. Luhan orang yang pertama kali tahu Arrina pergi dan menyaksikan sendiri bagaimana kematian pahit Arrina.

Terkadang luhan berpikir, mengapa Tuhan menciptakan orang sebaik dan secantik Arrina, hadir di hidupnya, menciptakan banyak gejolak, emosi dan perasaan. Lalu Tuhan menguji kesetiaan cintanya pada gadis itu ketika Tuhan memberikan cobaan sebuah penyakit pada gadisnya. Dulu Luhan berpikir, Tuhan begitu jahat. Tuhan tidak memikirkan perasaannya sedikitpun.

Kini Luhan sadar, ini takdir yang harus ia jalani. Tuhan telah berbaik hati memberikannya pelajaran begitu berharga dalam hidupnya ‘Mencintai Arrina’. Ia menghela dalam dan pelan, menciptakan kepulan uap dingin dari bibirnya seraya tersenyum kecil “Selamat natal sayang, semoga Kau bahagia di surga sana. Aku mencintaimu Arrina. Beristirahatlah dengan damai di sisi Tuhan”



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles