On Rainy Day (Chapter 1)
Author : Lu Na Park
Cast : Kim JOngin & Park Jun Hee (OC)
Genre : Marriage Life, sad and romance
Length : one shot
Twitter :@HyeNaaLee
Kehidupanku yang masam, kelap penuh dengan kesedihan
Kini berubah setelah berpisah dengannya
Aku yang lemah kini semakin lemah
Aku yang hanya diam kini semakin membisu
Sikap ramahku tergantikan sikap dinginku
Sama seperti apa yang ia lakukan padaku
Ketika aku masih bersamanya
Namun …
Aku dengan bodohnya masih mencintainya
Bahkan terkesan berharap ia kembali padaku
Tidak….
Itu tidak akan terjadi jika bukan dirinya langsung yang memintanya
Story begin….
Siang kini berganti malam, hujan deras sejak tadi terus mengguyur kota Seoul. Angin terus berhembus membuat udara semakin dingin. Aku mengeratkan mantel tebal yang melekat ditubuhku dan menautkan kedua telapak tanganku berusaha membuat kehangat tersendiri. Tetesan air hujan kini berganti dengan rintikan hujan yang kian deras. Hari ini adalah hari pertamaku menyandang status baru sebagai seorang janda dalam arti aku baru saja melangsungkan perceraian tepat jam 2 siang tadi. Perceraian yang amat singkat tanpa ada tegur sapa bahkan hanya sekedar untuk menanyakan kabar. Tidak, itu tidak akan dilakukan oleh seorang Kim Jongin padaku mengingat jika pernikahan dulu hanyalah sebuah perjodohan belaka dan kami berpisah setelah seminggu kematian ibu mertuaku. Miris sekali hidupku, mencintai seseorang namun tak terbalaskan melainkan hanya sebuah perceraian yang keluar. Kurasakan sepasang tangan mendekapku dapat kurasakan betapa hangatnya dada bidangnya. Namun segera mungkin kulepaskan dan membalik menghadapnya.
“ Oh Sehun jangan lakukan hal itu lagi padaku”
“ kenapa? Kau sudah bercerai dengan suamimu tidak akan ada lagi yang menghalangiku untuk memelukmu Jun Hee”
“ maaf Sehun, tolong mengertilah”
“ kapan kau akan menerima lamaranku Park Jun Hee. Aku mencintaimu aku menyayangimu dan aku akan menganggap janin yang kau kandung sebagai anakku. Kurang apalagi Jun Hee”
“ Sehun-ah aku tidak bisa melakukannya aku tidak bisa menerima lamaranmu. Aku akan membesarkan anakku sendirian aku akan menjadi orang tua tunggal bagi janinku Sehun dan itu artinya aku tidak akan menikah lagi kecuali jika ada seseorang yang menarik perhatianku kembali”
“ seperti seorang Kim Jongin?”
Sontak ku terdiam mendengar perkataan Sehun. Mungkin benar apa yang dikatakan Sehun barusan. Mencintai seseorang bagiku sekarang sangat sulit kecuali hanya untuk mencintai Kim Jongin seorang, mantan suamiku yang tega membiarkanku tengah mengandung janinnya selama 2 bulan sendiri dirumah. Mengabaikanku hanya karena sibuk masalah kantor dan dengan mudahnya mengatakan lelah jika laki-laki tersebut pulang. Bahkan aku berfikir jika diriku sudah tidak di anggap akan keberadaanku sebagai seorang istri. Satu hal yang membuatku semakin membencinya yaitu sebuah janji yang dilontarkan oleh seorang Kim Jongin diatas altar pernikahan. Benci?? Yah.. aku memang membencinya namun juga mencintainya. Aneh?? Kupikir juga begitu mencintai sekaligus membencinya. Aku tidak tahu apa yang harus aku katakan jika anakku kelak lahir dan menanyakan siapa nama ayahnya. Aku benci jika harus menyebut nama mantan suamiku, terlalu menyedihkan untuk didengar. Aku tersentak dari lamunku ketika Sehun menyentuh pergelangan tanganku.
