Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Let Me Love You (Oneshoot)

$
0
0

Author : Kim Dong Ae.

Title : Let Me Love You; Until The Last Second

Cast : Xi Luhan & Ahn Sohee.

Supporting Cast : Find it yourself.

Genre : School life, Sad, Romance

Length : Oneshoot.

Rate : PG.

Haiii!! Saya kembali dengan ff cast nya Luge:3

Big thanks to ZoraArt.

Mian dengan semua ke-typo-an yang ada.

Capcus lah yuukk. Hope you like the story, Happy reading!!^^

 

“Tinggal setahun lagi hingga aku mengucapkan selamat tinggal padamu.”

.

.

.

Di ruang kesehatan sekolah

“Jogiyo.”

“Eh Luhan-a, hari ini juga datang menjemput ya. Terima kasih ya!” ujar suster yang menjaga kamar pasien itu.

“Ah ne.” Jawabnya singkat.

“Kau ikut pertandingan musim semi klub sepak bola kan? Pasti latihannya berat.” Tanya sang suster.

“Ya begitulah.”

“Sohee-ya, apa kau sudah bangun?” tanya sang suster pada pasien dibalik tirai itu.

 

SREK

Pasien itu membuka tirainya.

“Yak Luhannie! Lama sekali!” ujar Sohee itu.

“Ne, ne. Mianhae.” Jawab Luhan santai.

Luhan meletakkan tangannya pada dahi Sohee,

“Syukurlah demammu sudah turun.”

Sohee mendorong Luhan keluar ruangan

“Kau ini, terlalu khawatir!!” ucapnya sambil mendorong Luhan.

“Ini hanya demam ringan seperti biasa. Ayo kita pulang.” Lanjutnya.

“Apa kau yakin?” tanya Luhan memastikan.

“Memang jika aku berbohong kau mau apa? Berikan tanganmu!” jawab Sohee sambil menyodorkan tangannya.

“Aku suka sekali tangan Luhan. Seolah-olah membungkusku. Aku bisa merasakan kehidupan yang sesungguhnya.” Ujar Sohee dalam benaknya.

 

Sepulang sekolah, Sohee dan orangtuanya pergi ke Rumah Sakit untuk checkup penyakit yang diderita Sohee.

Setelah checkup

“Mwo!? Tidak bisa hidup sampai 18 tahun..?” ujar Sohee terkejut, terdiam seribu bahasa.

“Itu adalah kemungkinan terburuknya. Hanya saja, Nona Sohee masih muda, penyakitnya pun bisa berkembang denga cepat.” Ujar dokter yang memerksa Sohee.

“Tapi meskipun begitu, jika Nona Sohee terus meminum obatnya dan melakuan pegobatan, serta tidak berhenti berharap, maka kita sama-sama berusaha.” Lanjut sang dokter.

“Itu semua bohong!!” bentak Sohee sembari memukul meja dan berdiri.

“Tidak.. Ini semua terlalu kejam, kenapa harus aku!? Apa yang harus kulakukan jika Luhan mengeahuinya..” ujar Sohee membatin sambil menangis tersedu-sedu.

 

Keesokan harinya, Sohee masuk sekolah seperti biasa. Tetapi, karena kesehatannya, ia berbaring di Ruang Kesehatan sekolah.

Uhuk uhuk.

“Sohee-ya..” sambut Luhan dengan suara kekhawatirannya.

“Aku tidak bisa mengatakannya.. Aku tidak ingin membuatnya sedih, pokoknya tidak boleh ketahuan.”  Sohee membatin

“Sudah ku bilang aku baik-baik saja, Lu.” Jawab Sohee membelakangi Luhan, menutupi dirinya dengan selimut.

“Geurae..”

“Kalau hanya dengan kata ‘aku baik-baik saja’, Luhan pasti bisa merasa tenang. Maka aku terus berbohong..” lanjutnya membatin.

 

Sepulang sekolah Luhan mengantarkan Sohee hingga depan rumahnya.

Sesampainya di depan rumah Sohee

“Sohee-ya.” Panggil Luhan.

“Ng?”

“Tentang hari minggu nanti.. Mianhae, aku harus ikut latihan tanding.” Ujar Luhan.

“Mwo? Tapi kau bilang, kau akan meluangkan waktu hari minggu nanti untukku” jawab Sohee sedikit kecewa.

“Jeongmal mianhae, Sohee-ya..”

“Padahal hari itu.. adalah hari ultahku yang ke-17”

 

CRING

Semua mata tertuju kepada sebuah benda yang jatuh ke aspal dari pergelangan tangan Sohee, sebuah kado gelang pemberian Luhan saat ulang tahun Sohee yang ke-16.

“Ah..” ucap Luhan sembari membungkuk memungut gelang yang jatuh.

“Sohee-ya, akhir-akhir ini kau semakin kurus ya?” tanya Luhan mengambil tangan Sohee untuk memakaikan gelangnya.

“Hanya perasaanmu saja, Lu.” Balas Sohee.

“Aku akan coba tanya, apa aku bisa bolos pertandingan.” Ujar Luhan.

“Jinjja!?” tanya Sohee gembira

Setelah memakaikan gelang kepada pergelangan Sohee, Luhan mencium Sohee sebagai tanda berpamitan. Sohee tersentak kaget, ia membelalakan matanya. Luhan membalikkan tubuhnya dan berjalan menjauh.

“Jalja..” ucap Luhan terakhir pada malam itu.

“Mianhae Luhan, jeongmal mianhae. Mungkin hari minggu nanti akan menjadi hari ulang tahun terakhirku selamanya. Dan aku ingin melewatinya bersamamu.” Sohee membatin sembari menahan air mata yang ingin menetes.

 

Hari ulang tahun Sohee.

Minggu, 08.00 a.m KST

Hari ini, hari yang sangat di nantikan oleh Sohee. Sohee berdandan secantik mungkin. Ia memakai dress putih selutut bermotif bunga-bunga dibalut dengan semi blazer, memakai flat shoes, sebuah bandana berpita dan sebuah tas selempang.

“Cepatlah datang..” gumam Sohee.

KRINGG

Incoming call

From: Luhannie

010-0085-0804

“Luhannie?” ujar Sohee sembari mengangkat telepon dari Luhan.

“Yeoboseyo? Luhannie? Eodiseo?” tanya Sohee

“Sohee-ya, mianhae..” ujar Luhan disebrang telepon.

“Wae? Kau terlambat?”

“Sepertinya hari ini aku tidak bisa datang.” Kata-kata Luhan membuat Sohee tersentak, sakit hati, sekaligus kecewa.

“Wae!?” tanya Sohee dengan nada tinggi merengek membuat orang-orang disekelilingnya memperhatikan.

“Aku tidak bisa bolos pertandingan. Tahun depan aku pasti akan menemanimu.” Jelas Luhan.

“Andwae! Tidak bisa kalau tidak tahun ini.”

“Aku tidak tahuapakah aku masih bisa hidup atau tidak tahun depan.” Sohee membatin.

Uhuk uhuk.

“Yeoboseyo? Sohee-ya? Apa keadaanmu memburuk?” tanya Luhan khawatir.

“A..ani.. aku baik-baik saja, Lu.” Jawab Sohee berusaha meyakinkan Luhan.

“Tapi,aku tidak bisa mengatakannya..” lanjut Sohee membatin.

“Sohee-ya, aku..” belum sempat Luhan menyelesaikan kata-katanya, Sohee memotong perkataan Luhan.

“Geumanhae..” ucap Sohee terakhir kalinya, lalu ia memutuskan sambungan teleponnya.

Sohee memutuskan untuk mematikan teleponnya agar tidak ada yang dapat menghubunginya.

Di keramaian, Sohee duduk termenung dengan menahan air mata yang ingin menetes keluar dari mata, Sohee menopang wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

“Mereka semua enak ya.. Seandainya saja aku bisa menikmati saat-saat sekarang. Aku tidak perlu memikirkan seberapa banyak kebahagiaan yang sudah kuraih. Kenapa hidup ini tak adil…” gumam Sohee.

“Ulang tahunku tahun kemarin jauh lebih baik. Seandainya aku terus merasa bahagia seperti itu. Aku takut, saat Luhan sendirian.. rasanya aku tidak tenang. Seandainya besok aku tidak bangun lagi dan kami tidak bertemu lagi, aku harus bagaimana?” lanjut gumamannya.

Ia menundukkan kepalanya

Uhuk uhuk.

“Sohee! Ahn Sohee!” teriak seseorang dari kejauhan.

Luhan datang menghampiri Sohee dengan wajah yang sangat khawatir. Dipegangnya pundak Sohee agar Sohee mengangkat kepalanya.

“Kau tidak apa-apa!?” tanya Luhan dengan khawatir. Kehadiran Luhan membuat Sohee bingung. Ia menatap Luhan dengan tatapan bingung.

“Eh? Seolma…? Wae…??” dibenak Sohee penuh dengann pertanyaan.

Luhan berlutut dihadapan Sohee untuk menyeimbangkan pandangan mereka.

“Pertandingannya..?” tanya Sohee sedih

“Sohee-ya, jangan memaksakan dirimu kalau sedang ada di hadapanku. Saat kau merasa menderita, katakan saja. Sepak bola memang penting bagiku, tapi aku juga ingin memperlakukanmu sama berharganya, bahkan lebih..” ujar Luhan. Seusai ia berbicara, Luhan menahan malu yang menerjangnya. Sohee hanya mendengarkan dengan terkejut.

“Rasanya dadakusesak karena Luhan sangat baik padaku, padahal kebohonganku semakin hari semakin banyak. Sejak pertama kali bertemu, Luhan sama sekali tidak pernah berubah.” Sohee membatin.

 

Keesokan harinya..

Di kelas

Uhuk uhuk.

Sohee terduduk lemas di kursinya. Ia menaruh kepalanya ke meja.

“Sohee-ya, gwenchana?” tanya salah satu teman sekelas Sohee.

Dengan tiba-tiba Luhan datang dan mengantarkan Sohee ke ruang kesehatan.

 

Di ruang kesehatan

“Mian sudah merepotkan, gomawo Lu.” Ucap Sohee.

“Ah, gwenchana.” Jawab Luhan.

“Eum.. sebaiknya kau kembali ke kelas Lu.” Ujar Luhan.

“Dari kemarin, aku terus memikirkan.. aku sama sekali tidak tau apa yang sebaiknya kubeli. Bisa kau beritahuku?” tanya Luhan serius.

“Hmm… kalau begitu, aku punya satu permintaan.” Jawab Sohee menggantungkan kata-katanya.

“Teruslah berada di sampingku, Lu.” Lanjut Sohee

Sejak saat itu, Luhan menjadi orang yang paling penting dalam hidup Sohee. Keesokan harinya pun mereka berkencan.

“Lu, ayo kita makan kue yang sudah kubeli.” Ujar Sohee antusias.

“Tapi lebih baik dirayakan di restoran.” Jawab Luhan memberi saran.

“Gwenchana, seperti ini saja sudah membuatku bahagia Lu.” Lanjut Sohee sambil memberi senyuman bahagianya.

 

KRRIINGG

Telepon Luhan berdering, terpaksa Luhan harus mengangkatnya.

“Ah mian..” ujar Luhan sembari mengangkat teleponnya.

“Xi Luhan! Apa yang kau lakukan! Seenaknya saja keluar!”

“Mianhamnida, sonsaengnim.”

“Aku akan hapus namamu dari daftar pemain pertandingan musim semi!!

“Aku akan siap..”

Sohee yang mendengar percakapan itu, tersentak. Ia tidak percaya dengan semua ini. Dengan segera, Sohee mencegah perbuatan Luhan.

“Andwae! Pergilah! Sekarang juga. Kembalilah!” cegah Sohee.

“Sohee-ya..” ujar Luhan kaget.

“Aku tidak boleh seperti ini. Padahal aku tahu aku akan meninggal, tapi aku tetap terus mengikat Luhan. Aku tidak bisa membuatnya susah lebih dari ini..” Sohee membatin.

“Kita putus saja.” Ucap Sohee sambil menundukkan kepalanya dan menahan air mata.

“Mwo..” jawab Luhan kaget.

“Karena aku, kau tidak bisa ikut pertandingan. Selain itu, kau pasti lelah karena harus bersabar menghadapiku.” Jelas Sohee masih menundukkan kepalanya.

“Mian. Sekalipun Luhan terluka, ia tetap ikut pertandingan. Dia pasti sangat menyukai sepak bola. Tapi aku malah menghentikannya.” Sohee membatin lagi.

“Selamat tinggal, Lu.” Ucap Sohee menatap tepat ke mata Luhan dengan fake smile-nya dan air mata yang menggenang.

Sohee membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi meninggalkan Luhan.

“Sohee-ya! Ahn sohee!” panggil Luhan.

“Gomawo, Lu. Atas kebaikanmu selama ini. Mian aku teus merepotkanmu. Saranghae, Lu.”

Seketika tubuh Sohee melemah, ia kehilangan kefokusan matanya. Ia tumbang, pingsan. Luhan mengejar Sohee dan menangkap Sohee.

“Sohee-ya! Bangunlah!” ucap Luhan gelisah.

.

.

.

Di Rumah Sakit

Sohee siuman, sedikit bingung dengan keadaannya. Ia memperhatikan sekelilingnya, ditemukannya Luhan disampingnya menemani.

“Luhannie?” panggil Sohee merengek.

“Aku sudah dengar semuanya dari dokter.” Jelas Luhan

“Luhannie..” belum selesai berkata, Luhan mengambil tangan kirinya dan memasangkan gelang yang sama dengan yang tahun lalu ia beli.

“Saengil chukkae. Mian aku memberikan benda yang sama dengan tahun lalu. Gelang yang ini panjangnya bisa disesuaikan, jadi tidak akan terjatuh lagi.” Jelas Luhan sambil tersenyum tulus. Sohee menahan tangisnya.

“Sohee-ya, biarkan aku tetap berada di sisimu selama sisa hidupmu.” Pinta Luhan sembari menggenggam kedua tangan Sohee.

“Andwae. Aku akan meninggal. Jika kau sendirian bagaimana, Lu?” tangisnya pun menjadi tak bisa ia tahan lagi.

“Lebih baik daripada kau biarkan aku sendiri sekarang, maka dari itu jangan pernah memaksakan dirimu lagi.”

”Kenapa Luhan selalu.. bisa dengan mudah mengubah keputusan dalam diriku.. menjadi penuh harap lagi.”

“Hiduplah lebih lama demi aku, meskipun hanya sehari..” pinta Luhan sambil memeluk Sohee. Sohee menangis dalam pelukan Luhan.

“Tinggalkan lah sejajk dalam diriku..”

“Mulai saat ini, meskipun ada hal yang membuatku menderita dan kesulitan.. tapi sebisa mungkin aku ingin tetap tertawa bersamamu..”

“Suatu saat semuanya akan menjadi kenangan. Namun, semoga aku selamanya ada dihatimu..”

 

 

 

END.

 

 

SOOOOO HOW’S THE STORY YEOREOBUNNNNNNN:D maafkan daku karna endingnya gantung gitu/?

Please comment and give me some feedback. Thanks for your time to read this story of mine(:



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles