Christmast Angst Sehun version
Author : @zhayrapiverz
Cast : Oh Sehun and Irene Hwang
Length : Oneshoot
Rating : T, G
Genre : Maried Life, Romance, Hurt
Disclaimer : FF ini Zay post di fb pribadi (Zayy Cardova), Exofanfiction.wordpress.com, Exo fanfiction grup tertutup serta beberapa Fanfiction grup lain dengan nama Author yang sama. Harap Coment dan like sebanyak-banyaknya yaw..happy reading *bow
Mampukah kita melewati segalanya meski sakit ini teramat pedih?
Apakah yang paling kuat akan bertahan, menyingkirkan mereka yang lemah dari sisi dunia?
Bila akhirnya kita akan dipisahkan oleh waktu, maka biarlah cintaku turut bersamamu pergi ke dunia yang baru- Oh Sehun
Bila aku mampu memilih, maka aku akan lebih bertahan disisimu tanpa memperdulikan apapun lagi hal yang terus menyakitkanku. Terima kasih, kau selalu menjadi penerbit matahari yang memelukku dari dinginnya salju. Membasuh luka yang perih, menggantinya dengan seulas senyum di kebahagiaan singkat ini-Irene Hwang
- ••
Kau hadir layaknya lentera yang menuntunku dalam kegelapan panjang yang tiada bertepi terus membayangiku. Maka bila kegelapan ini terus membawaku pergi, biarkan kutitipkan cinta yang kumiliki padamu “Sehun..sehun-ah..”
Sehun berjalan santai mendekati sumber suara “Wae irae Irene-ya?”
“Aku baru saja melihat sebuah bintang jatuh..” tunjuk gadis itu pada langit malam yang bertabur bintang
Sehun tersenyum, terduduk di samping gadis itu “Kau sudah mengucapkan permintaan?”
Gadis itu mengangguk “Aku berharap, kita bisa selamanya hidup bersama…memperpanjang sedikit waktu” ucapnya
Sehun terdiam memandangi gadis cantik itu, mata kelamnya berubah ceria ia lalu memeluk pinggang Irene yang nampak terkejut
“Sehun-ah…”
“Aku ingin melindungimu..” sahut sehun, lalu bersandar di bahu itu, menghirup feromon rasa lime yang nampak menyegarkan sekaligus favoritnya. Entah mengapa Irene menyukai bau maskuline seperti lime, berbeda sekali dengannya yang menyukai Madu. Terdengar nampak aneh memang
Irene turut tersenyum, memeluk bahu tegap pria itu, sehun meletakkan kepalanya di pundak Irene-nya ‘Kau tahu, aku akan terus merindukan hal ini bahkan sampai detik berikutnya’, tempat ternyaman menumpahkan kelelahannya “Sehun-ah, apa yang paling kau tunggu saat natal datang?”
“Kado. Aku paling mengharapkan datangnya kado saat natal” sahutnya “Saat natal datang, aku selalu menggantung kaos kaki yang berukuran paling besar di depan perapian. Berharap Santa Clause mengisinya dengan perment, coklat ataupun jelly sekalipun. Lalu keesokan harinya, aku akan bangun sangat pagi, mengecek kaos kaki itu…lalu jika ada isinya, aku akan menari mengitari pohon natalnya”
Irene tertawa-tawa, walaupun sehun sudah dewasa rupanya ia masih mempercayai hal-hal seperti ini, mitos natal saat mereka masih kanak-kanak dahulu “Kalau begitu, mari kita menggantung kaos kaki yang besar di perapian…”
“Tapi…sekarang aku tidak membutuhkannya” jawab sehun sambil melepaskan pelukannya, kembali terduduk dengan senyum mengembang
Irene terbingung “Apa? Mengapa begitu?”
“Karena kado terindah sudah Tuhan berikan padaku. Disaat pertama kali aku membuka mata, kau adalah orang pertama yang membuatku tersenyun..”
Irene memutar bola matanya “Kapan ya seorang Oh Sehun ini tidak seharipun menggombal?”
Sedang sehun nampak tertawa seperti kanak-kanak “Karena kau sumber inspirasiku..”
“Arraseo.. araseo..kau memang menyebalkan!”
Sehun menggembungkan pipinya, berpura-pura menatap sebal istri tercintanya.
‘Kau tahu? Waktu seakan berputar begitu cepat saat kau bersandar di bahu rapuh ini. Saat suaramu selalu menggema dihatiku. Aku tahu, sensasi aneh ini adalah cinta’
- ••
Pagi datang dengan dingin dari embun yang menyelimuti dedaunan musim semi. Butiran salju sesekali masih melekat di sudut-sudut dahan pohon Akasia dan pinus yang tumbuh disamping pelataran. Irene mengerjap sebentar lalu meringis tatkala livernya kembali berdenyut perih seolah menusuk-nusuk raganya, ia tahu tidak seharusnya membiarkan hal ini terlalu lama.
Namun sekali lagi, pengaruh cinta teramad besar. Irene takut akan pergi secepatnya dari sisi Sehun, ia tidak siap. Belum memikirkan hal menakutkan itu. Membiarkan rasa sakit itu terus menerus datang tanpa henti. Yang terpenting, Irene tetap berada di samping sehun, memuaskan segala indera penglihatan, pendengaran dan perasanya akan lelaki itu. Terdengar saat naif dan egois memang. Sehun menggumam lirih, masih memejamkan kedua matanya.
Irene memandangi pria yang nampak polos tersebut. Nampak seperti seorang bayi yang menggemaskan dengan kulit putih susunya. Tangan irene terulur, mengusap pipi tirus Sehun lembut “Aku mencintaimu, sangat mencintaimu” tanpa terasa buliran air mata itu terjatuh dibarengi rasa sesak yang menyergap hatinya “Terima kasih menjadi bagian dari hidupku. Aku merasa beruntung, sehun-ah” ia memandang teduh pria yang tertidur di sampingnya
“Sayang?” Ujar sehun, masih dengan mata terpejam
Irene gelagapan, segera menghapus air mata yang membasahi pipi pucatnya
“Sayang aku mencintaimu, jangan tinggalkan aku, jebal!” Racau sehun dalam tidurnya
Irene terdiam, merasakan sakit itu lebih dalam ‘Sehun-ah jangan biarkan aku egois lebih jauh lagi!’ Perkataan sehun selalu membuat pertahanan yang dibuatnya runtuh
Pria itu lantas membuka mata perlahan, menangkap raut sedih Irene yang memandangnya parau “Irene, kau kenapa menangis? Uljjima..” ucap sehun menenangkan, dalam hati kecilnya sehun terkejut
Irene tersenyum kecut “Sepertinya aku baru saja mimpi indah”
“Tapi mengapa kau menangis?” Sehun menelisik mata almond gadis itu, sembari mengusap air mata yang mengalir di pipi pucatnya
“Karena mimpi indah itu berakhir dengan buruk, dimana sang putri diberi apel oleh nenek sihir, putri itu memakannya dan tertidur selamanya” terang Irene
Sehun mengusap rambut hitam Irene yang menguar aroma mint, aroma favoritnya juga selain lime “Bukankah seorang pangeran akan datang, menciumnya dan membangunkannya dari tidur?” sembari mencium sekilas bibir cherry Irene yang selalu terasa manis baginya
“Tapi aku terbangun sebelum pangeran itu datang Sehun-ah…” nada Irene nampak bergetar, membuatnya terlihat emosional
Sehun menangkupkan kepala gadis itu dalam dada bidanya, memeluknya “Bukankah aku pangeranmu? Bahkan sebelum kau tertidur pun, aku selalu disisimu, lagi pula itu hanya mimpi, tidak perlu kau khawatirkan. Arrachi?”
Irene mengangguk, menahan tangisnya lagi agar tidak tumpah
“Aku mencintaimu…” ucap sehun seraya mengecup kening gadis itu
- ••
Pantulan dari cermin itu menampilkan wajah sehun yang kini terbalut kemeja berwarna putih tulang dengan dasi berwarna merah hati yang baru saja dirangkaian istrinya, Irene “Biar kulihat? Hum oke sempurna..” ujar irene yang turut mematung disamping pria itu
“Apakah Aku sudah terlihat tampan?” Tanya pria itu sambil sedikit merapikan rambut kecoklatannya
Irene mengangguk, mengkancingkan lengan kemeja yang belum terpasang sebelumnya “Mau sebanyak apa kau berkaca, kau tetap seperti ini Oh Sehun. Kau ini, mengapa suka sekali bercermin eoh?”
Sehun tersenyum, mencium bibir gadis itu, melumatnya perlahan “Geurae..aku tahu. Aaah…aku mencintaimu sayang…” sahutnya manja sembari memeluk gadis itu “Tapi, pagi ini kau terlihat lebih pucat dari biasanya, gwenchana? Mau ku antar ke dokter hum?”
