Title : Love Is… (Chapter 3)
Author : EShyun
Genre : Friendship, Romance, Sad
Length : Sequel
Main cast :
- · Byun Baekhyun
- · Shin Minrin
- · Xi Luhan
Other cast : *temukan sendiri, hehe
Keesokkan harinya Baekhyun mencari Minrin disekolah, namun ia tak menemukannya dimanapun. Saat ini ia berada di kelas Minrin bertanya pada teman-temannya.
“Hei, hari ini aku tak ada melihat Minrin. Apa kalian melihat dimana dia?”tanya Baekhyun pada teman-teman Minrin.
“Minrin? Apa sunbae tidak tahu kalau mulai hari ini dia sudah tak bersekolah lagi disini.”jawab salah satu temannya.
“Maksudmu?”
“Dia sudah pindah sunbae.”
“Pindah? Kemana? Dan apa alasannya?”tanyanya bertubi-tubi.
“Kalau itu kami tidak tahu sunbae. Hanya saja sejak Jihwa meninggal dia menjadi sangat murung dan terkadang sering menangis. Kami sudah mencoba untuk menghibur, namun tetap tak bisa. Mungkin itulah alasan dia pindah, karena ingin melupakan kenangan bersama sahabatnya.”
“Begitukah?”Baekhyun terlihat frustasi. “Ah, pabo! Kau memang pabo Baekhyun!”rutuknya.
“Sunbae, kau kenapa?”mereka yang melihat sedikit khawatir.
“Aniyo, aku tidak apa-apa. Gomawo atas infonya, sekarang aku harus pergi dulu.”ujarnya lalu bergegas pergi.
Setelah ia mendengar kabar itu, ia segera ke rumah Minrin berharap bisa menemukannya disana. Dia tak peduli jam sekolah belum usai, dalam fikirannya saat ini hanyalah Minrin. Bagaimanapun ia harus segera menemukannya sebelum ia terlambat.
“Minrin… Minrin-ah.”Baekhyun memanggil-manggil nama yeoja itu di depan gerbang rumahnya. Berkali-kali ia memencet bel, namun tak ada tanda-tanda jawaban dari dalam. Sepertinya rumah itu telah kosong tak berpenghuni.
Karena tak membuahkan hasil, Baekhyun memutuskan untuk pergi ke rumah Jihwa, bermaksud bertanya pada ummanya.
“Umma… apa kau melihat Minrin? aku ke rumahnya tapi sepertinya rumah itu sudah kosong.”
“Minrin? ah, pagi-pagi sekali ia dan keluarganya kesini untuk berpamitan. Mereka pindah Baekhyun. Tapi ketika aku bertanya kemana, mereka tak menjawabnya. Sebelum pergi Minrin hanya berkata bahwa ia ingin menenangkan fikirannya karena ia merasa sangat terpukul akan kepergian Jihwa. Tapi aku rasa, itu bukanlah alasan yang sebenarnya. Mengingat kepergian Jihwa sudah sangat lama.”jelas umma.
“Jinja? Jadi mereka sudah pergi dan umma tak tahu mereka kemana?”
“Iya nak Baekhyun.”
“Ah, pabo!”rutuknya lagi. “Umma, kau tahu Minrin pergi bukan karena Jihwa, tapi karenaku. Aku telah bersalah padanya, aku menyakitinya umma.”sesal Baekhyun.
“Sebenarnya umma tak mengerti apa yang sedang terjadi, tapi umma lihat kau sedang dalam keadaan yang kacau. Sebaiknya kau tenangkan dirimu nak, semua pasti ada jalannya. Tak ada gunanya kau menyalahkan dirimu sendiri, semua sudah terjadi. Kau harus menerimanya Baekhyun.”nasihat umma.
“Ne umma, aku mengerti. Aku benar-benar menyesal umma.”ia menundukkan kepalanya.
“Sudahlah nak Baekhyun. Sekarang sebaiknya kau pulang dulu. Ketika fikiranmu tenang, kau mungkin bisa kembali mencoba untuk mencarinya.”
“Ne baiklah. Aku pulang dulu ya umma.”pamitnya.
“Ya, hati-hati di jalan nak.”
Sepulangnya dari rumah Jihwa, Baekhyun hanya mengurung dirinya dikamar. Penyesalan semakin menderanya, membuat ia tak bisa mengendalikan emosinya.
Hari-hari berjalan begitu saja, sepi yang dirasakan Baekhyun amat sangat menyiksanya. Ia merasa tak ada lagi yang memberikan perhatian padanya, tak ada lagi yang memberikan senyuman hangat untuknya dan tak ada lagi penyemangat disaat ia sedang terpuruk seperti ini. Awalnya dia tak mengerti apa yang membuatnya menjadi seperti ini. Sampai akhirnya ia menyadari sesuatu telah terjadi pada hatinya.
Pagi ini seperti biasa, Baekhyun kembali mengunjungi makam Jihwa dengan membawa sebuket bunga lily kesukaan Jihwa. Ia meletakkan bunga itu didekat nisan yeoja yang pernah mengisi hatinya itu.
“Jihwa-ah, apa kabarmu disana? Aku harap kau akan selalu merasa baik dan bahagia disana.”Baekhyun mengelus nisan Jihwa. “Sebenarnya kali ini ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu, ini tentang Minrin. Mianhae Jihwa, aku tak bisa menjaga Minrin seperti yang kau minta dan sekarang aku malah menyakitinya dan membiarkannya pergi. Aku kehilangannya.”Ia menghela nafas.
“Aku tahu aku memang salah, tapi saat itu aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Penyesalan itu baru datang setelah beberapa hari sejak kepergiannya. Aku menyesal mengapa saat itu aku membiarkannya pergi begitu saja? mengapa saat itu aku tak mencegahnya? Aku benar-benar menyesal Kang Jihwa.”tak terasa air mata Baekhyun jatuh.
Suasana hening sesaat, Baekhyun mencoba untuk mengontrol emosi sembari menenangkan fikirannya.
“Jihwa… Kau tahu sejak Minrin pergi aku merasa sangat kesepian. Tak ada lagi yang memberikan perhatian padaku, tak ada lagi senyuman hangat yang menyambutku dan tak ada lagi penyemangat disaat aku sedang terpuruk seperti ini. Aku benar-benar merasa kehilangan, sama seperti saat aku kehilanganmu Kang Jihwa. Dan sekarang aku sadar….”Baekhyun menggantungkan kalimatnya. “Aku telah mencintai Minrin.”lanjutnya. “Aku tahu ini sudah sangat terlambat, aku telah menyakitinya dan aku tak tahu apa aku bisa menemukannya.”suara Baekhyun melemah. “Kang Jihwa, kali ini aku akan berjanji suatu hal padamu. Aku akan menemukan Minrin dan saat itu aku tak akan menyia-nyiakannya lagi. Aku akan menjaganya dan mencintainya dengan tulus. Aku berjanji padamu, Kang Jihwa…”ujarnya mantap.
5 tahun kemudian….
Saat ini Baekhyun telah bekerja di sebuah perusahaan besar sebagai seorang arsitek muda. Hari-harinya kini disibukkan dengan perkerjaannya, namun disela-sela kesibukannnya itu ia tetap mengunjungi Jihwa dan mencari Minrin walaupun hingga saat ini ia tak menemukannya.
Pagi yang cerah, Baekhyun dengan setelan jasnya memasuki sebuah gedung besar yang tak lain adalah tempat dimana ia bekerja.
“Annyeong”sapa Baekhyun pada seseorang yang berada di belakang meja reseptionis.
“Annyeong Baekhyun-nim.. Ah iya kau tadi Presdir berpesan padaku jika kau sudah datang, beliau menyuruhku memberitahu padamu kalau ia menunggumu di ruangannya.”
“Benarkah? Ada apa memangnya?”
“Entahlah, akupun tak tahu. Sebaiknya kau segera kesana Baekhyun-nim.”
“Baiklah, aku pergi dulu ya.”
Baekhyun melangkahkan kakinya menuju ruangan presdir. Di jalan tak jarang ia tersenyum saat berpapasan dengan rekan kerjanya yang lain. Hingga akhirnya ia sampai di depan sebuah pintu lalu memasukinya.
“Presdir, anda memanggil saya?”tanyanya.
“Ne Baekhyun. Ada sesuatu yang ingin saya sampaikan kepadamu.”jawab Presdir.
“Tentang apa presdir? Hmm, apa aku ada membuat kesalahan?”
“Tidak, ini bukan tentang kesalahan tapi malah sebaliknya.”
“Maksud Presdir?”
“Kau tak membuat kesalahan apapun, tapi kau malah membuatku bangga. Pekerjaanmu yang terakhir kali, semua sangat kagum dengan hasil karyamu, terutama aku. Banyak orang yang memujimu, kau memang sangat muda tapi kau juga sangat berbakat.”
“Kamsahamnida presdir.”Baekhyun membungkukkan badannya. “Ini semua juga berkat bimbingan darimu.”
“Dan aku memanggilmu bukan hanya karena ingin memujimu, tapi aku ingin memberimu hadiah. Ini tiket menuju Jeju island. Kau aku beri liburan selama sebulan disana. Kau tenang saja, segala macam kebutuhan termasuk penginapan telah aku sediakan kau hanya perlu menikmatinya saja.”ujar presdir sambil menyodorkan sebuah tiket.
“Jinja? Jeongmal kamsahamnida.”
“Aku harap kau bisa memanfaatkan liburan ini sebaik-baiknya, karena setelah ini kau harus kembali mengerjakan pekerjaanmu. Sekarang kau boleh pergi.”
“Ne, Presdir.”
Baekhyun melangkah keluar, senyum menghiasi wajahnya. Ia segera pulang dan mengemasi barang-barang yang akan ia bawa selama liburan. Ia berharap liburan kali ini menyenangkan dan bisa sedikit meringankan bebannya.
Besoknya, pagi-pagi sekali ia pergi menuju airport. Beberapa jam kemudian, ia telah sampai di Jeju island.
“Waaah, akhirnya sampai juga. Huh, rasanya sudah sangat lama aku tak pergi ke tempat seperti ini.”Baekhyun terdiam, wajah Minrin tiba-tiba melintas di fikirannya. “Minrin-ah, kau dimana? Aku selalu mencarimu, tapi tak pernah menemukanmu. Apa kau baik-baik saja? dan apa kau masih mengingatku? Aku harap suatu saat nanti aku bisa bertemu lagi denganmu, dan jika tiba waktunya aku tak akan melepasmu lagi.”gumannya lalu melangkah pergi.
Baekhyun sampai di penginapan, lalu beristirahat sejenak. Sorenya ia berjalan-jalan melihat keindahan pulau itu. Merasa lelah, ia lalu memasuki sebuah cafe kecil.
Baekhyun tengah menikmati coffee latte pesanannya saat tanpa sengaja matanya melihat sosok yang sangat ia kenali sedang duduk sendiri tak jauh dari tempatnya.
“Shin Minrin…”guman Baekhyun tak percaya. Ia bangkit bermaksud untuk mendekatinya, namun niat itu diurungkannya saat melihat seorang namja datang dan duduk tepat disebelah Minrin.
Dari kejauhan ia mengamati Minrin. Ia menyadari ada sesuatu antara Minrin dan namja itu. Sesekali ia lihat Minrin tersenyum, seyuman yang telah lama tak ia lihat, senyuman yang sangat ia rindukan.
Tak lama dilihatnya kedua orang itu beranjak meninggalkan cafe. Karena tak ingin kehilangan dia lagi, maka Baekhyun merinisiatif untuk mengikuti mereka. Hingga sampailah di sebuah rumah yang cukup besar, dan tak salah lagi itu adalah rumah Minrin. Baekhyun tetap memperhatikan dari jauh, setelah namja itu pergi barulah ia memberanikan diri untuk mendekat.
“Shin Minrin.”Baekhyun menahan tangannya saat dia hendak masuk kedalam rumah.
“Byun Baekhyun…? Kau?”Minrin terkejut melihat sosok yang ada dihadapnnya. “Apa yang kau lakukan disini? Dan bagaimana bisa kau disini?”tanyanya.
“Bagaimana itu kau tak perlu tahu Shin Minrin. Kau kenapa saat itu pergi dan tak memberiku kabar? Jika kau ingin menghindar dariku, bukan seperti itu caranya. Setidaknya kau mengatakan padaku kemana kau akan pergi. Jadi semua tak mencemaskanmu.”
“Apa itu perlu? Sepertinya tidak. Untuk apa juga aku memberitahumu? Aku kesini karena ingin melupakanmu, melupakan luka yang kau gores padaku.”
“Mianhae… aku tahu itu memang salahku. Aku sangat bodoh saat itu, aku tak peka dan akhirnya aku yang menyesal.”ujar Baekhyun “Kau tahu, sejak kau pergi aku selalu mencarimu kesana-kemari hingga saat ini dan akhirnya aku dapat menemukanmu. Aku ingin kau tahu satu hal Shin Minrin, aku mencintaimu.”ucapannya itu sontak membuat Minrin terkejut, luka yang telah lama ia pendam seakan terbuka kembali menciptakan luka yang baru.
“Apa maksudmu berkata seperti itu? masih tak puaskah kau saat itu menyakitiku?”
“Aku tak bermaksud menyakitimu, aku tahu ini sudah sangat terlambat tapi aku hanya ingin berterus terang padamu.”ia berusaha meyakinkannya.
“Kau terlambat Baekhyun-ssi. Sekarang aku sudah terbiasa tanpamu, aku bahagia dengan kehidupanku saat ini. Dan aku telah lama melupakanmu, melupakan perasaanku padamu.”ujarnya berbohong. Karena sebenarnya tak sedikitpun perasaanya hilang. Malah semakin ia mencoba membuangnya, perasaan itu semakin kuat dan menyiksanya.
“Mianhae Baekhyun-ssi, aku tak bisa lagi bersamamu. Kau pegilah, tak ada gunanya lagi kau memohon padaku, itu tak akan mengubah semuanya. Lupakanlah pertemuan ini, anggap saja kau tak pernah melihatku. Mianhae Baekhyun-ssi.”Ia melepaskan tangan Baekhyun lalu melangkah pergi, namun baru beberapa langkah ia merasakan sebuah tangan melingkar di lehernya, Baekhyun memeluknya dari belakang.
“Saranghae Shin Minrin. Jebal, kembalilah padaku.”bisiknya.
Air mata mengalir membasahi pipi Minrin. Ia tak bisa membohongi hatinya. Rasa itu masih ada hingga detik ini. Melihat Baekhyun seperti ini membuatnya tak bisa menolak, tapi ia tak ingin mengiyakan karena ia tak mau jatuh untuk kedua kali. Untuk sesaat ia menikmati saat-saat itu hingga sebuah suara membuat keduanya terkejut.
“Shin Minrin. Sedang apa kau?”
“Oppa? Aku.. ani aku sedang tidak mengapa-mengapa.”seketika itu juga ia melepas pelukan Baekhyun lalu menghampiri namja itu. “Dia teman lamaku dan karena sudah lama tak bertemu makanya ia memelukku. Tapi kau harus percaya padaku, aku benar-benar tak melakukan hal-hal buruk dibelakangmu. Ayolah oppa, percaya padaku.”Ia memelas memohon pada namja itu.
“Hahaha, iya-iya aku mengerti. Tenanglah, selama kau mau menjelaskan keadaan, aku akan mempercayaimu Minrin-ah. Hey, ayo kenalkan aku dengannya.”pinta namja itu.
“Ne, oppa ini Baekhyun temanku saat masih berada di Seoul. Dan Baekhyun-ssi, ini Luhan oppa, tunanganku.”
“Tunanganmu?”tanya Baekhyun tak percaya.
“Ne, aku tunangannya. Senang bertemu denganmu Baekhyun-ssi.”kali ini Luhan yang menjawabnya.
“Ya, aku juga. Tapi sejak kapan kalian bertunangan?”
“Beberapa bulan yang lalu.”jawab Minrin.“Oppa, kau kenapa kembali lagi, bukannya kau harus segera pergi ke perusahaanmu?”tanyanya berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Ah iya, karena kebiasaan burukmu yang selalu meninggalkan barangmu di mobil terpaksa aku kembali lagi kesini. Ini, kau memang sangat ceroboh Shin Minrin.”ujarnya lalu menyodorkan sebuah handphone.
“Omo, mianhae oppa. Aku memang sangat ceroboh. Mianhae…”
“Ne, gwaenchana. Sekarang aku pergi dulu ya.”pamit Luhan lalu beranjak pergi.
“Ne oppa, hati-hati ya.”ujar Minrin. Setelah namja itu hilang dari pandangannya ia kembali membuka suara. “Kau sudah tau kan? Aku sudah memiliki seorang tunangan, jadi tak ada gunanya lagi kau memohon padaku. Kau pergilah..”Minrin berkata lalu berjalan memasuki rumah.
Baekhyun terdiam, masih mencerna kejadian itu. Ia mendapati kenyataan yang tak terfikir olehnya. Perlahan kakinya melangkah menjauhi tempat itu.
Namun ia tak ingin menyerah, setelah kejadian itu dia terus mencoba mendekati Minrin dan mengikutinya kemanapun.
Sore ini diam-diam Baekhyun kembali mengikuti Minrin, namun kali ini ia melihatnya tak sendirian melainkan bersama tunangannya itu. Ia melihat mereka memasuki sebuah toko perhiasan dan mengikutinya sampai kedalam, karena penasaran iapun memberanikan diri untuk mendekati mereka namun seolah-olah itu adalah pertemuan yang tak sengaja.
“Baekhyun-ssi…”kaget Minrin saat melihat namja itu berada di sampingnya. Hal itu juga membuat Luhan sedikit terkejut.
“Ah ternyata kau Baekhyun, teman lamanya Minrin kan? Aku tak menyangka kita bertemu lagi. Sedang apa kau disini?”sapa Luhan.
“Aku? Hanya melihat-lihat saja. Bagaimana dengan kalian?”tanyanya.
“Kami ingin mengambil cincin pesanan, untuk pernikahan kami nanti.”jawab Luhan sembari merangkul Minrin dan memperlihatkan senyum manisnya.
“Pernikahan? Maksudmu kau dan Minrin akan menikah?”tanya Baekhyun tak percaya. Perkataan Luhan seakan menusuk hatinya. “Shin Minrin.. benarkah? Kau…. akan menikah?”
-TBC-
Huhuhu, chapter ini kependekan kayaknya, maklum ya typo juga masih banyak.. Tapi tetep RCL nya jangan lupa ya chingudeul ^^