“ tidurlah, kau butuh istirahat Jun Hee”
Aku tersenyum tanpa membalas perkataannya dan berjalan meninggalkannya. Tinggal bersama laki-laki lain mungkin terdengar sangat menjijikkan mengingat jika aku baru saja melangsungkan perceraian. Tapi apa daya, hanya inilah yang kubutuhkan. Appa dan eomma bahkan tidak tahu perihal ini. Sehun, laki-laki berusia 28 tahun yang tidak lain adalah sahabatku semenjak sekolah menengah atas. Dia menyayangiku? Tentu saja, dia mencintaiku? Itulah yang membuatku terkejut. Bagaimana mungkin ia mencintaiku, aku hanyalah gadis biasa dan tidak sepadan dengan gadis yang akan menjadi istrinya. Kehidupannya hampir sama denganku. Menikah tanpa adanya perasaan. Hanya saja sedikit berbeda, kehidupanku kehidupan rumah tangga yang dilingkupi dengan suasana sunyi bukan dengan senyum yang merekah dibibir kami. Tapi hanya aku, HANYA AKU YANG TERSENYUM. Miris bukan…
***
Matahari mulai menampakkan sinarnya. Helaian tirai kamar tersebut masih betah menutupi kamar apartemen bernomor 265 yang terletak dilantai 2 menutupi sinar matahari yang akan menghangatkan seluruh ruangan tersebut. Perlahan sepasang kelopak mata tersebut terbuka. Mengerjap pelan berusaha menyadarkan dirinya sendiri. Kim Jongin laki-laki yang tak lain dan tak bukan adalah mantan suami Jun Hee. Laki-laki yang lebih memprioritaskan pekerjaannya dibanding kehidupan pribadinya termasuk istrinya dulu karena itulah ia sering dicampakkan oleh para gadis sama halnya dengan mantan istrinya, Park Jun Hee. Ia meraba ranjang yang ia tiduri berusaha menemukan sosok yang selama ini menyambut paginya dengan senyum dibibir ranum wanitanya, kesadarannya kembali ia terbelak tidak mendapati Jun Hee disampingnya melainkan hanya sebuah bantal dan selimut diatasnya. Ia menumpukan kepalanya menggunakan tangannya, matanya terpejam dan ia baru menyadari jika sejak kemarin ia resmi menduda. Jongin menghembuskan nafasnya kasar dan beranjak menuju kamar mandi. Baginya berendam dengan air hangat adalah ide yang bagus untuk menghilangkan stress termasuk untuk melupakan mantan istrinya. Ia memejamkan matanya berusaha merasakan kehangatan air yang membasahi tubuhnya. Namun lagi-lagi ia teringat mantan istrinya, teringat semua perlakuan tulus wanitanya. Jun Hee selalu tahu apa yang ia sukai dan apa yang tidak ia sukai, Jun Hee selalu tahu bagaimana caranya membuat dirinya tenang namun baginya apapun yang dilakukan wanita itu selalu membuatnya merasa bersalah. Ia teringat pembicaraan terakhir mereka pada malam itu dimana ia harus membentak Jun Hee karena pertanyaan wanita tersebut. Ia meruntuki dirinya yang bodoh karena terlalu emosi dan membuatnya harus membentak Jun Hee yang hanya menawarinya untuk disiapkan air hangat. Ia juga meruntuki kebodohannya selama ini mengenai perasaannya. Ia terlalu pengecut untuk menjadi seorang Kim Jongin yang sebenarnya bukan seorang Kim Jongin yang gila akan pekerjaan seolah-olah dirinya akan kembali sengsara seperti dulu. Oh tuhan bagaimana bisa dirinya menyesali akan perbuatannya untuk menyetujui perceraian ini jika dirinya masih membutuhkan wanita itu.
“ oh tuhan biarkan aku melupakannya dan kembali ke kehidupanku semula”
Ia berteriak dengan lelehan air mata yang sedaritadi mengalir indah dipipinya. Mengusappun akan membuatnya semakin bersedih mengingat wanitanya telah pergi meninggalkannya. Suara isakan itu terdengar semakin keras, ia tidak bisa untuk menahan rasa sakit dihatinya sejak kemarin, semenjak ia resmi menduda. Ia masih ingin bersama Jun Hee, ia masih ingin merasakan perhatian wanita tersebut dan ia masih ingin merasakan cinta yang diberikan Jun Hee kepadanya. Pandangannya meremang tiba-tiba kepalanya terasa pening mengingat masa-masanya bersama Jun Hee ditambah lagi meeting yang dua jam akan berlangsung. Ponselnya sedaritadi terus berdengung, ia yakin jika panggilan tersebut tidak lain dari assistant pribadinya. Siapa lagi kalau bukan Do Kyungsoo.
“ hallo…”
“ kau ada dimana, kenapa kau belum juga ada diruanganmu. Banyak sekali berkas yang belum kau baca Kim Jongin”
“ aku tahu hyung, sebentar lagi aku akan kesana”
Apa lagi ini? masalah apalagi yang harus ia alami, pikir Kyungsoo. Ia tahu betul bagaimana keadaan laki-laki yang lebih muda darinya satu tahun itu. Hanya mendengar nada bicaranyapun ia dapat memastikan jika laki-laki tersebut tengah bergelut dengan masalah pribadinya. Ia tidak tahu masalah apalagi yang terjadi padanya, jika dulu karena perjodohan dengan mantan istrinya sekarang apalagi. Ia sudah cukup melihat wajah tampan direkturnya terlihat masam dan tampak dipaksakan hanya sekedar untuk senyum. Miris..memang miris kehidupan seorang Kim Jongin, laki-laki muda tampan, kaya dan selalu mudah untuk mendapatkan apapun. Namun hanya untuk sekedar sebuah perasaan ia tak punya, perasaan untuk mencintai seseorang dan menjadikannya sebagai seorang pendamping. Kyungsoo bahkan pernah sempat berfikir bagaimana laki-laki tersebut tidak pernah memikirkan sebuah keluarga? apa ia tidak pernah memikirkan darimana ia berasal? Apakah ia tidak pernah berfikir untuk melanjutkan keturunnya. Apakah ia tidak pernah berfikir untuk memberikan kebahagiaan kepada orang yang dicintainya? Pikirkan sendiri jika kepala kalian tidak ingin terasa pening. Bagi Kyungsoo Jongin laki-laki yang kelewat dingin dan hanya mementingkan kesuksesannya, mungkin ini juga karena factor kedua orang tuanya yang kurang memberikan kasih sayang kepadanya semenjak kecil, terutama kasih sayang dari seorang ayah. Meskipun ibu adalah orang yang paling berpengaruh bagi seorang anak tetapi peran seorang ayah juga dibutuhkan untuk perkembangan dirinya. Ia selalu tampak lesu jika mendengar penuturan assistant pribadi ayahnya bahwa ayahnya tidak bisa mendatangi acara sekolahnya dulu. Ia selalu terlihat cengeng jika mendengar ibunya mengatakan jika ayahnya akan mengirimkan kado ulangtahun dari Kanada. Dan ia paling membenci jika ayahnya pulang hanya sekedar mengambil pakaian dan kembali bekerja. Ia ingin berteriak ia ingin menangis jika mengingat hal tersebut. Percuma ia bercerita kepada ibunya jika pada akhirnya ia harus menerima dekapan dari ibunya dan mendengar jawaban yang tidak ingin ia dengar. Jongin bahkan sempat berfikir apakah dirinya adalah anak kandung ayahnya? Tidak, ia hanya berfikir seperti itu karena dirinya hanya sedang emosi tidak lebih dari itu.
Kyungsoo duduk disofa yang ada didalam ruangan Jongin. Tatapan matanya sedaritadi tidak lepas dari berkas yang tengah ia pegang. Konsentrasinya tiba-tiba pudar saat mendengar deretan pintu terbuka. Ia menatap Jongin yang menurutnya tampak begitu kacau, belum lagi ekspresi laki-laki tersebut. Kyungsoo hanya bedehem dan kembali menggeluti berkas-berkas kantor membiarkan Jongin duduk dan berdiam diri sebentar sebelum meeting dimulai.
“ hyung…”
“ hm…”
“ apa itu namanya jatuh cinta?”
Seketika Kyungsoo menolehkan diri pada Jongin. Matanya terbelak menatap laki-laki tersebut tidak percaya akan pertanyaan yang telah dilontarkannya. Ia tidak percaya jika direkturnya akan menanyakan hal mengenai perasaan dikantor. Setahunya Jongin tidak pernah menanyakan hal seperti ini dikantor melainkan mengenai perkembangan perusahaan, rapat dan bagaimana keadaan perusahaan. Namun kali ini laki-laki yang ada dihadapannya ini bertanya mengenai apa itu cinta. Sekali lagi APA ITU CINTA? Sungguh pertanyaan yang langka bagi Kyungsoo. Kyungsoo mengerjapkan matanya berkali-kali masih mencerna pertanyaan Jongin sementara laki-laki itu hanya diam mendengar jawaban yang akan dilontarkan hyungnya.
“ kau bertanya apa itu jatuh cinta, Jongin?”
“ ne. Apa itu hyung?”
“ kenapa kau menanyakan hal itu? Bukankah saat kau menjalin sebuah hubungan itu karena cinta?”
“ aku tidak mengerti hyung. Aku tidak tahu apa itu cinta dan bagaimana yang namanya dicintai?”
“ lalu apa yang kau rasakan saat bersama para gadismu dulu?”
“ senang namun juga hambar hyung. Aku merasa aku harus pergi saja dan mengurus perusahaan yang jauh lebih penting”
“ apakah perasaan itu sama saat bersama Jun Hee, Jongin?”
“eum…__”
“ apakah Jun Hee tidak lebih penting dari pekerjaan kantor, Jongin”
Jongin terdiam menunduk. Perkataan Kyungsoo benar-benar membuatnya merasa terpukul mengingat jika selama ini ia menikah hanya karena perjodohan, namun meskipun begitu perasaan aneh pada dirinya saat melihat Jun Hee mulai terasa seiring waktunya mereka bersama. Perasaan aneh yang melingkupi hatinya seakan ia ingin selalu berada didekat wanita tersebut dan ingin terus memandangnya. Tanpa ia sadari jika selama ini ia sangat membutuhkan dan tergantung pada wanita tersebut. wanita yang mengetahui tentang dirinya meskipun hanya dalam jangka 4 bulan pernikahan mereka, itupun masih dilingkupi dengan rasa kecanggungan diantara mereka ditambah lagi dirinya yang terus menerus lebih memperhatikan perusahaannya.
“ aku tidak tahu hyung”
“ kau belum menyadarinya Jongin dan kau akan menyadarinya setelah ia pergi meninggalkanmu”
“ maksudmu hyung? Aku tidak mengerti”
“ aku tahu kau perlahan menyanyangi Jun Hee tanpa kau sadari bahkan kau lebih menginginkannya melebihi dari kata menyayangi”
“ apa?”
“ kau membutuhkannya Jongin. Hanya satu kata MEMBUTUHKANNYA tidak lebih dari itu Jongin”
“ tapi___”
“ apa? Kau ingin mengelak? Sampai kapan kau akan seperti ini terus Jongin? Belum cukupkah semua gadis yang sudah pernah meninggalkanmu? Belum cukupkah kau untuk menyadari betapa pentingnya seorang pendamping? Kau perlu tahu Jongin, kenapa eommamu menjodohkanmu dengan Jun Hee, karena beliau tahu jika kau sangat membutuhkan seorang pendamping kelak dan kau juga perlu tahu Jongin jika wanita yang kau nikahi tersebut tulus menyayangimu. Dia diam bukan karena tidak menyukaimu melainkan hanya tidak ingin kau marah, dia melakukan semua tugas seorang istri itu semata hanya ingin membuatmu nyaman bersamanya dan bahagia bukan terpaksa agar kau perhatian dengannya dan lebih penting lagi dia hanya menginginkan kehidupan pernikahannya akan berlangsung lama hingga tua nanti Jongin. Itu artinya dia sangat-sangat mencintaimu meskipun kau sendiri tidak menyadarinya”
“ hyung__”
“ kehidupanmu tidak jauh beda denganku Jongin. Kau hanya perlu menyadari perasaan wanita tersebut dan mengubahnya menjadi letupan-letupan kebahagiaan seperti apa yang ia harapkan selama ini”
“ aku terlambat hyung”
“ tidak ada kata terlambat sebelum ia menemukan seorang penggantimu disisinya dan ucapan janji suci untuk kedua kali baginya. Kau hanya perlu memperbaikinya”
“ hyung__”
“ pergilah kau butuh berfikir dan menenangkan pikiranmu. Aku akan menghubungi kakakmu untuk membantuku disini”
“ baiklah. Terimakasih hyung”
“ pikirkan baik-baik Jongin sebelum semuanya terlambat. Cari tahulah sendiri apa itu namanya jatuh cinta”
Jongin hanya tersenyum singkat sebelum menutup pintu ruangannya. Mungkin hari ini ia perlu istirahat lebih dan mulai memikirkan apa yang harus ia lakukan. Mengubah dan mengganti kehidupannya yang berantakan bersama wanita tersebut. mengembalikan dan menjaga wanita tersebut mungkin itulah ambisinya sekarang. Tidak ada yang lain sudah sewajarnya jika ia harus merubah kehidupan hitam putihnya.
