Title : Be My Shine
Sub – Title : Kai’s Story: Oppa & I (Part A)
Author : AlifyaA (@Alifya_Kuchiki)
Main Cast :
- EXO’s Kai as Kim Jong In
- You as Park Min Ni (Mini) (OC)
Support Cast :
- EXO’s D.O. as Do Kyung Soo
- Park Min No (Mino) : Mini’s Twin Oppa (OC)
- Red Velvet’s Joy as Park Soo Young
- Aktris Kim So Hyun, Kim Yoo Jung, Moon Ga Young.
Genre : Romance
Rating : G
Type : Series (Be My Shine Series)
***
We have two sides in ourselves..
The bright side and the dark side
Sometimes, we don’t even know our other part. Ourselves.
Je Suis Comme Je Suis
By AlifyaA
***
Longtime no see.. Annyeong, chingudeul. Author mohon maaf karena lama ‘buanget’ ngirim terusannya karena lagi gak ada laptop TT-TT for some reasons. Untuk menebus kelemotan Author ini, Author telah membuat FF versi Kai yang terlalu agak panjang jadi Author pisah jadi dua part, Part A dan Part B. Komen membangun sangat dibutuhkan dan maaf jika ada kesalahan.
Ini daftar Versi – versi Be My Shine Lain yang Sudah Dipublish:
- Be My Shine ( Kris’ Story: Show Yourself or Be Alone )
- Be My Shine ( D.O.’s Story: Someone In the Train )
- Be My Shine ( Lay’s Story: When the Light was Disappear )
- Be My Shine ( BaekHyun’s Story: Pervert, Naughty & Talkative, Nt: Be My Shine ini admin eonni publish dengan nama ‘Be My Shine’ saja)
- Be My Shine ( Suho’s Story : The Unlucky Guardian )
- Be My Shine ( SeHun’s Story : Noona, Jebal! )
- Be My Shine ( LuHan’s Story: Cold Winter With the Warm Heart)
- Be My Shine ( ChanYeol’s Story: Poor You! )
- Be My Shine ( XiuMin’s Story: Who Is the Girl? Who Is the Boy? )
Don’t Forget to RCL ^^~
Mohon dibaca terlebih dahulu ^^
Note :
- Mini sering menggunakan bahasa Inggris, jadi Author menuliskan terjemahannya di kalimat selanjutnya dan diberi tanda kurung juga diketik miring agar mudah dipahami.
- AA’s POV = Author’s POV
Happy Reading!
xoxoEXOxoxo
[ AA’s POV ]
Seorang yeoja cantik melangkah dengan anggun di antara kerumbunan orang sambil mendorong sebuah cart yang berisi tumpukan koper – koper yang semuanya berwarna merah jambu, ia juga menyelendangkan tas Gucci-nya yang mahal yang juga berwarna merah jambu di pundak. Sore itu bandara Incheon benar – benar bising dan sejauh matanya memandang dia hanya bisa melihat ratusan orang asing yang bisa membuat kepalanya sedikit pusing. Semakin lama berjalan gaya anggunnya berubah, ia mulai menghentak – hentakan high heelsnya menandakan bahwa ia sedang kesal. Matanya terus liar mencari seseorang yang membawa tulisan dengan namanya di atasnya. Seseorang yang saudara kembarnya katakan berkulit lebih gelap daripada orang Korea biasanya. Setelah sekitar 10 menit mencari akhirnya ia melihat seseorang yang membawa kertas bertuliskan namanya, ia pun berjalan ke arah orang itu dan berdiri sejauh satu meter darinya.
“Jong In-ssi?” ucap gadis itu dengan aksen yang cukup aneh.
[ FLASHBACK]
Seorang namja masih fokus mengerjakan laporan kuliahnya di depan komputer. Wajahnya terkadang berkerut dan menampakan wajahnya yang kusam. Tiba – tiba phone cell di atas mejanya bergetar menandakan ada panggilan masuk. Dengan malasnya dia mengambil phone cell-nya dan melihat nama yang ada pada layar.
“Mino?” dengan seketika wajahnya menjadi cerah, merasa senang teman kecil lamanya itu menghubunginya. Ia pun menggeser icon telfon berwarna hijau itu dan segera menempelkan phone cell-nya di telinga kiri.
“Yeoboseyo?” ucap namja itu. Kim Jong In.
“Hyuuunggg!!!” ucap suara di seberang telfon riang.
“Minooo!!!” balas Jong In tidak kalah riang.
Tiba – tiba namja di seberang telfonnya terdiam, sedikit ragu untuk mengatakan sesuatu.
“Mino, apa kabarmu?” ucap Jong In memecah keheningan.
“Baik. Hyung, kabarmu bagaimana?”
“Tidak terlalu baik,” balas Jong In kembali kusam.
“Ne?”
“Aniya. Ngomong – ngomong ada apa kau menelfonku?”
Untuk kedua kalinya namja itu terdiam sedikit ragu.
“Begini..”
“Ne…?”
“Mm..”
“YA! Sebenarnya ada apa?”
“Aku.. Aku ingin meminta tolong pada Hyung.”
“Minta tolong?”
“Aku baru akan pulang ke Korea sekitar 2 bulan lagi, aku ingin Hyung menjaga seseorang untuk sementara. Tidak terlalu sulit, hanya izinkan dia tinggal di apartemen Hyung dan pastikan dia pergi ke sekolah setiap hari. Aku juga akan mengirimkan uang untuk biayanya.”
“Memangnya siapa?” Tanya Jong In bingung.
“Mini.”
“Mini? Siapa? Yeojachingu-mu?”
“Aniya. Nae yeodongsaeng. Adik kembarku.”
“MWO?? SEJAK KAPAN KAU PUNYA ADIK KEMBAR??” Tanya Jong In terkejut.
“Emm.. sejak.. aku lahir..?” ucapnya pelan.
“NAN ARRAYO, NEO PABOYA! MAKSUDKU KENAPA KAU TIDAK PERNAH MENGATAKANNYA PADAKU?!! MASIH BERANI KAU MENYEBUTKU HYUNG??!!”
[END OF FLASHBACK]
“ Jong In-ssi? Excuse me?” ucap yeoja itu mulai tidak sabar. Yeoja itu pun menjentik – jentikan jarinya di depan wajah namja yang sedang melamun itu.
“Ne.. ne.. Kau Park Min Ni,” jawabnya.
“Heuh! Do you think I will come to you if I were Song Hye Kyo?!” (Heuh! Kau pikir aku akan menghampirimu jika aku adalah Song Hye Kyo), balasnya sarkastik.
“Bring me my bags!” (Bawakan aku tas – tasku!) lanjutnya.
“Ne?”
“My bags! Are you.. are you deaf or stupid or something?” (Tas – tasku! Kamu.. apa kamu tuli atau bodoh atau apa?)
“No, I’m not deaf,” (Tidak, aku tidak tuli), jawab Jong In kesal.
“Oh, so you’re stupid.” (Oh, jadi kamu bodoh.)
“I’m NOT STUPID!” (Aku TIDAK BODOH!)
“YES, YOU ARE!” (YA, KAMU BODOH!)
“NO, I’M NOT!” (TIDAK, AKU TIDAK BODOH)
“AH, FORGET IT! BRING ME MY BAGS!” (AH, LUPAKAN! BAWAKAN AKU TAS – TASKU!)
“Say ‘please..’!” (Katakan ‘kumohon’!)
“NO WAY!” (TIDAK MAU!)
“Okay, forget it!” (Baiklah, lupakan!) tiru Jong In sambil berbalik dan meninggalkan yeoja itu.
“HEY, WHERE ARE YOU GOING?!” (HEY, KAMU MAU PERGI KEMANA?!)
Dengan kesal, Jong In pun berbalik dan menatapnya tajam. “Tentu saja pulang. Kalau kau tidak mau menjadi anak terlantar di Korea maka ikuti aku! Bawa tas – tasmu sendiri karena aku bukan pembantumu! Dan.. dan bicara dengan bahasa Korea, ini Korea bukan Amerika dan AKU TAU KAU LAHIR DI BUSAN!!” ucapnya marah lalu membalikan lagi tubuhnya dan berjalan pergi.
“EUHH! WHO DO YOU THINK YOU ARE? A PRESIDENT? OR A CELEBRITY? AN EXO MEMBER? YOU KNOW, I FEEL LITTLE BIT DIZZY NOW BECAUSE OF THE FLIGHT. YOU’RE SO CRUEL! LOOK, THERE’S SO MANY THINGS! IF YOU’RE REALLY A MAN, YOU SHOULD BRING THESE FOR ME! HEY, DO YOU HEAR ME? DO YOU HEAR ME, MR.DARK?!!!”
(EUHH! KAU PIKIR KAU SIAPA? SEORANG PRESIDEN? ATAU SEORANG SELEBRITI? SEORANG ANGGOTA EXO? KAU TAU, AKU MERASA SEDIKIT PUSING SEKARANG KARENA PENERBANGAN TADI. KAU SANGAT KEJAM! LIHAT, ADA BANYAK BARANG! KALAU KAMU BENAR – BENAR SEORANG COWOK, SEHARUSNYA KAMU BAWAKAN SEMUA INI UNTUKKU! HEY, APA KAU DENGAR? KAU DENGAR, TUAN HITAM (GELAP) ?!!!
Jong In hanya menghiraukan amukan yeoja itu dan terus berjalan sambil bersikap acuh.
“ Dia pikir dia dimana sekarang, berteriak – teriak seperti itu? Memalukan!” gerutu Jong In pelan.
xoxoEXOxoxo
AT APARTMENT
[KAI’s POV]
Gadis kecil ini, Park Min Ni, dia membuatku seperti ingin bunuh diri. Dia benar – benar menyebalkan. Bagaimana sosok yang seperti iblis kecil ini bisa berbagi rahim dan lahir di saat yang sama dengan Si Malaikat Mino. Euh.. kalau saja dia bukan adik kembar Mino, aku pasti sudah menyumpal mulutnya dari dua jam yang lalu.
“Hey, Kim Jong In? Do you have something to drink? A hot chocolate maybe, I’m thirsty.” (Hey, Kim Jong In? Apa kamu punya sesuatu untuk diminum? Coklat panas mungkin, aku haus.) ucapnya sambil bersantai – santaian di sofa’ku’.
“Sebenarnya siapa di sini yang tuli dan bodoh? Aku atau kau? Apa kau tidak mengerti saat aku bilang ‘bicara dengan bahasa Korea’ hah?”
“Arraseo! Arraseo! Ambilkan aku minum!”
“Ambil sendiri!” balasku.
“Mwo? Neo jinjja.. heuhh.. aku benar – benar lelah. Tidakkah kau mengerti, ‘Princess Ballerina’?” ucap yeoja itu kesal.
“Kau yang tidak mengerti. Aku sudah bilang aku bukan pembantumu, ‘Prince Boxer’!”
“YA!” teriaknya padaku.
“YA!” teriakku.
“NEO!”
“NEO!”
“JANGAN MENGCOPYKU!”
“JANGAN MENGCOPYKU!”
“NEO JINJJA NEOMU PABOYAAA!!!”
“NEO JINJJA NEOMU MICHOSOOO!!!”
“KIM JONG IIIN!!!”
“PARK MIN NIII!!!”
Dia pun melemparkan bantal sofaku ke arahku, aku berhasil menghindar. Aku mengambil bantal sofa yang tadi ia lemparkan dan membalikannya ke arah yeoja menyebalkan itu dan berhasil tepat mengenai wajahnya. Gotcha!
“YA, APA KAU AKAN SEPERTI ITU PADA YEOJA MANIS SEPERTIKU?!”
“MANIS? KATA MONSTER LEBIH COCOK UNTUKMU!”
“AKU AKAN MENGADUKANNYA KEPADA MINO!”
“AKU AKAN MENGADUKANNYA DULUAN!”
“MINO LEBIH MENYAYANGIKU, MINI, ADIK KEMBAR KESAYANGANNYA!”
“SILAHKAN KALAU KAU INGIN PERGI KE JALANAN MALAM – MALAM!”
Tiba – tiba dia terdiam mendengar apa yang aku ucapkan. Aku pun membuang nafas berat. Tenangkan dirimu, Kim Jong In.
“Kau tidak akan tega melakukan itu, kan?” ucapnya.
“Menurutmu?” balasku dingin.
“Mino bilang walau kau orang yang gelap..”
“Gelap? Ini namanya sexy.”
“Jangan memotongku! Meski kau gelap.. tapi dia sangat menyayangi dan menghormatimu, kalau Mino berpikir seperti itu kau tidak mungkin orang yang menyeramkan, bukan?” ucapnya dengan nada yang normal. Ternyata dia bisa juga bicara seperti itu.
“Baiklah, dengar! Perlu ditegaskan, ini adalah apartemenku dan kau hanya menumpang di sini, kau dengar, ‘menumpang’. Jadi bersikaplah manis dan jangan membuatku ingin menenggelamkanmu ke sungai Han. Arraseo?” ucapku, ia pun mengangguk.
“Tunggu di sini!” aku berjalan ke arah kamar ku dan membawa beberapa kertas ukuran A4 di dekat printerku dan sebuah pulpen. Aku kembali lagi ke ruang tamu dan duduk di sofa tadi, tepat di depan Min Ni. Aku pun segera menulis sesuatu di kertas itu.
2 Menit.. “Jong In-ssi?” ucapnya, aku hanya menghiraukannya dan terus menulis.
10 Menit.. “Jong In-ssi?”…”Suuutttttt!!!!”
20 Menit.. “Kim Jong In, sebenarnya apa yang sedang kau tulis?”… “Diam!”
30 Menit.. “YAA, JONG IN-AH!!”… “BERISIK!”
Entah beberapa puluh menit kemudian.. “Selesai.”… “Akhirnyaaa.”
“Igeo,” ucapku sambil menyerahkan kertas yang ku tulis tadi.
“Mwoya igeo? Ti-tiga ratus peraturan? Bisakah lebih banyak lagi?”
“Kalau begitu, berikan padaku!”
“A-aniya, aku hanya bercanda. ‘Jangan menyuruh – nyuruh’, ‘Jangan berlari – lari di dalam ruangan’ memangnya aku anak kecil, ‘Cuci pakaian setiap dua hari sekali’ mwoya?, ‘Jangan pernah membawa teman ke apartemen’, da da da da da.. mwoya? Ini banyak sekali, bagaimana bisa aku mengingatnya?”
“Kertas ini kau bakar lalu seduh dengan air dan kau minum,” ucapku.
“Dengan begitu aku akan mengingatnya?”
“Kau akan sakit perut.”
“Aaa mwoya?!” ucapnya kesal.
“Baca peraturan keseratus, itu yang terpenting!”
“Jangan mengeluarkan suara sedikit pun atau suara apapun.”
“Bagaimana dengan suara pernapasanku?” tanyanya bodoh.
“Hanya lakukan sesuatu yang membuatmu terlihat tidak menyebalkan dan hidup. Arraseo?” Dia terdiam, “Arraseo?” ulangku.
“A-arraseo.” Balasnya.
“Good! Karena aku tiga tahun lebih tua darimu kau bisa memanggilku ‘Oppa’.”
“Op-pa?”
“Ne,’Oppa’. Apa kau keberatan dengan itu?” jawabku skeptis.
“Aniya, kalau begini kau memanggil ku ‘Mini’.”
“Bukankah aku sudah memanggilmu seperti itu, ‘Min Ni’?”
“Aniya! ‘Mini’!”
“Apa bedanya ‘Min Ni’ dengan ‘Mini’?”
“Tentu saja berbeda! Min Ni lebih lama dan sulit diucapkan, ‘Miinn-Ni’, ya kan?”
“Terserah kau saja!” ucapku sambil beranjak bangun dan berjalan kembali ke kamarku.
“Jakkaman! Dimana kamarku?”
“Di sana, pintu berwarna krim itu!” balasku sambil menunjuk pintu kamar untuk Mini dengan daguku.
“Bisakah kau membantuku membawa barang – barangku?”
“Peraturan nomor satu,” ucapku mengingatkan.
“Tapi.. sulit bagiku untuk membawanya sendirian.. tadi juga.. aku.. aku..”
“Mwo?” tanyaku jutek.
“To-tolong.. op pa..,” ucapnya sambil menundukkan kepala dan benar – benar pelan, namun aku masih bisa mendengarnya.
“Arraseo,” ucapku sambil menarik dua koper terbesarnya.
“Kamsahamnida, Oppa!” ucapnya sambil tersenyum riang dan sedikit menundukkan tubuhnya. Ternyata dia tahu bagaimana bersikap baik. Cukup manis.
xoxoEXOxoxo
NEXT DAY
Tiba – tiba aku terbangun dengan suara ketukan keras di pintuku. Dengan gusar aku kembali menutupi seluruh wajahku dengan selimut. Suara ketukan itu semakin lama semakin keras, dan aku pun mulai mendengar suara teriakkan. Apa ada kebakaran pagi – pagi begini?
“OPPA!! OPPAAA, IRREONAA!! IRREONA IRREONA IRREONA.. IRREONA IRREONA IRREONA..”
“Mwoya? Kenapa dia jadi bernyanyi di depan kamarku? Apa itu? Mmm.. His Story.. aniya, sepertinya bukan..‘History’ dari apa.. euuu merek soju? Ooo.. EKSO, apa XO? Hah, siapa peduli?” ucapku dalam hati.
Dengan kesal, aku menyibakkan selimutku dan turun dari ranjang. Aku melihat ke arah jam dindingku. Dengan langkah gontai aku menghampiri pintu kamarku sambil mengucek – ngucek mataku yang belum 100% terbuka. Aku membuka pintuku kasar dan mendapati Mini sudah di depan kamarku dengan berseragam lengkap.
“Good morning, did you sleep well last night?” (Selamat pagi, apa kamu tidur nyenyak tadi malam?) ucapnya dengan senyum cerah. Ada apa dengannya? Apa dia sakit?
“Peraturan ke-21, jangan menggunakan bahasa Inggris!”
“Hehehe mian, aku lupa.”
“Apa yang kau lakukan pagi – pagi begini?”
“Peraturan ke-243, jangan bangun terlambat. Hari ini adalah hari pertamaku sekolah di sini. Oppa tidak ingin aku terlambat, kan?” ucapnya dengan aegyo, yang membuatku sedikit merinding. Sepertinya dia benar – benar sakit.
“Tapi jangan melakukan ini! Ingat peraturan terpenting, peraturan ke-100!”
“Tapi hanya selama aku tidak menyebalkan dan hidup.”
“Tapi kau menyebalkan! Kau pikir kau tidak menyebalkan?! Mengganggu seseorang yang sedang tidur jam 5 pagi dan mengatakan takut terlambat pergi ke sekolah padahal sekolah dimulai 3 jam lagi! Kau pikir ‘itu’ tidak menyebalkan?!” ucapku kesal dan menutup pintu dengan kasar tepat di depan wajahnya.
BRUKK!!
“ARRASEO, OPPAA! AKU AKAN MELAKSANAKAN PERATURAN KE-173 DULUUU,” teriaknya dari luar kamar.
“MWOOO?” balasku dengan nada yang benar – benar menunjukkan bahwa aku kesal.
“MEMBUAT SARAPAN SETIAP PAGIII.”
“BAGAIMANA SI BODOH SEPERTIMU BISA MENGINGATNYA. KAU BENAR – BENAR MENYEDUH KERTASNYA??!!!”
“OTTEOKE ARRASEOOO?”
“MWOOO??”
“HEHEHE..AKU HANYA BERCANDA. OPPA, SELAMAT TIDUR LAGI!”
Aku hanya menghiraukannya dan kembali naik keranjang dan menutupi seluruh tubuhku dengan selimut. Meneruskan kembali tidurku yang tertunda karena iblis kecil itu. Kau tahu, melihatnya bersikap sinis dan sombong tidak lebih menyeramkan daripada melihatnya tersenyum dan bersikap manis. Itu membuatku merinding.
TWO HOURS LATER
Aku terbangun sekitar pukul 7 pagi dan segera pergi ke kamar mandi. Setelah aku bersiap, aku pun keluar dan mendapati Mini sedang terduduk diam di depan pintu kamarku. Ia hampir terjatuh ke belakang saat aku membuka pintu karena sejak tadi ia hanya menyandar di sana. Ia hanya terjengkang ke belakang dan menyentuh lututku dengan kepalanya.
“Mwohaneungoya jigeum?” tanyaku.
“Katanya aku tidak boleh berisik, jadi aku hanya menunggumu di sini.” Ucapnya dengan nada kesal.
“Heuh.. bangunlah, lain kali jangan melakukannya!”
Aku hanya berjalan ke arah dapur, Mini pun berjalan mengekoriku. Di sana aku melihat beberapa makanan sudah tersaji di meja makan. Dia benar – benar memasak.
“Duduklah, kita sarapan terlebih dahulu.” Ucapku sambil menarik kursi dan duduk.
“Aku akan mengantarkanmu ke sekolah dan menjemputmu nanti jika jam kuliahku selesai, tapi jika aku belum selesai juga, naiklah kereta bawah tanah!”
“WHAT? I will never ever take a public transportation like that!” (APA? Aku tidak akan pernah naik transportasi umum seperti itu!) Akhirnya dirinya yang asli keluar lagi.
“Kau tidak punya pilihan lain, ya kecuali kau ingin menungguku berjam – jam.”
“HEUUHH!! WHAT IS MY SIN?? EOMMA..HUWAAA!” (HEUUHH!! APA DOSAKU?? EOMMA.. HUWAAA!”
“YAA, uljima! Kau pikir berapa usiamu?!”
“OPPAA.. YOU CAN’T DO THAT TO ME!!” (OPPAA.. KAU TIDAK BISA MELAKUKAN ITU KEPADA KU!!)
“I DID. Sekarang berhentilah menangis dan makan sarapanmu, kalau kau tidak mau mencari tempat tinggal dulu sebelum pergi ke sekolah,” ancamku, ia pun langsung berhenti menangis dan menghabiskan sarapannya dengan diam. Dia benar – benar kekanakan.
xoxoEXOxoxo
“Sudah sampai,” ucapku sambil melepaskan safebelt-ku, lalu milik Mini. Namun tiba – tiba dia menepis tanganku.
“Aku bisa sendiri,” ia pun membuka safebelt-nya dan membuka pintu mobil, lalu keluar. Aku ikut menyusulnya keluar. Ia hanya menatapku dengan heran.
“Ini hari pertamamu sekolah, setidaknya biarkan aku mengantarmu ke ruang administrasi,” ucapku tanpa ditanya. Aku mulai berjalan, namun Mini menarik tanganku. Aku hanya menatapnya.
“Waeyo?” tanyaku dengan nada lembut yang entah dari mana.
“Aniya, Oppa tidak perlu melakukan itu, aku akan masuk sendiri.”
“Ada apa dengannya?” tanyaku dalam hati.
“Mmm.. wae an ga? Oppa bisa pergi sekarang/”
“Tanganmu,” ucapku mengingatkan bahwa tangannya masih melingkari tanganku. Dia pun sedikit tersentak.
“Eh, mi-mian,” jawabnya pelan. Aku langsung meletakan tanganku di keningnya.
“Apa kau sakit? Gwaenchanayo?”
Dia langsung menepis tanganku, ‘SAKIT APANYA?! ANIGODEUN!” jawabnya kembali jutek. Ya, dia tidak sakit.
“Jangan berlebihan seperti itu, aku hanya bertanya. Ingat peraturan 104!”
“Ne? ‘Harus mencuci piring setelah makan’?”
“Ani! Hah.. aku lupa itu nomor berapa, tapi.. ‘Jangan membuat khawatir, telfon jika terjadi sesuatu!’, arraseo?”
“Ne, maksudmu peraturan 13. Arraseo, Oppa.”
“Kalau begitu, masuk sana! Kau bilang tidak mau diantar!”
“Ne, annyeong..” ucapnya sambil melambaikan tangan.
“Annyeong..” balasku sambil melambai padanya pula. Tanpa sadar aku terus tersenyum melihat punggung Mini yang kian menjauh.
“Mwoya? Ada apa denganku?” aku langsung memasukkan tanganku ke saku dan berjalan ke mobilku. Meninggalkan Mini di sekolah barunya.
xoxoEXOxoxo
[Mini’s POV]
Aku melangkah ke kelas baruku. Mungkin suasananya sedikit awkward karena ini adalah hari pertamaku di sekolah. Sepanjang jam pelajaran, aku tidak bisa fokus. Entah kenapa otak ku terus bekerja untuk menghapal 300 peraturan yang ditulis oleh Jong In Oppa.
“201. Jangan menyentuh apapun di kamar Oppa, 202. Jangan coba – coba membawa kucing ke dalam apartemen, 203. Jangan menonton tv di atas pukul 10 malam,” pikirku dalam hati.
Tiba – tiba bel menandakan jam istirahat dimulai berbunyi. Aku berniat beranjak dari kursiku, namun beberapa yeoja langsung menghampiriku begitu Jung Seongsanim keluar. Aku pun mengurungkan niatku untuk pergi ke perpustakaan sekolah untuk meminjam beberapa buku paket.
“Annyeong, Min Ni-ah. Choneun So Hyun imnida. Ini Yoo Jung, Ga Young, yang ini……”
“Ne, annyeonghaseyo!” balasku ramah.
“Mmm.. tadi kami melihatmu diantar oleh seseorang. Nugu? Mm, oppa?”
“Ne? ne ne.. oppa.”
“Jinjja? Oh.. dia sangat keren.”
“Ne, neomu sexy.”
“Mmm.. namanya siapa?”
“Berapa usianya?”
“Apa dia seorang mahasiswa? Dia kuliah dimana?”
Tiba – tiba aku diserbu banyak pertanyaan tentang Oppa, aku bahkan tidak bisa mencerna semua pertanyaannya.
“DIA TIDAK SUKA YEOJA!” teriakku, entah dari mata kalimat itu keluar.
“MWOOO?” ucap mereka bersamaan.
“A-aniya.. uri oppa.. sebaiknya kalian tidak dekat – dekat dengannya.. mi-mian aku permisi ke toilet dulu.”
Aku langsung berlari ke arah yang aku kira menuju toilet. Akhirnya aku menemukannya, aku pun langsung masuk dan membasuh wajahku di washtafel. Nafasku benar – benar cepat, aku mulai menenangkan diri dan menatap bayanganku di cermin.
“Mwoya? Ada apa denganku?”
Bersambung ke Part B ^^
***
AA’s Short English Lesson
Berbagi sedikit ya.. bukankah berbagi ilmu itu bagus?
Di atas ada dialong “Heuh! Do you think I will come to you if I were Song Hye Kyo?!” mungkin ada beberapa Reader yang bingung kok setelah subjek “I” to be-nya itu “were”, bukannya “was” atau “am” atau to be apapun yang biasa digunakan untuk “I”? Di dalam bahasa Inggris ada istilah “Conditional” atau disebut bentuk ‘Pengandaian’, biasanya cirinya ada kata “if (jika)” sebelumnya, walaupun tidak selalu. Di sini dipakai Conditional Type 2 (Present Conditional). Dalam bentuk ini “semua subjek” menggunakan to be “were”, seperti if I were.., if she were.., if he were.., if they were.. dan lain – lain. Semoga bermanfaat^^
***
Jangan lupa untuk meninggalkan komentar^^
