Sadness Story
Author : @zhayrapiverz
Cast : Azura Zhang, Byun Baekhyun
Support Cast : Zhang Yi Xing, Kim Taeyeon
Genre : Romance, Hurt
Length : Oneshoot
Rating :T, G
Disclaimer : Zay butuhin like ama coment yang banyak XexexeJ. Setiap FF yang Zay post disini, juga Zay post di fb pribadi (Zayy Cardova), exofanfiction.wordpress.com dan beberapa grup EXO fanfic dengan nama author yang sama. Happy reading *bow.
Azura menyentuh deretan balok-balok piano dengan begitu halus seolah mereka sebuah benda paling rapuh yang pernah dijumpainya hingga ia terduduk pada kursi di depan piano berwarna putih tersebut. Memejamkan mata perlahan hingga sebuah iringan nada terdengar dari tuts-tuts balok piano, nada random yang sarat akan kepiluan dan kesedihan serta sebuah kepahitan hidup. Ya, Azura tengah menceritakan bagaimana kehidupannya lewat iringan nada piano yang terdengar merdu namun sarat kesesakan di dalamnya.
Azura selalu seperti itu, menghabiskan waktunya sepulang sekolah di dalam ruang musik seorang diri ditemani iringan piano dikehidupannya yang sepi atau mungkin menyedihkan.
Kembali untuk kesekian kalinya ia menangis dalam diam. Dalam mata terpejam, membiarkan rasa sesak itu merambat di tangannya dan mengalirkan simphoni menyedihkan.
Azura memang rapuh, sangat rapuh hingga rasanya ia ingin mati dengan cepat. Ingin mengakhiri hidupnya perlahan karena bila ia jujur, Azura tidak sanggup memikul bebannya seorang diri. Dibalik wajah cantiknya yang bertopeng senyum kepura-puraan pada tiap orang yang memandangnya rendah, remeh bahkan hina. Azura sering kali bertanya, apa yang dilakukannya selama ini sehingga setiap orang menjauhinya, enggan mendekatinya bahkan seolah tidak menganggap kehadiran nya. Apa yang terjadi? Azura tidak mengerti, tidak akan pernah mengerti jika tidak ada seorang pun yang memberitahunya.
Tapi beginilah yang terjadi. Semenyakitkan apapun, Azura akan tetap berjalan diatas tubuh ringkihnya yang lelah.
Seseorang berjalan perlahan ke arah Azura, terdiam disampingnya dengan pandangan berpikir namun tak lama kemudian dahinya berkerut.
Azura menghentikan permainannya lantas menghela lalu mengusap wajahnya yang basah sambil menunduk
“Aku menyukai permainan pianomu, sungguh..”
Azura menoleh ke sumber suara,terkejut setengah mati dengan posisi yang sekarang berdiri
“Apa iringan nada itu menceritakan suatu kesedihan?” Pria itu bertanya lagi dengan senyum manisnya
Azura menatap tanpa ekspresi pemilik jelaga hitam yang berwajah mempesona, ia lantas tersenyum lirih “Kisah hidupku…”
Pria itu berjalan sejengkal mendekatinya lantas mengulurkan telapak putihnya “Namaku Byun Baekhyun…”
Azura menjabatnya sekilas karena keadaan tangannya tengah berkeringat hebat “Azura Kim…”
“Boleh berbagi?” Baekhyun berkata lagi. Azura mengangguk mengerti lantas menggeser tubuhnya, membiarkan Baekhyun terduduk disampingnya “Aku ingin mempersembahkan sesuatu..” telapak tangan Baekhyun lantas mulai menekan tuts tuts piano.
Azura terdiam menatap jemari Baekhyun yang cekatan menari diatas tuts. Baekhyun memberi sebuah iringan simphoni yang terdengar manis dan ceria seolah lagu itu mengisahkan tentang seseorang yang begitu menikmati hidupnya yang menyenangkan untuk tidak dilewati, kira-kira seperti itulah pesan yang ditelaah Azura dalam sikap diamnya.
Baekhyun menyelesaikan permainannya dengan apik, azura bertepuk tangan kecil lantas berujar “Aku juga menyukai permainan pianomu..”
Baekhyun tersenyum lembut “Apa kau sering kemari seorang diri?”
“Ya, bagaimana kau tahu?”
