Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Medical In Love (Part 3)

$
0
0

Medical in Love

medical-in-love1

 

Author : Shim Na Na

Genre : Romance

Rating : General, Teenager

Length : Multichapter (3.357 words)

Cast :

Park In Jung (OC)

Kim Jongin (EXO – Kai)

Oh Sehun (EXO – Sehun)

Etc

Part 3

Langit malam sudah menggantikan langit sore yang pergi perlahan, menambahkan bintang di langit malam yang gelap. Di sebuah rumah sederhana, duduk seorang wanita muda bernama In jung sedang memegang sebuah ponsel yang sejak tadi dipandanginya. Ponsel itu masih bergetar, seseorang sedang mencoba untuk menghubunginya.

“Yeo..yeoboseyoo..” In jung akhirnya mengangkat telpon, dia terbata, suaranya jelas nyata bergetar karena merasa takut. Bagaimana mungkin dia mengangkat telpon dari dokter Do yang baru tadi sore ditemuinya. Kenapa bisa Dokter Do menelpon ponsel laki-laki yang menabraknya tadi sore di lobby apartemen. Apa mereka saling mengenal ?

“Oh, yeoboseyo. Apakah ini ponsel milik Oh Sehun ? Aku temannya, dia bilang telponnya terjatuh dan mungkin saja ditemukan oleh seseorang. Aku hanya ingin mengatakan, terima kasih sudah mau mengangkat telpon dari ku. Aku ingin menyampaikan apakah anda punya waktu besok sore, temanku pemilik ponsel ini ingin bertemu dengan anda. Saya hanya menyampaikan bahwa dia besok menunggu anda di Rumah Sakit Gangnam dan dia sangat berharap anda bersedia menemuinya besok pukul 4 sore. Ngomong-ngomong, bisakah aku mengetahui aku sedang berbicara dengan siapa ?” suara Dokter Do terdengar sangat jelas di telinga In jung.

“Huh ? Iya, te.. tentu saja ! Saya pasti akan datang. Sayaa.. saya akan mengembalikan ponsel ini kepada pemiliknya.” In jung benar-benar tidak tau apa yang harus dia katakan lagi. Tidak mungkin dia mengatakan namanya, bisa-bisa dia tau kalau In jung yang menemukan ponsel Sehun. Pasti dia akan berpikir hal yang buruk tentang In jung.

“Oh baiklah, aku senang mendengarnya. Semoga kita bisa bertemu besok. Aku mengucapkan terima kasih. Selamat malam.”

“Se..selamat malam.” Sambungan telpon itu berakhir. In jung terdiam. Apa yang akan harus dilakukannya sekarang ? Apakah besok dia akan bertemu Sehun dan Dokter Do sekaligus ? Apa yang harus dilakukannya kalau Dokter Do tau dia yang tak sengaja mengambil ponsel dan buku catatan Sehun.

In jung merebahkan diri ke kasurnya, rasanya badannya lemas sekali setelah menerima telpon dari Dokter Do. Kenapa sih dia bisa begitu bodoh sampai salah memasukkan barang milik orang lain ke dalam tasnya. In jung membenamkan mukanya ke bantal dan berteriak, suaranya tentu saja teredam oleh bantal. Dia tidak habis pikir kalau saja Dokter Do tau dia yang memegang ponsel Sehun sekarang, membayangkan wajah Dokter Do yang melihatnya dengan tatapan mengkritisi saja sudah cukup membuat In jung merasa sangat canggung. In jung memejamkan matanya, dia harus melupakan semua kejadian hari ini dan berusaha tidur. Pandangannya sudah gelap, tapi tiba-tiba saja In jung membayangkan bagaimana Sehun memberitahu kalau ponselnya diambil oleh seseorang, pasti Sehun menceritakan ada seorang wanita bodoh yang menabraknya, lalu mengambil ponsel seenaknya saja dan memasukkan ke dalam tas. Lagi-lagi In jung berteriak, tapi kali ini dia tidak sempat menutup mulutnya dengan bantal, alhasil teriakannya terdengar seisi rumah, malah mungkin terdengar oleh tetangga sebelah. Padahal sebenarnya apa yang dibayangkan oleh In jung sangat berbeda dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Flashback on

Kejadiannya sore, Sehun berlari menuju lobby apartemen tempat Kai dan Dokter Do tinggal. Dia terburu-buru, ada hal yang harus disampaikannya pada Dokter Do. Sehun terus berlari, sebenarnya dia hanya mengejar pintu lift yang sedang terbuka, dia sudah memperkirakan hanya butuh 2 menit lagi untuk sampai ke depan pintu itu, tetapi dia belum sempat memperhitungkan keberadaan In jung yang berada di depannya yang berjalan dengan terlalu santai. Tabrakan itu tidak bisa dihentikan, Sehun menabrak In jung. Hal pertama yang dilakukan Sehun adalah memastikan keadaan wanita yang ditabraknya.

“Ah, maafkan aku. Aku terburu-buru. Aku sudah memintamu minggir, tapi sepertinya kau tidak mendengarku berteriak Apakah kau baik-baik saja ?” Sehun memperhatikan wanita itu. Wanita itu mengangkat kepalanya untuk melihat Sehun. Sehun terdiam, wanita itu manis sekali pikirnya. Menyadari barang-barang dalam tasnya berserakan, Sehun segera memasukkan barang-barangnya kembali ke dalam tas. Sehun sedang sibuk mengembalikan barang-barangnya ke dalam tas, dia melihat ke arah wanita itu. Wanita itu memandanginya, terduduk sambil terus memperhatikan Sehun. Sehun melihat ke arah tas wanita itu, sepertinya barang-barangnya ikut berjatuhan ketika tabrakan tadi.

“Permisi nona, apakah kau tidak membereskan barangmu ? Sepertinya isi tasmu juga terjatuh.” Sehun berusaha menyadarkan wanita itu, karena Sehun mulai merasa canggung karena wanita itu terus memandanginya.

Wanita itu sepertinya baru mendengar suara Sehun, dia langsung membereskan barangnya yang ikut berserakan. Sehun diam-diam memperhatikan wanita itu. Wanita itu benar-benar manis, ya walaupun memang bukan satu-satunya wanita manis yang ada di dunia, tapi Sehun belum pernah bertemu dengan wanita itu sebelumnya.Rambutnya yang panjang dan berwarna coklat hitam tergerai, kulitnya putih dan wajahnya memerah. Wanita itu masih mengemas barangnya. Sehun melanjutkan memasukkan barang ke dalam tas sambil sesekali memandangi wanita itu.

Sehun lebih dulu selesai mengemasi barangnya, tidak berapa lama, wanita itu juga selesai mengemasi barang-barangnya. Sehun mengulurkan tangannya untuk membantu wanita itu berdiri.

“Maafkan aku, aku tidak bermaksud menabrakmu. Apakah kau baik-baik saja nona ? Apa kau terluka ?” Sehun berusaha membantu wanita itu. Dia tidak ingin wanita yang ditabraknya salah paham, karena itu sedari tadi Sehun berusaha meminta maaf dan menanyakan keadaan wanita tersebut barangkali dia terluka. Wanita itu masih dalam posisi duduk, memandanginya dengan muka memerah. Sehun tersenyum sekilas, merasa tidak enak melihat seorang wanita melihatnya dengan memasang muka merah. Wanita itu meraih tangan Sehun, tangannya terasa panas. Akhirnya wanita itu berhasil berdiri, Sehun tersenyum kepada wanita itu.

“Oh maafkan aku, aku yang salah, aku tidak melihat jalan dengan baik. Maafkan aku.” Wanita itu segera melepaskan tangannya dari tangan Sehun dan membungkukkan badan sedikit lalu pergi meninggalkan Sehun. Sehun berbalik melihat wanita itu pergi keluar dari lobby apartemen.

“Ah, sayang sekali dia sudah pergi, padahal baru saja aku ingin bertanya siapa namanya.” Sehun memutar balik badannya, sambil tersenyum sendiri, dia masuk ke dalam lift.

Sampai di lantai 10, Sehun keluar dari lift, dia segera berlari menuju salah satu kamar di lantai itu. Sehun memencet bel kamar, terdengar suara seseorang dari dalam kamar itu. Pintu kamar terbuka…

“D.O hyung !” Sehun langsung memeluk seorang laki-laki yang berdiri di depannya. Sehun tersenyum kepada laki-laki itu.

“Yaa.. ! Lepaskan !” laki-laki itu segera melepaskan diri dari pelukan Sehun. Laki-laki itu dokter Do. Sehun menutup pintu sambil tersenyum, D.O melihatnya dengan bingung.

“Oi Sehun, apa yang sedang kau lakukan. Kenapa dari tadi kau tersenyum terus, apa kau salah meminum obat ?” kata D.O sambil berjalan menuju dapur.

“Oh, hyung. Coba tebak tadi aku bertemu siapa ?” ujar Sehun dengan wajah berser0-seri.

“Siapa ? Miranda Kerr ?”

“Aish ! Kau ini hyung. Kalau aku bertemu Miranda Kerr, mungkin aku langsung saja membawanya ke hadapanmu. Bukan, aku bertemu seorang wanita, dia manis sekali.”

“Kau bertemu dimana ? Rumah sakit ? Kali ini pasien mana lagi yang kau lirik.” Ujar D.O sambil terus melanjutkan menyibukkan diri di dapur. Sehun mengikutinya dari belakang.

“Aah hyung, itu bukan hobi ku melirik para pasien. Tapi masa kau tidak melihat begitu banyak wanita cantik di rumah sakit tempat kita bekerja, masa tidak satu pun yang cantik.” Sehun duduk di mini bar milik D.O dan Kai.

“Tapi wanita yang tadi memang manis sekali hyung. Wajahnya merah merona, kulitnya putih dan halus, rambutnya panjang tergerai, Aaaah, jeongmal kyeopta. Apa jangan-jangan dia tinggal disini ya hyung. Apa kau tidak pernah melihat wanita seperti itu di apartemen ini ? Barangkali dia tetanggamu.” Sehun terus berbicara, berusaha mendapatkan perhatian D.O yang sibuk memasak.

“Aku tidak tau, banyak wanita yang tinggal disini, bagaimana bisa aku menebak satu wanita dengan ciri-ciri hanya sedikit seperti itu.” D.O berjalan menuju meja makan sambil membawa nampan berisi makanan yang baru selesai dimasaknya.

“Benar juga sih. Loh, hyung, ini apa ? sekejap saja Sehun sudah membuka kotak kue beras yang diberikan In jung beberapa menit yang lalu.

“Oh, itu untuk Kai. Seorang keluarga pasien mengantarkannya untuk tanda terima kasih. Kau jangan memakannya, nanti Kai bisa marah.” Sebelum D.O selesai bicara, Sehun sudah terlebih dulu menggigit satu buah kue beras.

“Hoaaah, benar-benar enak. Rasanya sudah lama aku tidak makan kue beras seenak ini. Ah, Kai tidak akan marah kalau aku memakannya beberapa.” Sehun menghabiskan satu kue, mulai mengambil satu kue lagi.

“Yaa ! Oh Sehun. Kau memang tidak pernah mau mendengarkan apa yang aku katakan. Itu milik Kai. Apa kau belum sempat makan siang ? Bagaimana kalau kau makan disini saja. Kai masih beberapa jam lagi pulang, kau makan saja dulu.”

“Wah, itu yang aku tunggu hyung. Aku tidak pernah bisa menolak tawaranmu. Baiklah, aku akan makan bila kau memaksa.” Sehun tertawa kepada D.O dan segera pergi ke meja makan.

***

Setelah selesai makan, Sehun duduk di sofa ruang tengah sambil menonton televisi.

“Jadi sebenarnya apa yang ingin kau katakan ?” D.O menghampiri Sehun yang sedang sibuk menonton acara fashion.

“Ooh, itu hyung. Aku ingin mengabarimu tentang perkembangan pasien yang kita tangani kemaren. Kondisinya sudah membaik, kita bisa sedikit tenang. Dan lagi, aku ingin menanyakan bagaimana kelanjutan rapat dengan kepala kemarin, tunggu aku lihat buku catatanku dulu.” Sehun meraih tas yang tergeletak di sampingnya. Sehun mencari buku catatannya, merogoh ke segala bagian.

“Huh, kenapa ? Kau meninggalkan buku mu di ruangan kerja lagi ?” D.O memperhatikan Sehun yang sedang mengguncangkan tasnya agar barang-barangnya keluar dari dalam tas.

“Aah bukan hyung. Aku ingat sekali aku memasukkan semua barangku sebelum keluar dari ruangan kerja. Pasti terselip di dalam tas.” Sehun masih mengguncang-guncangkan tasnya. Sekitar sepuluh menit Sehun masih membongkar tasnya, D.O hanya memperhatikannya.

“Bagaimana ? Ada tidak ? Apa mungkin kau menjatuhkannya ?”

“Bahkan ponselku juga tidak ada hyung. Bagaimana ini ?” Sehun memandangi D.O dengan wajah sedih.

“Ah kau ini bengini lagi, suka sekali ketinggalan barang-barang. Lain kali kalungkan saja ponselmu biar tidak ketinggalan. Sini biar ku telpon, barangkali terselip disini saat kau datang tadi.” D.O mengambil ponselnya, mencoba menghubungi ponsel Sehun.

“Tersambung sih, tapi tidak ada yang mengangkat. Apa kau men-silent ponselmu ?”

“Iya hyung, hanya getar saja. Coba telefon lagi dong hyung, mungkin seseorang menemukannya.” D.O berkali-kali menghubungi ponsel Sehun. Sehun terus berpikir dimana kira-kira dia meninggalkan ponselnya. Lalu tiba-tiba…

“Ah hyung ! Sekarang aku ingat ! Tadi sebelum kesini, aku bertabrakan dengan wanita yang ku ceritakan tadi. Barang-barang kami berjatuhan, apa mungkin ponselku ada bersamanya ya hyung ?” wajah Sehun langsung berubah ceria.

“Mungkin saja dia yang tidak sengaja membawa ponselmu, tapi kenapa wajahmu jadi seperti itu, kenapa kau malah bahagia ?” D.O melihat Sehun dengan pandangan penuh curiga.

“Wah berarti kan aku bisa bertemu dengannya lagi hyung, aku bisa berkenalan dengannya.” Sehun tersenyum sendiri, sepertinya dia lupa apa yang seharusnya dilakukan.

“Ya Oh Sehun, kau ini lebih mementingkan berkenalan dengan wanita itu atau ponselmu ?” D.O hanya bisa menggelengkan kepalanya, entah apa yang sebaiknya dilakukan dengan kelakuan Sehun.

“Ah sini hyung, biar aku saja yang menelponnya, dia pasti akan ingat kepadaku kalau aku yang menghubunginya. Ini akan menjadi awal yang baik kan, ya maksudku awal yang baik untuk membangun hubungan, kau jangan salah paham dulu hyung.” Sehun langsung mengambil ponsel dari tangan D.O, sepertinya dia yakin sekali kalau ponsel dan buku catatannya terbawa oleh wanita yang tadi ditabraknya. D.O membiarkan Sehun menyibukkan diri mencoba menghubungi ponselnya.

“Aduuh angkat dong telponnya, masa dia tidak mau berbicara denganku yang tampan ini. Hyung, aku coba kirim pesan ya lewat ponselmu.” Sehun langsung mengirim pesan sebelum D.O sempat mengiyakan apa yang dikatakan Sehun. D.O lebih memilih menonton ketimbang memperhatikan Sehun yang sibuk sendiri, walaupun sesekali D.O melirik ke arah Sehun.

***

Sekitar satu jam Sehun terus menggenggam ponsel milik D.O dengan terus melihat layar ponsel itu. Sesekali Sehun tampak sedang mengetik pesan.

“Bagaimana, dia membalas pesanmu apa tidak ?” akhirnya D.O menoleh ke arah Sehun. Dia merasa kasihan melihat Sehun yang mulai terlihat frustasi.

“Dia tidak menjawab telpon dariku hyung, pesanku juga tidak dibalas. Apa dia tidak menyadari getar ponselku ya ? Padahal aku sangat ingin dia menjawab telpon ini.” Sehun terlihat kecewa.

“Kalau kau mengirim pesan ancaman ya tentu saja dia tidak mau menjawab telpon dan pesan darimu. Sini biar aku saja yang nanti menelponnya lagi. Kau pulanglah, sudah malam, besok kau ada jadwal pagi kan ? Biar aku yang mencoba menghubungi ponselmu nanti.” D.O menepuk pundak Sehun dengan pelan, menatap Sehun dengan tatapan meyakinkan. Sehun hanya menghela napas, mengembalikan ponsel kepada D.O dan mulai bersiap siap pulang.

“Ah hyung, aku ingin meminta tolong, kalau nanti ternyata wanita itu mengangkat ponselku, tolong beritahu dia aku menunggu di rumah sakit saja jam 4 sore, kebetulan besok sore aku tidak ada jadwal. Tolong kabari aku ya hyung.” D.O menganggukan kepala tanda mengiyakan. Sehun berdiri dari duduknya, mengambil tasnya lalu berjalan ke arah pintu ditemani D.O di belakangnya.

“Hei Sehun, hati-hati di jalan. Jangan sampai kau menabrak orang lagi hari ini. Bersemangatlah sedikit.”

“Hmm..baiklah hyung. Aku akan mencoba bersemangat. Dah hyung, aku pulang dulu. Kabari aku ya.” Sehun berpamitan dengan D.O, lalu pulang berjalan dengan tanpa semangat.

Setelah menutup pintu, D.O kembali ke depan televisi, menunggu Kai pulang. D.O memeriksa ponselnya, melihat apa saja yang dilakukan Sehun saat meminjam ponselnya tadi.

“Astaga, Sehun ini benar-benar mengirim pesan kepada wanita itu ternyata. Apa apaan ini pesannya, bahkan dia menambahkan tanda senyum di akhir pesannya, menggelikan. Pantas saja wanita itu takut menjawab telpon darinya.” D.O memeriksa pesan yang dikirimkan Sehun melalui ponselnya, D.O hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Tak berapa lama, Kai pulang, D.O membukakan pintu.

“Kai, kau sudah makan ? Tadi sore aku memasak sedikit, Sehun tadi juga makan disini. Istirahatlah dulu kalau kau mau.”

“Wah terima kasih hyung, kau memang baik seperti biasanya. Apa hari ini kau memasak sup kentang ? Wangi sekali.” Kai menepuk pundak D.O sambil tersenyum, lalu pergi ke dapur untuk mengintip masakan D.O.

“Oh, ngomong-ngomong kapan Sehun kesini ? Aku melihatnya di rumah sakit bersama Suho hyung tadi siang, sepertinya mereka membicarakan rapat kemarin. Ada apa Sehun kemari ?” Kai bertanya pada D.O sambil menghabiskan sup kentangnya.

“Sebenarnya dia juga mau membicarakan rapat kemarin denganku, tapi si ceroboh itu malah menghilangkan buku catatan dan ponselnya. Katanya dia menabrak seorang wanita saat di perjalanan kesini. Dia bilang mungkin ponsel dan buku catatannya terbawa oleh wanita itu saat bertabrakan tadi.”

“Lagi-lagi dia seperti itu, dasar. Kalau bukan ceroboh bukan Sehun namanya. Eh hyung, ini apa ?” Kai membuka kotak kue beras yang tadi sore diberikan In jung.

“Oh itu tadi diberikan seorang wanita, katanya itu tanda terimakasih dari keluarga pasien untukmu. Apa kau ingat wanita yang menemani anak yang terkena usus buntu waktu itu, yang rambutnya panjang itu loh, dia yang mengantarkannya. Aku tidak tau kenapa dia bisa tau tempat ini.” D.O memfokuskan pandangannya pada Kai.

“Maksudmu nona Park In jung itu hyung ? Wanita berambut panjang kecoklatan itu kan ? Kalau dia sih, aku yang memberitahunya apartemen ini. Ternyata dia langsung menghampiri kesini, lucu sekali.” Kai menjawab dengan santai, tanpa memperdulikan tatapan tajam D.O.

“Kau ini, kenapa memberitahunya, bagaimana kalau nanti dia salah sangka dan berpikiran yang macam macam, seperti wanita yang sebelumnya dekat denganmu itu.” D.O masih melihat ke arah Kai dengan tatapan serius.

“Ah hyung, jangan khawatir, In jung tidak akan seperti itu aku yakin. Percayalah padaku.” Kai tersenyum kepada D.O, tidak menghiraukan wajah serius yang sengaja ditunjukkan D.O kepada Kai.

“Terserah sajalah, aku hanya tidak ingin tau kalau nanti dia akan salah sangka.” D.O akhirnya menyerah lalu kembali melihat ponselnya. Dia mencoba kembali menghubungi ponsel Sehun menggunakan ponselnya.

“Hyung, kau sedang apa ? Mau menelfon siapa malam-malam begini ?”

“Sehun meminta tolong padaku untuk menghubungi ponselnya. Ah! Telponnya diangkat.” D.O mencoba mendengarkan dengan jelas suara seorang wanita di seberang sana, Kai malah antusias melihatnya.

“Yeo..yeoboseyoo..” suara seorang wanita terdengar dari speaker ponsel D.O.

“Oh, yeoboseyo. Apakah ini ponsel milik Oh Sehun ?” D.O memulai percakapan dengan suara tegas. Selanjutnya D.O menjelaskan deretan informasi yang sebelumnya diterimanya dari Sehun. D.O tidak segan langsung menjelaskan apa tujuannya menelpon walaupun penerima telpon adalah orang asing baginya (sebenarnya tidak begitu asing sih).

“Oh baiklah, aku senang mendengarnya. Semoga kita bisa bertemu besok. Aku mengucapkan terima kasih. Selamat malam.” D.O mengakhiri telponnya lalu menyandarkan tubuhnya di sofa.

“Bagaimana hyung ? Apa wanita itu mau mengembalikan ponsel Sehun ? Bisa gawat kalau dia tidak mengembalikannya.” Kai sudah duduk di samping D.O, penasaran untuk mendengarkan penjelasan mengenai telpon yang baru saja diakhiri beberapa detik yang lalu.

“Iya,katanya dia mau. Mungkin besok sore dia akan datang ke rumah sakit. Sudahlah, yang penting aku sudah menyampaikan pesan dari Sehun kepada wanita itu. Aku mau langsung tidur. Kau juga Kai, cepat mandi dan istirahat, besok kau punya jadwal pagi kan ?” D.O tegak dari duduknya, berjalan menuju kamarnya, meninggalkan Kai yang masih duduk di sofa.

“Iya, selamat tidur hyung.” Kai mengucapkan selamat tidur tanpa melihat ke arah D.O, tak lama kemudian Kai pun beranjak dan pergi ke dalam kamar untuk beristirahat, benar, besok dia harus berangkat pagi sekali ke rumah sakit.

***

Keesokan paginya, di rumah kecil milik In jung, keadaan rumah itu tidak seperti biasanya yang ramai. Pagi itu tidak terdengar playlist EXO yang biasa didengarkan In jung. Ternyata sejak telpon dari D.O kemarin berakhir, In jung tidak bisa tidur dengan tenang. Sejak tadi malam, In jung merasa resah, terlalu banyak yang dipikirkannya. Bagaimana dengan rencana pertemuan sore ini dengan laki-laki yang bernama Oh Sehun itu ? Apakah sore ini Dokter Do juga akan bertemu dengannya, bagaimana kalau dia tahu kalau In jung yang mengambil ponsel milik Sehun ? Apakah Kai juga akan ada disana ? Pikiran-pikiran itu yang membuat In jung khawatir dan merasa cemas. Reputasi sebagai wanita baik yang baru akan dibangunnya sudah hancur duluan sebelum dia sempat menunjukkannya kepada para dokter yang tampan itu.

In jung melewatkan hari membayangkan hal-hal yang belum tentu terjadi hari itu. In jung tidak bisa memusatkan pikirannya untuk bekerja, bahkan selera makannya juga berkurang. Ternyata dampak menerima telfon dari Dokter Do seperti ini, rasanya menyesal telah menerima telfon dari Dokter Do kemarin. Kalau saja dia tidak menerima telfon itu, kira-kira apa yang terjadi ya ? Aaah.. sebenarnya kalau dia tidak seceroboh itu sampai bisa memasukkan ponsel milik Sehun ke dalam tasnya, semua hal ini pasti tidak akan terjadi. In jung terus melihat jam tangannya, hampir setiap lima menit dia melihat ke jam tangannya, menghitung berapa waktu lagi yang tersisa sebelum jam 4 sore.

Tidak terasa hari itu berjalan sangat cepat. In jung sudah pulang dari jam kerjanya di penitipan anak, dia melihat ke jam tangannya yang menunjukkan 30 menit sebelum jam 4. In jung sudah pasrah, rasanya hidup indahnya akan berakhir sebentar lagi. In jung menaiki bus untuk pergi ke rumah sakit Gangnam. Selama perjalanan, In jung hanya memandangi jalan, berharap semuanya akan berjalan baik-baik saja. In jung sudah tiba di perhentian bus yang berada di dekat rumah sakit. In jung melihat lagi jam tangannya, tinggal 10 menit sebelum jam 4. In jung mempercepat langkahnya, dia tidak mau laki-laki bernama Sehun itu menunggunya lebih lama, dia tidak mau memperparah situasi yang dialaminya.

Sesampainya di depan pintu rumah sakit, In jung baru menyadari, Dokter Do hanya menyuruhnya datang jam 4 sore tanpa memberi tahunya harus menemui Sehun dimana, keterangannya hanya bertemu di rumah sakit. In jung berdiri di depan pintu masuk rumah sakit, melihat ke kiri-kanan, tidak tau apa yang harus dilakukannya. Petugas keamanan mulai curiga melihat gerak gerik In jung. Seorang petugas kemaanan mulai berjalan ke arah In jung, In jung yang menyadarinya mulai merasa panik, apakah petugas kemanan itu akan menangkapnya karena bertingkah seperti seorang kriminal yang akan menjalankan aksinya. Baru saja petugas keamanan ingin bertanya kepada In jung, tiba-tiba saja terdengar teriakan seseorang.

“Nona rambut panjang !” Seseorang berlari ke arah In jung sambil tersenyum dan melambaikan tangan. Untuk beberapa saat In jung kebingungan, sebenarnya orang itu memanggil siapa ? Nona rambut panjang ? In jung melihat ke sekelilingnya, banyak wanita berambut panjang yang berhenti mendengar teriakan itu. In jung dan petugas keamanan masih melihat ke arah orang yang berlari ke arah mereka, ah ternyata dia seorang laki-laki. Laki-laki itu berlari sambil tersenyum, In jung melihat kembali ke sekelilingnya, para wanita rambut panjang pun tersenyum kepadanya dengan tatapan penuh kebahagiaan, bahkan petugas keamanan juga ikut-ikut tersenyum, apa hanya In jung yang merasa kebingungan disini ?

Akhirnya laki-laki itu sudah sampai di hadapan In jung, berdiri tepat di depannya. In jung mencoba mengingat laki-laki yang berdiri di hadapannya. Tinggi, memakai jas putih besar dengan rambut yang dipotong rapi dan berwajah lonjong. Ah dia kan…

TBC….

See you on next chapter ^^

Poster: redbaby

 

 

 



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles