Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

[EXOFF Drabble] Gone

$
0
0
Cast: Wu Yifan
Prompt: Han
Genre: Sad, Psycho
Length: 353 words
Rating: General
.
            Tiga wajah dalam potret yang berbingkai manis dan menggantung di dinding ruang tengah rumah tampak sedang menatap Kris. Tatapan yang tajam, agak sedikit kontras dengan senyum yang mereka keluarkan. Hal ini membuat Kris pusing sendiri. Pria itu hanya terdiam dalam kesunyian yang ia buat. Tak ada hal yang dilakukannya selain menatap balas tiga wajah dalam potret tadi.

            Kris begitu merindukan apa yang tengah ia tatap.
            Ia merindukan seorang pria setengah baya yang sering menghukumnya ketika nilai akademiknya menurun, seorang wanita setengah baya yang sering menceramahinya ketika ia berbuat salah, dan seorang gadis kecil yang begitu menyusahkannya.
            “Lama tidak berjumpa,” Kris bergumam kepada potret itu.
            “Ibu dan Ayah, juga Kate. Aku begitu merindukan kalian. Coba lihat, betapa gelapnya rumah yang besar ini di saat malam seperti ini. Aku sendiri.”
            Kris kembali diam. Dilemparkannya pandangan ke luar jendela besar terdekat, di luar sana terlihat ramai sekali di matanya, terang dan banyak orang. Berbanding dengan keadaan yang mengelilingi Kris saat ini, hanya suara detakan jarum jam dan hembusan nafasnya lah yang terdengar.
            “Ibu,” Kris menatap wanita setengah baya yang ada di potret. “Lihatlah, aku lupa menghidupkan lampu rumah ini karena terlalu sibuk memandangi wajahmu! Tidakkah kau mau memarahiku?”
            Tatapan Kris bergeser.
            “Ayah, nilaiku selalu bagus belakangan ini, kau tidak akan menghukumku bukan? Dan, untuk adik manisku, Kate, apa kau tidak ingin kubelikan mainan baru?”
            Selayaknya benda mati biasa, potret itu tentu tak menjawab perkataan Kris. Angin malam menyusup melalui jendela-jendela besar yang terbuka di rumahnya, menyapu kulit pria itu, membuatnya agak sedikit kedinginan.
            Pria itu menggerakan jemarinya perlahan, lalu disentuhnya permukaan potret tadi. Ia tersenyum hambar. Perasaan ingin mendekat ketiga sosok itu semakin kuat. Kris terlalu merindukan keluarganya. Pria itu membuat air matanya sendiri terjatuh. Detakan jarum jam kini sudah kalah gema dengan tangisannya.
            “Mengapa kalian pergi meninggalkanku?” ungkap Kris pelan di sela tangisnya.
            Beberapa detik kemudian Kris sudah dapat menguasai dirinya. Ia tersenyum. Senyum yang cukup tidak normal jika dikeluarkan oleh seorang sosok yang tengah merindu.
            “Tetapi jika kalian tidak pergi, aku tak bisa sekaya ini.”
            Tiba-tiba suara petir menggelegar dari luar, seolah-olah merespon ucapan Kris.
            “Terimakasih sudah mau pergi ketika aku meminta kalian pergi.”
 
END

Baca FF lainnya di sini.



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles