Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

LOVING YOU

$
0
0

Author : whitewind ● Cast : Do Kyungsoo (D.O EXO) x OC ● Genre : fluff, angst ● Rating : general ● Length : oneshot

This story pure of my imagination. Don’t copy-paste this story without my permission and don’t plagiarist because I hate that act! Give a comment and don’t be a silent readers!

Cerita ini juga dimuat di : https://dokyungsoofanfictionindonesia.wordpress.com/2015/04/17/loving-you/

Enjoy and happy reading :D

.

.

“For me, loving you is a precious thing that I have”

****

Aku tak tahu bagaimana aku bisa mencintainya seperti ini. Aku bingung kenapa aku bisa jatuh cinta kepadanya. Bukanlah suatu kesalahan mencintai seseorang seperti dirinya. Tapi aku tidak tahu jika aku harus jatuh cinta kepadanya sedalam ini. Bahkan mungkin lebih dalam dari dasar palung yang ada di dasar lautan. Oke, ini mungkin terdengar berlebihan. Tapi itulah kenyataan yang aku rasakan saat ini.

Pada kenyataannya aku bukanlah gadis yang sempurna. Aku bukanlah gadis yang rela melakukan operasi plastik demi mendapatkan sebuah kecantikan palsu. Aku bukan gadis dengan senyum manis yang memikat hati semua orang hanya dengan sekali tersenyum. Dan aku juga bukan gadis terkenal yang semua orang memujaku dan wajahku terpampang dibeberapa majalah terkenal. Pada kenyataannya aku hanyalah gadis sederhana yang tidak menarik. Fisikku tidaklah seperti gadis-gadis model. Tapi yang bisa aku lakukan adalah berusaha mencintaimu. Aku tidak bisa mengatakan “aku akan mencintaimu selamanya”. Tapi aku akan berkata “aku akan mencoba mencintaimu hingga aku tak tahu kapan itu akan berakhir.”

Aku sadar jika jarak antara aku dan dia sangatlah jauh. Dia berada di tempat dimana dia sedang mengukir prestasinya. Sedangkan aku disini hanya bisa melihatnya, memikirkannya dan mengelu-elukan namanya jauh dari tempat dia berada. Tapi entah mengapa aku merasa bahagia melakukan itu. Ya! Karena aku begitu mencintainya, amat mencintainya.

Setiap saat aku memikirkan, bagaimana keadaan dia disana? Apa dia tidak merasa lelah dengan semua kegiatannya yang padat itu? Apa dia merasa senang dengan semua kegiatan yang dia lakukan bersama teman-temannya? Mungkin ini terdengar gila bagi semua orang yang tidak seperti diriku. Tapi bagiku ini hal yang wajar bagi seorang yang sedang jatuh cinta. Aku tidak peduli dengan perkataan orang-orang disekelilingku dengan sifat dan kelakuanku. Hei! Apakah kalian tidak pernah merasakan jatuh cinta sebelumnya? Apakah menurut kalian orang yang sedang jatuh cinta itu salah? Mencintai seseorang yang jauh di sana itu bukanlah suatu dosa bukan? Apa yang salah dariku jika aku mencintai dirinya? Ah aku tidak peduli!

Terkadang aku menangis sendiri jika mendengar hal buruk tentangnya. Hal-hal yang tidak baik yang sering menerpa dirinya. Dia terlihat tidak pernah berbicara. Dia terlihat begitu murung. Dia tidak pernah menunjukan senyumnya. Jika dia tersenyum itu hanyalah sebagai penghibur belaka. Aku tahu dia sedang memikirkan suatu hal. Tapi janganlah menjadi sosok yang dingin seperti itu. Aku merindukan sosoknya yang penuh dengan keceriaan, tersenyum setiap saat dan tertawa lepas bersama teman-temannya.

Tapi, aku hanya seseorang biasa disini. Aku hanya bisa mencintainya dari jauh. Dan berharap semoga rasa cintaku takkan hilang di telan oleh waktu.