***
Hujan semakin deras mengguyur kota Seoul. Jun Hee, gadis itu masih saja betah berkeliling di supermarket sejak 1 jam lalu, mencari sesuatu yang sedang ia inginkan. Mungkin bisa dibilang ngidam dimasa kehamilan. Bukankah itu adalah hal yang wajar, namun bagi Jun Hee itu adalah hal yang konyol dan membuatnya terus merengek meminta hal yang diinginkannya membuat ia merasa merepotkan Sehun. Ia mengambil susu formula yang dikhususkan untuk seorang ibu hamil sebelum kembali ke kasir. Pandangannya mengelilingi sekitar supermarket sambil menunggu gilirannya, namun tak ia sangka jika harus bertemu seseorang yang hampir terlupakan selama tiga bulan semenjak ia bercerai dengan mantan suaminya, meskipun ia tidak sepenuhnya melupakan mantan suaminya tersebut. Ia menerjapkan matanya dan segera mungkin memalingkan wajahnya menghindari kontak mata dari seseorang yang tidak lain adalah Jongin. Suara hentakan kaki tersebut dapat ia rasakan bertanda jika mantan suaminya tengah berjalan menuju kearahnya, dan tepat sekali saat ia menoleh ia dapat merasakan hembusan nafas lelaki tersebut mengenai permukaan wajahnya.
‘ kau masih begitu mempesona mantan suamiku ‘
“ Jun Hee…”
“ hallo Jongin-ssi”
“ oh…hallo. Apa kabarmu Jun Hee?”
Jun Hee terdiam mengamati Jongin. Hatinya merasa tersentak mendengarkan sapaan Jongin. Apakah benar ini laki-laki yang pernah menyandang status sebagai suaminya? Tidak salahkah? Seingatnya laki-laki yang pernah menyandang status sebagai suaminya dulu tidak pernah seramah ini bahkan menyapanya dengan senyum yang tergambar indah diwajah tampan mantan suaminya ini.
“ seperti yang kau lihat sekarang ini, aku baik-baik saja”
“ eum…dimana sekarang kau tinggal? Apa kau masih bersama dengan orang tuamu?”
“ kenapa? Aku rasa itu bukan urusanmu Jongin-ssi”
“ bu…bu..bukan seperti itu, aku hanya bertanya saja. Mungkin aku bisa membantumu”
“ tidak perlu. Aku tidak membutuhkan bantuanmu dan sebaiknya urusi saja kehidupanmu”
Jun Hee melenggang pergi meninggalkan Jongin yang masih menatapnya terkejut. Bahkan ia masih bisa mendengar suara laki-laki tersebut memanggil namanya. Sebaiknya ia pergi daripada harus memandang wajah tampan mantan suaminya itu. Ia ingin melupakan Jongin dan berusaha mencintai Sehun, namun apa daya jika wajah tampan mantan suaminya tesebut masih saja tergiang didalam ingatannya. Bahkan ia dikejutkan oleh sikap ramah Jongin yang ia terima tadi. Ia sungguh tidak percaya akan perubahan sikap aneh mantan suaminya tersebut meskipun ia menyukainya.
Jongin terdiam memandang mantan istrinya yang kian menjauh. Ia menghembuskan nafasnya kasar menerima perlakuan kasar Jun Hee. Ia tidak menyangka jika Jun Hee berubah menjadi kasar seperti ini, seolah wanita tersebut bukan Jun Hee yang ia kenal melainkan orang lain. Namun ada yang menjanggal dari penampilan wanita tersebut. Ia berfikir jika Jun Hee sekarang tampak lebih gemuk terutama bagian perutnya yang membuncit. Mungkinkah ia hidup dengan baik sekarang atau__atau ia sedang hamil? Jongin dengan segera mengambil kantong belanjaannya dan segera membuntuti taxi yang ditumpangi mantan istrinya tersebut. Rasa penasarannya mendorongnya untuk lebih mengetahui wanita tersebut. Ia dapat melihat taxi yang ditumpangi Jun Hee berbelok disebuah apartemen yang dibilang cukup sederhana dan disusul Jun Hee yang baru saja turun melangkah masuk kedalam. Ia memakirkan mobilnya dibasemen dan mengikuti Jun Hee masuk.
Jongin menghentikan langkahnya dan bersembunyi dibalik tembok yang tidak jauh dari tempat Jun Hee. Menyaksikan wanita tersebut masuk dan menutup pintu tersebut. Ia keluar dan mengamati lekat-lekat pintu apartemen wanita tersebut, mengingat betul nomor apartemen wanita tersebut seakan ia mungkin akan berkunjung lain kali. Berkunjung? Tentu saja kenapa tidak, bukankah membuat wanita tersebut kembali padanya adalah tujuannya, bahkan sekarang ia sudah menemuinya tinggal mendekatinya perlahan dan membuat wanita tersebut menyadari jika dirinya perlahan mencintai wanita tersebut. Mungkin terlihat sangat sulit mengingat bagaimana perilaku dingin Jun Hee padanya, akan terasa sulit apalagi jika wanita tersebut telah memiliki penggantinya.
‘Tidak, tidak mungkin jika Jun Hee memiliki pengganti secepat itu’
Perlahan ia berjalan meninggalkan apartemen Jun Hee secepatnya mengingat jika siang ini akan ada pertemuan antar direksi belum lagi kerjasama perusahaannya. Ia merogoh saku jasnya dan mengambil ponselnya, menanyakan rencana pertemuannya dengan salah eksekutif yang akan bekerjasama dengan perusahaannya.
“ hyung atur jadwal pertemuanku dengan Tuan Oh secepatnya”
Dilain tempat Oh Sehun, laki-laki tersebut baru saja menampakkan kakinya digedung perusahaan tempatnya melangsungkan kerjasamanya bersama Tuan Kim. Ia nampak tergesa-gesa dan sesekali note kecil yang ada ditangannya.
‘ hari ini jadwal check kandungan Jun Hee kerumah sakit’
Ia semakin mempercepat langkah kakinya untuk menemui Tuan Kim dan menyelesaikan tanda tangan kerjasama kontraknya. Perasaannya begitu khawatir mengingat dua minggu lalu dimana Jun Hee hampir saja kehilangan janinnya karena terpeleset jika saja ia tidak segera membawa wanita tersebut kerumah sakit. Ia tidak mau melihat wanita tersebut ceroboh dan mengenai kandungannya. Cukup kejadian dua minggu lalu membuat shock dirinya. Ia mengetuk pintu direktur Kim dan memasuki ruangan tersebut setelah mendapatkan sahutan dari dalam.
“ apa kabar Tuan Oh, silahkan duduk”
Ia duduk dan terus mengamati setiap laki-laki yang ada didepannya tersebut berbicara. Tatapannya sedikit ragu namun terkesan yakin jika laki-laki yang sedang berbicara dengannya ini apakah laki-laki yang selama ini dicintai Jun Hee, laki-laki yang tidak lain adalah Kim Jongin.
“ tuan Oh..tuan Oh apa kau baik-baik saja”
“ ah ne aku baik-baik saja, maaf jika aku sedikit kurang konsen saat anda menjelaskan”
“ tidak apa-apa. Mungkin penjelasan dariku tadi cukup untuk hari ini. Saya senang bekerja sama dengan anda tuan Oh”
“ tidak perlu seformal itu tuan Kim. Kita temankan”
“ kau benar”
“ baiklah mungkin aku harus kembali sekarang, ada urusan yang mendesak”
“ ok tidak masalah. Lain kali kita bisa bertemu Oh Sehun”
“ tentu saja Kim Jongin”
Sehun menjabat tangan Jongin sebelum meninggalkan ruangan tersebut dan secepat mungkin menuju apartemen Jun Hee. Ia akan memikirkan pertemuan pribadinya dengan Jongin dan mencaritahu tentang kebenaran mengenai Kim Jongin yang dimaksud Jun Hee, SECEPATNYA.
***
Kini Jongin tengah berdiri tepat didepan pintu apartemen Jun Hee. Ia berencana akan menghabiskan waktu bersama Jun Hee dan mengajaknya untuk kembali menjalin hubungannya seperti dulu, menjadi sepasang suami istri. Perasaan gugup kini melandanya seolah ia baru pertama kali menyatakan perasaannya pada seorang gadis. Perlahan ia mengetuk pintu tersebut dan tidak beberapa lama tampaklah Jun Hee yang tengah memakai clemek menandakan wanita tersebut tengah melakukan kegiatannya didapur. Jun Hee tampak terkejut dengan kedatangan Jongin yang secara tiba-tiba namun ia menyembunyikannya dan kembali menatap laki-laki tersebut datar berbanding balik dengan perasaannya yang gembira karena dapat melihat laki-laki ini tengah mengunjunginya.
“ kenapa kau datang kemari dan bagaiman kau bisa tahu aku tinggal disini?”
“ eum…kau tidak mempersilahkan aku masuk terlebih dahulu?”
Jun Hee mendengus pelan dan membiarkan Jongin memasuki apartemennya. Ia kembali menatap Jongin yang tengah berdiri memandangi seisi apartemennya menunggu laki-laki tersebut berbicara mengenai tujuan utamanya datang keapartemennya.
“ kau tinggal sendiri?”
“ tentu saja, siapa lagi penghuni apartemen ini selain aku sendiri”
Jongin terdiam namun perlahan senyum tipis tersungging dibibirnya dan Jun Hee mengetahui akan hal itu. Ia merasa heran kenapa Jongin tampak senang dengan apa yang dikatakannya. Apa yang dikatakannya tampak lucu? Dia rasa tidak, bahkan terkesan datar dan acuh, mengacuhkan lelaki dihadapannya ini. Lalu apa yang membuat laki-laki tersebut tersenyum? Namun harus ia akui jika senyum mantan suaminya ini masih saja membuatnya bersemu merah dipipinya. Begitu mempesona.
“ ow..baguslah”
“ apa yang kau bilang tadi?”
“ ah… tidak. Oh iya ini, aku tadi sengaja mampir ditoko bunga dan membelinya untukmu. Aku pikir kau menyukainya”
Jun Hee mengerutkan dahinya. Bingung dengan apa yang dilakukan Jongin. Memberinya bunga adalah hal yang tidak pernah ia bayangkan bahkan terjadi padanya seumur hidup mengingat jika laki-laki tersebut tidak pernah memikirkannya dan hanya mementingkan sebuah pekerjaan dan satu lagi bahkan laki-laki ini menyempatkan waktunya yang sibuk hanya untuk mengunjunginya. Aneh sekali…
“ terimakasih sekarang katakan apa maksud kedatanganmu kesini”
“ eum..eum…aku..aku hanya ingin mengunjungimu saja. Setidaknya meskipun kita bukan lagi sepasang suami istri kita masih tetap berteman”
“ berteman? Bukankah kau tidak menyukaiku dan aku rasa percuma berteman denganmu jika kau sendiri tak pernah menganggapku teman”
Jongin mengerjapkan matanya mendengar pembicaraan Jun Hee, ia tahu betul kenapa wanita tersebut berkata demikian. Ia teringat jika dulu ia sering mengabaikan wanita tersebut seolah menganggapnya tak pernah ada dan sekarang ia dapat merasakan perasaan wanita tersebut saat ia mengabaikannya.
“ maafkan aku jika dulu aku sering mengabaikanmu. Aku…aku…aku hanya takut jika apa yang kulakukan membuatmu marah dan aku merasa canggung setiap berada didekatmu. Aku benar-benar minta maaf Jun Hee”
“ apa motifmu ingin berteman denganku? Diluar sana banyak sekali yang ingin berteman denganmu bahkan banyak para gadis yang ingin menjadi istrimu. Kenapa harus aku?”
‘ karena hanya kau yang ku inginkan Park Jun Hee’
Jongin hanya terdiam, bibirnya terlalu kelu hanya sekedar untuk menjawab pertanyaan Jun Hee. Ia akan merasa sangat konyol jika mengatakan jika ia mencintai wanita tersebut mengingat jika dulu ia sering mengabaikannya bahkan tidak mengingat keberadaan wanita tersebut. Ia menunduk lebih memandang lantai marmer apartemen Jun Hee daripada memandang wanita yang ada didepannya.
“ pulanglah…”
Sontak ia mendongakkan kepalanya dan menatap tidak percaya pada Jun Hee. Ia mengerjapkan matanya sejenak sebelum kembali bertanya pada wanita tersebut.
“ apa?”
“ lebih baik kau pulang, terima kasih atas bunganya”
“ kenapa? Aku ingin disini dulu”
“ kau tidak boleh kesini lagi. Hari ini akan ada orang yang menginap disini lebih baik kau pulang. Tidak baik jika ada orang yang mengetahuimu disini”
“ biarkan saja jika ada yang mengetahui aku disini. Aku ingin disini Jun Hee, kenapa kau mengusirku?”
‘ karena aku tidak ingin kau melihatku bersama Oh Sehun, Jongin’
“ karena kau tidak pantas untuk disini Jongin”
Bersamaan itu Sehun memasuki apartemen Jun Hee setelah ia melihat ada sepasang sepatu laki-laki didepan pintu. Matanya terbelak melihat Jongin disini tengah berdiri tidak jauh dari Jun Hee. Kali ini ia benar-benar yakin Kim Jongin yang dimaksud Jun Hee adalah Kim Jongin teman bisnisnya. Ia dapat melihat kilatan amarah yang terpancar dari kedua mata Jongin.
“ aku pergi dulu. Terima kasih kau telah menerima bunga dariku nona Park”
Suara itu terdengar datar namun terkesan penuh amarah, tetapi memang benar dan Jun Hee menyadarinya. Ia hanya diam tanpa menoleh sedikitpun saat mendengar pintu apartemennya tertutup ia bahkan lupa jika sekarang ia tidak sendiri melainkan ada Sehun disini.
“ kau tidak apa-apa?” Sehun membawa Jun Hee duduk disofa dan mulai mendengarkan cerita wanita tersebut
“ dia datang Sehun, kau melihatnya kan?”
“ …”
“ kau tahu apa yang ia katakan? Ia bilang ia ingin disini dan berteman denganku? Ia bilang meskipun kita sudah bercerai setidaknya kami masih bisa berteman dan kau tahu jika hal itu terjadi__”
“ cukup Jun Hee, tenanglah. Kau harus tenang”
Ia merengkuh tubuh mungil wanita tersebut, menyembunyikan isak tangis yang dapat membuatnya terluka meskipun bukan dirinya yang mengalaminya. Ia tahu jika Jun Hee masih mencintai Jongin, ia tahu jika Jun Hee tidak akan bisa melepaskan perasaan ini. Namun harus bagaimana lagi.
“ aku mencintainya Sehun. Aku mencintainya, aku tidak bisa melupakannya jika ia terus berada didekatku. Aku tidak bisa menahan rasa sesak didadaku jika kelak harus mendengar ceritanya bahwa ia telah menemukan wanita lain dan menerima kenyataan jika Jongin akan menikahi wanita lain Sehun. Aku sakit…”
“ Jun Hee dengarkan aku, tetaplah tenang. Kau tidak boleh seperti ini terus kau harus ingat jika didalam dirimu ada kehidupan lagi, kehidupan dimana kelak akan meneruskan keturunanmu. Kau harus menjaga kondisimu kau tidak boleh tertekan dan dengan berat hati kau harus melupakannya atau menerima jika Jongin masih disekitarmu”
“ aku tidak bisa Sehun. Ini terlalu sakit”
“ jangan egois Park Jun Hee. Jika kau menyayangi bayi ini maka kau harus menjaga kesehatanmu. Lupakan perasaanmu dan tetaplah dalam keadaan tenang. Kumohon Jun Hee”
“ aku benci keadaan seperti ini Sehun”
***
Jongin terduduk didalam kamarnya, menyembunyikan kepalanya dilekukan lututnya. Darah terus saja keluar dari buku-buku tangannya akibat pukulannya pada kaca yang ada dikamarnya. Keadaan kamarnya kini tampak begitu kacau, ia baru saja menghancurkan seisi kamarnya mengingat kejadian tadi diapartemen Jun Hee. Air matanya sedaritadi terus mengalir diiringi suara isakan lirih dari bibirnya dan membuat siapapun akan merasakan iba sangat. Ia tidak habis fikir bagaimana rekan kerjanya bisa mengenal Jun Hee. Apa perceraian ini sudah Jun Hee rencanakan agar wanita tersebut dapat menikahi Oh Sehun? Brengsek, apa yang kau fikirkan Kim Jongin. Kau tidak boleh berfikiran hal seperti itu terhadap mantan istrimu. Namun kejadian tadi memang benar-benar menguatkan pemikiranmu, benarkan?
“ aakh….”
Ia mengacak rambutnya mendadak kepalanya terasa pening jika mengingat akan hal tersebut. mungkinkah pemikirannya benar jika Jun Hee akan menikahi pria itu? Itu tidak mungkin, ini terlalu cepat untuk terjadi setiknya mereka butuh waktu setahun atau lebih, tapi…
“ tidak, ini tidak benar. Jun Hee hanya milikku. HANYA MILIKKU DAN TIDAK AKAN PERNAH MENJADI MILIK ORANG. Oh Tuhan jangan biarkan semua ini terjadi”
Ia tersenyum getir akan kelakuannya. Menangisi wanita yang ia sendiri lepaskan. Lucukah? Tentu saja siapa lagi kalau bukan Kim Jongin. Tatapannya tajam, ia memandang foto Jun Hee diatas nakas dan bergumam lirih.
“ aku akan membawamu kembali kerumah ini Park Jun Hee”
TBC
Hola I’m back. Oke akhirnya ff abal-abal ini selesai juga. Maaf ne jika ceritanya agak menyedihkan plus jelek. Ide ini muncul tiba-tiba pas saya lagi dengerin lagunya beast yang on rainy day makanya judulnya sama. Cerita ini juga saya posting di blog pribadi saya tiyanadwi98@wordprees.com. Saya juga berterimakasih pada admin yang udah posting ff abal- abal saya yang ini.
