Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Maybe You the One (Chapter 2)

$
0
0

 

Tittle : Maybe You the One (Chapter 2)
Main cast :
– Park Chanyeol (EXO)
– Bae Suzy (Miss A)
Additional cast :
– Kim Jong In (EXO)
– Park Hyo Rin (OC)
– Byun Baekhyun (EXO)
Etc.
Genre : romance, drama, friendship, schoollife
Author : Yuna21
Rating : PG-17
Disclaimer : karya ini murni hasil pemikiran saya. Terinspirasi oleh beberapa drama korea yang pernah sy tonton, cerita teman dan ff yang pernah saya baca. Sumber inspirasi utama saya sudah tentu EXO. Bila terjadi banyak kesalahan seperti penulisan, typo dan lain – lain, saya minta maaf. Terimakasi bagi yang sudah menghargai karya saya dan memaklumi kesalahan saya.

Suzy’s POV
Sinar mentari masuk ke dalam mataku. Membuat mataku perlahan membuka. Pagi yang cerah. Ku dudukkan diriku sebentar untuk memulihkan kesadaranku.

DRT! Suara ponsel memecah keheningan. Satu kontak masuk.
From : Jong In
‘Dasar pemalas ! Apa kau tidak sekolah ?’
Sebuah pesan dari seorang namja yang menjadi musuhku sejak SMP. Dan kini di SMA kami harus bertemu lagi menjadi teman sekelas.

DRT!
From : Jong In
‘……’
“Kenapa dia mengirim pesan kosong ?” Tanyaku pada diriku sendiri. Dengan segera aku bersiap – siap untuk pergi sekolah.

OooO

Kakiku melangkah dengan pelan. Sebuah mobil berwarna silver melintas dengan cepatnya di sebelahku.

KCRIK! Sebuah cipratan air yang dihasilkannya mengenai rok yang ku kenakan. Ku tatap baju ku sejenak. “Yakkk !! Apa kau tidak lihat ?! Kau telah mengotori bajuku !!” Teriakanku berhasil membuat mobil itu terhenti. Pintunya mulai terbuka. Kakinya lebih dulu di munculkan. Seorang pria tampan dengan baju yang sangat rapi menghampiriku.

“Mianhae, aku tidak melihatmu.” Ku pikir dia pria yang sombong, ternyata dugaanku salah. “Maafkan aku. Aku akan membayar kerugianmu.” Mataku terus terfokus padanya. Wanita yang mendapatkannya pasti akan merasa beruntung sekali. Dia sangat tampan, sopan dan baik hati. “Maaf, aku akan membayar kerugianmu.”

Ucapannya membuatku tersadar. “O-oh ne.” Pria ini kembali menuju mobilnya. Beberapa menit kemudian dia menghampiriku. Sebuah rok dengan warna yang sama diberikannya. “Semoga ini bisa membantumu.” Bukan hanya itu saja, beberapa lembar uang diberikannya. “Mian, sepertinya aku hanya bisa mengambil roknya saja.” Dia hanya tersenyum dan kembali ke dalam mobilnya.

Sebuah toilet umum ku masuki untuk mengganti rokku yang kotor. Setelah selesai, ku lanjutkan kembali jalanku. Tanganku melirik jam. Sebentar lagi gerbang sekolah akan ditutup. Dengan cepat aku berlari. “Semoga aku bisa sampai tepat waktu.” Ucapku.

Gerbang sekolah sudah terlihat. Tampak seorang penjaga sekolah mulai menutupnya. Sedikit lagi aku akan sampai. “Tidak !!” Teriakku di depan gerbang. “Ajusshi, ku mohon perbolehkan aku masuk untuk hari ini saja.”

“Suzy, kau sudah melakukan ini berulang kali. Aku tidak bisa mentoleransinya.” Seorang namja menghampiriku. Dia terlihat santai, padahal dia sering terlambat sepertiku. “Kenapa kalian berdua sering terlambat ? Aku tidak bisa membantu kalian lagi.” Mataku melirik ke arah Jong In yang berada di sebelahku. “Hei, sejak kapan kau sering terlambat ?” Tatapanku tajam. “Apa kau mengikutiku ?” Lanjutku.

“Enak saja, belakangan ini aku sering terlambat bangun.” Jawabnya dengan sinis. “Bukankah kau setiap pagi mengirimiku pesan yang tidak penting ?” Dia tidak menghiraukan ucapanku. Kakinya melangkah menuju belakang sekolah. “Yakk !! Kau mau ke mana ?” Langkahnya terhenti olehku. “Kau mau ikut ?” Tawarnya. Kepalaku melihat ke arah gerbang sekolah yang tertutup. “Mungkin saja dia ingin menyelinap ke dalam.” Ucapku di dalam hati. “Tunggu aku !!” Teriakku yang melihatnya berjalan menjauh.