“Itu karena… aku sering tidak sengaja melihatmu terduduk disini”
Azura kembali menunduk merasakan sebuah rasa sakit yang menyerang dadanya kembali. Rasa sakit yang sering menyerangnya seperti sebuah rutinitas. Perlahan peluh dingin mulai mengaliri pelipisnya serta wajahnya berangsur memucat “B..baekhyun-si..” azura bergumam dengan nada bergetar menahan sakit.
Baekhyun menangkap gelagat tidak baik dari sikap Azura yang nampak aneh “Gwenchana?”
Azura tak mengindahkan panggilan baekhyun, ia berbalik dan berlari-lari kecil meninggalkan ruangan musik sesekali menyandarkan tangannya pada dinding terdekat, pandangannya mengabur perlahan sementara rasa sakit itu membuat tubuhnya seolah lumpuh dan mati rasa. Sebuah angin dingin menggelapkan penglihatannya.
♬•♬
Baekhyun terdiam dengan raut resah, gelisah serta berbagai perasaan campur aduk yang memenuhi pikirannya. Perlahan setelah ia mematung cukup lama di depan ruangan bertuliskan Krisan 238 ia menekan knop pintu lalu berjalan masuk ke dalam ruangan tersebut.
Sesosok gadis tengah terpejam dengan raut pucat pasinya, pada tubuh itu terpasang inpus, alat pendeteksi jantung pada monitor serta beberapa alat rumah sakit yang tidak diketahui baekhyun.
“Kau sakit ya, Azura-ssi?” Baekhyun tersenyum lirih.
“Kau sebegini menderitanya ya?” Azura tetap terdiam tidak bergeming, hanya bunyi jam dinding yang menjawab pertanyaan baekhyun “Jika aku bisa membuatmu bahagia, aku sangat bersyukur…”
“Azura…” seseorang berlari lantas terhenti di samping Azura, napasnya memburu mengepulkan uap putih mengecek keadaan gadis yang terlelap dengan damai namun tak lama ia menoleh “Nuguseyo?” Pria itu lantas bertanya pada Baekhyun yang mematung dengan raut sedikit terkejut. Baekhyun mendekat ke arahnya lantas menjabat tangan pria itu “Nan Baekhyun imnida. Teman sekolahnya Azura”
“Lay imnida. Oppanya Azura, Baekhyun-si terima kasih sudah menolong Azura..”
Baekhyun tersenyum simpul lantas mengangguk “Bisa kita berbicara sebentar?” Lay bertanya, baekhyun menyambutnya dengan tangan terbuka
♬•♬
Azura terdiam menatap langit sore dari balik jendela rumah sakit sambil terduduk di atas kursi roda sembari melipat kedua tangannya pada cekungan kecil didepan jendela
“Ra-ya kau disana rupanya?”
Azura menoleh lantas terkejut “Baekhyun..mengapa kamu disini?”
Pria itu meletakkan buket bunga di atas meja lantas berdiri di samping Azura yang masih setia menatapnya “Apalagi? Tentu saja menjengukmu. Ngomong-ngomong mau keluar ruangan? Udara diluar sangat bagus untukmu..”
Azura nampak ragu sekaligus takut-takut “Apa tidak apa-apa? Aku takut Lay oppa akan marah kalau tahu aku keluar”
“Kau tahu? Melanggar peraturan itu mengasikkan Ra-ya, kau harus mencobanya walau sekali”
Baekhyun tersenyum lantas mendorong kursi roda Azura menuju taman rumah sakit, mendudukkannya pada kursi taman. Semilir sejuk angin sore menerbangkan helaian rambut panjang kecoklatan Azura, sedangkan hazelnya menatap deretan bunga-bunga yang bermekaran. Cantik sekali untuk dipandang, sesekali seekor kupu-kupu hinggap pada kelopaknya sambil menghisap nektar.
Baekhyun diam-diam memandang Azura yang begitu excited pada bunga-bunga yang tumbuh rapi ditaman itu. Gadis cantik berwajah pucat yang teramad polos namun banyak merasakan penderitaam sejak kecil. Karena sebuah penyakit yang membuatnya terbelenggu dari dunia luar, membuatnya tidak mampu selalu bergerak aktif layaknya gadis sebaya lainnya, bisa dibilang hidup azura terdiri dari dua warna. Hitam dan Putih
Baekhyun tidak mampu membayangkan bagaimana kehidupan seperti Azura yang tidak bisa merasakan emosi berlebihan karena jantungnya. Itu karena Jantungnya mengalami kelainan yang membuat kehidupannya menjadi datar-datar saja, sekali perasaan aneh muncul, organ itu akan mengoyak tubuh Azura, menyiksanya tanpa henti. “Itulah yang membuat Azura selalu sendirian sepanjang waktu. Hyung berani bertaruh, Azura belum merasakan apa itu cinta…”
‘Cinta?’ Baekhyun adalah sosok pria populer yang berkali-kali menjalani hubungan dengan banyak gadis, dalam artian kekasih. Terlalu banyak bertemu gadis dalam kehidupannya membuat Baekhyun buta, apa sebenarnya makna cinta sesungguhnya. Ya, Baekhyun belum menemukan arti Cinta sesungguhnya. Lalu bagaimana bisa seorang sepertinya terjebak ditengah kehidupan gadis seperti Azura?
“Kedua orang tua Azura sudah meninggal. Sejak usia dua belas tahun ia sudah terbiasa menjalaninya seorang diri Baekhyun. Bukannya Hyung tidak menyayangi Azura, hanya saja Hyung harus bekerja keras demi mencukupi kebutuhan kami berdua. Kalau kau tidak keberatan, tolong jagalah Azura. Aku sangat yakin, kehadiranmu sangat berguna untuknya, setidaknya sebelum Azura pergi..” perkataan Lay Hyung terus terngiang di pikiran Baekhyun. Anggaplah itu alasan mengapa Baekhyun selalu datang menemani Azura yang terbaring sendirian di rumah sakit
“Baekhyun-ah, dokter bilang besok aku boleh pulang..”
Baekhyun tergugah dari lamunannya “Eoh benarkah? Kalau begitu kita harus bersiap untuk itu. Hum sepertinya Lay hyung sedang sibuk, biar aku yang mengantarmu pulang esok..”
“Memangnya kau akan membolos?” Azura mengerjapkan mata dengan polos
Tangan Baekhyun terulur lantas mengusap kepala Azura “Kau lupa ya jika besok hari minggu?”
Semburat rona merah di pipi Azura membuatnya menunduk malu “Maaf..aku lupa”
Baekhyun melirik arlojinya sejenak lantas beranjak dari duduknya “Kita sudah terlalu lama melanggar peraturan. Cha! Mari kita kembali..” ia lantas menggendong Azura menuju kursi rodanya kembali
♬•♬
Azura membuka pintu kayu besar itu lantas mempersilahkan Baekhyun yang membawa tas nya masuk kedalam “Kau tinggal di rumah besar seorang diri?” Baekhyun menggumam
“Biasanya bibi akan menemaniku hingga sore hari Baekhyun-ah. Kalau Lay oppa-“
“Dia sibuk ya?” Baekhyun menyahut dengan tepat dan cepat
Azura menggangguk sambil berjalan ringan “Baekhyun biarkan tasnya disitu saja, sekarang duduklah aku akan membuatkan minum untukmu..”
Baekhyun mengangguk sambil masih sibuk mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan hingga matanya menangkap deretan photo yang memenuhi dinding di belakang piano putih, ia lantas berjalan disana sambil mengamati photo satu persatu. Photo dari berbagai kisah,cerita dan usia begitu lengkap terpajang, terdapat beberapa photo yang menampilkan kedua orang tua Azura yang tengah menggenggamnya saat mereka disebuah tempat. Lay hyung yang menaiki kuda. Azura kecil yang menangis tersedu-sedu. Kedua orang tua Azura yang saling tersenyum ceria. Dan banyak lagi photo-photo disana yang baekhyun lihat, kenangan-kenangan manis dimasa lalu yang Azura yakin tidak akan pernah melupakannya.
Jujur saja Baekhyun iri, sangat iri bila melihat photo-photo yang menampilkan keluarga Azura yang terlihat begitu hangat dan akur, bertolak belakang dengan keluarga Baekhyun yang sering bertengkar serta nampak kacau bila berkumpul di rumah. Terbersit dalam pikirannya bila Baekhyun merindukan sosok kedua orang tua yang hangat, yang memiliki tutur kata bijaksana serta tidak pernah menyakitinya, namun apalah daya itu hanyalah sebuah mimpi disiang bolong.
“Ternyata kau disini…” azura datang dengan nampan berisi minuman dingin dan beberapa stoples camilan ringan. Dengan sigap baekhyun mengambil alih nampan itu lantas meletakkannya diatas piano “Kau melihat photo-photo itu?” Azura berujar sembari menunjuk dinding photo.
Baekhyun mengangguk sambil menyesap syrup rasa melonnya “Azura..”
“Ya Baekhyun?”
Baekhyun lantas menatap piano putih di depannya “Ayo kita mainkan ini…”
Mereka duduk bersama. Baekhyun mulai menekan tuts tuts piano dengan pandangan gugup sesekali menatap Azura yang menatapnya penuh tanda tanya (Bayangkan saja lagu Exo My Answear Is You) tak lama dari itu suara indah baekhyun mulai terdengar pasti. Kelopak matanya menutup sementara membiarkan jemarinya terus menari diantara dentingan balok yang berbunyi merdu.
“Azura, apa yang terjadi jika aku menyukaimu?” Baekhyun berkata demikian saat lagunya telah berakhir, meraih tangan azura lantas menggenggamnya dengan lembut.
Azura terdiam menatap Baekhyun. Ia tidak tahu mengapa, namun sebuah perasaan aneh menyergap dadanya. Perutnya seolah dipenuhi kupu-kupu yang berterbangan kesana kemari “Aku menyukaimu Azura..Ani, aku mencintaimu” suara Baekhyun makin terdengar lirih membuat Azura menajamkan pendengarannya “Aku tahu jika kau belum pernah merasakan apa itu cinta. Aku berjanji…kita akan belajar apa itu ‘cinta’ sesungguhnya” Baekhyun lantas menghadapkan bahu Azura agar gadis itu menatapnya dengan baik “Apa kau mau Ra-ya?” Baekhyun berujar dengan mantap
Azura menatap Baekhyun begitu lama lantas mengangguk “Y..ya a..aku mau baekhyun” ujarnya sangat lirih. Baekhyun hampir saja tak mendengarnya jika ia tidak membawa dirinya mendekati Azura, tersenyum sambil menangkupkan kedua tangannya diatas pipi dingin azura lantas mengecup lembut bibir pucat Azura dengan penuh perasaan. Sesuatu yang bahkan tak pernah baekhyun lakukan. Mencium seorang gadis dengan sepenuh hati bahkan takut sampai melukai diri Azura yang rapuh
♬•♬
Taeyeon mendorong bahu Azura hingga membentur dinding dengan cukup keras lantas menyudutkan gadis itu dengan satu tangannya bertopang tembok. Taeyeon menyeringai “Jadi kau kekasih barunya Baekhyun?”
Azura hanya menunduk dengan takut-takut “Apa yang Baekhyun lihat darimu nona? Kau tidak cantik,tidak sexi dan kau penyakitan! Hahahaha Baekhyun benar-benar sudah buta sampai menyukai dirimu” tatapan taeyeon semakin menajam begitupun dengan suaranya yang meninggi. Azura semakin menunduk dengan tangisnya yang perlahan mengalir “Apa kau pikir Baekhyun benar-benar menyukaimulihat, begitu? Kau salah besar nona. Baekhyun bahkan tidak pernah menyukaimu. Dia pernah mengatakan padaku jika dia hanya kasihan melihat keadaanmu yang seperti mayat hidup hahahaha menyedihkan sekali eoh”
Deg. Jantung Azura berdenyut sangat perih, sesak dan kemana perginya oksigen diruangan ini? Napas azura mulai memburu tak teratur disusul pandangannya yang memburam. Ia sakit, sangat sakit mendengar hal itu ‘Benarkah Baekhyun tidak pernah mencintaiku?’
‘Baekhyun hanya kasihan padaku?’
Taeyeon mengusap tangan dan seragamnya yang seperti terlihat kotor dan berdebu “Jadi jangan pernah bermimpi mendapatkan pria sempurna seperti dia nona!” Ujarnya lantas meninggalkan Azura yang terdiam menunduk dengan tangis yang membuat wajahnya memerah serta kesadaran yang lama kelamaan menghilang
♬•♬
Karena Baekhyun, Azura berkali-kali hampir meninggalkan raganya. Karena Baekhyun, Azura merasakan sebuah perasaan aneh yang membuatnya selalu larut memikirkan Baekhyun. Karena Baekhyun, Azura merasakan apa itu cinta, bagaimana itu cinta dan sesuatu manis yang pertama kali dirasakannya. Sebuah ciuman.
Mungkin bagi kebanyakan orang diluar sana, hal itu sudah menjadi sebuah rutinitas atau suatu hal yang biasa saja. Namun bagi Azura, merasakannya seperti membuatnya telah mati sekaligus hidup diwaktu bersamaan.
Tapi dari berbagai hal-hal yang manis dan menyenangkan, Karena Baekhyun pula, Azura merasakan apa itu sakit. Sakit karena sebuah perkataan yang benar-benar melukainya sekaligus membuatnya terbaring makin tak berdaya seperti ini. Hidup Azura harus hitam dan putih bila ia ingin memiliki umur yang panjang. Namun bagaimana bila Azura telah merasakan berbagai warna dalam hidupnya karena Baekhyun? Mungkin semua itu cukup untuk membuatnya angkat kaki dari bumi.
Baekhyun terbangun dari tidurnya sesaat genggaman tangannya pada tangan Azura mendapat pergerakan kecil. Azura sudah sadar selama pingsan hampir enam jam. Baekhyun lantas mengusap kepala Azura dengan raut cemas bercampur bahagia “Bagaimana keadaanmu sayang?”
Azura hanya terdiam menatap langit-langit putih rumah sakit. Baekhyun menangkap gelagat tidak baik, ia segera berjalan kecil ke arah tombol dia atas nakas, bermaksud memanggil dokter jaga ataupun suster “Tidak perlu Baekhyun..” Azura mencegahnya.
Baekhyun lantas mengurungkan niadnya, kembali mendekati Azura namun gadis itu hanya menatapnya sedih “Baekhyun katakan sesuatu sebelum aku pergi!”
Baekhyun menggeleng lantas meraih jemari dingin Azura, menggenggamnya dengan kuat “Jangan katakan kau akan pergi Ra-ya, aku tidak sanggup membayangkannya”
“Baekhyun katakan jika selama ini kau tidak pernah mencintaiku dan perasaan ini sejujurnya hanya iba, apakah aku benar? Kau tidak benar-benar…”
“Aku mencintaimu Azura. Aku sangat mencintaimu, siapa yang mengatakan hal itu, katakan padaku?”
“Taeyeon Sunbae”
Baekhyun mendadak terdiam. mengatupkan bibirnya yang awalnya terbuka, berniad mengucapkan sesuatu, baekhyun menelan salivanya dengan kuat. Azura terduduk dengan posisinya yang awalnya berbaring. Perlahan pandangan Azura mengabur dan saat ia berkedip aliran air mata itu semakin deras membasahi wajahnya yang makin memucat dibarengi rasa sakit pada dadanya “Benarkan apa yang dia katakan padaku jika kau tidak-“
“Azura.. jujur saja awalnya aku tidak begitu yakin pada perasaanku sendiri jika aku menyukaimu. Kupikir itu hanya perasaaa Iba melihatmu seperti ini. Tapi seiring berjalannya waktu, aku sadar jika aku mulai menyukaimu dan perasaan itu berubah menjadi cinta dan takut kehilangan, aku membenarkan perkataan Taeyeon.. tetapi itu dulu Azura. Sekarang aku sudah sangat mencintaimu, hampir tiap malam aku memikirkanmu dan entah kenapa aku selalu merasa sangat nyaman saat disisimu. Aku yakin jika perasaan itu adalah cinta dan bukan Iba. Terserah kau boleh percaya apa tidak..”
Azura menghela sambil terdiam cukup lama. Batinnya berperang antara harus percaya dan tidak. Hati kecil azura menyuruhnya untuk percaya, logikanya berteriak tidak. Tetapi satu hal yang membuatnya sadar, Baekhyun sudah membantunya terlepas dari kesepian dan hidupnya yang hanya berhias hitam dan putih. Tangan Baekhyun terulur sembari mengusap wajah Azura yang basah dengan air mata “Aku membenci melihatmu menangis Ra-ya. Saat pertama kali aku melihatmu menangis di ruang musik, aku bertekad, berjanji pada diriku sendiri bila tidak akan membiarkanmu menangis. Tetapi…nyatanya aku gagal” Baekhyun menunduk dengan tangannya yang masih diatas wajah Azura “Justru aku yang menyakiti dan membuatmu menangis karenaku. Maafkan aku Azura, maafkan aku”
Azura melepaskan tangan baekhyun lantas menyuruh duduk disisinya “Baekhyun, kau menyesal dan merasa gagal?”
Baekhyun hanya menunduk lantas mengangguk lirih. Azura mendekatkan tubuhnya lantas memeluk baekhyun tatkala jantungnya kembali berdenyut perih bahkan sangat perih dari sebelumnya, puncak dari rasa sakit yang menjalar disekujur dada Azura, kali ini ia menyerah dan membiarkan rasa sakit itu menguasainya “Baekhyun peluk aku..” Azura berujar lirih ditengah sakitnya karena baekhyun hanya terdiam tanpa membalas pelukannya. Baekhyun tergugah lantas memeluk Azura lebih erat dari gadis itu “Ra~ya gwenchana?”
Azura mengangguk “Aku baik baikh sh..aah..” napas azura mulai memburu tidak teratur. Napas panjangnya berubah pendek-pendek
“Azura!” Baekhyun melepaskan pelukannya lantas mencengkeram bahu Azura “Kau tidak baik-baik saja, Ra~ya” suara Baekhyun meninggi, ia cemas, khawatir sekaligus bingung disaat bersamaan
“Baekhyun..temani aku tidur” azura berkata sangat pelan, nyaris berbisik. Baekhyun semakin bingung, disatu sisi ia menopang tubuh azura disatu sisi ia harus memencet tombol atau kalau bisa berteriak
“Kita harus panggil dokter, tunggu sebentar. Tahan ya sayang..”
Azura menggeleng “Aku hanya ingin tidur Baekhyun. Tetaplah disini bersamaku” ia menyuruh Baekhyun melepaskan tangan itu dari bahunya lantas berbaring di tempat tidur, Baekhyun masih sangat cemas namun tak urung ia tetap menuruti segala permintaan gadisnya.
Azura Meraih satu tangan baekhyun lantas mendekapnya erat “Nyanyikan aku lagu saat kau menyatakan perasaanmu padaku Baekhyun”
“Azura bagaimana bisa kau-“
“Ayolah Baekhyun, aku sudah memaafkan kesalahanmu. Sekarang tebuslah dosamu padaku!”
Baekhyun menghela frustasi, mengacak-acak rambutnya lantas mulai menenangkan diri dengan memejamkan mata “Baiklah Ra~ya”
Baekhyun mulai menenangkan dirinya, bibir mungilnya terbuka hingga suara merdu itu memenuhi pendengaran Azura yang mulai memejamkan mata
I may seem strong, I may be smiling
But there are many times when I’m alone
I may seem like I don’t have any worries
But I have a lot to say
The moment I first saw you, I was so attracted to you
I didn’t weigh out my thoughts and just talked
The answer is you
My answer is you
I showed you my everything
You are my everything, because I was so sure
I should’ve been more careful, I should’ve saved myself
So I wouldn’t get heart
I’ve never felt like this before, like my breath will stop
My head is filled with thoughts of you
Your face, the sound of your laughter
The answer is you (That is you)
My answer is you (Only you)
I showed you my everything
You are my everything, because I was so sure
I couldn’t say that I’ve waited for you
So I’m writing then erasing
Being curious about your day takes up all of my day
I’ll wait for you, you you you
Open your heart, you you
I can’t help my heart
You are my everything
It’ll be forever, my love
(Oh I’m nothing)
Don’t leave, just let me stay by your side
(Just let me stay by your side)
No matter how much I think about it (oh it’s you)
Because it’s you
It’s you
It’s you
Baekhyun menyelesaikan bait demi bait lagunya dalam kesedihan. Dalam air mata kesesakan yang tidak dapat ia bendung sama sekali karena perasaan sedih itu begitu menyerang hatinya “Baekhyun terima kasih ya..” genggaman tangan Azura semakin mengendur lantas baekhyun tak dapat merasakan genggaman Azura lagi. Mata indah berlensa coklat itu telah menutup untuk selamanya, pemilik senyum tulus menawan itu telah pergi dengan tenang. Baekhyun lantas mengecup kening Azura begitu lama hingga buliran dari matanya turut membasahi wajah Azura yang sebelumnya juga basah karena air mata. Baekhyun meyakini akan merindukan sosok Azura yang mengajarkannya apa itu arti cinta yang sesungguhnya, yang menuntunnya dalam kegelapan menuju sebuah tempat terang dimana Baekhyun harus kembali melanjutkan hidupnya setelah ini dengan baik walaupun tanpa Azura lagi disisinya.
“Azura…jika aku tidak terlambat mengatakannya, bolehkah aku mengatakan jika jangan pernah pergi dari hatiku…tetaplah singgah dihatiku walau ragamu telah mati sekalipun..”