****

Entah mengapa aku tidak tahu ini mimpi atau bukan. Jika mimpi aku tak ingin terbangun dari tidurku. Jika ini bukan mimpi maka pukullah aku sekerasnya. Dia datang menemuiku pagi ini. Dia berdiri di ambang pintu rumahku dengan seulas senyum tipis, tipis sekali namun masih tampak terlihat di mataku. Aku tak pernah luput memandang wajahnya setiap waktu. Jadi aku bisa menangkap semua ekspresi wajahnya sekecil apapun. Aku masih tidak percaya dia menemuiku saat ini.

“Selamat pagi, Hyunhee.”

Suaranya yang dalam itu menyapaku dengan nada yang lembut. Matanya yang bulat menatapku dan membuatku terpaku dengan tatapannya.

“Selamat pagi, Kyungsoo.” Jawabku dengan gugup. Aku tak menyangka akan bertemu dengannya hari ini di pagi seperti ini.

“Apakah aku boleh masuk?” tanyanya.

Aku mengangguk dan mempersilakan dia masuk ke dalam rumahku. Iya! Seseorang yang aku cintai masuk ke dalam rumahku. Bahkan aku bisa mempersilakan dia untuk mengobrak-abrik rumahku sesuka hatinya.

“Bagaimana kabarmu? Kau sekarang kuliah atau bekerja?”

Sebenarnya itu adalah pertanyaan klise yang ditanyakan orang jika sudah lama tidak bertemu. Tapi mau tak mau aku menjawab pertanyaan itu.

“Aku kuliah di universitas Yonsei sekarang. Aku sudah hampir semester akhir dan juga mempersiapkan tugas akhir.”

Kami berdua tiba di ruang makan yang menyatu dengan dapur. Kami lalu duduk saling berhadapan, saling memandang satu sama lain dalam kesunyian. Aku tak tahu harus berkata apa. Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku lihat saat ini. Setelah sekian lama aku tidak melihat atau pun bertemu dengannya dan hanya melihatnya di layar kaca. Kini dia berada di hadapanku sekarang.

“Aku sering melihatmu di layar televisi. Kau tampak begitu tampan,” ucapku begitu saja.

Kulihat dia tersenyum manis kepadaku. Senyum yang aku rindukan selama ini darinya.

“Terima kasih atas pujiannya, Hyunhee.”

Aku membalas senyumannya. Hatiku berdegup kencang melihatnya. Dia tampak lebih tampan daripada di layar kaca, begitu mempesona. Ah, aku beruntung. Atau bisa dibilang sangat beruntung bisa melihat dia secara dekat seperti ini. Aku merasa kupu-kupu berterbangan di dalam perutku.

“Bukankah kau sedang sibuk saat ini?” tanyaku.

“Memang aku sedang sibuk. Tapi aku ingin meluangkan waktuku sejenak agar aku tidak bosan dengan pekerjaanku.” Jawabnya sambil tersenyum.

Meluangkan waktunya untukku? Sekali lagi, aku adalah gadis yang paling beruntung saat ini. Tapi apakah benar dia meluangkan waktunya untukku? Atau mungkin aku yang terlalu percaya diri?

Tiba-tiba aku teringat aku belum menyiapkan apa-apa untuknya.

“Kau mau minum? Akan kubuatkan cokelat hangat.” Kataku menawarkan minuman padanya.

Dia mengangguk. Aku lalu berjalan menuju dapur dan membuat dua gelas cokelat hangat. Aku sangat suka segelas cokelat hangat di pagi hari. Membuatku merasa senang dan berenergi.

Setelah selesai membuatnya, aku lalu kembali menuju meja makan dan memberikan segelas cokelat hangat itu kepadanya. Kami kembali terdiam. Tidak ada satu patah yang keluar dari mulut kami. Aku terlalu gugup untuk mengajaknya berbicara. Sebenarnya banyak hal yang ingin kubicarakan, tapi aku tak tahu bagaimana cara menyampaikannya. Mungkin bisa dibilang aku agak salah tingkah saat ini.

“Kenapa diam saja? Katakan sesuatu.” Ucapnya.

Aku masih bingung harus berbicara apa kepadanya.

“Bagaimana kalau kita keluar? Mencari udara segar atau sekedar jalan-jalan, mungkin?” ajakku.

Kyungsoo menggelengkan kepalanya.

“Jangan, Hyunhee. Aku tak mau jika ada wartawan atau sasaeng yang melihat kita. Aku tak mau kau mendapat masalah. Aku datang kemari pun tanpa sepengetahuan siapapun,” jawabnya.

Baiklah aku maklum mendengar jawabannya. Mungkin selain menjaga image-nya, seperti katanya tadi, dia tidak ingin terjadi suatu hal yang buruk kepadaku jika terlihat berjalan dengannya di jalanan. Dan bisa saja menjadi suatu berita yang amat menghebohkan.

“Oke jika seperti itu. Bagaimana kalau kita mengobrol layaknya kita sudah berteman lama?” tanyaku lagi.

“Hmm boleh-boleh saja.” Jawabnya menyetujui pertanyaanku.

Aku tersenyum senang. Ini kesempatanku untuk mengenal orang yang aku cintai lebih jauh lagi.

“Kau jago memasak. Bagaimana jika kau mengajariku memasak? Yaah sebenarnya aku payah dalam hal memasak,” kataku membuka pembicaraan.

Dia menyeruput cokelat hangatnya dan melirikku.

“Bagaimana mungkin gadis sepertimu payah dalam hal memasak? Kau tidak belajar?” tanyanya.

Aku tersenyun malu dan menggaruk kepalaku yang tak gatal. Seharusnya aku tidak perlu mengatakan jika aku payah dalam hal memasak.

“Aku akan mengajarimu memasak. Kita akan memasak nasi goreng yang mudah,” katanya lalu berdiri dan berjalan menuju dapur. Aku mengikutinya dari belakang.

“Aku akan menyiapkan bahan-bahannya sebentar.” Kataku lalu mengambil sepiring nasi dari penanak nasi dan bahan-bahan yang diperlukan.

“Baiklah, pertama-tama iris bawang merah, bawang putih dan cabai…”

Aku mendengarkan segala instruksinya dengan cermat. Kadang dia menegurku jika aku melakukan kesalahan. Ternyata dia itu cukup cerewet, tidak seperti yang aku lihat di layar kaca.

“Bukan begitu cara memotongnya. Serahkan pisaunya, aku akan memperlihatkan cara memotong yang benar.”

“Ah, minyaknya terlalu banyak! Coba kurangi beberapa.”

“Tumis dulu bawangnya hingga harum baru masukan bumbu dan nasinya.”

“Jangan lupa tambahkan garamnya.”

Aku suka mendengar suaranya yang begitu cerewet saat di dapur. Dia seperti ibuku yang juga cerewet saat mengajari aku memasak. Andai saja bisa seperti ini terus, mungkin dapurku akan terasa sangat ramai.

Nasi goreng itupun akhirnya jadi. Kami berdua lalu mencicipi dan memakannya.

“Hmm enak juga. Kau berhasil membuat nasi goreng ini,” kata Kyungsoo sambil memberikan jempolnya kepadaku.

Aku tersenyum padanya.

“Itu karena kau membantuku. Jika kau tak membantuku mungkin masakanku takkan seenak ini.” Ujarku sambil memamerkan deretan gigi putihku.

Setelah kami menghabiskan makanan tersebut kami lalu bersantai di ruang tengah. Aku memperlihatkannya beberapa kaset DVD film yang aku punya kepadanya. Dan dia terlihat memilih beberapa film tersebut.

“Kenapa kebanyakan film horror? Kau suka film horror?” tanyanya.

“Ya begitulah, aku menyukainya.” Jawabku.

Lama dia memilah-milih kaset DVD tersebut hingga dia sepertinya menemukan satu yang menurutnya menarik. Aku memang memiliki satu film yang menurutku menarik untuk ditonton, yaitu Interstellar.

“Bagaimana kalau ini?” katanya sambil menunjukan kaset DVD Interstellar tersebut.

Aku mengangguk dan mengambil kaset tersebut dari tangannya. Aku menyalakan DVD player dan memasukan kaset tersebut. Dan kami pun duduk di sofa dan mulai menonton film tersebut. Aku masih tak percaya jika saat ini aku sedang menonton film dengannya. Sesekali diam-diam aku mencubit lenganku sendiri untuk memastikan apakah ini mimpi atau bukan. Aku sangat senang sekali saat ini. Bisa dibilang aku sangat bahagia.

Kami menonton film tersebut hingga usai. Sebenernya aku tidak fokus menonton film tersebut. Lebih tepatnya aku sering mencuri-curi pandang kepada Kyungsoo daripada menonton film tersebut.

“Apakah kehidupan perkuliahanmu menyenangkan, Hyunhee?” tanyanya padaku setelah layar televisi tersebut mati.

“Yaaah lumanyan sibuk. Aku harus bertemu dengan dosen untuk bimbingan. Mencari data-data untuk tugas akhirku. Dan mengerjakan tugas akhirku sebagian. Tapi aku masih menyempatkan diriku untuk berkumpul bersama teman untuk mengobrol santai atau sekedar bermain,” jawabku.

Dia lalu menyandarkan kepalanya di sofa.

“Apa kau punya pacar?”

Pertanyaannya membuatku begitu terkejut. Kenapa dia menanyakan hal seperti itu padaku.

“Aku tidak punya pacar. Lagipula mana ada seseorang yang mau menjadi pacarku,” jawabku.

Dia tertawa pelan mendengar jawabanku. Hei, apanya yang lucu? Aku merasa tidak ada kata-kata yang lucu pada kalimatku barusan.

“Kau itu cantik dan manis. Pasti ada seseorang yang akan suka padamu.”

Apakah itu pujian darinya? Jika itu memang pujian aku sangat senang sekali. Baru kali ini ada seseorang yang memujiku. Dan jika memang ada seseorang yang akan menyukaiku, aku berharap dirinyalah yang menyukaiku.

“Lalu bagaimana denganmu? Apakah kau memiliki waktu untuk bersenang-senang di tengah-tengah kegiatanmu?” tanyaku pelan.

Dia terdiam mendengar pertanyaanku. Pandangan matanya terlihat tidak begitu bersemangat dan lelah. Aku menjadi iba melihatnya seperti itu. Rasanya ingin sekali aku menangis melihatnya.

“Kami hampir tidak ada waktu luang untuk bersenang-senang. Jika ada itu pun hanya sebentar. Kami lelah harus tampil di acara ini atau acara itu. Jadwal kami juga sangat padat. Dan kami juga harus bisa tampil prima di suatu acara walaupun kami begitu lelah. Kehidupan kami amat melelahkan, tapi kami berusaha semaksimal mungkin untuk menghibur para penggemar yang mencintai kami.” Jawabnya.

Yeah, aku pun juga termasuk orang yang mencintainya dengan tulus. Aku mau jika kau berada disini untuk sekedar melepas penat dan lelahmu. Tidur dan beristirahat di tempat ini hingga waktu yang tidak ditentukan. Aku mau menjadi tempatmu bersandar sementara walaupun itu hal yang tidak mungkin terjadi.

“Kami mencintai kalian dan kami pun mendukung kalian. Kami juga melakukan segala cara agar membuat kalian tetap dicintai oleh kami. Kami senang kalian ada diantara kami dan menghibur kami. Kami juga senang kalian terlahir di dunia ini untuk kami. Dan kami bangga memiliki kalian,” ucapku tersenyum padanya.

Dia tiba-tiba mendekatkan wajahnya. Jantungku berdebar begitu keras dan aliran darahku berdesir kencang. Matanya memandangkan dengan tatapan misterius. Ingin sekali kusentuh wajahnya dan berkata “tenanglah, aku ada disini untukmu”. Tapi aku bisa mengontrol emosiku saat ini.

“Terima kasih Hyunhee. Aku sangat senang mendengarnya.” Ucapnya sambil tersenyum padaku lalu kembali menyandarkan kepalanya di sofa.

Sungguh! Wajahnya tadi begitu dekat dengan wajahku. Tapi aku tak mau berpikir macam-macam. Aku harus menjaga image-nya dan image-ku sendiri. Aku tak ingin di cap buruk oleh dirinya dan semua orang.

“Terima kasih sudah mencintai kami sepenuh hati. Kami merasa kami belum sempurna untuk kalian. Tapi kami akan berusaha menampilkan yang terbaik untuk kalian. Kami akan berusaha mencintai kalian sepenuh hati kami. Karena bagi kami, kalian adalah hal yang paling berharga.”

Entah aku harus senang atau sedih mendengar kalimat yang dilontarkan olehnya. Aku senang karena rasa cintaku terbalas olehnya. Tapi disisi lain aku merasa mengapa semua orang yang kau cintai? Mengapa bukan aku? Aku adalah gadis yang berusaha mencintainya dengan tulus dan menerima semua hal tentang dia. Apakah karena aku sama dengan mereka? Jadi aku tidak memiliki hak khusus untuk mencintainya lebih? Apakah karena aku juga bukan orang yang satu-satunya istimewa dihatinya? Aku tidak mengerti, sama sekali tidak mengerti.

“Kami akan mendukung kalian hingga kami tak lagi mampu untuk berdiri, berbicara dan bernafas.” Ucapku.

Berlebihan? Memang, tapi inilah bukti rasa cintaku kepada mereka terutama kepada dirinya.

Kyungsoo tersenyum. Dia lalu mengelus rambutku pelan. Jantungku kembali berdebar kencang. Ada sesuatu yang terbang di dalam perutku. Aku merasa sangat senang dia melakukan ini kepadaku. Rasa cintaku semakin bertambah kepadanya. Dia seperti memanjakanku saat ini. Sungguh ini seperti sebuah mimpi indah bagiku.

“Terima kasih Hyunhee.” Katanya.

“Maaf aku tidak bisa memberikanmu apa-apa kecuali semangat dan dukungan,” kataku pelan dan sedikit menyesal.

“Tidak apa-apa. Bagiku semangat dan dukungan darimu sudah berarti untukku.” Ujarnya.

Aku senang, sangat senang dia berkata seperti itu. Aku tak tahu bagaimana mengekspresikan rasa senangku ini.

“Hyun, apakah kau senang bertemu denganku?” tanyanya.

Aku terdiam. Aku tak tahu bagaimana melampiaskan rasa senangku ini.

“Tentu saja aku senang! Aku amat senang bisa bertemu denganmu. Jarang-jarang kan kita bertemu dalam kesibukan kita,” jawabku tersenyum.

“Mungkin ini adalah pertemuan terakhir kita. Aku tak tahu kapan lagi bisa bertemu denganmu,”

Mengapa dia harus berkata seperti itu? Apakah dia akan pergi begitu saja setelah semua ini? Apakah dia akan melupakanku? Aku masih ingin bersenang-senang bersamanya.

“Aku takkan melupakanmu Hyunhee, tak usah khawatir. Kau juga jangan lupakan aku,”

Bagaimana aku bisa melupakannya begitu saja. Bagiku dia sangat berarti. Lebih dari sekedar intan permata yang berkilau.

“Aku juga takkan melupakanmu. ‘We are one’ bukan?” kataku meringis kepada Kyungsoo.

Kami berdua tertawa kecil. Dan kami habiskan waktu kami untuk mengobrol. Dia menceritakan bagaimana kesehariannya bersama teman-temannya. Dia terlihat senang menceritakan hal itu. Aku juga ikut senang mendengarnya. Dia kadang merasa sebal dengan Baekhyun atau Chanyeol yang suka menganggunya. Dia juga memperhatikan Sehun dan Kai yang begitu manja kepadanya. Tapi dia berkata dia tidak pernah lelah ataupun marah kepada mereka. Dia sudah menganggap mereka seperti saudara sendiri.

Kami mengobrol hingga akhrinya Kyungsoo tertidur. Aku lalu mengambil selimut di kamarku dan menyelimuti tubuhnya. Aku memandang wajahnya yang tertidur. Wajahnya terlihat polos dan kelelahan.

“Jujur Soo, sebenarnya aku amat mencintaimu. Entah mengapa aku mencintaimu begitu dalam. Aku memendam perasaan ini selama tiga tahun. Selama ini aku hanya melihatmu di layar kaca. Aku selalu menyebut namamu saat kau muncul. Aku merasa senang melakukan hal itu. Aku merasa kaulah yang mengisi hari-hariku saat ini.

Aku sangat mencintaimu. Aku tidak mencintaimu seperti mereka-mereka pada umumnya. Aku ingin sekali bersamamu. Berbagi cerita bersamamu, tertawa bersamamu dan menjadi seseorang yang sangat beruntung bisa mendapatkanmu. Seseorang yang bisa memilikimu utuh. Walaupun aku tahu sebenarnya itu adalah hal yang tak mungkin terjadi mengingat kita ini sangat jauh berbeda.