Aku berjalan mengikutinya. Langkah kami terhenti di depan tembok belakang sekolah. “Apa ini jalan satu – satunya ?” Tanyaku tidak yakin.

“Tentu saja.” Ku lihat dia yang bersiap – siap untuk memanjat. “Kenapa ? Kau tidak bisa ?” Aku berpikir sejenak. Bagaimana aku mengatakan ini padanya.

“Em, tidak.”
“Lalu ?” Tasnya sudah dilemparkannya. Kemudian dia mengambil tas ku dan melemparnya ke dalam. Tangannya sudah memegang tembok.
“Tunggu,” tangannya kembali. Dilihatnya aku.
“Arraseo.” Sepertinya dia tau maksudku. Direndahkannya badannya. Punggungnya di berikan padaku. Kakiku ragu untuk menaikinya. “Tunggu apa lagi ?”
“Aku tidak yakin,”
Tangannya menarik tangaku dan memasakku menaikki punggungnya. “Cepatlah sebelum tertangkap.” Dengan terpaksa aku menaiki punggunya.

OooO

JAM ISTIRAHAT
Seharusnya sekarang aku sudah berada di kantin. Karena terlambat aku harus menerima hukuman mengerjakan tugas di perpustakaan.

Ku ambil tempat di depan rak buku. Agar aku tidak melihat makhluk menyebalkan itu lagi. Dua buah buku tebal berada di hadapanku. Pulpenku sedang sibuk menari di atas buku tugas ku.

Suara gesekan kursi memecah keheningan. Kepalaku menatap ke arah kursi di sebelahku. Lagi – lagi aku harus bertemu dengannya. “Apa aku boleh duduk di sini ?” Aku tidak menoleh ke arahnya sedikit pun. Hanya anggukkan yang ku berikan. Pikiranku kembali terfokus pada tugas. “Bisa aku pinjam pulpenmu ?” Aku tidak menjawab pertanyaan. Hanya tanganku yang bergerak memberikannya pulpen. “Apa kau sudah mengerjakan soal nomor tiga ?” Suaranya sangat mengganggu konsentrasiku. Terpaksa aku hanya memberikan anggukan. “Boleh aku pinjam-” Secepat mungkin aku memotong kata – katanya.

“Sebenarnya kau ini mau apa ?!” Aku sudah muak dengan semua tingkahnya. “Kalau kau mau, ini buku untukmu dan ini kau bisa mengambil buku tugasku.” Dengan cepat aku bangkit dari tempatku. Ku dorong kursiku dengan kerasnya. Dia hanya heran menatap ku.

Kakiku sudah melangkah beberapa langkah. Aku teringat akan satu hal. “Kenapa aku memberikan buku tugasku padanya ?” Tanya ku pada diriku sendiri. Ku balikkan badanku kembali.

Meja tempat kami tadi, kini tidak ada orangnya. Hanya ada buku tugasku dan sebatang bunga. Ku ambil buku tugasku lengkap dengan bunganya. Kemudian langkahku menghampiri penjaga perpustakaan.

“Mian ajusshi, apa tadi kau melihat namja yang berada di sana ?”
“Dia sudah keluar sejak tadi.”
“Lalu, apa dia yang memberiku ini ?”
“Kurasa tidak, aku tadi tidak melihatnya membawa bunga.” Aku hanya mengangguk – angguk.
“Ghamshamnida.” Kemudian ku lanjutkan kakiku melangkah.

Sepanjang perjalanan menuju kelas, aku masih heran dan bertanya siapa yang menaruh bunga mawar di atas mejaku. “Suzy !!” Teriak teman akrabku. Matanya terhenti melihat bunga yang ku bawa. Tangannya langsung merampasnya. “Wahh, kau mendapat bunga dari siapa ?” Tanyanya sambil mencari petunjuk di sekitar bunga. “Entahlah, aku menemukan ini saat aku mengerjakan tugas bersama Jong In.” Jawabku dengan cueknya. “Mungkin saja dia.” Aku tidak menjawab. Hanya mengangkat bahuku.

Seorang namja yang sedang kami bicarakan, kini melintas di hadapan kami. “Jong In, apa kau yang memberi ini pada Suzy ?” Di hentikannya langkah Jong In. “Enak saja. Memangnya siapa yang mau menyukai gadis kejam seperti dia. Bisa – bisa aku sudah dibunuh olehnya.” Perkataannya membuat darah ku naik. Nada tinggiku tersembur keluar. “Yakk ! Memangnya kau lebih baik dari ku ? Oh ya, aku lupa. Kau hanya anak manja yang selalu bertindak seenakmu.” Tatapannya tajam ke arahku.

“Apa kalian tidak bisa tidak bertengkar untuk sehari saja ?” Tanya temanku.
“TIDAK BISA !” Teriak kami dengan kompak. Spontan Yura menutup telinganya. Aku dan Jong In saling menatap dengan tajam untuk beberapa saat. Kemudian kami melangkahkan kaki kami ke tempat masing – masing.

OooO

Chanyeol’s POV
Pukul 3.00 KST
Aku duduk di sebuah restoran milik salah satu temanku. Baekhyun menemaniku duduk di sini dengan dua gelas milkshake. “Baekhyun, aku menemukan orang yang berada di foto itu tadi pagi.” Baekhyun melihat ke arahku. “Lalu apa kau sudah tau namanya ?” Ku gelengkan kepalaku. “Tapi, kurasa dia masih bersekolah. Tadi pagi aku menemukannya memakai baju seragam.” Kyungsoo datang membawa dua mangkok tomyam. “Sepertinya serius sekali.” Celetuknya. “Gomawo.” Jawabku yang menerima makananku. “Tidak terlalu penting.”

Setelah menghabiskan makanan. Baekhyun mendahuluiku untuk pulang. Ku ambil kamera ku. Sepertinya tempat ini akan lebih bagus untuk ku jadikan objek. Satu foto berhasil ku ambil. Seorang pelayan wanita menghampiri mejaku. Kain lap dan nampan di bawanya. Tangannya yang putih membersihkan mejaku.

Ku perhatikan wajah pelayan yang tertutup topi. Aku teringat akan satu hal. “Mian, apa kau pelayan di sini ?” Tanyaku. “Ne.” Dijawabnya dengan singkat. Kepalanya masih tertunduk. Tangannya masih sibuk membersihkan meja. Perlahan kepalannya terangkat. Kini wajahnya jelas terlihat. Apakah ini sebuah kebetulan. Sepertinya kini dia mulai mengingat wajahku. “Tuan tampan ?” Tanyanya dengan heran. “Apa kau bekerja di sini ?” Tanyaku. “Ne. Kau sendiri sedang apa di sini ?” Ku berikan sebuah senyum padanya. “Aku ke sini untuk menemui Kyungsoo.”

“Bisa kau tunggu sebentar. Ada yang ingin ku berikan.” Dengan cepatnya dia menuju dapur. Beberapa menit kemudia dia kembali dengan sebuah rok di tangannya. “Ini, terimakasi.” Di sodorkannya kepadaku. “Tidak, ini untukmu saja. Lagi pula temanku sudah tidak memerlukannya.” Sebenarnya rok itu akan ku berikan untuk Hyo Rin. Tapi, karena kesalahanku aku akhirnya membelikannya yang baru. “Aku jadi merasa tidak enak pada temanmu, pasti dia sangat membutuhkannya.” Ku lihat rasa bersalah muncul di wajahnya. “Aniyo. Dia sudah ku belikan yang baru.” Jawabku. “Gomawo.” Hanya itu yang dikatakannya. Di bungkukkannya badannya. Sebuah senyum sempat diberikan sebelum dia kembali ke belakang.

Mataku menatapnya hingga punggungnya tak nampak lagi. DRT! Suara getar ponselku membuat pandanganku teralih.
“Halo.”

“Baiklah.”

“Tentu saja.”

Nada putus terdengar di ponselku. Ku masukkan kembali ponselku. Lalu bersiap – siap untuk pergi menjemput Hyo Rin.

OooO

Suzy’s POV
Jam menunjukan pukul sepuluh malam. Saatnya untuk berberes sebelum restoran di tutup. Kyungsoo adalah pemilik restoran ini. Dia telah memberiku tanggung jawab untuk menutup restoran ini setiap malamnya.

Ku edarkan pandanganku ke sekeliling. Sepertinya semua sudah beres. Lalu tanganku bergerak untuk mengunci pintu restoran. Seperti biasa aku selalu membawa kunci dan di pagi harinya sebelum berangkat sekolah aku akan membuka restoran.

Musim dingin membuatku harus mengenakan mantelku. Aku sudah terbiasa dengan ini semua. Kepalaku mendongak sebentar. Ku rasa hari ini salju turun sedikit lebat. Tanganku menutup kepalaku agar tidak terkena salju. “Kata orang salju bisa membuat kebotakan.” Sebuah kalimat masuk ke dalam telingaku.

Langkahku terhenti. Kepalaku mendongak. Sebuah payung berwarna kuning dibentangkan di atas kepalaku. Ku lihat seorang namja yang memegangnya berdiri di hadapanku.

Salju turun mengiringi kami. Detak jantung serasa berdetak dua kali lipat dari biasanya. “Apa kau sudah tidak terkena salju ?” Senyumnya yang begitu manis membuatku tidak bisa berkata apapun beberapa saat. “Tuan tampan, bagaimana kau bisa berada di sini ?” Sepertinya saat ini pipi ku terasa memerah. “Aku hanya kebetulan lewat.”

Sambil bercakap – cakap kami melanjutkan langkah. Aku hanya bisa mengangguk – angguk sebagai respon. “Ngomong – ngomong, apa kau selalu pulang malam seperti ini ?” Tanyanya.

“Ne. Tuan Kyungsoo telah memberiku kepercayaan untuk menutup restoran. Tuan tampan sendiri, kenapa masih berkeliaran jam segini ?” Sebuah tawa kecil keluar darinya.
“Jangan memanggilku seperti itu.”
“Lalu aku harus memanggilmu apa ?”
“Panggil saja aku ‘oppa’ .” Tidak seperti biasanya, panggilan itu terlihat romantis bagiku. Ku gelengkan kepalaku untuk menghilangkan pikiran aneh yang berlebihan ini. Ku lihat sebuah kamera yang tergelantung di lehernya.
“Apa kau seorang photografer ?” Tanyaku penasaran.
“Ku rasa begitu.” Jeda. “Apa kau ingin ku foto ?”

DEG! Mungkin ini perasaanku saja yang terlalu berlebihan. “Ah.. tidak. Lagi pula aku tidak bisa bergaya seperti model.” Senyum yang tergambar jelas di wajahnya bisa membuatku pingsan saat ini.

“Tidak apa – apa.” Diberikannya aku memegang payungnya. “Coba kau berdiri di sana !” Serunya. Aku hanya bisa menurutinya saja.

“Tapi, aku tidak tau cara bergaya seorang model.”
“Tak apa. Kau hanya perlu santai.” Ku perhatikan dia yang berada dihadapanku. “Apa kau suka musim dingin ?”
“Tentu saja.” Tanpa ku sadari ku tanganku mengadah ke atas, mencoba mengambil beberapa salju. Kondisi ini dimanfaatkannya sebaik mungkin untuk mengambil fotoku.

“Pasti hasilnya jelek.”
“Ani.” Ditunjukannya hasil jepretannya padaku. Aku tidak percaya kalau yang ada di situ adalah aku. Kepalaku melihat ke arahnya. Sepertinya dia tidak melihatku, karena terlalu sibuk oleh hasil jepretannya. Sebuah syal yang tergantung di leher ku lepaskan. Tanpa sedikit ragu ku lilitkan di lehernya.

Kepalanya terangkat. Mata kami saling mentap. DEG! Waktu serasa berhenti untuk beberapa saat.

OooO

Chanyeol’s POV
Satu gambar lagi darinya kini ku dapatkan. “Pasti hasilnya jelek.” Suaranya membuat ku ingin tertawa. “Ani.” Hanya itu yang bisa ku katakan. Ku tunjukan hasil jepretanku padanya. Mataku sangat terfokus pada hasil – hasilku.

Ku rasakan ada sesuatu yang melilit leherku. Hingga membuatnya terasa hangat. Perlahan kepalaku terangkat. DEG! Ku lihat dia memasangkan syal di leherku. Mata kami saling menatap. Sama seperti saat pertama aku melihatnya. Waktu terasa berhenti berjalan. Kini jantungku serasa berdetak lebih cepat. Aku masih tidak mengerti dengan perasaan yang sering ku rasakan saat bertemu dengannya.

OooO

Author’s POV
Mata mereka bertemu. Waktu seakan berhenti berjalan. Tanpa keduanya menyadari, sebuah payung yang tadinya melindungi mereka kini sudah mendarat di atas tanah. Salju turun mengiringi.

Semua seakan berada dalam mimpi yang selalu menghantui tidur mereka. “Akankah mimpi ini berlanjut ?” Kini hanya kata – kata itu yang terpikir di antara keduanya.

TBC



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles