Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Love After School

$
0
0

Love After School

Love After School

Author : Shim Na Na

Main Cast : Lee Hyejin, Oh Sehun

Genre : Romance. School Life

Rating : Teen

Length : One Shoot

Siang itu saat istirahat makan siang, Sehun sedang duduk di mejanya sambil memandangi halaman sekolah dari balik jendela kelasnya. Terlihat para siswa laki-laki yang sedang bermain basket di halaman depan, ada lagi kumpulan siswi perempuan yang sedang sibuk tertawa entah membahas apa. Sehun memusatkan padangannya pada seorang siswi perempuan yang sedang berjalan sambil menikmati musik yang didengarnya melalui headsetnya.

“Oh Sehuuun, kau sedang melihat apa ?” teriakan seorang perempuan membuat Sehun memalingkan pandangannya dari siswi yang berjalan di halaman sekolah tadi.

“Apa lagi ? Kau mengganggu saja.” Sehun mengerutkan alisnya pada perempuan yang datang bersama dua teman perempuannya.

“Jangan marah begitu. Aku ingin meminta pertolonganmu.” Perempuan bernama Hyera itu tersenyum penuh maksud pada Sehun. Dia memutar kursi yang ada di depan Sehun agar dia bisa duduk berhadapan dengan Sehun. Tanpa basa-basi perempuan bernama Hyera itu mengutarakan maksudnya kepada Sehun. Dia meminta Sehun yang pintar melukis untuk melukiskan seseorang yang akan dijadikan hadiah ulang tahun. Sehun memang pintar melukis, selain karena wajahnya yang menawan, dia terkenal di kalangan sekolah karena seringkali memenangkan perlombaan seni yang diadakan antar sekolah. Hyera menyodorkan selembar foto seorang anak perempuan pada Sehun.

“Ini fotonya yang kuambil saat study tour bulan lalu, disini dia terlihat sangat manis. Kau harus membuat lukisannya persis seperti ini. Aaah tidak, kalau bisa lebih bagus dari ini. Kau kan yang paling pintar melukis di sekolah ini. Aku akan membelikanmu jus saat makan siang selama seminggu untuk imbalannya.” Hyera lagi-lagi tersenyum penuh arti pada Sehun.

“Baiklaah. Nanti akan ku usahakan sebagus mungkin. Sudah, pergilah. Kau menghabiskan jatah  istirahat siangku saja .” Sehun kembali memalingkan wajahnya ke arah jendela kelas.

“Dasar pelit, padahal 10 menit saja tidak sampai. Simpan foto itu, awas kalau sampai hilang.  Oh iya, kau harus selesaikan lukisan itu sebelum hari jumat ya.” Hyera mengingatkan Sehun yang hanya dijawab dengan acungan jempol oleh Sehun. Tak lama bel masuk pun berbunyi.

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Sehun sudah menyandang tasnya berjalan di koridor sekolah yang sesak penuh dengan siswa siswi yang akan pulang juga. Rombongan siswa-siswi berjalan bergrombolan saat jam pulang sekolah, Sehun melambatkan langkahnya sambil melihat ke arah depan. Tiba-tiba terasa seseorang menepuk pundaknya, Sehun menoleh ke belakang.

“Sehun, hampir saja aku kehilanganmu. Kau buru-buru sekali keluar dari kelas, padahal tadi aku ingin mengajak pulang bersama. Untung saja aku masih melihatmu disini.” Seorang siswi perempuan berkata dengan terengah-engah karena habis berlari.

“Oh, aku kira kau akan pulang bersama Hyera dan lainnya.” Sehun menjawab datar pada siswi itu.

“Oh, hari ini tidak. Hyera bilang dia ada jadwal les jadi mungkin lebih baik aku tidak pulang bersamanya daripada merepotkan. Lagi pula aku kan bisa pulang bersamamu.” Siswi itu berkata sambil mengelap keringatnya. Sehun hanya memandangi perempuan itu, dan mulai berjalan kembali. Perempuan itu berjalan di samping Sehun sambil tersenyum.

Sepanjang jalan perempuan itu terus berceloteh menceritakan apapun yang ingin diceritakannya pada Sehun, dan Sehun tentu saja menjadi pendengar yang cukup baik, setidaknya dia masih menganggukkan kepalanya beberapa kali selama perempuan itu bercerita. Tak beberapa lama Sehun tiba di depan pintu pagar rumahnya. Perempuan itu berhenti dan kembali menepuk pundak Sehun lalu berlari sambil melambaikan tangannya pada Sehun dan masuk ke rumah yang berada tepat di sebelah rumah Sehun. Benar, Sehun dan perempuan itu adalah tetangga.

Sehun masuk ke dalam kamarnya, lalu membongkar isi dalam tasnya sampai dia menemukan selembar foto yang tadi diberikan Hyera padanya. Sehun lama memandangi foto itu, foto seorang gadis yang sedang tersenyum sangat bahagia. Sehun lalu meletakkan foto itu di meja belajarnya, berjalan keluar kamar untuk makan malam.

***

Setelah makan malam, Sehun mulai mengurung dirinya. Sehun mengambil foto gadis yang ada di atas meja, mulai melukis wajah gadis itu diatas bingkai kanvas. 1 jam kemudian, wajah gadis yang bahagia itu sudah ada di lembaran kanvas milik Sehun, senyuman gadis itu terlihat begitu nyata. Sehun memandang puas pada lukisan itu, lalu beberapa detik kemudian beralih memandangi foto sepasang anak kecil dengan bingkai kayu yang diletakkan di bagian jendela di depan meja belajarnya. Sehun melihat dengan jelas seorang anak perempuan yang memeluk seorang anak laki-laki. Senyuman anak perempuan itu sama persis dengan senyuman gadis yang ada di lembaran kanvas Sehun. Sehun tau benar, anak perempuan yang ada di dalam foto bingkai kayu itu sudah tumbuh besar menjadi gadis yang cantik seperti gadis dalam lukisan Sehun.

***

Hari itu hari kamis, Sehun membawa lukisan yang dipesan oleh Hyera ke sekolah, tentu saja dia membungkus lukisan itu dengan baik agar tidak seorang pun melihat lukisan itu. Sehun memberikan lukisan itu pada Hyera saat bel pulang sekolah sudah berbunyi. Transaksi mereka dilakukan di halaman belakang sekolah dimana hanya ada Sehun, Hyera dan dua siswi lain. Hyera membuka lukisan itu, dan betapa terkejutnya dia mendapati wajah seorang gadis yang begitu cantik dalam lukisan itu.

“Wah Sehun, aku memang tidak salah memilihmu untuk mengerjakan tugas ini. Hyejin pasti sangat terharu dengan hadiah ini. Lengkap sudah persiapan untuk kejutan ulang tahun Hyejin. Oh iya Sehun, besok setelah pulang sekolah kau ikut denganku ya, kita akan memberikan kejutan untuk Hyejin bersama-sama. Kau tidak boleh protes, dia kan teman sekelasmu juga jadi kau juga harus ikut merayakannya bersama kami. Kalau kau tidak mau, kami akan menyeretmu keluar dari rumah sampai kau mau ikut.” Hyera tertawa lebar, rencananya untuk memberi kejutan pada Hyejin sudah mencapai tahap 90% dan Sehun mau tak mau harus ikut di dalam rencana itu. Sehun tidak mengatakan apapun, hanya melihat ke arah jam tangannya.

“Sudah selesai kan ? Aku mau pulang.” Sehun membalikkan badannya dan mulai berjalan meninggalkan Hyera dan teman-temannya.

“Sehun, kalau nanti kau bertemu Hyejin jangan katakan apapun ya padanya. Kau pura-pura tidak tau saja tentang rencana ini. Kalau sampai rencana ini bocor, jus satu minggumu tidak akan ku bayar.” Hyera berteriak pada Sehun yang hanya mengacungkan jempolnya tanpa menoleh ke arah Hyera.

***

Hari itu adalah hari jumat, hari itu jadwalnya pelajaran seni di kelas Sehun. Guru seni menugaskan mereka untuk melukis berbagai tempat dan pemandangan di sekitar sekolah. Tentu saja alasan ini dipergunakan Sehun untuk pergi keluar ruangan dan mengerjakan hal yang paling disenanginya, melukis. Sehun duduk di bawah sebuah pohon besar, mulai melukis bangunan sekolah yang menjadi objek lukisnya. Sehun menyadari ada bayangan yang menimpanya saat dia sedang serius menyelesaikan lukisannya. Dia menengadahkan kepalanya agar dapat melihat siapa yang datang.

“Wah, lagi-lagi gambarmu bagus. Kenapa aku tidak dilahirkan dengan bakat sepertimu ya.” Seorang siswi duduk di sebelah Sehun sambil membawa kertas sketsa. Dia adalah siswi yang tinggal di sebelah rumah Sehun. Sehun terkejut melihat kedatangan perempuan itu.

“Kau sudah selesai ?” tanya Sehun pada perempuan itu dengan tatapan tajam.

“Hmm..bagaimana ya, kalau dikatakan selesai juga tidak, tapi aku dari dulu kan tidak bisa melukis. Dari dulu kan aku hanya mengandalkanmu tiap pelajaran seni. Pasti kau merasa bosan kalau aku meminta bantuanmu tiap pelajaran melukis.” Perempuan itu tertawa pada Sehun, matanya yang kecil menjadi garisan saat dia tersenyum. Dia memperlihatkan hasil lukisannya pada Sehun.

“Hahaha..gambarmu masih saja seperti saat sd dulu.” Sehun spontan tertawa saat melihat lukisan perempuan itu. Perempuan itu ikut tertawa bersama Sehun. Tiba-tiba suasana disekitar mereka yang tadinya dingin berubah menjadi hangat. Mereka saling bercerita sambil menyelesaikan tugas melukis. Tiba-tiba saja perempuan itu menyandarkan punggungnya ke punggung Sehun, kini mereka saling membelakangi. Perempuan itu memasang headsetnya, memutar playlistnya sambil menggoyang-goyangkan kaki. Sehun tanpa sadar merasa detak jantungnya berdetak tidak karuan.

***

Bel tanda pulang sudah berbunyi, perempuan yang tadi duduk bersama Sehun menghampirinya untuk mengajak Sehun pulang bersama, tapi Sehun menolak karena dia sudah berjanji pada Hyera.

“Maaf ya, bisakah hari ini kau pulang sendirian. Aku ada urusan.” Sehun berhadapan dengan perempuan itu. Raut perempuan itu memang sedikit kecewa, tapi dia tersenyum pada Sehun lalu berjalan mendahului Sehun. Sehun melihatnya dari jauh, merasa tidak enak. Beberapa menit setelahnya, Hyera menjemput Sehun untuk pergi memberi kejutan pada Hyejin, sahabat Hyera. Sehun duduk di kursi belakang sambil memandangi jalan yang biasa dilaluinya saat pulang. Tak berapa lama setelahnya, mereka tiba di depan rumah Hyejin.

“Sehun, kau yakin Hyejin sudah pulang ? Kalau dia belum pulang, kejutan kita akan sia-sia.” Hyera berbicara pada Sehun.

“Aku yakin dia sudah sampai rumah. Telpon saja, suruh dia keluar. Cepatlah, aku tidak bisa berlama-lama.” Sehun melipat tangannya.

“Kau ini, tetanggamu ulang tahun tapi kau sama sekali tidak berbahagia.” Hyera segera menelpon Hyejin dan meminta Hyejin keluar. Beberapa menit kemudian, pintu pagar terbuka dan Hyejin muncul di hadapan mereka.

SURPRISE !!” Teriakan Hyera dan temannya sangat lantang membuat Hyejin terkejut. Kertas warna warni segera berterbangan di sekitarnya, lalu dia merasakan dinginnya air turun dari kepalanya. Ternyata Yura, salah satu temannya menyiramkan seember air ke kepala Hyejin, padahal saat itu Hyejin sedang memakai headsetnya.

“Selamat ulang tahun Hyejin, sabahat kesayangan kami.” Hyera dan temannya memeluk Hyejin yang basah karena air yang disiramkan Yura. Hyejin benar-benar terkejut, tapi dia merasa sangat bahagia. Hyejin melihat ke arah Sehun yang tersenyum simpul kepadanya, Sehun menyodorkan kue tart pada Hyejin agar dia bisa segera meniup lilin yang hampir meleleh. Setelah tiup lilin, Hyera menyerahkan bungkusan kado pada Hyejin.

“Hyejin, ini kado yang paling spesial dari kami semua. Kau harus membukanya saat tiba di kamar.” Hyera menyerahkan bungkusan lukisan dari Sehun yang sudah dibungkusnya dengan kertas kado yang cantik.

Setelah ritual ulang tahun yang biasa mereka lakukan selesai, Hyera dan temannya berpamitan pada Hyejin setelah mereka selesai berfoto. Akhirnya tinggal Hyejin dan Sehun dan setumpuk hadiah. Sehun ikut berpamitan pada Hyejin, lalu segera pulang ke rumahnya yang bersebelahan dengan rumah Hyejin. Hyejin sekali lagi tersenyum pada Sehun.

***

Sore di hari minggu, Sehun pergi keluar untuk berjalan-jalan. Pikirannya sedang ingin tenang, dia memilih pergi ke toko buku. Sambil berjalan, Sehun mengingat-ingat apa yang terjadi setelah pesta kejutan Hyejin kemarin. Malamnya, Hyejin mengirim pesan pada Sehun.

“Tuan Oh, terima kasih atas lukisan yang kau berikan. Aku sangat terharu, pasti kau menghabiskan persediaan cat mu yang berharga itu demi melukis wajahku yang cantik ini. Aku sangat berterima kasih, aku berharap kita bisa selalu pulang bersama. Salam hangat dari Nyonya Lee.” Begitu bunyi pesan Hyejin yang membuat jantung Sehun berdegup kencang dan membuatnya sulit tidur.

Sehun masuk ke dalam toko buku yang juga menjual elektronik. Sehun pergi ke bagian eletronik. Sehun membeli sebuah barang dan memasukkannya ke dalam kotak berpita. Setelahnya, Sehun beranjak pergi ke bagian cat lukis, lalu dia terkejut saat melihat seseorang yang sedang berjongkok juga memilih cat lukis. Orang itu melihatnya dan juga terkejut.

“Sehun, apa yang kau lakukan disini ?!” Hyejin yang sedang berjongkok segera berdiri melihat Sehun.

“Semestinya aku yang bertanya padamu, sedang apa kau berjongkok disitu ?”

“Ah tidak. Aku pergi dulu ya.” Hyejin langsung berlari menghindar dari Sehun. Sehun tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa melihat Hyejin yang menghilang di balik rak-rak alat tulis yang tinggi.

Sehun keluar dari toko saat dia menemukan Hyejin sedang berdiri di samping pintu masuk. Sehun menyapa Hyejin.

“Sehun, kau sibuk tidak. Aku ingin mengajakmu minum soft drink, hitung-hitung traktiran ulang tahunku. Kau mau kan ?” Hyejin langsung menarik tangan kanan Sehun yang terjuntai bebas. Sehun lagi-lagi merasa dadanya berdegup kencang, tapi dia yakin dia sedang tidak sakit jantung. Hyejin dan Sehun akhirnya duduk di sebuah cafe, Hyejin memesan bubble tea untuk mereka berdua.

“Minuman favoritmu tidak berubah ya, dari dulu masih saja kau selalu memesan minuman dengan rasa yang sama. Apa kau tidak bosan ?” Hyejin bertanya pada Sehun sambil meminum bubble tea miliknya.

“Tidak, aku bukan seseorang yang mudah bosan dengan sesuatu.” Sehun juga meminum bubble tea nya.

“Benarkah ? Berarti kau juga tidak pernah bosan saat bersamaku ?” Kali ini Hyejin melihat ke arah Sehun, wajahnya sedikit memerah lantaran sedikit malu menanyakan itu pada Sehun. Sehun berhenti meminum bubble tea nya.

“Hahaha..aku hanya berpikir, sejak kau pindah ke sebelah rumahku, aku selalu saja berusaha mengganggu mu tapi kau tidak pernah marah. Kita juga jadi satu sekolah sejak sd, kau juga selalu pulang bersama ku. Rasanya kita sudah sering kali bertemu, pasti kau merasa bosan kan ?”

“Tidak, aku tidak pernah bosan.” Sehun menjawab singkat pertanyaan Hyejin sambil memandangi bubble tea nya. Mereka diam sejenak, Sehun menghela napas panjang.

“Sebenarnya ada yang ingin aku katakan.” Tiba-tiba Hyejin dan Sehun berkata serempak. Suasana canggung mulai mengelilingi mereka berdua. Lagi-lagi mereka hanya diam, tapi saat itu juga Hyejin mengeluarkan sebuah bungkusan dari dalam tasnya dan menyerahkannya pada Sehun.

“Ini, ambillah. Aku membelinya tadi, aku tidak menyangka akan bertemu denganmu, makanya aku kaget sekali dan langsung pergi. Ini hanya cat lukis biasa, tidak begitu istimewa sih, tapi ini tanda terima kasihku karena lukisan yang kau berikan tempo hari. Aku sangat senang, lukisan itu adalah lukisan terbesar yang pernah aku terima. Aku jadi ingat, dulu tiap kali aku menangis karena kau tidak mau bermain denganku, kau pasti pergi ke rumahku untuk memberikan sketsa wajahku. Bahkan sampai sekarang aku sudah punya koleksinya yang ku simpan sejak dulu. Kau juga selalu membantuku saat mengerjakan tugas, apapun saat aku tidak bisa kau pasti datang membantuku. Kadang, aku menjadi malu sendiri karena merasa terlalu manja padamu. Tapi sekarang kita sudah besar, berhubung umurku sudah bertambah, aku berjanji tidak akan melakukan itu lagi.” Hyejin berbicara sambil memainkan sedotan, dia tidak ingin memandang Sehun yang hanya diam.

Sehun mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tasnya.

“Ini, ambillah sebagai hadiah ulang tahunmu. Aku tau headsetmu rusak karena tersiram air kemarin. Ini aku berikan yang baru.” Sehun menyerahkannya pada Hyejin, Hyejin membukanya dan menyambungkan ke ponselnya.

“Bagus tidak ?” Hyejin bertanya pada Sehun dengan mata yang berkaca-kaca. Tiba-tiba bulir air matanya menetes di wajahnya yang putih. Sehun sontak terkejut melihat itu.

“Yah, Hyejin. Kenapa kau menangis ? Apa aku salah ? Jangan menangis Hyejin, aku tidak tau harus berbuat apa kalau kau menangis disini. Sudah, jangan menangis.” Sehun seketika panik, dia tidak terbiasa melihat Hyejin yang biasanya ceria menangis di depannya.

“Maafkan aku, aku tidak bisa menahannya lagi. Aku hanya merasa betapa sedihnya aku membayangkan kalau kau sudah sibuk dan tidak bisa menghabiskan waktu bersama. Aku tidak tau apakah aku bisa menemukan orang lain sepertimu. Akuu..akuu..aku tidak tau kenapa aku menangis.” Hyejin tersedu-sedu sampai dia kesulitan untuk berbicara. Tapi tiba-tiba saja dia merasa seseorang memeluknya.

“Aku tidak akan pergi kemana-mana. Aku tidak akan  meninggalkanmu, aku janji. Aku juga terbiasa selalu menghadapimu, aku sudah terbiasa meminjamkan punggungku untuk kau sandari. Akuu..aku..aku berharap kau juga tidak pernah pergi meninggalkanku. Aaa..maksudku, aku..aku ingin kau selalu berada disampingku. Aku tidak pernah merasa bosan saat padamu. Aku tau kita sudah dewasa, aku tau sikap kita sudah mulai berubah, tapi aku tidak pernah bermaksud menjauh darimu. Aku melakukan ini semua hanya karna aku tidak siap kalau suatu saat kau pergi menjauh dariku. Saat pertama kali pindah, hanya kau yang selalu berusaha mengajakku bermain meskipun aku tidak mau karena malu. Aku juga ingat kau yang selalu menunjukkanku jalan pulang ke rumah kalau aku tersesat saat pulang sekolah. Aku ..aku sadar aku menyukaimu dan tiap kali melihatmu rasanya jantungku berdebar tidak karuan. Aku..aku menyukaimu lebih dari seorang sahabat, lebih dari seorang tetangga, tapi aku takut mengatakannya. Aku, aku menyukaimu seperti seorang pria menyukai wanita, tapi aku takut kau akan berubah padaku. Aku..aku tidak tau lagi harus berkata apa. Yah Hyejin, jangan menangis lagi. Aku sudah kehabisan kata.” Akhirnya perasaan Sehun yang selama bertahun-tahun disimpannya untuk Hyejin keluar dalam beberapa menit.

Hyejin mengangkat wajahnya yang tadi ditutup dengan kedua tangannya. Hyejin memutar balik badannya, dan secara spontan menempelkan bibirnya pada bibir Sehun yang tipis. Sehun terkejut bukan main, tapi badannya terasa kaku tidak dapat bergerak.

“Akhirnya aku mendengar yang selama ini aku tunggu. Dasar Sehun bodoh, kenapa kau membiarkan aku menunggu selama ini. Kau punya banyak waktu bersamaku tapi kau lebih memilih merahasiakannya dariku. Kau benar-benar bodoh.” Hyejin membalas pelukan Sehun dengan hangat.

“Kau..apa maksudmu ? Kau menunggu apa ? Jadi selama ini kau menungguku mengatakan aku menyukaimu lebih dulu ? Kau ini, tega sekali. Aku benar-benar merasa bodoh dan tertipu.” Sehun memegang bahu Hyejin sambil menggelengkan kepala tanda tidak percaya, menatap Hyejin yang tersenyum padanya.

“Yah Sehun, jangan marah begitu. Kau bilang kau suka padaku, jadi kau tidak boleh marah.” Hyejin mememeluk Sehun dengan erat, dia merasa lega setelah mendengarkan pernyataan Sehun. Kini mereka tau, kini mereka tidak hanya sekedar sahabat. Sehun membalas pelukan Hyejin, kini dia tidak perlu bersikap dingin dan kaku pada Hyejin, dia tidak perlu takut kehilangan Hyejin.

“Sehun, kau mencintaiku kan ?” Hyejin menatap ke arah Sehun.

“Ye, saranghaeyo Hyejin-ah.”

***



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles