Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

What Is love?

$
0
0

Untitled

What Is Love?

Author             : @zhayrapiverz

Cast                 : Oh Sehun and Luna Kim

Support Cast   : Kim Heenim aka Heechul

Length             : Oneshoot

Rating             : T,G

Genre              : Romance, Hurt

Disclaimer       : FF ini Zay post di fb pribadi (Zayy Cardova), Exofanfiction.wordpress.com, Exo fanfiction grup tertutup serta beberapa Fanfiction grup lain dengan nama Author yang sama. Harap Coment dan like sebanyak-banyaknya yaw..happy reading *bow

Aku tak percaya  apakah ada cinta yang benar- benar tulus, murni dan tak memandang rupa seseorang. Aku bahkan tak tahu ada cinta yang apa adanya seperti itu. Cinta Sederhana tanpa memerlukan alasan ‘Mengapa Kau mencintainya?’ Rasanya seperti sebuah mimpi dan hanya ada di negeri dongeng -Luna Kim

Memiliki tekstur muka seperti tak mengenal nama ‘Cinta’, seakan tak pernah merasakan hal itu dan ia seakan orang yang tak pernah percaya pula  akan Cinta Sederhana dan tulus. Jika wajahnya berkata seperti itu, kau harus menelisik bagaimana kehidupan hatinya. Karena siapa tahu hati dan wajahnya bekerja berlainan- Oh Sehun

Luna terduduk di kursi koridor sambil memandangi langit yang tengah mendung di atas sana. Awan-awan tebal dengan degradasi abu-abu dan oranye  serta wallpaper biru tua yang menghiasi langit sore.  Ia menghela lalu membuka lembar novel  halaman tujuh puluh lima yang sempat tertunda. ‘Cinta itu ada dan kau harus mempercayai hal itu, karena jika kau berpikir tidak percaya, hal itu akan berbalik dengan pikiranmu’

Semilir angin dingin sesekali menerbangkan anak rambut panjangnya yang terurai.Terduduk sendirian di koridor sekolah sepi memang hobinya. Sebenarnya tidak benar-benar menjadi hobi, hanya saja Luna selalu menunggu Ayahnya yang menjemput sedikit terlambat tiap harinya. Menunggu memang hal  membosankan,  oleh karenanya Luna selalu mencari kegiatan senggang sembari menunggu Ayahnya tiba.

‘Tentang Cinta, mereka dapat datang maupun pergi kapan saja. Datang disaat tidak ingin mendapat cinta, serta pergi disaat kau mulai menerima Cinta itu’

Alis Luna saling bertaut, seraya tersenyum tipis kala membaca kutipan-kutipan novel berbingkai pohon dan pelangi itu, “Aku rasa bukan bagian dari mereka!”

“Bagian apa?”

Luna menoleh ke sumber suara, seorang pria yang entah datang dari mana tengah berjalan lalu terduduk di kursi yang sama dengannya sembari melirik buku yang tengah dibaca Luna

“Bizarre of Love?” Tanya pria itu

Luna mengangguk sambil kembali melanjutkan aktifitasnya yang tertunda tanpa memperdulikan pria itu lagi

“Kau suka membaca novel?” Tanyanya lagi

“Ya. Bagaimana denganmu?”

Pria itu tersenyum tipis “Aku lebih menyukai buku filsafat, tak jarang sesekali aku membaca novel yang bergenre psikologi” terang pria itu

Luna melirik pria itu cukup lama. Pria itu berambut coklat, berhidung mancung yang tegak, postur tubuh tegap, mata telaga yang hitam, bibir merah muda yang menawan serta kulit susunya nampak mempesona. Luna tercekat hingga menoleh padanya  “Bukankah kau Oh Sehun kelas XII 2-3?”

Pria itu mengangguk “Dan kau, Luna Kim dari kelas XII 2-1?”

“I..iya” luna tergagap, begitu terkejut ‘Mengapa ia bisa tahu namaku?’

Luna tipe gadis pendiam yang jarang keluar kelas, itupun hanya sesekali keluar ke kantin sambil menemani Raya, sisanya lebih banyak dihabiskan di kelas ataupun perpustakaan untuk meminjam buku.  Lalu mengapa Oh Sehun? Siswa yang cukup tenar dan menjadi idola karena ketampanan, kepandaian serta termasuk Penyumbang donatur terbesar mengenal siswa pasif seperti Luna? Bukankah tidak masuk akal dan…sangat sulit dipercaya?

“Tentang Cinta, mereka dapat datang maupun pergi kapan saja. Datang disaat tidak ingin mendapat cinta, serta pergi disaat kau mulai menerima Cinta itu” Sehun mengucapkan kutipan yang sebelumnya dibaca Luna “Ngomong-ngomong kau percaya Cinta?” Tanya Sehun, seraya menatap Luna.

Luna yang melamun sedari tadi langsung tergagap “T..tidak. Aku tidak begitu percaya hal itu Sehun-ssi”

“Mengapa?”

Luna menggaruk tengkuknya yang tidak gatal  seraya tersenyum kikuk “Karena aku tidak pernah merasakan hal semacam itu” ia lalu meniup poninya sembari menyembunyikan kegugupan serta jantungnya yang entah sejak kapan berdegup begitu kencang seperti sehabis lari marathon

Sehun tersenyum lembut “Aku percaya jika Cinta itu ada, lalu apakah kau tak berniad mencobanya?”

“Apa?” Dahi luna berkerut menandakan kebingungan.

Sehun menatap Dalam manik mata Luna “Mencoba merasakan apa itu cinta, bersamaku Luna-ssi!”

Seketika, mulut Luna menganga tak percaya dengan mata membola karena terkejut “Apa? Kau bilang apa?” Ia rasa Sehun salah bicara atau Justru Luna yang salah mendengar, sepertinya memang pendengaran Luna yang sedikit bermasalah. Mana mungkin Sehun mengatakan hal itu?

Sehun membalikkan tubuh Luna, menatapnya lebih dalam sambil mencengkram pundak gadis itu “Apa kau mau merasakan apa itu cinta bersamaku Luna-ssi? Aku telah menyukaimu sejak lama, mungkin kau tak pernah tahu jika aku sering memperhatikanmu dari jauh”

Luna hanya mengerjapkan matanya, mencerna kata-kata Sehun yang baru saja dilontarkan pria itu. Apa Sehun bersungguh-sungguh akan hal ini atau justru ia tengah melontarkan lelucon? Tapi jika ini sebuah lelucon, mengapa Luna tak menjumpai sebuah candaan atau tawa di bibir Sehun? Dan apa yang tengah menahan pundaknya jika bukan sepasang tangan dingin Sehun? Luna kira ini mimpi atau Sehun tengah mencoba melatih aktingnya di depan gadis itu?

Hingga Suara klakson mobil membuyarkan lamunan panjang Luna. Membuatnya menoleh ke sumber suara “Oh maaf Sehun-ssi, aku harus pergi” ujar gadis itu seraya menutup bukunya dan beranjak meninggalkan Sehun

“Aku akan menghubungimu nanti!” Teriak Sehun dibelakangnya

Luna menoleh sebentar seraya tersenyum lalu masuk ke dalam mobil yang langsung melesat meninggalkan sekolah “Apa itu kekasihmu?” Tanya Heenin -Ayah Luna- sembari fokus menyetir

Luna menggeleng “Oh, bukan Ayah. Hanya teman” ujarnya kikuk. Beruntung Degup Jantung Luna mulai bergerak normal di dalam sana ‘Untungnya Ayah segera datang, jika tidak aku bisa mati karena pria itu’

Tangan pria paruh baya itu terulur sembari mengusap puncak kepala putri semata wayangnya “Tidak apa-apa sayang, Kau sudah beranjak dewasa. Lagi pula, tidak setiap waktu Ayah berada di rumah menemanimu bukan?”

Luna tersenyum sembari mengusap jemari tangan Heenim  “Aku sudah terbiasa dan hanya ayah yang ada di hatiku” ujarnya lalu mengecup tangan itu.

  • ••

Luna tengah terduduk di atap rumah sembari memetik gitar kesayangannya, memandang langit malam tanpa bintang yang terhias awan kelam.

‘Aku percaya jika Cinta itu ada, lalu apakah kau tak berniad mencobanya?’

‘Mencoba merasakan apa itu cinta, bersamaku Luna-ssi!’

‘Apa kau mau merasakan apa itu cinta bersamaku Luna-ssi? Aku telah menyukaimu sejak lama, mungkin kau tak pernah tahu jika aku sering memperhatikanmu dari jauh’

Entah mengapa bayangan Sehun datang dan berputar dipikiran Luna. Tentang sesuatu yang pria itu katakan sore tadi, sesuatu yang Luna tak percaya, sesuatu yang bernama  ‘Cinta’

Ponsel di samping  Luna berdering, membuyarkan lamunan panjangnya tentang perkataan Sehun yang mengejutkan, ia lalu mengangkatnya “Yoboseyo?”

“Apa yang kau lakukan di atas sana?  Kau tidak takut Terjatuh Luna-ya?”

“Nuguseyo?” Sahut Luna sambil kebingungan ‘Bagaimana orang ini bisa tahu?’

“Seseorang yang mengatakan Cinta padamu tadi sore!”

Seketika Luna tergugup sembari  mencari keberadaan orang yang tengah menelponnya hingga hazelnya menangkap seseorang yang berdiri tak jauh darinya di depan rumah, dia tengah menatap Luna dengan senyumnya yang menawan

“Sudah menemukanku?” Tanya orang itu -masih di sambungan telepon-

“Oh i..iya. Tunggu sebentar!” Luna mematikan sambungan telepon sambil  beranjak dari tempatnya, masuk ke dalam sembari meletakkan gitar yang ia beri nama Mellody di kamarnya lalu menemui pria itu yang tengah terduduk di motornya

“Hay..” sapa pria itu

Luna mengangguk. Masih tak percaya apa yang kini  dilihatnya, tepat di depan matanya hingga pria itu turun dari motornya karena Luna hanya terdiam

“Apa aku mengganggumu?”

“Eh..Oh..tidak Sehun-ssi. Mau masuk ke dalam?” Luna balik bertanya

“Tidak aku hanya sebentar. Tentang perkataan sore tadi…”

Luna mendadak begitu gugup mendengar kata-kata itu, membuatnya sulit bernafas serta jantungnya yang kembali berdegup kencang. Mengapa Luna merasa tubuhnya mati rasa di depan pria yang bernama Sehun? Tidak. Bukankah Luna berkata jika ia tidak percaya hal semacam ini?

“..Aku tidak bercanda sama sekali Luna-ya” tangan dingin sehun terulur meraih tangan Luna yang bebas “Aku benar-benar mencintaimu. Mungkin ini begitu cepat serta kau pasti terkejut mendengarnya, aku tulus menyukaimu sejak dulu, saat aku pertama kali melihat senyummu yang menawan. Aku tak tahu mengapa namun sejak itu kurasa aku menyukaimu bahkan aku mencari tahu lebih banyak tentangmu, termasuk nomer ponsel dan alamat rumahmu” ucapnya sembari tersenyum

Luna hanya terdiam dengan terus menatap manik mata bulan sabit Sehun. Mengapa Luna begitu sulit mengucapkan sepatah katapun? Mengapa ia tersihir akan sosok tampan berbadan tegap didepannya?

“Jika kau diam, aku anggap…kau menerimanya Luna-ya” ucap Sehun ia lalu mengecup kening Luna sambil mengusap pipi merah jambu gadis itu “Aku pulang dulu dan jangan terlalu lama diluar, nanti kau bisa sakit. Masuklah Luna-ya!” perintah Sehun sembari menaiki motornya

Luna mengangguk “hati-hati..”

Pria itu menghidupkan mesin motornya dan melesat begitu cepat membelah jalanan. Luna menutup pintu rumahnya sambil menyentuh dadanya yang masih saja berdegup begitu kencang. Tentang ucapan manis Sehun,kecupan dikeningnya, pipinya yang merona serta degupan jantungnya yang selalu saja tak normal membuat Luna berpikir jika mungkin saja ia sedang sakit lalu bagaimana dengan jawaban dari pernyataan Sehun?

‘Jika kau diam, aku anggap kau menerimanya Luna-ya’

Luna menepuk jidatnya “Ya Tuhan apa yang harus kulakukan? Bodoh..bodoh..Luna bodoh seharusnya tadi kau  tidak diam saja tadi”

  • ••

Semenjak kejadian malam itu, Sehun selalu menanyakan kabar Luna, sesekali mengantar gadis itu pulang dan pergi berakhir pekan bersama. Sehun selalu meyakinkan Luna jika ia serius menjalani hubungan ini sedang Luna, ia tak begitu yakin pada apa yang tengah dijalani bersama Sehun.  Luna masih tak yakin mengenai perasaannya sendiri, walau sebenarnya ia mengakui jika Sehun sosok pria yang baik, penyayang juga penyabar, hanya saja gadis-gadis di sekolah Luna yang selalu membuat kepalanya mendidih karena kecentilan mereka yang terus mendekati Sehun tanpa memperdulikan Luna yang menyandang status sebagai kekasihnya. Di awal-awal Luna memang tak begitu peduli pada Sehun maupun penggemar pria itu di sekolah.  Namun karena terlalu sering bahkan hampir tiap hari ada saja yang menggoda Sehun, membuat Luna jera dan benar-benar malas pergi ke kantin jika selalu disuguhi pemandangan menjijikkan itu. Maklum saja, siapa sih yang tidak menyukai pria macam Sehun?

Tampan, pandai, kaya dan  populer

Bukankah benar-benar pujaan wanita? Setidaknya itu kata para penggemarnya, jika menurut Luna, Sehun cukuplah pria tampan yang baik. Itu saja!

Suara kantin yang ramai mendominasi suasana siang itu, Luna tengah berjalan menuju kursi kosong  bersama Raya -sahabatnya- hingga suara pekikan seorang siswi membuat ia terkejut

“Sehun Oppa..Sehun oppa!” Ujar seorang siswi seraya mendekati meja makan Sehun dan teman-temannya

Salah seorang teman Sehun yang bernama Xiumin menyikut lengan pria yang tengah membaca buku itu

“Oppa..mataku kemasukan debu, tolong tiupkan mataku!” Kata siswa itu seraya terduduk di kursi panjang samping Sehun yang memang kosong

“Kenapa tidak minta temanmu yang melakukannya?” Gumam Sehun dari balik buku

“Aw..mataku terasa perih dan gatal Oppa, eottokhe?” Gadis itu mulai lancang dengan menggamit lengan Sehun lalu mengguncangnya

Pria itu menghela seraya memejam mata lalu mengisyaratkan siswi itu agar mendekatkan matanya “Mata Yang kiri atau kanan?”

“Dua-duanya sepertinya pedih” kata gadis itu seraya mengedipkan matanya berulang kali. Jika orang yang melihat pasti telah menduga yang tidak-tidak

Dikejauhan, Luna hanya terdiam melihat pemandangan memuakkan itu. Bagaimana mungkin siswi itu sebegitu beraninya meminta Sehun melakukan keinginan gilanya di kantin? Tempat ramai yang tentu akan menimbulkan pembicaraan negatif dan sebagainya?

‘Jika kau melakukannya, lihat saja apa yang terjadi setelah ini Sehun-ah!’

Sehun benar-benar  meniup kelopak mata siswi itu hingga beberapa kali “Sudahkan?” Tanya Sehun setelahnya

Luna telah berdoa agar Sehun tak sampai melakukannya, nyatanya Pria itu justru melakukannya. Sudah cukup. Luna lelah dan benar-benar muak, ia memutuskan pergi dari kantin seorang diri tanpa memperdulikan Raya lagi yang menatapnya heran

Karena sebuah rasa sakit menjalar di ulu hatinya, membuat ia kesulitan meraup oksigen, membuat darahnya terhambat. Sesak. Begitu sesak melihat orang yang membuatnya merasakan perasaan aneh ini. ‘Ini yang menyebabkan aku tak pernah mempercayai Cinta, terima kasih telah menabur benih kepedihan Sehun-ah’

“Sepertinya lebih baik..gomawo!” Pekik siswi itu seraya pergi dari hadapan Sehun. Sedang pria itu kembali melanjutkan aktifitas membaca buku yang sempat tertunda tanpa memperdulikan sekitar lagi yang tengah membicarakannya

  • ••

Bel pulang baru saja berdentang, Luna segera mengemasi barang-barangnya serta menghapus papan tulis sebagai tugas piket setelah itu ia menelpon Ayahnya yang akan berangkat ke kota Busan setiap 3 hari sekali dalam seminggu.

“Ayah sudah dalam perjalanan?” Tanya gadis itu seraya berjalan dikoridor bersama Raya

“Ya nak, Ayah telah separuh perjalanan. Jangan lupa makan, istirahat dan belajar okey”

“Tentu ayah. jangan lupa makan, istirahat dan jaga kesehatan disana. Hati-hati” ucapnya seraya memutus sambungan telepon

“Ayahmu Luna?” Tanya Raya disampingnya

“Hehe iya. Kau pulang dengan siapa?”

“Seperti biasa, bus yang setia menjemputku” candanya

Luna tersenyum sambil mengangguk “Kalau begitu aku ikut denganmu Raya!”

“Loh memang Sehun kemana?”

Luna menengok sekitar kalau-kalau pria itu berada tak jauh darinya dan benar saja jika ia di belakang Luna, lima meter darinya. Luna menggamit lengan Raya serta berjalan lebih cepat “Aku masih ada urusan, kajja kita pergi!”

  • ••

Luna berbaring  di sofa ruang tamu sambil membaca novel Bizarre of Love-nya yang sempat tertunda. Sebenarnya, bayangan tentang kejadian tadi siang masih melekat jelas di ingatannya, tentang Sehun dan siswi itu. Seharusnya Luna tidak berhak marah ataupun cemburu pada  lelaki itu, bukankah ia pernah mengatakan jika ia ‘tidak mempercayai adanya Cinta?’

Namun satu hal yang harus Luna tahu, bahwa perasaan serta hatinya adalah buatan Tuhan yang maha kuasa, bagaimanapun manusia telah diciptakan olehnya berpasang-pasangan lalu mengapa ia tidak menghiraukan kehendak Tuhan?

Seseorang di luar mengetuk pintu beberapa kali. Luna tergugah seraya berjalan malas ke daun pintu lalu membukanya.

“Selamat malam?”

Luna memutar bola matanya malas sambil menutup pintu itu lagi namun mendapat respon yang sama cepat pula dari luar sana.  Tak ada alasan lagi selain membiarkan tamu tak diundang itu masuk

“Apa  Kau marah padaku?” Tanya pria itu seraya duduk disamping Luna sedang gadis itu segera bergeser menjauhinya seraya kembali pada aktifitasnya membaca novel “Luna-ya, katakan! Jangan mendiamkan aku seperti ini..” pria itu menatap dalam ke arahnya “…rasanya menjengkelkan. Tidak apa-apa katakan saja, aku akan mendengarnya”

Mengapa Sehun bisa se-peka ini?

Luna angkat bicara “Sampai kapanpun aku tak pernah percaya pada hal itu! Kau terlalu membuatku berusaha keras agar menerima semua yang kau mau, dan sekarang aku benar-benar tidak mengerti padamu Sehun!”

Alis sehun saling bertaut “Aku tidak mengerti, katakan lebih jelas lagi. jika aku membuat suatu kesalahan, aku minta maaf Luna-ya”

Luna menutup bukunya, meninggalkan Sehun yang terpaku di tempat itu. Lalu tak berselang beberapa lama, Luna berkata dari lantai dua “Ikut aku!”

Sehun yang masih kebingungan hanya mengikuti saja keinginan Luna hingga semilir angin malam berhembus meniup rambut coklatnya ketika pintu atap terbuka. Mereka terduduk di atas atap dengan kaki yang bebas bergerak tanpa celah, Luna menyandarkan punggungnya  pada dinding atap yang  miring. Sehun lalu mengikuti hal serupa dengan gadis itu  “Luna..kau benar-benar marah padaku ya?”

“Aku marah atau tidak, aku merasa tidak berhak atas hal itu” ujarnya seraya menatap bintang di angkasa

Sehun menatap Luna di sampingnya. Rambut panjangnya bergerak bebas tertiup angin, sedikit menutupi wajah cantik gadis itu, membuat  Sehun begitu mengagumi Luna, semua perangainya, semua yang ada pada diri Luna adalah favorite bagi Sehun “Apa tentang kejadian di sekolah tadi? Kau…melihat itu?” Tanya Sehun seraya menerka-nerka

Luna tersenyum tipis,  masih tetap menatap  langit malam hingga buliran hangat mengalir dari kelopak matanya tanpa sengaja “Aku…aku tidak mau memikirkan sesuatu yang membuatku terlarut dalam kesedihan ataupun perasaan yang sejujurnya begitu membingungkan ini Sehun-ah” gadis itu lalu mengusap aliran air mata yang membasahi pipinya “Sudah ku katakan jika aku tak percaya Cinta, tapi kau terus saja memaksakan hal itu padaku. Cinta itu menyakitkan Sehun,  menyakitkan!”

Pria itu merasakan perasaan yang sama sakitnya dengan Luna hingga tangan Sehun terulur, menyibakk rambut Luna yang menaungi wajah gadis itu hingga Sehun benar-benar terkejut karena Luna…tengah menangis sambil memejamkan mata

“Luna…maafkan aku, aku tidak tahu jika apa yang kuperbuat membuatmu seperti ini!”

Gadis itu menepis tangan Sehun yang menghapus air mata dari kedua mata Luna sambil ia memposisikan tubuhnya  terduduk

“Aku..mundur!”

“Apa maksudmu?” Kata Sehun seraya terduduk pula

“Aku tidak bisa melanjutkan ini lagi, dunia kita berbeda dan aku takut tidak bisa mengimbanginya” gumam Luna seraya menunduk, memandangi kakinya yang terbang tanpa celah

“Tidak. Aku tidak mau Luna-ya, aku mencintaimu. Aku hanya mencintaimu!” Nada bicara Sehun terdengar parau dan menyedihkan

Sejujurnya Luna juga tak tega mengatakan ini, namun ia tak bisa terus bersama Sehun. Namun  Mengapa? Mengapa sesuatu di dalam hatinya berkata tak rela? Mengapa sesuatu di dalam hatinya meringis kesakitan? Apa cinta sebegini menyakitkannya?

“Luna…tidak semua hal tentang Cinta selalu hal yang indah-indah saja, tidak semua hal yang berkaitan dengan Cinta identik dengan tawa, senyuman atau perasaan aneh lainnya. Karena Cinta juga butuh yang namanya kesedihan, air mata atau bahkan duka..” Sehun menghela sebentar lalu melanjutkan perkataannya  “Dulu aku sama sepertimu, tidak percaya yang namanya Cinta. Apa itu Cinta dan mengapa semua selalu ada kaitannya dengan Cinta? Tapi dari semua hal yang telah terjadi, aku sadar jika apa yang kulakukan bukan suatu hal yang benar, karena Tuhan telah memberikan anugerah tiada tara pada manusia, berupa Hati…jika tiap manusia memiliki satu pasang hati, maka tidak menampik pula jika ia memiliki cinta bukan?”

Luna mengalihkan pandangan pada Sehun yang masih terus berbicara dengan lirih

“Cinta memang terkadang suatu hal yang rumit karena kedatangan dan kepergiannya yang begitu saja. Tapi sebenarnya Cinta suatu hal yang sederhana Luna-ya, karena Cinta tidak hanya tumbuh pada seorang pria yang menyukai wanita atau sebaliknya saja. Cinta seorang anak pada orang tua mereka atau sebaliknya, itu merupakan cinta juga. Cinta seorang guru pada muridnya yang rela memberikan ilmu agar muridnya dapat menjadi pandai serta kelak menjadi orang yang berhasil. Dan menurutku, yang terpenting adalah Cinta manusia kepada Tuhan yang dipercayainya, cinta Tuhan kepada umatnya tidak dapat diragukan lagi karena Tuhan senantiasa memberikan yang terbaik untuk kita, menyadarkan kita dari kesalahan dan membuat hidup setiap umatnya bahagia, jadi tugas manusia adalah mencintai ciptaan Tuhan dibumi ini serta melaksanakan perintahnya sesuai ajaran masing-masing!” Ujar Sehun seraya tersenyum menatap Luna

“Sebenarnya, tiap orang telah memiliki kadar cintanya masing-masing. Tergantung Bagaimana kau menyikapi hal itu. Maaf ya, aku sudah menyakitimu. Aku tidak ada niad seperti itu, hanya membantu siswi itu saja meniup matanya”

Luna mengangguk “Ya aku tahu, aku yang salah!”

Sehun mengusap rambut Luna lalu memeluk gadis itu, menyandarkannya di dada bidang Sehun “Luna, saat para gadis itu mengelilingiku, aku selalu bertanya-tanya, apakah kau turut hadir diantara mereka? Nyatanya tidak. Kau hanya melewatiku dan kerumunan itu tanpa perduli hal lain selain buku yang kau pegang. Itulah yang membuatku menyukaimu sejak lama, karena kau berbeda dan begitu  istimewa”

“Kau serius Sehun?” Sahut Luna sambil melepaskan pelukan itu

Sehun tersenyum sambil mengangguk “Ya..aku selalu berharap kau melihatku walau sekilas saja, nyatanya  itu sangat jarang terjadi..Dulu aku pernah berpikir, apakah Luna-ssi hanya menyukai buku saja dan tidak menyukai pria juga? Bahkan aku pernah menyapamu dulu saat bertemu denganmu di perpustakaan, lalu apa yang ku dapat?”

“Benarkah? Apa ya aku tidak ingat?”

“Tentu saja, itu sudah terjadi setahun yang lalu. Waktu itu aku bertanya, ‘nona siapa namamu?’ Kau hanya menatapku sebentar lalu pergi begitu saja tanpa memperdulikan aku lagi Luna!” Ujar Sehun dengan nada kesal yang dibuat-buat

Luna terkekeh sambil menggaruk tengkuknya “Ya itu karena aku malu Sehun-ah, kau datang begitu tiba-tiba lalu menanyakan namaku? Apa itu tidak aneh eoh?”

“Tapi aku begitu ingin mengetahui namamu, sampai-sampai aku lupa jika di setiap seragam selalu terpampang nametag siswa. Sungguh itu memalukan sekali Luna-ya” kali ini Sehun menutup mukanya yang memerah malu

Sedang Luna menertawai kejadian dimasa silam  itu, saat ia pertama kali bertemu Sehun di perpustakaan “Hai..Kenalkan namaku Luna Kim!” Ujar Luna seraya menyodorkan tangannya di depan Sehun.Pria itu membuka mata sambil menatap aneh tangan luna berturut-turut

“Aku belum berkenalan secara resmi denganmu!” Sahut gadis itu

Sehun tersenyum seraya menjabat tangan itu “Hai juga, namaku Oh Sehun dan aku mencintamu Luna Kim!” Ia lalu bertanya “Jadi kau tidak marah lagi padaku humm?”

Luna melepas tangannya yang menjabat Sehun “Akan kupikirkan lagi nanti” canda gadis itu

“Ngomong-ngomong Aku sudah menyiapkam sesuatu untuk permintaan maafku!” Kata Sehun seraya mengusap pipi merah jambu Luna yang selalu merona

“Benarkah Sehun? Memangnya apa itu?” Luna terlihat penasaran sekaligus meragukan tatapan mata Sehun yang nampak bercanda

“Disini sayang!”

“Apa?” Raut Luna makin kebingungan seraya mengamati Sehun yang terlihat tidak membawa apapun sebagai hadiah “Kau Bohong!”

“Tidak!” Sehun tersenyum ke arah Luna hingga mempersempit jarak mereka, menyentuh tengkuk gadis itu, memejamkan mata hingga bibir mereka saling bertautan

‘Ketika aku tak pernah percaya akan Cinta, maka ia akan datang. Cinta akan datang, membasuh ketidakpercayaan itu lalu menyadarkanku bahwa sebenarnya Cinta telah ada dan tertanam jauh di dalam hati tiap manusia’

Halo..hai..:)

Diharap banget deh koment yang banyak..xexexe

Ntar kalo komentnya lebih dari 20 (misalnya nih) Zay ntar bikin sequelnya deh..

Gomawo udah baca, like dan commentJ



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles