Title: Sweet My Love
Author: Azure Ran
Length: Ficlet/ One shoot
Genre: Romance, married-life, fluff
Rating: PG
Cast: -Xi Luhan
-Kim Sera
Disclaimer: My original imagination! Ini juga sudah di post di web lain sebelumnya.
Author’s Note: Yahaha! Saya balik lagiii.. hehe
Ada yang baru nih! Semoga good readers pada suka..
Jangan lupa goreskan komentar kalian ya J
Terima kasih, good readers!
Don’t be plagiarist!
Enjoy..
Sweet My Love ♥
Suasana nyaman dipagi hari adalah suasana yang selalu terasa didalam sebuah rumah bergaya minimalis yang tidak terlalu besar juga tidak sempit ini. Sang penghuni merupakan pasangan suami-istri. Mereka memang tidak pernah terdengar berkelahi atau sekedar beradu mulut. Tapi, bukan berarti mereka belum pernah melakukannya. Mereka pernah bertengkar dan beradu mulut. Dan cukup mereka pula yang mendengar, menyadari, dan memaklumi.
Kesibukan mereka juga yang membuat keduanya tertutup dari para tetangga. Walaupun mayoritas penghuni dilingkungan itu adalah pasangan suami-istri baru atau muda.
Ceklek!
Suara knop pintu, yang menandakan pintu tersebut telah dibuka.
“Sudah selesai?” tanya sang istri pada suaminya yang baru keluar dari kamar mandi.
Laki-laki ini benar-benar menunjukkan tubuh sexynya. Ia hanya mengenakan handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhnya, dan membiarkan air dari rambut kecoklatannya terjun ke lantai.
“Hari ini aku ingin memakai kemeja kasual saja.” Kata sang suami.
“Baiklah, tuan Xi Luhan..”
“I’m sorry, my Sera..” ucap Luhan sambil duduk ditepi ranjang dan mencium punggung tangan sang istri, Kim Sera.
“Tidak apa-apa, aku kan hanya menyiapkan. Jika kau tidak suka, apa boleh buat?” ujar Sera.
“Aku hanya akan survey lokasi, jadi tidak perlu terlalu formal.”
Sera hanya mengangguk pelan, setelah mendengar penjelasan Luhan.
“Ingin pilih sendiri?” kata Sera saat membuka pintu ruang pakaian milik Luhan.
“Tidak, kau pilihkan saja.” Jawab Luhan ketika merebahkan tubuhnya diatas ranjang sambil mengutak-atik ponsel Sera.
Sera memegang kemeja putih bermotif garis biru pada bagian dada, dan celana jeans hitam.
“Ini. Cepat, nanti aku bisa terlambat.”
“Aku ganti didepanmu ya?”
“Haniiiee!!”
Luhan beranjak mengambil pakaian ditangan Sera dan menukarnya dengan ponsel yang tadi ia pegang.
“Hei, kenapa kau memotret dirimu di ponselku saat tidak memakai baju?!” tanya Sera setelah melihat layar ponselnya.
“Itu hadiah dariku pagi ini!” teriak Luhan dari dalam kamar mandi.
“Huh, dasar.”
“Tolong kancingkan..” pinta Luhan manja, saat membuka pintu kamar mandi.
“Aish, sudah besar tidak bisa mengancingkan pakaianmu sendiri?”
“Aku kan buru-buru, dan kau adalah istriku. Jadi, boleh kan aku bermanja-manja padamu?”
“Tapi aku bukan pengasuhmu baby Lu..”
“Hehe..”
Seperti inilah rutinitas mereka setiap pagi dihari kerja. Manis? Entahlah.
. . .
Tuutt.. tuutt..
“Yeoboseyo?”
“Lu-luhan?” tanya Sera terbata saat mendengar suara yang menjawab telponnya.
“Maaf, Sera. Luhan sedang di kamar mandi, dan sepertinya akan lama. Ada pesan?” jelas sang penerima yang membuat Sera tercenung.
Pip!
Sera memutuskan sambungan telponnya.
Tadi itu siapa? Siapa perempuan itu? Kenapa ponsel Luhan ada ditangannya? Luhan..?
Bertubi-tubi pertanyaan pun muncul dipikiran Sera.
Dengan cepat Sera mengambil tas dimejanya. Seperti biasa, Sera menunggu Luhan menjemputnya.
Tapi, sampai 30 menit kemudian Luhan tak kunjung datang. Biasanya Luhan tepat waktu.
Drrtt..
Terlihat nama pemanggil dilayar ponsel Sera. My Lulove. Yang tak lain adalah Luhan.
“Kau dimana?”
“Mm.. sayang, maaf aku tidak bisa menjemputmu.” Ucap Luhan dari seberang telpon.
“Eoh? Wae?”
“Aku masih ada pekerjaan. Kau pulang naik taksi ya? Langsung pulang dan istirahat. Mianhae..”
“Ne..”
Ada apa dengan Luhan hari ini?
. . .
“Aku pulang.. Sera?” kata Luhan sambil membuka kancing kemejanya.
“Sudah selesai pekerjaannya?” Tanya Sera yang berjalan dari dapur.
“Sudah.”
Baru saja Luhan ingin menarik tubuh Sera, dan berniat mencium keningnya seperti biasa. Tapi, tiba-tiba Sera menolaknya dengan melangkah memasuki kamar. Luhan bingung dengan perlakuan Sera padanya.
“Kau kenapa? Kau marah, karna aku tidak menjemputmu?” Tanya Luhan saat memasuki kamar.
“Kalau boleh aku tahu.. apa sekretarismu seorang perempuan?”
“Kenapa kau..”
“Jawab saja.”
“Bukan. Kau kan mengenalnya, Lee Jungsik. Masih dia. Kenapa?”
“Lalu, siapa yang berani-beraninya memegang ponselmu?!”
“Maksudmu?”
“Kau berada di kamar mandi. Dan yang menjawab telpon dariku adalah seorang perempuan. Apa yang kau lakukan dengan perempuan itu?!” Sera mulai geram.
Luhan mengerutkan alisnya.
“Kau juga tidak bisa menjemputku karna kau sibuk dengan perempuan itu kan?!”
“Sera, kau..”
“Sudah! Itukah alasanmu ingin memakai pakaian kasual? Karna kau sebenarnya tidak akan bekerja. Kau pergi bersama perempuan itu. Iya, kan?”
“Sera.. kau salah paham.”
“Benarkah?”
Sera menatap tajam Luhan. Tapi Luhan malah menunduk. Membuat Sera tidak bisa melihat kejujuran dimata Luhan.
“Pembohong!”
“Sera, kau hanya kelelahan. Sampai membuat emosimu menjadi-jadi.”
Sera diam. Air matanya tak terbendung lagi.
“Tenanglah, akan ku..”
“Cukup. Aku ingin istirahat.”
Sera menaiki ranjang dan membaringkan tubuhnya.
Matanya mulai terpejam. Benar, Sera lelah.
“Aku mengerti perasaanmu. Tapi kau salah paham, sayang.” Bisik Luhan sambil mencium ujung mata Sera yang basah karna air mata.
. . .
Hoamm..
Aku sudah menyiapkan baju dan sarapan untukmu.
Aku pergi lebih dulu.
Tulisan di memo itu terus ditatap oleh Luhan.
“Kim Sera, kau senang sekali membuat suamimu ini merasa bersalah.”
Luhan tersenyum dan mengacak-acak rambutnya.
. . .
“Kapan kau pulang?” Tanya Luhan pada Sera ditelpon.
“Aku pulang malam. Jangan jemput aku, aku akan makan malam dengan teman-teman kantorku.”
“Eoh? Baiklah.. hati-hati.”
Pukul 21:00 KST.
“Kau sudah pulang?” Tanya Luhan saat mendapati Sera didapur yang sedang meneguk air putih.
Sera mengangguk.
Luhan memegang pundak Sera dan menatapnya dengan lembut.
“Seberapa bencikah kau padaku sekarang?”
“Apa maksudmu? Aku tidak membencimu.” Jawab Sera sambil melepas tangan Luhan dari pundaknya, dan berjalan menuju meja kerjanya.
“Tentu. Kau tidak boleh membenciku. Tapi, sekarang kau marah padaku kan?”
“Sudahlah..”
“Sekarang sudah malam. Tidurlah.”
“Ini harus ku presentasikan besok pagi.” Ucap Sera tanpa melihat kearah Luhan.
“Tapi kau harus istirahat.”
Sera tak memperdulikan ucapan Luhan. Sera sibuk dengan pekerjaannya, dan rambut panjangnya ia biarkan terurai melewati daun telinga.
Luhan yang sedang bersandar di sofa pun melihat setiap kesibukan istrinya itu. Luhan beranjak mencari kuncir atau sekedar pita untuk mengikat rambut istrinya.
Ikat rambut berwarna biru muda lah yang Luhan temukan didalam ruangan itu. Kemudian ia ikatkan kuncir rambut itu pada rambut hitam Sera.
“Nah, wajahmu bisa kulihat sekarang. Nyaman tidak?” Tanya Luhan.
Sera mengangguk pelan. Luhan memutar kursi yang diduduki Sera. Dan kini, Luhan memiliki posisi berlutut didepan Sera.
“Pada saat kau menelponku, aku memang tidak sedang bekerja. Aku sedang menuju lokasi kedua. Karna aku melewati rumah Jongdae, jadi aku mengunjunginya sebentar. Kau tahu kan, istrinya baru saja melahirkan? Dan baru pulang dari rumah sakit beberapa hari yang lalu? Aku ingin menjenguk anak Jongdae..”
Sera masih diam dengan wajah datar.
“..Dan pada saat itu aku pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajahku agar tidak mengantuk saat membawa mobil, dan Jongdae juga ikut untuk mengambil air minum didapur. Aku meninggalkan ponselku diatas meja kamar anak Jongdae. Istri Jongdae menjawab telponku karna dia tidak ingin nada dering ponselku mengganggu tidur anaknya..”
Luhan menatap mata Sera, menunjukkan lewat matanya bahwa ia berkata jujur.
“Babo.”
“Ya, aku memang bodoh. Aku ceroboh.”
Luhan menundukkan kepalanya.
“Tapi, aku tidak bohong..” Luhan mengangkat kepalanya.
“Aku tahu.” Ucap Sera.
“Tahu apa?”
“Jongdae dan istrinya sudah menceritakannya tadi. Mereka juga meminta maaf, karna sudah lancang.”
“Tadi?”
“Saat aku bilang akan makan dengan teman-teman kantorku, sebenarnya aku disuruh berkunjung ke rumah mereka. Aku di telpon oleh istri Jongdae saat bekerja.”
“Beraninya.. kau berbohong padaku?”
“Kau juga tidak mengajakku melihat anak mereka. Kau jahat!” kata Sera sebelum memanyunkan bibirnya.
“Aah.. iya, aku juga salah.”
Luhan menenggelamkan kepalanya dipangkuan Sera.
“Lu.. angkat kepalamu. Aku harus menghukummu karna itu.”
“Hukuman apa?”
Chup!
Sera menempelkan bibir peachnya ke bibir lembut Luhan. Luhan hanya bisa terpejam menikmati serangan dari istrinya itu.
Dan tak lama kemudian Sera melepaskannya.
“Kenapa cepat sekali?” ucap Luhan kecewa.
Luhan mulai mengeluarkan senyuman nakalnya.
“Kau juga mendapat hukuman dariku! Karna kau sudah berbohong.”
“Apa? Mengusap kelopak matamu sampai kau tidur lelap?”
“Bukan itu.”
“Lalu?”
Luhan tersenyum pada Sera. Tiba-tiba, Luhan mengangkat tubuh Sera. Menggendong Sera dengan posisi berhadapan dengannya, dan membawa Sera menuju kamar mereka.
“Apa yang akan kau lakukan?!”
“Tidak mungkin kau tidak tahu.”
“Tapi, pekerjaanku..”
“Bisa kuatur..”
“Laptopnya masih hidup, Luhan!”
“Nanti juga mati sendiri.”
“Luhan!!”
“Apa?”
“Babo.”
Lampu kamar merekapun mati.
“Lu, kenapa lampunya mati?”
“Aku tidak tahu.”
“Apa kau yang mengaturnya?”
“Aniyo.. Tapi, bukankah lebih seru jika gelap seperti ini?”
“Luhaaaaaaann!!!”
END
Wah, Luhan nakal nih.. hehe
Terima kasih ya yg udah baca J gimana ffnya?
Ekhm! Cek cek sekali lagi, Jangan lupa tulis komentarnya ya..
#AzureRan