Irene menggigit bibirnya, gugup, mencoba mengatur suaranya agar terlihat baik-baik saja di depan sehun, “I..Iya sayang, mungkin aku sedikit masuk angin. Bukankah Tadi malam kita mengobrol di balkon hum?”
Sehun mengangguk, membuka pintu rumah mereka “Maaf..aku terlalu keasikan. Sekarang aku akan berangkat. Sampai jumpa irene-ku…”
Irene terdiam sambil melambaikan tangannya ‘Inikah saatnya? Inikah saatnya aku harus pergi dari hadapan orang yang ku cintai?’ menatap sehun yang berjalan menuju mobilnya diiringi senyum yang masih melekat.
‘Sehun aku ingin melihatmu terus tersenyum bahkan setelah kepergianku nanti. Aku berharap senyummu bukanlah sebuah beban’ Irene berlari menghampiri sehun yang hampir saja masuk kedalam ferrarrinya, menatap bingung istrinya itu “Kenapa sayang?”
Irene menggeleng, lantas berhambur kedalam pelukannya lagi. melingkarkan tangannya di pinggang sehun begitu erat, seolah ia tidak ingin melepaskan kepergiannya
“Sayang..” sehun merasa ada sesuatu yang aneh dengan sikap istrinya akhir-akhir ini, irene yang biasanya cuek sekarang terlihat lebih memperdulikan sehun dan selalu memperhatikan pria itu. Sehun pikir mungkin saja irene akan mengalami masa period atau menstruasi oleh karenanya terlihat lebih sensitif.
irene melepaskan pelukannya, menggapai jemari pria itu “Sehun-ah aku mencintaimu, sungguh. Setelah ini kuharap kau akan lebih banyak tersenyum dan ramah kepada orang lain. Kau pria yang sangat baik dan penyayang. Aku mencintaimu” irene lalu berjinjit, mencium kedua pipi sehun, mengusapnya lembut
“Aku juga mencintaimu. Uuh kata-katamu sedikit menakutkan, seolah kau akan pergi jauh sayang..aku menjadi khawatir. Apa terjadi sesuatu ?”
Irene tersenyum, menggeleng “Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dan sekarang cepat masuk kedalam mobilmu!” Tuntunnya
“Araseo chagia. Good bye..” ucap sehun sesaat berada di dalam mobil. Menghidupkan mesin dan melesat ke jalanan, meninggalkan irene yang menatap kepergian sehun dengan tangisan dalam diam
- ••
Sebanyak apapun Irene menoleh ke belakang, bahkan hingga ia lelah, sehun tak akan berjalan di atas lantai dingin itu. Tidak akan pernah tanpa seizin Irene yang menghubunginya, memberitahukan bagaimana penyakit kanker livernya telah mencapai stadium akhir. Ia sangat tidak tega sekaligus tidak sanggup mengatakan itu hingga akhirnya, ia memasuki ruangan rumah sakit ‘Sehun maaf jika aku harus pergi meninggalkanmu’
‘Sehun maafkan aku karena bahkan tidak mengucapkan sepatah kata perpisahan padamu’
‘Kumohon jangan membenciku’
Irene terdiam menatap langit-langit kosong rumah sakit sesaat ia berada di ruang kemotherapy. Menahan rasa perih sekaligus sakit yang menjalar diseluruh tubuhnya. Seperti sebuah sembilu yang menusuk-nusuk segala organ di dalam sana tak terkecuali jantungnya.
“Nyonya Irene, saya tidak dapat menjamin khemoterapi kali ini, mengingat anda yang terus berdiam membiarkan kanker itu semakin menyebar. Namun saya tetap akan berusaha semaksimal mungkin, Tuhanlah yang menentukan segalanya. Apa anda siap?”
Irene mengangguk, menerima segala konsekuensi yang akan diterimanya kelak “Dokter Kim bolehkah saya menitipkan sesuatu untuk seseorang?”
Dokter kim tersenyum lirih sembari mengangguk. Perlahan pandangan irene mulai mengabur disusul sebuah kegelapan yang menjemputnya pergi. Dokter dan para suster memulai pekerjaan mereka
- •••
Sehun sedang mengadakan meeting dengan client dari Washington. Namun entah mengapa sejak meeting ini dimulai empat puluh menit lalu, ia merasa tidak bergairah sedikitpun. Batin sehun tidak tenang, rasanya ia begitu ingin cepat-cepat pulang, tak tahu mengapa
Suho menyikut pelan lengan sehun “Gwenchana?”
“Eoh. Perasaanku tidak enak hyung, aku terus memikirkan irene sejak tadi”
Sementara di depan sana, ayah Sehun tengah menerangkan produk terbaru manufaktur perusahaan sebagai terobosan terbaru pembukaan cabang kedua puluh di Amerika. Oh Samdong -ayah sehun- melirik sehun yang nampak gelisah di tempatnya. Tidak fokus sedikitpun bahkan sejak awal rapat ‘Apa yang terjadi padanya?’ Akhirnya Samdong menunda meetingnya sementara waktu melihat keadaan anaknya yang nampak dalam kondisi tidak baik
“Baiklah dalam 25 menit lagi, kita berkumpul disini lagi” ujarnya mengakhiri rapat
Sehun bernafas lega, ia segera menghampiri ayahnya yang berdiri di dekat viewer “Ayah aku harus pulang!”
“Kenapa? Apa terjadi sesuatu dengan istrimu?”
Sehun menggeleng “Aku tidak tahu, entah mengapa aku mengkhawatirkan keadaannya. Aku takut terjadi sesuatu pada Irene!”
Samdong mengangguk, menepuk pundak sehun “Geurae. Pulanglah nak!”
“Terima kasih ayah!” Sahut sehun sambil memohon pamit. Beruntung ayahnya begitu pengertian
Samdong tersenyum liih menatap kepergian sehun yang menghilang dibalik pintu “Kau sudah dewasa rupanya”
- •••
Sehun mengedarkan pandangan keseluruh penjuru rumah. Berlari-lari kecil mengitari tiap ruangan hingga taman belakang. Memanggil nama “Irene..” berkali-kali namun tak ada sahutan dari yang dipanggilnya “Kemana perginya dia?”
Sehun merebahkan tubuhnya di sofa. Melepas dasi dan kancing pertama kemeja yang terasa mencekik. Lantas Ia mencoba menghubungi nomer ponsel gadis itu. Bahkan pada panggilan kelima, nomer itu masih tetap tidak aktif. Sehun semakin gelisah dan khawatir mengingat Irene yang tidak pernah menonaktifkan nomer sebelumnya apalagi pergi kesuatu tempat tanpa izin.
Sehun segera melesat dengan mobilnya, ketempat yang biasa Irene kunjungi bila sedang tidak ada kerjaan. Seperti cafe, rumah orang tuanya bahkan taman mereka sering bersama dahulu. Sehun mengacak rambutnya frustasi. Tidak menemukan keberadaan Irene yang seolah menghilang ditelan bumi
“Kau dimana chagia? Kumohon angkat telponnya!” Ujarnya frustasi sambil kembali menghubungi nomer ponsel Irene
“Sial” sehun melempar asal ponselnya, sesaat nomer itu masih tidak aktif
namun selang tak berapa lama, ponselnya berdering, sehun segera mengangkatnya
“Yoboseyo?”
“……..”
“Apa? Anda tidak bohong?”
“……”
Sehun segera memutar balik kemudi ferrary-nya. Berjalan dengan kecepatan tinggi menuju suatu tempat yang bahkan tidak pernah dibayangkannya “Irene, bertahanlah”
- •••
Sehun membuka knop pintu sesaat mengecek kebenaran ruangan ini. Perawat menyambutnya dengan raut tenang namun bercampur sedih. Hingga langkah sehun terhenti tatkala melihat sesuatu di depannya, Irene tengah terbaring lemah dengan wajah sangat pucat, bibir memutih. Berpikir apa yang baru saja kedua matanya lihat, hingga ia berlari, merengkuh tubuh Irene
“Apa yang terjadi padamu?”
“Sehun maafkan aku” irene berkata lirih “Aku mencintaimu…” gadis itu tersenyum tipis ‘Aku tahu ini menyakitkan untukmu, tapi aku juga merasa sakit. Aku hanya ingin melihatmu untuk yang terakhir kalinya sehun-ah, sebelum aku pergi’
Sehun masih memeluk tubuh Irene. tanpa ia menyadari perlahan kedua mata itu menutup untuk selamanya. Sehun terdiam sesaat tidak ada respon sedikitpun dari Irene “Chagia, apa yang terjadi. Irene! Buka matamu! Jebbal”
Sehun berteriak histeris mendapati Irene yang tidak bernafas lagi. Perawat mencoba menenangkan keluarga pasien yang nampak shock “Tuan, nyonya sudah meninggal”
“Irene..apa yang terjadi?”
Lutut sehun terasa lemas, ia roboh, dadanya sakit dan sekujur tubuhnya nampak lunglai. Ia tak mampu berkata apapun, energinya seolah terserap habis. Dokter Kim datang, mendekati sehun yang jatuh terduduk menatap jasad Irene yang memejamkan mata
“Nyonya Hwang telah mengidap kanker hati sejak setahun yang lalu. Ia sengaja merahasiakan penyakit ini dari tuan agar anda tidak mengkhawatirkan keadannya. Namun nyonya Hwang justru mengabaikan kesehatannya sendiri dengan tidak melakukan kemotherapy sejak awal. nyonya menitipkan sebuah surat untuk anda!”
Sehun hanya terdiam. Bibirnya kembali keluh mengucapkan satu katapun. Ia meraih tangan Irene yang nampak rapuh, mengecupnya. Memberi penghormatan terakhir pada gadis itu
‘Sehun-ah apa kau masih mengingat kebiasaan kita setiap natal datang? Aku sangat beruntung memiliki sahabat sekaligus pendamping sepertimu. Sungguh, aku tidak bohong. Kau tahu? Aku sedikit tersinggung tiap kali kau mengatakan aku gadis yang cuek dan tidak perhatian. Aku hanya tidak tahu bagaimana mengungkapkan sikap itu, tapi aku mencintaimu, sungguh. Seperti yang ku katakan padamu tadi pagi, kau harus banyak tersenyum dan menjadi pria ramah setelah ini. Aku tahu perkataan ini menyebalkan, tapi Oh Sehunku ini sangat tampan, bukalah hatimu untuk gadis lain diluar sana, aku yakin kau akan mendapatkan seorang gadis yang lebih baik dari Irene. Sampai jumpa, jaga dirimu baik-baik. Aku tahu kau pria yang kuat’
- ••
8 years ago
Sehun menatap Irene yang terduduk sambil tersenyum merasakan salju pertama yang terjatuh ditelapak tangannya, dibawah pendar cahaya lampu taman yang membuat wajah cantiknya nampak menawan “Selamat natal, sehun-ah”
Sehun turut tersenyum, menengadahkan tangannya ke udara seperti yang irene lakukan “Selamat natal juga, Irene”
Irene lalu mengeluarkan sesuatu dari tas rajutnya, mengalungkan dileher jenjang Sehun, sebuah syal hangat berwarna merah hati “Sudah berapa kali ku katakan, udara sangat dingin. Seharusnya kau menggunakan pakaian hangat dan syal!”
Sehun tertawa lalu memeluk Irene “Gomawo. Aku sengaja melakukannya agar kau terus memarahiku!”
Irene memukul-mukul punggung pria itu “Kalau kau sakit siapa yang akan tanggung jawab Oh Sehun? Kau ini bebal sekali”
Sedang sehun terkikik geli “Saranghae Hwang Irene..”
Irene melepaskan pelukan sehun, menarik pria itu “Ayo kita kerumah paman Samdong, bukankah kau harus menggantung kaos kaki paling besar di depan perapian?”
Sehun mengangguk girang “Aku berharap mendapat coklat, permen dan jely yang banyak”
“Oh sehun, kau baru saja lulus SMA tetapi masih menyukai jelly. Kau ini childish sekali!”
“Tapi walaupun aku childish begini, kau akan tetap bersamaku kan?”
Irene menghentikan langkahnya, menatap sehun tepat di eyesmile bulan sabit pria itu, lalu mengangguk “Ya kau benar, aku akan tetap mencintaimu sampai kapanpun”
Sehun tersenyum, mengeratkan genggamannya pada gadis itu sambil sesekali bercanda ria dibawah salju pertama yang mulai turun di langit malam Seoul, di malam natal. Diiringi gema lonceng dan nyanyian nyanyian sophrano merdu yang mengalun dari gereja-gereja
Ps: Hay..Entah kenapa Zay jadi ketagihan bikin Christmast Angst dalam bebagai versi nih. Setelah mendapat good respon dari FF Christmast Angst Luhan version, kali ini Zay bikin yang versi Sehun. Semoga berkenan. Don’t forget to R-C-L *bow