Tapi aku yakin, pasti ada seseorang diluar sana yang mendukungmu dan memberimu semangat saat kau lelah. Melindungimu saat kau mengalami hal yang buruk. Dan yang pasti dia lebih mencintaimu daripada aku. Aku berharap ada sosok gadis yang seperti itu diluar sana.

Terima kasih Soo, kau sudah mau bertemu denganku. Aku sangat-sangat bahagia bisa bertemu denganmu. Aku takkan melupakanmu, karena kau adalah hal yang berharga untukku. Kau dan mereka juga berharga untukku. Aku tak peduli dengan ucapan orang-orang mengenai kalian. Aku akan tetap mencintai dan mendukung kalian.”

Entah mengapa hatiku merasa lega mengucapkan kalimat yang begitu panjang. Mungkin kalimatku itu bisa menjadi sebuah fanfiksi. Aku tersenyum memandang Kyungsoo. Aku tak peduli dia mendengarkan ucapanku atau tidak. Aku tidak peduli dia mengatakan aku seseorang yang aneh. Tapi inilah yang aku rasakan selama ini dan melucur begitu saja lewat bibir kecilku ini.

Rasa kantuk menyerangku. Aku lalu meletakan kepalaku di atas meja. Aku terlalu malas untuk pindah ke kamar. Mataku sudah terasa pedas. Dan aku akhirnya memilih terlelap di ruangan itu.

****

Tiba-tiba saja aku terbangun tanpa sebab. Aku melihat jam yang ada di ruangan tersebut. Sudah jam tujuh malam. Berarti aku tertidur cukup lama dan tubuhku sudah berselimut dengan selimut yang digunakan Kyungsoo tadi. Lalu aku melihat sekeliling ruangan, tak ada sosok Kyungsoo sama sekali.

Rasanya begitu hampa sekali saat sosoknya tak ada disini lagi. Aku merasa jika hal yang aku lakukan bersamanya hanyalah mimpi belaka. Mana mungkin sosoknya bisa berada disini, bersamaku yang hanya seorang biasa dimatanya. Aku ingin menangis saat itu juga. Jika ini mimpi mengapa begitu indah? Mengapa aku harus terbangun? Mengapa mimpi ini terasa nyata? Dan mengapa aku tidak bisa bersamanya lebih lama di dalam mimpi ini?

Aku lalu bangkit dan mengambil selimut itu untuk kubawa kembali ke kamar. Mataku tiba-tiba tertuju pada secarik kertas yang berada di atas meja. Aku mengambil kertas itu dan melihatnya.

“thanks for loving me…”

Di bawah tulisan tersebut terdapat tanda tangan Kyungsoo.

Aku merasa senang mendapat pesan yang sangat singkat tersebut. Apakah dia mendengarkanku bicara saat dia tertidur? Atau apakah dia pura-pura tertidur? Aku pun juga tak tahu. Dan ini bukanlah mimpi, hal ini memang benar-benar terjadi. Tapi kenapa tidak ada tulisan jika ia juga mencintaiku? Tapi sudahlah, aku tak ingin memikirkannya lebih jauh lagi.

Terima kasih Kyungsoo, kau telah datang menemuiku, berbicara denganku dan bersama denganku. Walaupun waktunya amat singkat, aku amat bahagia bisa bertemu denganmu. Aku sadar, aku bukanlah seseorang yang pantas untukmu karena aku hanyalah sebagian dari mereka yang juga mencintaimu. Aku juga sadar aku hanyalah segelintir orang yang hanya bisa memandangmu dari kejauhan, karena aku bukanlah sosok yang benar-benar kau cintai. Hal ini akan menjadi kenangan yang takkan terlupakan untukku walau suatu saat kau pasti akan melupakannya.

Aku berharap suatu saat kau bisa menemukan seseorang yang benar-benar tulus mencintaimu. Mungkin hal ini memang menyakitkan untukku. Tapi jika kau bahagia bersama dengan orang yang kau cintai, aku juga akan turut merasa bahagia. Aku akan terus mencintaimu walaupun aku tahu kau takkan pernah mencintaiku.

Aku bahagia bisa bertemu denganmu.

-END-



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles