I’m Not A Bad girl
Title : I’m not a Bad girl
Cast : Jung Jeorin – Oh Sehun – Other’s
Author : Ken’s
Genre : Hurt – Romance – School Life
Length : Oneshoot
Recommended Song |♫ Jisun – What should i do? ♫|
Previous | Intro~
–
–
There’s some word’s .. To wrote how’s my feeling to you..
Only one word.. Make me so crazy.. When you said to me.. If you are love me
–
–
WARNING !! Typo(s) everywhere!!
Please don’t be a silent reader’s!!
Happy Reading!!
–
–
Ken’s present
Author Pov.
Sentuhan hangat menerpa wajah gadis itu, rambut ikal panjang, Tubuh tinggi proporsional, kulit eksotis yang tidak terlalu putih, dan senyuman manis yang selalu terpatri dibibir tebalnya. Dia, Jung Jeorin, gadis ramah yang selalu datang tepat waktu saat sekolah. Gadis polos yang enggan melepas hal yang bernama ‘pendidikan’ di kamus hidupnya. Jeorin memang tampak polos jika diperhatikan dari bagaimana postur wajahnya, dengan kedua sudut bibir yang sedikit tertarik keatas, seolah menjabarkan karakter sesungguhnya dari gadis itu. namun, Jeorin tetaplah seorang gadis tomboy dan keras kepala. Jeorin pandai bermain basket, dia juga sering dijuluki sebagai gadis dingin dikelasnya, oleh karena itu.. Teman-teman sekelasnya sering menjauhi Jeorin karena sikapnya yang mirip preman gadungan, walaupun begitu, Jeorin juga memiliki tiga teman yang selalu memperhatikan keadaannya bahkan melebihi Ibunya sendiri. Dan Jeorin patut mensyukuri hal itu.
Cerita Jeorin berawal dari ‘Love at the first sight’ yang menimpanya tahun lalu. Hari itu, Jeorin memutuskan untuk berangkat lebih siang dari biasanya. Alasannya, ia tidak ingin terus menerus berteman dengan belasan bangku kotor dikelasnya saat menunggu hingga semua temannya datang memasuki kelas, Jeorin memang murid teladan, Pagi itu Jeorin mengikat tali sepatunya dengan erat, setelah itu ia beranjak menggendong tas punggungnya dibelakang, kaki jenjangnya ia langkahkan dengan sedikit senandung kecil yang keluar dari bibir manisnya.
Pandangan Jeorin mengedar keseluruh penjuru tempat, ia mendongakkan kepalanya keatas sembari menarik dalam-dalam udara segar dipagi hari kedalam paru-parunya. Jeorin bersyukur, karena ia dapat bernapas hingga detik ini, hal-hal sekecil itu sudah sewajibnya kita syukuri bukan?.
Langkah kaki Jeorin tiba-tiba semakin melambat, sepatu sketch miliknya berhenti memijak diatas tanah, sorot mata gadis itu tengah memerhatikan sesuatu didepannya. Raut wajah Jeorin tiba-tiba berubah, gadis itu memilih untuk menunduk setelahnya. Tidak ingin memperhatikan objek itu terlalu lama, karena jika semakin lama ia memperhatikan apa yang ada didepannya itu, akan semakin sakit pula hatinya nanti.
“Honey! Jangan lupa nanti kau jemput aku otte?”
“Arraseo! Kutunggu kau dibawah anak tangga seusai istirahat”
Jeorin melewati mereka begitu saja, mendengar ucapan keduanya yang terdengar mesra ditelinganya membuat Jeorin ingin merobek-robek mulut keduanya saat itu juga. Jeorin mempercepat langkah kakinya menuju kelas jurusannya. Gadis itu melepas tas punggungnya lalu beralih membantingnya diatas meja, dan setelahnya disusul kepalanya yang ia jatuhkan diatas tas ransel miliknya itu.
Jeorin menghela napas panjang. Gadis itu mencoba menutup matanya rapat-rapat, ingin sekali ia melupakan semua kenangan itu, kenangan manis yang tidak sengaja ia ukir dalam-dalam dihatinya, kenangan manis yang terjadi saat perkemahan sekolah tahun lalu.
Awalnya, Jeorin hanya mengagumi sosok anak lelaki itu, anak lelaki yang pada saat itu menjabat sebagai sunbae sekaligus pembina dalam perkemahannya. Dan perasaan biasa itu tiba-tiba berubah tanpa permisi, menjadi sebuah perasaan aneh yang memberontak menjadi satu, Jeorin seringkali memimpikan anak lelaki itu dalam tidurnya, berharap kalau anak lelaki itu bisa menjadi miliknya, jeorin sering berfantasi karena anak itu, ia juga sering terjatuh karena kenyataan lain yang membuatnya seringkali murung seperti diterpa badai. Jika Jeorin menjalin hubungan dengannya, ia pasti sangat senang namun, ia juga akan -menjadi orang ketiga dalam hubungann seseorang dengan gadis lain- sungguh bukan pikiran positif yang terbesit di otak Jeorin, dan hingga pada saatnya Jeorin memutuskan untuk melupakan sosok anak lelaki itu.
Sulit – tentu saja, Jeorin sering kali menangis diatas ranjangnya hanya karena ia tidak bisa memiliki anak lelaki itu. Jeorin memang terlalu berlebihan, ia bisa saja berubah mood secara tiba-tiba saat mendengar kalau anak lelaki itu sudah lama menjalin hubungan dengan gadisnya. Dan pada saat itu juga hati Jeorin semakin terasa mendesak ingin keluar. Entah perasaan apa yang sedang dibawa Jeorin kali ini, ia menyukai anak lelaki itu lebih dari apapun, ia ingin mengatakan perasaannya, namun rasa takutnya kembali mengecoh pikiran gadis polos itu. Ia takut jika yeojachingu anak lelaki yang disukainya akan balas dendam ataupun mencelakainya dengan alasan karena ia telah merebutnya, ia juga tidak ingin menjadi perusak hubungan orang seperti itu.
Sebut saja sosok lelaki itu adalah Oh Sehun. Anak lelaki yang usianya terpaut 1 tahun lebih tua darinya, memiliki rahang yang tegas, kulit putih, tubuh proporsional, badan tinggi yang tegap dan maskulin sebagai bonusnya, ditambah lagi dia juga seorang ketua dalam salah satu organisasi di Sekolah, sungguh wajar jika semua kelebihan yang dimilikinya itu membuatnya tampak sangat sempurna dimata semua gadis-gadis disekolah. Nyali Jeorin seketika menciut jika mengingat itu, dia hanyalah seorang pemain basket gadungan, gadis tomboy dan tidak tahu caranya berdandan, bahkan ia meyakini kalau tidak ada karakter feminim dalam dirinya. Jeorin memang sudah merasakan kekurangan itu. Berbeda lagi dengan gadis Oh Sehun, dia kaya, tubuh tinggi dan memiliki kulit yang putih, gadis itu selalu meninggalkan aroma perfume yang begitu meruak saat lalu lalang disekolah.
Jeorin – si pemalas dan menjijikkan harus menyaingi gadis dari Oh Sehun
Oh My.. God!
Persetan tentang semua bayangan itu, Jeorin selalu membayangkan Sehun sebelum ia tertidur, Sehun, Sehun dan Sehun, nama lelaki itu sudah menjadi obsesi yang memenjarakan gadis itu didalamnya. Dan pada kenyataannya, Jeorin tidak dapat memiliki Oh Sehun saat rasa sukanya mulai tumbuh dalam diri gadis itu. Jeorin menutup matanya lelah, bibir gadis itu sedikit terbuka, dan disusul helaan napas panjang setelahnya.
“Apa karena Oh Sehun lagi?”
Jeorin mengangkat kepalanya tatkala suara cicitan itu terdengar ditelinganya, Jeorin membungkam mulut teman sebayanya itu lalu menatapnya horror.
“Jangan keras-keras!!” desis Jeorin mengancam. Sedangkan teman perempuan Jeorin hanya mengangguk sembari mencari kesempatan untuk bernapas disela-sela bungkaman tangan Jeorin yang rapat.
“huuffftt!! Jeorin!! Kau gila!!” jerit gadis itu tepat diwajah Jeorin.
Jeorin tertawa kasihan. “salah sendiri”
“Apa benar karena dia lagi?” kata sosok lain yang tiba-tiba menyahut diantara dua anak gadis itu.
“Hmm” Jeorin menunduk, lalu tangan kanannya ia masukkan kedalam ransel, Jeorin menarik sebuah buku tebal dari sana lalu membuka halaman pertama dan kedua secara bergantian, Jeorin memainkan ujung halaman bukunya dan mulai mengalihkan perhatiannya pada objek tersebut. Hendak melupakan rasa sakitnya dengan membaca buku.
Ketiga teman sebayanya sudah berkumpul menjadi satu deret bangku, dan ketiga sahabat baik dan konyolnya itu selalu menjadi penyemangat tersendiri untuk Jeorin.
“Kau belum bisa melupakannya?” tanya Minri pada Jeorin. Gadis berambut ikal itu menopang dagunya diatas meja.
Dan dapat mereka lihat jika Jeorin menggeleng pelan dari balik buku tebal yang menutupi wajahnya itu.
“Jeorin kan gadis yang kuat, dia pasti bisa tahan banting” jelas Yoonji, salah satu teman baiknya yang lain.
Jeorin masih enggan untuk menjawab, jujur saja, kalau bisa dikatakan bagaimana keadaannya saat ini, Jeorin pasti terlebih dulu menunjukkan rasa sakitnya pada ketiga temannya tersebut, pikiran Yoonji padanya sungguh salah besar, sejujurnya.. Ia sangatlah rapuh, sekuat-kuatnya dirinya saat ini, suatu ketika ia juga bisa melemah. Satu hal yang selalu dicamkan oleh Jeorin pada temannya, Jangan pernah melihat isi buku dari sampulnya, dan umpama itu sedang berlaku pada dirinya saat ini.
“Jeo? Apa tidak sebaiknya kau merebut dia saja dari gadis itu? Sepertinya dia sama sekali tidak peka akan perasaanmu padanya” kata Seojin tiba-tiba.
Hal itu refleks membuat tangan Jeorin terjatuh diatas meja, membuat wajah gadis itu terekspose jelas disana. Kantung mata yang mulai berair itu, dan sorotan mata yang teduh. Jeorin ingin menangis, namun ia tidak ingin menunjukkannya saat ini pada sahabatnya. Saat ini bukanlah waktu yang tepat, Terlalu menyedihkan untuk mengatakan bagaimana rasa sakitnya ini.
“Aku tidak suka cara seperti itu, Seojin-a” kata Jeorin lirih.
“Lalu.. Apa kau ingin terus menurus menjadi secret admirer seperti ini huh?” Sambar Yoonji kemudian.
“Tidak.. Aku lebih menyukai cara instant untuk membuatnya tertarik padaku, aku tidak suka unsur pemaksaan seperti itu” Jeorin meletakkan novel tebalnya, melipat ujung halaman yang sudah ia baca kemudian memasukkannya kedalam ransel, Jeorin menggeser bangkunya kebelakang, hendak meninggalkan ketiga temannya itu darisana.
“Aku.. Ingin ke Toilet” kata Jeorin. Ketiga gadis itu menatap Jeorin aneh, sebelum salah satu dari mereka menyahut ucapannya.
“Apa perlu kutemani?” tawar Minri.
“Tidak perlu”
Jeorin melangkah pergi. Dengan perasaan kalut akibat satu masalah yang berbuntut panjang hingga saat ini.
Yoonji, Minri, dan Seojin memandang punggung Jeorin yang sudah menghilang dari balik pintu, tatapan mereka menjadi sedih.
“Seharunya, kita membantu Jeorin untuk mendapatkan cinta pertamanya.. Bukan malah membuatnya semakin sedih” kata Minri dengan nada menyesal.
“Tapi.. Sehun sunbae sudah memiliki yeojachingu, bagaimana caranya kita menyatukan Jeorin dan dia?” Yoonji mengeratkan kedua tangannya diatas meja, kening gadis berambut panjang itu berkerut heran.
“entahlah..” jawab Minri dan Seojin bersamaan. Mereka menghela napas pasrah.
–
–
Sepulangnya Jeorin dari sekolah, iapun memutuskan untuk segera beristirahat didalam kamar. Dengan alasan ia sangat kelelahan dan juga mengantuk. Walaupun kenyataan yang sejujurnya adalah.. Jeorin hanya lelah karena menjalani takdirnya yang memilukan, dia tidak menghadiri team basket-nya hari ini, bahkan ia sama sekali tidak keluar dari kelas meskipun itu untuk waktu istirahat. Jeorin terlihat murung, tadi sore Ibunya meminta agar ia membantunya untuk bersih-bersih dihalaman belakang, namun Jeorin menolak. Alasannya karena ada PR yang harus segera ia kerjakan. Tapi, lagi-lagi Jeorin berbohong.
Jeorin mengeratkan selimut tebal yang membalut ditubuhnya, gadis itu menatap langit-langit kamarnya dengan sendu, pikirannya kembali terlintas akan ucapan teman-temannya tadi siang. Merebut? Itu bukanlah solusi yang baik untuk mengawali sebuah hubungan. Jeorin tidak menginginkan itu, tentu saja. Ia lebih memilih menyerah daripada harus memaksakan kehendak seseorang agar menerima keberadaanya.
Jeorin benci paksaan, itulah salah satu kamus hidup dari seorang Jung Jeorin.
Jeorin mencoba menutup matanya rapat-rapat, memaksakan dirinya agar segera tertidur saat itu juga, namun lagi-lagi otak Jeorin kembali terlintas akan hal yang sama, hal aneh yang selalu menghantuinya hingga saat ini. Apalagi kalau bukan tentang Oh Sehun. Jeorin menyibakkan selimutnya dengan kasar hingga berada dibawah lutut, tangan gadis itu meraih benda persegi yang ia letakkan diatas nakas. Sebuah Iphone. Jeorin mengetuk layar itu beberapa kali, dan membuatnya memunculkan sebuah cahaya terang diantara nyala lampu remang-remang didalam kamarnya.
Jeorin memilih membuka akun SNS-nya untuk mengisi kekosongannya malam ini. Mencoba membuat matanya agar segera lelah dan cepat tertidur. Jeorin membuka laman obrolan yang terletak disudut akunnya. Wajah Jeorin mengembang sempurna tatkala sebuah akun lain masih menunjukkan keaktifannya.
Aku itu milik Oh Sehun.
Senyuman Jeorin perlahan memudar, gadis itu mengatupkan kedua bibirnya rapat. Ia mengubah posisi tidurnya menjadi miring, sorot mata gadis itu menatap cahaya lampu remang-remang yang dihasilkan lampu tidurnya diatas nakas.
“Bodoh” Jeorin mendesis.
Tangannya terangkat untuk segera meletakkan benda persegi ditangannya itu diatas nakas, karena bayangan jika Oh Sehun hanyalah fantasi untuknya kembali mencuat diotak gadis itu. Namun tiba-tiba saja pikiran gadis itu terbesit akan hal lain, hal yang memang sudah sangat lama ia pendam, Jeorin ingin mengirimkan sebuah pesan pada Sehun. Sebuah pesan yang sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan perkemahan mungkin bisa menjadi awal yang baik, begitulah pikir Jeorin. Meskipun Sejujurnya, ia sangat ingin mengirim pesan yang porsinya hanya untuk dia sendiri dan sang Sunbae ( privasi ), dan tentu saja tentang hal-hal yang tidak bersangkut paut dengan orang lain selain mereka berdua. Jeorin tersenyum sendiri.
Detik berikutnya, Jeorin benar-benar memutuskan untuk mengirimkan sebuah pesan singkat pada Sehun.
‘Sunbae, apa perkemahan bulan depan kau akan ikut berpatisipasi? :) ’
Jeorin memeluk ponselnya didada, sambil tersipu-sipu ia membayangkan jika Sunbae itu membaca pesan singkatnya kali ini. Jeorin selalu yakin, ia memiliki keyakinan yang kuat walaupun jika akhirnya ia akan mendapat sebuah kekecewaan, ia mau menanggung resikonya sendiri. Jeorin tetap menunggu, karena yang ia lihat, akun SNS dengan uname Oh Sehoon masih menunjukkan keaktifannya. Namun beberapa menit setelahnya, akun tersebut sudah menghilang dari kolom Obrolan, pertanda jika sang pemilik sudah Offline. Akhirnya, Jeorin mendengus sedih. Ia menutup tab akun SNS-nya lalu beralih pada aplikasi lain.
‘Can you hear my heart? All of my sunshine.. Just you’
Setelah berdiam diri cukup lama, dengan tatapan kosong. Gadis itu kembali mengotak atik aplikasi diponselnya, ia menjelajahi berbagai jejaring sosial media di internet. mencoba menghilangkan pikiran negatifnya dengan aktivitas lain. Jeorin membuka sebuah aplikasi yang ia gunakan untuk Search engine / sekarang lebih dikenal sebagai mesin pencari informasi, membaca Fanfiction tentang cerita khayalan yang manis mungkin akan sedikit mengobati luka dihatinya, dan membayangkan jika tokoh dalam FF tersebut adalah dirinya dan sang Sunbae, Jeorin mulai kehilangan otaknya, ia rela melakukan apapun untuk menghibur dirinya. Walaupun hasilnya akan tetap sama, hatinya pasti akan sakit.
Dan pada saat itu juga, air mata Jeorin tiba-tiba saja menetes tanpa permisi. Membaca serentetan isi dari sebuah Fanfiction berjudul “Loving you.. Is hurt” membuat mata gadis itu berkaca-kaca dan pada akhirnya, bulir-bulir krystal itu menetes dengan derasnya. Jeorin menutup wajahnya dengan selimut tebal bermotif donald duck yang ia kenakan.
“Akhh.. Sial! Kenapa ada cerita yang seperti ini” gerutu Jeorin dengan nada kesal disela-dela isakannya, sejujurnya ia sedang terisak pedih didalam sana, namun mencoba ia keluarkan dengan senyuman konyol yang bercampur dengan air matanya.
Katakanlah yang sejujurnya, jangan menyimpan rasa sakitmu ini dalam-dalam, dan mencoba kau keluarkan dengan senyuman bodoh.
Dia menangis, alur dicerita itu benar-benar menunjukkan keadaannya saat ini, menjadi secret admirer dan membuatnya sakit hati tanpa sebab yang jelas. Sungguh kehidupan yang benar-benar gila bagi dirinya. Jeorin ingin menjerit saat itu juga, dia gila.. Dan itu memang nyata.
“Arghh!!”
–
–
Bel istirahat terdengar nyaring memekakkan telinga. Detik berikutnya disusul oleh segerombol kawanan haksaeng yang berlarian keluar dari kelas mereka. Jam istrirahat memang selalu menjadi kegiatan terfavorite bagi semua siswa. Tak terkecuali ketiga gadis yang tengah mengerumuni seseorang ditengahnya.
“Ayolah! Jeorin-a? Tidak enak rasanya kalau kita hanya bertiga”
Sudah kelima kalinya Minri mencoba membujuk Jeorin agar ikut serta dengannya untuk membeli makanan di kantin. Lagi-lagi Jeorin hanya menggelengkan kepalanya disertai senyuman pahit.
“Anni.. Kalian pergilah, aku ingin membaca buku saja” sahut Jeorin kemudian.
Yoonji mendesis kesal. “yasudah, perutku sudah sangat lapar.. Ayo pergi!”
Yoonji menarik paksa tangan kedua temannya, wajah gadis itu berkerut dalam. Menahan lapar yang sudah lama dideritanya selama berjam-jam.
Seojin menghela napas perlahan, lalu disusul anggukan kepala oleh Minri juga.
“Baiklah..”
Ketiganya meninggalkan Jeorin terdiam sendiri didalam kelas. Jeorin melihat punggung ketiga temannya yang sudah menghilang dari balik pintu. Gadis itu merutuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia melupakan kebersamaan bersama ketiga teman baiknya hanya karena seorang lelaki, seorang lelaki yang bahkan tidak tahu perasaannya. Jeorin menghela napas panjang.
“Mianhae”
Jeorin membuka satu persatu halaman utama Novel miliknya. Buku tebal dengan cover bertuliskan “Physics and Match” ia tumpu diatas tangannya. Tatapan gadis itu terfokus pada rentetan huruf abjad beserta kumpulan rumus untuk materi ujian selanjutnya. Jeorin patut disegani siapa saja, dia memang gadis yang tomboy, terkadang ia juga jahat. -bukan jahat dalam kategori menyakiti orang lain- tetapi Jeorin memiliki kelakuan yang sedikit sembrono dan ceroboh, ia Seringkali disebut sebagai Badgirl disekolahnya, namun prestasi Jeorin benar-benar meyakinkan. Ia meraih juara 2 untuk semester tahun lalu, dan ia juga sangat pandai berbahasa inggris. Hanya saja, Jeorin merupakan sosok yang memang tidak memperdulikan keadaan sekitarnya, gadis itu sosok yang dingin -sama seperti Oh Sehun-
Dia gadis yang berbeda.
“Noona!!”
kacamata lensa milik Jeorin ia letakkan dipangkal hidungnya, sebab suara seseorang tiba-tiba saja membuat konsentrasi gadis berambut panjang itu buyar. Jeorin meletakkan Novelnya disamping botol air mineralnya diatas meja. Jeorin beralih menatap seorang lelaki berkacamata yang tengah berdiri diambang pintu kelasnya. Jeorin menatapnya dengan raut bertanya-tanya.
“Kau memanggilku?” jeorin menunjuk pada wajahnya sendiri, anak lelaki itu mengangguk cepat.
“Ada apa?” lanjut Jeorin kemudian.
“Ada seorang gadis yang menunggumu disudut ruangan markas olahraga, datanglah.. Dia ingin menemuimu sekarang” kata anak lelaki itu, kedua alis Jeorin saling terangkat. Ia hendak membalas ucapan anak lelaki itu namun ia sudah terburu-buru pergi. Raut wajah Jeorin tiba-tiba berubah aneh, gadis itu menghendikkan bahunya tidak tahu.
Jeorin menggeser bangkunya kebelakang, hendak memenuhi permintaan anak lelaki itu. Menemui gadis yang ingin bertemu dengannya.
Saat Jeorin baru saja keluar, ia tidak sengaja berpapasan dengan ketiga temannya yang baru saja dari kantin.
“Hei, kau mau kemana?” tanya Yoonji, dengan segelas bubble tea ditangannya.
“Aku harus ke toilet”
”Ah, begitu.. Baiklah” Seojin menyesap minumannya sekilas, lalu dibalas anggukan yang serempak oleh ketiganya.
“Aku harus pergi ..”
Jeorin buru-buru meninggalkan mereka didepan kelas guna mempercepat waktunya sebelum jam istirahat akan usai. Jeorin melewati banyak siswa yang mengikuti kegiatan ekskul tambahan, mulai dari cheerleaders, Volly dan juga Musikal.
Jeorin sudah sampai di markas kosong tempat penyimpanan properti untuk olahraga, gadis itu mengedarkan pandangannya pada sekelilingnya. Tidak ada siapa-siapa ditempat itu, selain seorang lelaki tua yang memang bertugas membersihkan gudang sekolah.
“Kau datang tepat waktu”
Jeorin merasa terpanggil, gadis itu membalikkan badannya kebelakang. Dan tepat saat matanya memandang ke arah jarum jam. Jeorin membelalakkan matanya cukup lebar, didepannya berdiri tiga orang gadis dengan pakaian senada satu sama lain. Dan ditengah gadis itu merupakan sosok yang tidak asing untuk Jeorin.
“Hyera eonni?”
“Woaah~ kau mengenalku rupanya”
Gadis itu mendekatkan langkahnya pada Jeorin, tatapan tajam menyelidik ia tujukan pada gadis bermarga Jung didepannya itu. Jeorin merasa terhimpit oleh ketiga gadis itu, dan ia memutuskan untuk melarikan diri secepatnya. Namun, yang sedang ia pikirkan saat ini adalah.. Apa dia sudah melakukan kesalahan fatal pada ketiga gadis ini? Bukankah ia sama sekali tidak mengenal mereka dengan dekat. Berbagai pertanyaan aneh terlintas di kepala Jeorin. Bulu kuduk Jeorin terasa mendelisir hebat saat kuku-kuku gadis bermarga Kim tersebut mencengkram pipinya.
“Kau.. Beraninya mengirim inbox pada kekasihku, kau pikir kau siapa huh!!”
DAMN
Degupan jantung Jeorin terasa berhenti secara tiba-tiba. Mendadak gadis itu melototkan matanya mendengar ucapan Hyera yang baru saja terlontar. Jeorin baru menemukan jawabannya, jadi.. Karena akun SNS itulah Hyera mengancam Jeorin, bahkan ingin membully-nya.
Kening Jeorin berkerut dalam. “T-tapi.. Aku hanya menanyakan tentang perkemahan bulan depan Sunbae, aku tidak pernah bermaksud menggodanya” kata Jeorin sedikit takut.
Baru kali ini Jeorin merasa takut pada orang lain, padahal gadis itu dikenal sebagai sosok yang pemberani. Dan ia ingin melindungi yang lemah.
Hyera tertawa remeh. “Lihatlah.. Bahkan penampilanmu sangat jauh berbeda dariku, Jauhi Oh Sehun mulai dari sekarang, jika kau ingin hidup dengan nyaman di sekolah ini..” Hyera menekan kuku-kukunya di permukaan kulit Jeorin. Jeorin mengangguk disertai mata yang ia katupkan rapat.
“ITU DIA MEREKA PAK!!”
Jeorin membuka matanya saat ia tidak merasakan cengkraman itu melukai wajahnya. Jeorin menghela napas berat, ketiga gadis itu sudah pergi dan menyisakan seorang guru Bimbingan Konseling dan juga ketiga teman Jeorin yang sudah menolongnya. Yoonji, Minri, dan Seojin menghampiri Jeorin yang terdiam disudut ruangan kosong itu.
“Jeo, kau tak apa? Apa dia melukaimu?” tanya mereka khawatir.
Jeorin menggeleng disertai senyuman kecil. “Aku tidak apa-apa guys.. Thank’s sudah menolong”
“Yakk!! Kau ini bodoh atau bagaimana huh!! Kenapa kau tidak menghajar mereka saja tadi? Bukankah kau sering melakukan itu saat di bully seseorang” Yoonji memukul pelan bahu Jeorin.
“Ma’af.. Tadi pagi, aku belum sarapan.. Jadi, aku tidak bisa menghajar mereka” jawab Jeorin berbohong. Dan setelahnya ketiga temannya itu terkekeh bersama didalam ruangan kosong tersebut.
`Akan ada saatnya kita diharuskan untuk tertawa, tanpa harus memikirkan bagaimana masalah yang terjadi dan seberat apapun masalah itu’ – Jung Jeorin
Dan tanpa sadar, ada sepasang kaki seseorang yang sejak tadi memperhatikan kegiatan mereka dari balik dinding.
–
–
Keesokan harinya..
Burung-burung berkicau diatas pohon, membentuk sebuah nada dan irama yang menjadi alarm alami bagi manusia, mendongkrak kegiatan tidur mereka agar segera melakukan aktivitas baru pagi ini. burung-burung kecil berterbangan diatas atap dan langit-langit kota Seoul. terik matahari tampak semakin menyengat dari ufuk timur. Musim semi diawal tahun ini mulai tumbuh, aroma dedaunan dan kelopak bunga yang menyengat begitu mendominasi seluruh taman dipenjuru kota. Pohon-pohon mulai memunculkan daunnya, pelepah-pelepah keringpun juga mulai memunculkan tunasnya, pertanda dari awal kehidupan dimulai.
Jeorin mengikat rambutnya kuat-kuat, ia melangkahkan kakinya menuju kelas jurusan yang ia ambil dengan langkah tergontai. Kaos kaki putih selutut, Blazer hitam putih dan rok hitam dengan ukuran sedang. Jeorin siap menerima pembelajaran baru hari ini. Wajah datar tanpa ekspresi, selalu menggambarkan karakter Jeorin akhir-akhir ini. Jeorin merogoh sesuatu dari dalam sakunya lalu menutup kedua lubang telinganya dengan benda bernama earphone itu. mendengarkan sebuah musik jazz mungkin akan menyenangkan selagi kaki kecilnya melangkah di hamparan luas halaman sekolah.
Jeorin kembali melanjutkan langkahnya, Setiap hari ia hanya berjalan sendiri, sebab ketiga temannya memiliki jarak rumah yang berbeda-beda, termasuk dirinya, namun ia juga tidak harus selalu menggantungkan semua kegiatannya pada ketiga temannya tersebut, ia lebih suka mandiri.
Suasana kelas sedang sepi, bahkan dapat ia tebak jika hanya sepasang kakinya lah yang tengah berjalan dikoridor ini. Jeorin melirik arlojinya sekilas. Masih pukul 06.20 AM
“Pantas saja belum ada yang datang” Jeorin mendengus.
Gadis itu kembali melanjutkan langkahnya menuju anak tangga, kelas jurusannya berada dilantai atas. Ia tidak harus terburu-buru saat ini karena jam pelajaran akan dimulai 30 menit lagi. Cukup melangkah dengan relax dan santai.
“Hei!! Kau!!”
Jeorin hendak melangkah menuju anak tangga, namun langkah kaki gadis itu menjadi terhenti tatkala sebuah suara terdengar menyerukan dirinya. Bahkan ia dapat mendengarnya dengan jelas walaupun lubang telinganya sedang tertutup rapat oleh earphone. Jeorin membalikkan badannya kebelakang.
DEG
Sosok itu benar-benar mengejutkan Jeorin pagi ini. Tubuh tinggi, seragam yang senada dengan miliknya, dan tatapan elang itu.. Sudah seperti candu bagi Jeorin.
Shit.. semuanya kembali memberontak menjadi satu diotak Jeorin, tubuhnya kaku secara tiba-tiba. Ototnya menegang.
“S-ssunbae?”
“Hei!! Jangan berdiri saja!! Cepat bantu aku!!” serunya melambaikan tangannya pada Jeorin.
Jeorin seperti melayang di udara, apa ini? Bahkan ia merasa kalau didepanya saat ini hanyalah ilusi. Jeorin masih mematung ditempatnya dan enggan untuk melangkah. Mata gadis itu mengerjap beberapa kali, seolah ia ingin segera tersadar dari halusinasi ini. Jeorin masih tenggelam dalam lamunannya hingga ada sepasang tangan lain yang menjentikkan jarinya didepan wajah gadis itu. Jeorin terlonjak, lalu memundurkan kakinya beberapa langkah sampai membuat punggungnya menyentuh tembok.
“A-ada apa?” kata Jeorin mengerjap-ngerjapkan matanya.
“Ayo bantu aku!!” pintanya, Jeorin mengangguk patuh. Yang sejujurnya perasaannya sedang ingin meledak saat itu juga. Ia menjadi salah tingkah.
“eoh? N-nde..”
Jeorin membuntuti anak lelaki itu dari belakang, Jeorin menunduk malu. Mungkin untuk menutupi semburat merah yang tercetak di kedua pipi chubby nya.
“Ikuti aku” titah Sehun padanya. Jeorin mengangguk dalam diam.
Keduanya berhenti didepan sebuah pintu yang sudah usang dan terletak lebih memojok dari ruangan lain. Sehun memandunya didepan, dengan isyarat memberikan jari telunjuknya pada Jeorin agar terus mengikutinya. Jeorin sempat melewati beberapa alat peraga yang tidak terpakai didalam sana dan membuat gadis itu tidak fokus melangkah, hingga tanpa sadar, Jeorin menabrak punggung Sehun yang sudah berhenti didepannya. Jeorin kembali salah tingkah.
“eoh? Ma’af sunbae” kata Jeorin menunduk.
Sehun menggeleng-gelengkan kepalanya. “tck, dasar” sungut Sehun datar.
Jeorin membantu membersihkan beberapa alat-alat yang berdebu didalam gudang, mulai dari menata alat peraga di almari, menyapu lantai hingga melipat karpet didalam sana, dan sialnya Jeorin melupakan sesuatu yang penting dalam dirinya, Jeorin sangat alergi pada debu. Dan jika paru-paru gadis itu terlalu banyak menghirup debu, ia akan mengalami sesak napas secara tiba-tiba. Asma-nya akan kambuh.
Jeorin meletakkan kemucing digantungan peralatan lainnya. Ekor matanya melirik pada kegiatan Sehun yang tengah fokus menata buku-buku tebal diatas Rak, Jeorin tersenyum. Bahkan ia tidak pernah berpikir jika hari ini ia akan bertemu Sehun digudang. Jeorin sangat bahagia. Gadis itu memajukan langkahnya, hendak ikut membantu Sehun membereskan buku-bukunya. Namun sebelum itu terjadi, mendadak tiba-tiba saja dada Jeorin terasa sesak.
Brugh!
Jeorin tersungkur dilantai sembari memegang dadanya kuat-kuat. Mendengar sesuatu yang terjatuh, Sehun menolehkan kepalanya kesamping. Anak lelaki itu terkejut, mendapati Jeorin yang tersungkur dilantai dengan wajah pucat. Sehun meletakkan buku-bukunya sembarangan lalu bergegas menghampiri Jeorin. Sehun menahan kedua bahu Jeorin untuk membantu keseimbangannya.
“Gwenchanayo?” tanya Sehun panik.
Jeorin mencoba mengambil napas dalam-dalam, gadis itu tidak dapat menghirup udara yang ada disekitarnya. Terasa seperti ada sesuatu yang tersangkut dikerongkongannya. Sangat sesak dan berat. Jeorin menggeleng perlahan. “Akhh..kuhh.. Sesak.. Nahh..pass” kata Jeorin terbata.
Sehun mengusap kepalanya gusar, anak lelaki itu bingung harus bagaimana. Suasana disekolah masih sangatlah sepi, jika ia membawa gadis itu ke UKS, siapa yang akan menangani Jeorin? Sedangkan ia sendiri tidak pandai dalam hal medis, terlebih lagi tentang alergi debu. Ia harus minta tolong pada siapa?
Namun, tiba-tiba saja pikiran lain terbesit diotak Sehun, pikiran Sehun terlintas akan sesuatu yang menjadi kegiatannya sewaktu perkemahan tahun lalu, hari itu teman Sehun tidak bisa berenang dan menyebabkan dirinya tenggelam disungai, karena kehabisan napas, guru pembimbingnya memberi anak itu napas buatan sebagai pertolongan pertama. Dan pikiran untuk melakukan itu tiba-tiba saja terlintas dipikiran Sehun.
“Tenanglah.. Aku akan memberimu pertolongan pertama” kata Sehun memberi aba-aba. Dengan keringat panas mengucur dipelipisnya. Sehun sangat gugup.
“Appaaa?” kata Jeorin semakin sesak.
Melihat kondisi Jeorin yang kian mengenaskan, Tanpa aba-aba lagi, Sehun mempersiapkan dirinya untuk memulai aksinya, ia menelan ludahnya berkali-kali. Lalu perlahan menelangkup wajah Jeorin dengan sentuhan lembut. Jeorin membelalakkan matanya lebar. Sesaknya semakin bertambah parah tatkala wajah Sehun sudah berada tepat didepannya. Dapat ia lihat jika tatapan Sehun begitu fokus pada bibirnya, Jeorin terhenyak. Hendak mendorong bahu Sehun, namun tenaganya sungguh melemah saat ini.
“Sss..sunbae..hmmppft”
Bibir Sehun berhasil membungkam bibirnya dengan lembut, tangan Jeorin tetap berpegang pada bahu Sehun, sebab ia sempat mencoba mendorongnya beberapa detik yang lalu. Jeorin menutup matanya rapat, ia tidak pernah membayangkan sampai sejauh ini, bahkan bibir Sehun terasa lebih manis dari bayangan ataupun mimpinya.
Jeorin menutup mulutnya rapat, pertanda jika ia melarang lidah Sehun untuk menerobos masuk kedalam sana. Namun karena Jeorin tetap menutup mulutnya, Sehun tidak bisa memberinya asupan oksigen kedalam paru-parunya, Sehun melepaskan insiden ciuman itu.
“Buka mulutmu.. Kau membutuhkan oksigen” kata Sehun lirih.
Sedangkan Jeorin, mata gadis itu berwarna kemerahan. Menahan tangis yang ingin pecah. Jeorin menggeleng perlahan. “Jangan Sunbae..” gumamnya.
Sehun mengangkat dagu Jeorin dengan lembut. “Ayolah.. Aku tidak ingin kau mati” titahnya lagi.
Perkataan itu sontak membuat pipi Jeorin memanas, bahkan rasa sesaknya tidak lagi ia rasakan. Yang ada.. Hanyalah ledakan besar yang terjadi dalam dirinya. Jeorin merasa banyak kembang api meletup didadanya. Jantungnya berdegup kencang.
‘Oh Sehun.. Jangan terlalu berlebihan, aku tidak akan mati hanya karena alergi’
Jeorin menutup matanya kembali, melihat itu.. Sehun mengerti bahwa Jeorin sudah menyetujui permintaannya. Sehun menelangkup wajah Jeorin kembali, lalu tangannya beralih pada tengkuk Jeorin, menekannya perlahan lalu memberinya asupan oksigen kedalam paru-parunya. Jeorin terhanyut dalam suasana itu, hingga ia tidak sadar kalau posisi dirinya dan Sehun sudah menempel di sudut tembok. Karena Sehun yang sudah terlarut dalam kegiatannya.
Jeorin memang merasakan oksigen yang diberikan Sehun kedalam paru-parunya, namun ternyata.. Diluar dugaannya, Sehun melakukan lebih dari itu. Dia tidak hanya memberinya napas buatan, namun ia juga sudah merebut ciuman pertamanya.
Jeorin terlonjak, ia mengingat satu hal lain. Mata Jeorin membelalak, gadis itu mendorong kuat kedua bahu Sehun yang tengah seduktif menciumnya. Jeorin mencoba berdiri, napasnya sudah kembali normal karena pertolongan yang diberikan Sehun.
“SUNBAE!! APA YANG KAU LAKUKAN!!” bentak Jeorin dengan suara serak.
“Mwo?” Sehun menjauhkan tubuhnya dari Jeorin. Mulai sadar akan apa yang sudah ia lakukan.
“SUNBAE!! KAU JAHAT!!” bentak Jeorin lagi, gadis itu menutup mulutnya rapat, mencoba menahan isakannya yang ingin keluar.
“j-jeorin!!” panggil Sehun sendu.
“Hiks.. Kau jahat sunbae!” isak Jeorin. Sedangkan Sehun, ia hanya terdiam dengan perasaan serba kalut.
Jeorin menyeka air matanya dengan kasar, gadis itu hendak melangkah meninggalkan ruangan itu dan juga Sehun. Tangan Jeorin sudah menyentuh knop pintu dan akan segera memutarnya.
GREB!!
Jeorin terperanjat kaget. Bibir gadis itu masih bergetar hebat, semua rasa sakitnya seolah beradu menjadi satu. Semuanya memberontak secara perlahan, tangisan Jeorin semakin menjadi tatkala kedua mata sayunya menangkap sepasang tangan yang tengah mengalung diperutnya. Sepasang tangan yang tertaut tanpa izin. Sehun menahan Jeorin agar ia tidak pergi.
“hikss…”
Jeorin benar-benar tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata lagi, tubuh Sehun sudah menempel sempurna di punggungnya. Bahkan napas lelaki itu terdengar memburu ditelinganya. Semua obsesi itu, membuat Jeorin hampir gila.
I don’t wanna love.. Couse It’s make me hurt..
Jeorin ingin sekali mendorong tubuh Sehun dibelakangnya, tubuh seseorang yang entah sejak kapan tertarik pada dirinya. Jeorin terisak pedih.
Oh Sehun.. Apa yang sudah kau lakukan? Apa kau ingin menyakitiku lebih dalam lagi? Kumohon berhentilah.
“LEPASKAN AKU SUNBAE!!”
Setelah lama terdiam mematung dengan posisi yang sama seperti awalnya. Akhirnya Jeorin dapat mengerahkan semua tenaganya untuk mendorong tubuh Sehun dibelakang punggungnya. Sehun sudah menjauh.
Namun yang membuat suasana semakin canggung adalah..
Sebenarnya, apa yang ada dalam otak Oh Sehun? Bukankah dia sudah memiliki yeojachingu? Lalu.. Apa maksud dirinya mendekati Jeorin, bahkan merebut ciuman pertamanya, apa dia ingin menyakiti Jeorin hingga pada ulu hatinya?
Jeorin menatap Sehun sekilas, tatapan tajam yang belum pernah ia keluarkan sebelumnya. Dengan air mata membendung dikantung matanya, iris memerah dan bibir yang sedikit bergetar.
“Aku membencimu sunbae”
Bibir jeorin terbuka, dan satu patah kalimat tajam berhasil lolos dari bibir tebal gadis itu. Jeorin menarik knop pintu gudang tersebut.
“JUNG JEORIN!! AKU MENYUKAIMU!!”
DEG
Langkah kaki Jeorin terhenti secara tiba-tiba. Satu tetes air matanya mendelisir pipi merona gadis itu. Jeorin mematung ditempat. Otaknya masih mencoba mencerna kata-kata yang dilontarkan lelaki itu.
Are you kidding me boy ? Don’t make the hell..
Jeorin menggelengkan kepalanya tidak percaya. Mata gadis itu tertutup rapat, ia terlanjur pasrah dengan semua keadaan ini.
Bukankah terlihat jelas kalau Sehun sudah mempermainkannya ?
Jeorin masih terdiam, ia enggan untuk menjawab pernyataan itu. Pernyataan yang membuat darah Jeorin seketika berhenti mendelisir ditubuhya. Jeorin memang senang saat mendengarnya, namun.. Ada hal lain yang membuat gadis itu tidak ingin merespond pernyataannya.
Bagaimana dengan gadis itu? Gadis lain yang menjalin hubungan dengan Sehun? Bahkan statusnya kini masih belum jelas bagaimana.
Jeorin ingin melanjutkan langkahnya kembali, meninggalkan Sehun yang terdiam menunggu jawabannya.
“AKU MENYUKAIMU!! SEJAK AWAL SAAT AKU BERTEMU DENGANMU!! HUBUNGANKU DAN HYERA SUDAH BERAKHIR!! AKU MENGETAHUI SEMUANYA!! DIA YANG SUDAH MEMBUATMU TERLUKA!!”
DEG
Jeorin terhenyak. Entah sudah kesekian berapa kalinya darah Jeorin berhenti mendelisir di urat nadinya. Namun, kali ini lebih dahsyat dari sebelumnya. Seperti ada bongkahan batu besar menghantam dikepalanya. Tenggorokan Jeorin tercekat kuat. Seolah ia adalah manusia yang sedang dalam tahap mati suri, kaki Jeorin melemas secara tiba-tiba. Jeorin tidak dapat mencerna dengan baik kalimat yang dilontarkan oleh lelaki itu.
S-ssunbae ? Did you know? If i want you.. I want you sunbae..
Hati Jeorin terus berbicara, namun bibir mungilnya masih tetap mengatup rapat. Jeorin tidak sanggup mengucapkan kalimat itu. Kalimat dimana ia benar-benar menyukai anak lelaki didepannya ini. Ia seperti orang bisu.
I wanna love you.. I’m really love you.. Sunbae ?
“Jeo?” panggil Sehun lirih.
Jeorin tetap diam, ia masih saja enggan merespond suara itu. Bukankah dia sudah mengakuinya, semua kenyataan itu. Jung Jeorin, inilah kenyataan dari semua mimpi indahmu.
You are mine.. Just my mine..
Jeorin terdiam ( lagi ), beberapa siswa yang lain sudah muncul dari gerbang sekolah, pertanda jika jam pelajaran akan segera dimulai. Jeorin masih saja terdiam. Gadis itu terlalu bodoh untuk menghadapi semua ini.
Detik berikutnya, Jeorin memaksakan dirinya agar tidak terisak beberapa saat. Jeorin membalikkan badannya untuk menatap Sehun yang sedari tadi membelakanginya. Jeorin mengusap sisa air matanya kembali. Gadis itu mencoba tersenyum walaupun air matanya masih saja sempat menetes.
“Sunbae ?” panggil Jeorin dengan suara serak.
“Hmm?”
Jeorin tersenyum kecil, sepatu snickers-nya tampak bejinjit sedikit. Sehun paham akan apa yang dilakukan Jeorin. Sehun menutup matanya, benar.. Jeorin berjinjit untuk meraih bibirnya. Tangan Sehun beralih mengalung pada pinggang Jeorin, mencoba menahan gadis itu agar tetap dalam posisi ini. Jeorin melumat bibir Sehun dengan lembut, semua perasaan itu seolah ingin ia luapkan dengan ciuman ini, ciuman seseorang yang rela menunggu dalam waktu yang lama.. Demi seseorang yang ia cintai dengan tulus. Dan disela-sela ciuman itu, air mata Jeorin kembali menetes tanpa permisi. Ia terlalu bahagia, bahkan ia juga tersenyum dalam ciumannya.
~You ask me how my day was as if it is same everyday
I say I’m okay but you really don’t know how I feel
Do you think I’ll be okay without you?
Are you okay without me?
The world without you is so hard that I blame myself for still breathing
What should I do? Even now, I live each painful days because of your words
Tell me if this is a bad thing to do
Are you living each day painfully like I am?
You and me
Are we too late? Do we not have a chance?
I still think about you and you might know this
Finally is this it? Are we going to end like this? Is it okay with you?
I don’t think I can do it. The love I find with you, I won’t find it anywhere even if I die
What should I do? If it isn’t you no one else can hold my heart
Please hold me. And you know that even though the whole world tries to
No one can erase your memories. So please hold me
What should I do? Even now, I live each painful days because of your words
Tell me if this is a bad thing to do
Are you living each day painfully like I am?
You and me
Is it too late? Do we not have a chance?
But me, I still think about you, and you might not know~
–
–
`FIN`
