Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Mistake (1-2)

$
0
0

Author :

  • Miitchon

Cast:

  • Kim Yoona (OC)
  • Oh Sehun
  • Park Chanyeol

Lenght :

  • 2 shot

Genre:

  • Drama

Rating:

  • T

Summary:

Aku akan selalu mengukir namamu di dalam hati dan ingatanku seumur hidupku. Aku akan terus menyebut namamu disetiap hembusan napasku. Jikalau aku hilang ingatan, dan aku tidak dapat lagi mengingat namamu, lebih baik aku meminta pada Tuhan untuk menghapus eksistensiku di dunia ini. Karena satu detik tanpa adanya dirimu di dalam hatiku, sama saja dengan hilangnya tujuan hidupku.

***

June 23rd, 2000

AUTHOR POV

“Shin Hyorin,”

“Hadir.”

“Kim Yoora,”

“Hadirrrr~.”

“Kim Keiya,”

“Hadir.”

“Choi Ri Rin,”

“Hadir.”

“Kim Yoona”

“……………………..”

“Kim Yoona?”

“……………………..”

“KimYoona?”

SREEGGG!!

“Saya, seonsaengnim!” seru Yoona cepat setelah membuka pintu kelas dengan berisik, ia memegangi dada dan lutut sebelah kanannya sambil mengambil napas dengan serakah. Tentu saja, siapapun akan merasa lelah bila harus menaiki tangga hingga lantai 4 dengan terburu. Bahkan untuk seorang presiden sekalipun. Seharusnya kepala sekolah memfasilitasi lift untuk murid-murid ‘kebelet’ seperti Yoona.

“Kali ini kau beruntung, Kim Yoona. Cepat duduk di bangkumu!”

Yoona menarik kedua sudut bibirnya ke atas, memamerkan cengiran khasnya

“Terimakasih, seonsaengnim.”

“Lagi-lagi telat.” komentar Sehun ketika Yoona sudah mendudukkan pantatnya di bangku sebelah pria itu.

“Orang tuaku ribut lagi semalam. Aku tidak bisa tidur.” kilah Yoona sambil mengeluarkan buku matematika dari tas hitamnya.

Sehun menggeleng, “Alasanmu selalu sama.”

SHIT! Aku belum mengerjakan PR!” umpat Yoona ketika mendapati semua murid di kelasnya mengumpulkan buku PR-nya di atas meja Leeteuk seonsaengnim.

Lagi-lagi Sehun menggeleng, ia sudah tahu jelas kebiasaan sahabat perempuannya itu “Aku sudah membuat copy-annya.”

Yoona yang tengah mengacak-ngacak rambutnya frustasi segera berpaling menatap Sehun dengan antusias.

Copy-an? Maksudmu, kau sudah mengerjakan PR-nya untukku?”

“Yah, untuk berjaga-jaga.”

“Kyaaaaa!! Sehun, saranghaeyo!” Seru Yoona—spontan memeluk Sehun yang tepat berada di sebelahnya.

“Ya, ya. Bisakah kau melepaskanku? Pelukanmu terlalu erat, aku tidak bisa bernapas.”

“Uh, okay.”

***

 

 

KIM YOONA POV

 

Akhirnya bel istirahat berbunyi juga.  Aku sudah tidak sabar ingin melahap bekal makan siangku. Aku celingak-celinguk mencari sosok pria yang duduk tepat di sebelahku. Yah, siapa lagi kalau bukan Oh Sehun satu-satunya temanku di dunia ini.

Aku segera melangkahkan kakiku menuju atap sekolah. Sebenarnya aku kurang menyukai tempat itu, tetapi Sehun sangat senang menghabiskan waktunya dengan berdiam diri disana. Entah karena apa, aku selalu lupa menanyakannya. Tempat itu sangat sepi. Terlihat tidak terurus tapi yah, cukup nyaman untuk ditempati.

Baru saja aku membuka pintu, aku sudah dapat melihat punggung seorang pria yang tengah duduk sambil menengadahkan kepalanya—menatap langit. Itu Sehun, dan ia benar-benar sangat tega karena telah meninggalkanku.

“Yaa! Kenapa kau meninggalkanku?”

Sehun menoleh menatapku sekilas lalu kemudian kembali menatap langit

“Apa aku harus menunggumu?”

“Pertanyaan bodoh. Tentu saja harus. Aku ini tuan putrimu!”

Sehun terkekeh pelan sambil kemudian menepuk-nepuk tempat kosong di sebelahnya,

“Duduklah.”

Aku menuruti perintah Sehun sambil kemudian membuka kotak bekalku. Kali ini menunya mie goring kesukaanku!  Tapi ketika aku menyeruput mie goreng yang keriting itu, aku merasakan adanya aura-aura yang mencurigakan. Aku menoleh ke samping dan mendapati Sehun yang tengah menatapku.

“Avahuanghauhiyat?”

“Telan dulu, baru bicara.” ujar Sehun, kemudian tangannya menyusut sudut bibirku pelan.

“Ada saus di bibirmu.”

Aku menelan mie goreng itu dengan cepat kemudian kembali mengulang pertanyaanku.

“Apa yang kau lihat?!”

“Kim Yoona.”

“Kenapa kau melihatku?”

“Karena aku suka.”

BLUSH!

Apa-apaan si Sehun? Kenapa ia tiba-tiba jadi senang menggombal begitu? Seperti bukan Sehun. Kemudian aku melanjutkan kegiatan makanku dengan keadaan hati yang tidak tenang. Tentu saja, Sehun masih menatapku.

Dan ternyata Sehun terus menatapku sampai aku selesai makan.

“Kau benar-benar kurang kerjaan.” Kataku ketus setelah merapihkan kotak bekalku.

“Aku hanya ingin menatap semua yang aku suka sepuas yang aku mau sebelum aku benar-benar tidak bisa menatapnya.”

‘Menatap semua yang aku suka?’  ucapku dalam hati. Aku tidak mengerti apa maksudnya. Tapi kali ini aku benar-benar merasa GR dengan ucapan seorang Oh Sehun.

Aku diam dengan Sehun yang masih menatapku—aku kembali berpikir bisa saja /sehun sedang menjahiliku kali ini. Sudah sering sekali aku masuk ke dalam perangkapnya.

Karena aku tidak mau menatap mata Sehun, aku memalingkan wajahku ke arah kotak bekal Sehun yang masih terbungkus rapi di sebelahnya.

“Kau sama sekali belum memakan bekalmu atau kau sudah memakannya jauh sebelum aku datang?”

“Sama sekali belum.” Sehun ikut melirik kotak bekalnya.

“Kenapa? Kalau kau tidak memakannya, maka aku yang akan menghabiskannya!” gertakku sambil merebut kotak bekal Sehun yang tersimpan rapi di sebelah paha kanannya. Sehun tidak menjawab, lagi-lagi ia menyibukkan dirinya sendiri dengan menatap langit. Membosankan.

“Roti tawar lagi? Apa kau tidak bosan dengan bekal makanan yang seperti ini terus? Lain kali tambahkan selai coklat kacang, kek.” protesku sambil menyimpan kembali kotak bekal itu. Kali ini aku simpan di sebelah paha kiri Sehun, karena itu lebih mudah jika dilihat dari posisiku duduk.

“Karena ini lebih bagus untuk kesehatan kita.” Sehun tersenyum tipis sambil kemudian mengambil selembar roti tawar miliknya.

“Apanya yang bagus untuk kesehatan? Buktinya, sebanyak apapun kau makan roti tawar itu, kau masih tetap sering sakit-sakitan. Sebulan saja kau bisa bolos beberapa kali. Lihat aku, makan sembarangan tapi tetap segar bugar.” Cibirku

“Ya maka dari itu aku makan ini, agar aku bisa sehat.” Kilah Sehun, ia memakan roti tawarnya dengan nikmat, seakan-akan roti tawar itu memang terasa enak.

Dasar anak aneh. Dia itu seperti memiliki banyak kepribadian. Terkadang baik, terkadang menyebalkan—ia selalu meledekku, terkadang bijak seperti seorang kakak laki-laki buatku, terkadang jutek—seperti ia tidak mengindahkan pertanyaan-pertanyaanku atau ceritaku, dan terkadang suka melantur juga melamun.

Okay, kalian pasti heran melihat kedekatanku dengan Sehun. Entahlah, aku tidak tahu mengapa aku senang berada di dekatnya. Sehun adalah teman pertamaku sekaligus satu-satunya sahabatku di sekolah ini.

Ya, aku murid pindahan, dan Sehun adalah satu-satunya orang yang menyapaku dengan senyuman indahnya—bahkan sekarang senyuman itu kujadikan sebagai favoritku—di hari pertamaku sekolah disini.  Sehun adalah segalanya bagiku. Tidak apa-apa aku mempunyai seribu musuh, asal aku tidak kehilangan Sehun.

Aku..sebenarnya aku menyukai Sehun. Tetapi, aku tidak mau ia tahu dan nantinya malah menjauhiku. Lebih baik terus seperti ini. Asal Sehun terus berada di sampingku, aku tidak butuh apa-apa lagi.

***

June 27th, 2000

Hari ini Sehun benar-benar menyebalkan. Lagi-lagi ia membolos. Alasannya benar-benar klasik, sakit flu. Bagaimana bisa? Dalam bulan ini bisa terhitung ia membolos sebanyak 9 kali, dan semua alasannya sama.

Aku heran kenapa ia masih belum didepak dari sekolah ini. Masalahnya, tidak ada Sehun sama dengan malapetaka bagiku. Aku harus makan siang sendiri dan aku tidak bisa menyontek PR seperti biasanya. Hey, jangan anggap aku bodoh. Aku hanya malas. Percekcokkan diantara kedua orang tuaku membuat mood-ku down dengan drastis.

Aku jadi penasaran dengan latar belakang Sehun. Aku sering menceritakan masalah kehidupanku padanya sedangkan ia tidak. Ia benar-benar misterius. Yah, aku tahu sebenarnya diam-diam ia terobsesi dengan sesuatu yang berbau misterius. Karena kudengar para gadis banyak yang menyukai tipe pria yang misterius, makanya ia menerapkannya. Tapi maaf, Sehun. Aku tidak akan jatuh pada perangkapmu!

Dan yah, disinilah aku. Di kantin yang dipenuhi oleh murid-murid berwajah kelaparan. Ternyata lebih menyenangkan makan di atap sekolah. Aku hanya akan merasakan angin sejuk yang berhembus di kulitku dan mendengar suara dedaunan yang saling bergesekkan di sekitarku.

Setidaknya itu lebih nyaman dibanding harus mendengarkan suara-suara bising yang datang dari berbagai arah di kantin ini. Dan sebenarnya aku membawa bekal, tetapi aku malu bila memakannya disini, maka dari itu aku sengaja mengeluarkan sedikit uangku untuk membeli roti bungkus dan susu. Haaah..Sehun. Ini semua gara-gara Sehun.

“Boleh aku duduk disini?”

Aku mendongakkan kepalaku dan mendapati seorang pria tampan tengah tersenyum ke arahku. Apa aku tidak salah lihat? Itu Chanyeol sunbae! Salah seorang pria terpopuler di sekolah. Sebenarnya Sehun juga masuk ke dalam kategori itu, hanya saja ia tidak begitu antusias. Dan aku beruntung bisa berteman dengan salah seorang pria terpopuler di sekolah ini. Begitupula sekarang, apa keberuntungan akan berpihak padaku lagi?

Kemudian aku memasang senyum terbaikku, “Silahkan.”

Chanyeol sunbae menarik kursi dan duduk tepat di hadapanku. Huaaah..dari sini aku dapat melihat garis ketampanannya dengan sangat jelas.

“Namamu siapa?”

“Kim Yoona, sunbae?” okay, ini hanya sekedar berbasa-basi.

“Park Chanyeol.”

Dan kami terus berbincang sepanjang istirahat. Lihat, Sehun. Aku bisa hidup tanpamu!

***

July 1st , 2000

“Wow, si tukang bolos masuk sekolah lagi.” sindirku ketika melihat Sehun yang tengah duduk di atap sekolah, seperti biasa.

Kenapa aku baru melihatnya? Tentu saja, karena aku baru masuk ke kelas pada jam istirahat tadi. Kali ini waktu keterlambatanku semakin parah, untung saja tidak ada guru yang memergokiku ketika mengendap masuk ke sekolah di jam istirahat.

“Pujian yang bagus.” Sehun nyengir sambil membuka kotak bekalnya yang lagi-lagi diisi oleh beberapa lembar roti tawar.

Aku mencibir kemudian berjalan menuju pagar pembatas atap, di bawah sana aku dapat melihat Chanyeol sunbae yang sedang bermain basket bersama teman-temannya. Tampan sekali..

“Sehun, kau kenal dengan Chanyeol sunbae?”

Lama Sehun terdiam sebelum menjawab pertanyaanku.

“Hmm..memangnya kenapa?” ucapnya.

“Sepertinya aku menyukainya.”

Lagi-lagi Sehun terdiam.

“Sehun?”

“Ya?”

“Kenapa kau diam saja?”

“Memangnya aku harus berjoget?”

“Aiiiiissshh!!!” aku menghentakkan kakiku kemudian berjalan ke arahnya,

“Dasar Sehun jelek!”

“Kau lebih jelek.”

Okay, aku tidak mau berdebat dengannya.

“Ngomong-ngomong Sehun, kenapa kau bisa menyukai tempat ini? Tempat ini kan sangat sepi, tidak cocok untuk ketampananmu. Maksudku, kau bisa saja menebar pesonamu di bawah sana, seperti Chanyeol sunbae.” tanyaku setelah mengambil posisi duduk di sebelah kiri Sehun. Hari ini aku lupa membawa bekal, jadi aku hanya bisa mengocehi Sehun.

Sehun menawariku roti tawarnya tapi aku menggeleng. Aku tidak mau memakan makanan tidak berasa seperti itu, aku masih normal.

“Disini aku sedang belajar.” Jawabnya pelan.

“Belajar? Belajar apaan? Aku tidak melihat satupun buku pelajaran disini.”  Aku mencibir

“Yah, tapi aku memang benar-benar sedang belajar.”

“Belajar apa?”

“Belajar agar nanti kalau kita mati, kita sudah terbiasa dengan keheningan.”

“Sehun bodoh! Omonganmu mengerikan sekali!” Yoona memelototkan matanya ngeri,

Sehun tertawa kecil kemudian menggigit kembali roti tawarnya. Aku mendengus melihat tingkahnya. Tetapi kemudian wajah Chanyeol sunbae kembali melintas di pikiranku. Dia benar-benar sangat tampan. Tanpa sadar aku tertawa sendiri.

“Kau kenapa? Seperti orang gila saja.” komentar Sehun, dan aku segera memukul kepalanya.

“Aku sedang jatuh cinta, makanya begini! Kau sih tidak pernah jatuh cinta, jadi tidak tahu bagaimana rasanya!” ejekku, dan Sehun hanya tersenyum aneh.

***

July 7th, 2000

“Sehun dengar Sehun dengaaaarrr!!” Teriakku heboh saat menemui Sehun di atap.

“Apa?” tanya Sehun malas. Yah, ia memang selalu berpura-pura cool. Aku mengetahui itu.

“Aku pacaran dengan Chanyeol oppa! Apa kau percaya?” teriakku histeris. Demi Tuhan, aku sangat-sangat-sangat senang.

Sehun hanya menatapku tanpa berbicara satu patah katapun. Ia kaget? Hahaha tentu saja. Ia telah disusul olehku.

“Oh, selamat kalau begitu.”

“Hanya itu?”

“Lalu aku harus bagaimana?” lagi-lagi Sehun berrtngkah sok cool. Menyebalkan.

“Traktir aku!”

“Tidak mau.”

“Ayolah..”

“Kau yang seharusnya mentraktirku, bodoh.”

“Ah Sehun jelek! Sehun jelek! Sehun jelek!” ejekku bertubi-tubi, tetapi anehnya Sehun tidak membalasku. Tidak seperti biasanya.

***

July 22nd, 2000

AUTHOR POV

 

“Sehun, menurutmu lebih baik yang mana?”

“Hmm..yang bermotif polkadot itu saja.”

“Tapi ini kekanakkan sekali..”

“Memangnya kau ingin yang bagaimana?”

“Uh, yang..minimal bertali spaghetti dan memperlihatkan perut indahku? Pilihanmu ini lebih cocok untuk anak SD.”

“Bodoh. Tidak baik kau langsung buka-bukaan di hadapan seorang pria yang belum kau kenal dengan baik.”

“Hey, dia pacarku!”

“Tapi kau baru mengenalnya. Sudahlah, turuti apa kataku.”

Yoona menghembuskan napas kesal. Ia menyesal karena telah mengajak Sehun untuk membeli bikini baru. Kebebasannya benar-benar terenggut. Tetapi ia selalu tidak bisa membantah Sehun, entah kenapa.

“Iya, iya. Minggir!” sentak Yoona sambil sedikit menubruk bahu Sehun dan berjalan menuju kasir. Sehun menggeleng-gelengkan kepalanya sebentar kemudian berjalan mengikuti Yoona.

“Semuanya 170 won.” Ucap si penjaga kasir, dan Sehun cepat-cepat menahan tangan Yoona ketika gadis itu hendak mengeluarkan dompetnya.

“Biar aku saja.”

Yoona menatap Sehun heran, “Kenapa? Ini kan barangku?”

“Tapi aku yang memilihnya.” Sehun mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya kemudian menyerahkannya pada si penjaga kasir,

Diam-diam Yoona tersenyum, Sehun memang seperti bunglon. Sedetik sebelumnya ia menyebalkan, dan sedetik berikutnya ia menyenangkan.

***

“Banana Splitnya lama sekali!” Protes Yoona tidak tenang ketika keduanya mampir ke kedai Ice Cream di daerah Gangnam.

Kita baru memesannya satu menit yang lalu, bodoh.” Sehun mendecakkan lidahnya “

“Sehun” Yoona menopangkan kepalanya di atas meja

“Hmm?”

“Banana Splitnya lama sekali~”

“Berkicaulah sepuasmu.” Sehun memutar bola matanya.

Yoona mencibir kemudian menggigiti kuku tangannya.

“Jorok.” Komentar Sehun. Disusul dengan tatapan ‘terlihat jijik’ miliknya.

“Akan lebih baik jika aku yang menggigitinya.” Lanjutnya.

“Hih, apa-apaan kau Sehun. Itu lebih jorok!” kali ini Yoona yang menunjukkan tatapan ‘terlihat jijik’. Sehun terbahak.

“Eh, jadi kau akan berenang dimana minggu depan nanti” Tanya Sehun sambil memainkan ponselnya.

“Hmm..Chanyeol tidak mengatakan tempatnya.”

Sehun terdiam sejenak kemudian bertanya. “Yoona, jika misalnya—ia menciummu, apa yang akan kau lakukan?”

“Hahahaha..pertanyaanmu aneh.”

“Aku serius.”

Yoona menelan ludahnya sejenak kemudian berdeham, “Uh..aku..tidak tahu. Aku bahkan belum pernah berciuman dengan siapapun sebelumnya.”

“Ya, aku tahu.”

“Lalu, kenapa kau menanyakan hal itu padaku?”

“Aku hanya ingin mengetahui bagaimana reaksimu nanti.”

“Haahh..entahlah.”

………………………………….

Keheningan menguasai diri mereka masing-masing sampai seorang pelayan datang untuk mengantarkan dua Banana Split ke meja mereka. Yoona bersorak keras membuat Sehun memalingkan wajahnya karena malu terhadap tingkah Yoona.

“Ayo makaaaaaaannn!!”

“Hey, tidak usah terburu-buru begitu. Aku tidak akan meminta bagianmu” ujar Sehun ketika melihat Yoona yang memakan Banana Split-nya dengan rakus.

Yoona nyengir sambil kemudian memperlambat tempo makannya, tapi tetap saja temponya masih belum normal.

“Yoona, bagaimana jika ternyata ciuman pertamamu itu adalah aku?”

Yoona menghentikan suapannya kemudian mendongak menatap Sehun,.

“Apa maksudmu?”

“Tidak. Di sudut bibirmu ada noda.” Sehun sedikit mencondongkan tubuhnya kemudian mengelap noda Ice Cream yang menempel di sudut bibir Yoona dengan menggunakan ibu jarinya.

Yoona sedikit terkejut dengan perlakuan Sehun kepadanya. Saat dia masih terkejut, dengan santainya Sehun menjilat Ice Cream yang menempel di ibu jarinya itu.

“Hm, rasanya berbeda dengan punyaku. Padahal kita memesan rasa yang sama. Aneh.”

Yang aneh itu kau! Aisss kau membuatku gugup setengah mati!’ seru Yoona dalam hati.

***

July 30th, 2000

 

KIM YOONA POV

 

“Kau baik-baik saja?”

“Oh, eh, Oppa. Iya, aku baik-baik saja.”

Okay, ini benar-benar menegangkan. Kini aku sedang berada di dalam mobil Chanyeol oppa yang tengah melaju menuju tempat yang entahlah Chanyeol oppa tidak pernah memberitahukannya padaku.

Entah kenapa aku sangat-sangat-sangat gugup. Aku jadi teringat pada pertanyaan si Sehun.

“Yoona, jika misalnya..ia menciummu, apa yang akan kau lakukan?”

Taku tidak mau lagi mengingat itu! Ini membuatku tidak bisa santai. Apalagi memikirkan baju renangku. Kekanakkan sekali, pasti Chanyeol oppa akan menertawakannya. Jika Chanyeol oppa ilfeel padaku, maka Sehun harus bertanggung jawab!

***

“Sudah sampai.”

“Wah, indah sekali!”

Kini di hadapanku terhampar pantai yang sangat indah. Pasirnya berwarna putih dan lautnya sangat jernih. Dan kerennya, tempat ini sangat sepi! Hanya dihuni oleh kami berdua. Seperti di drama Korea saja.

“Kenapa disini sepi sekali?” tanyaku heran.

“Pantai beserta villa disana milik keluargaku.”

Ya ampun, ada lagi kah sesuatu yang harus kukagumi dari seorang Chanyeol oppa? He’s almost perfect!

“Okay, honey. Kita ke villa dulu untuk beristirahat sejenak, setelah itu terYoonah padamu.” Ujar Chanyeol oppa sambil tersenyum dan menggandeng tanganku menuju villa yang terletak tidak jauh dari pantai.

“Kamarmu disini, dan kamarku tepat di sebelahmu.” Jelas Chanyeol oppa setelah kami tiba di dalam villa.

Aku melihat kamar yang ditunjukkan Chanyeol oppa, dan wah! Kamar ini imut sekali!

“Itu kamar kakak perempuanku. Kau bisa memakai beberapa baju yang sudah disediakan disana.” kata Chanyeol oppa. Aku pun mengangguk cepat.

“Baiklah, ganti pakaianmu dan kita akan bermain di pantai. Setuju?”

“Setujuu!!”

***

Wow! Pakaian disini komplit sekali. Ini pasti milik kakak Chanyeol oppa. Bikini-bikininya imut dan keren! Sangat berbeda dengan punyaku.

Nah, apa aku akan tetap memakai baju renang SD pilihan Sehun? Atau memakai bikini seksi milik kakak Chanyeol oppa? Tentu saja aku akan memilih bikini milik kakak Chanyeol oppa. Maafkan aku, Sehun.

Aku memilih bikini berwarna hitam dengan renda-renda tipis di beberapa bagian. Kemudian aku memakainya, Ini sangat seksi! Apa Chanyeol oppa akan menyukainya?

Aku malu, tapi akan lebih malu lagi jika aku memakai baju renang SD pilihan Sehun. Baiklah, aku harus siap!

Aku memakai baju handuk terlebih dahulu sebelum keluar kamar. Sangat sepi.

“Chanyeol oppa?”

Tidak ada jawaban. Aku mencari ke dalam kamar Chanyeol oppa, tetapi kamarnya kosong. Apa Chanyeol oppa menungguku di pantai?

Dan benar saja. Ketika aku melangkahkan kaki ke luar villa, aku dapat melihat seorang pria yang bertelanjang dada tengah duduk menghadap ke pantai. Rambutnya yang tengah diterpa angin itu terlihat keren!

“Chanyeol oppa?”

Chanyeol oppa berbalik kemudian tersenyum ke arahku.

“Hi, honey. Sini duduk.”

Aku duduk di sebelah Chanyeol oppa kemudian menaruh seluruh rambutku di sebelah kanan.

“Disini anginnya besar, tetapi terasa panas.”

“Ya, kau benar. Lalu kenapa kau tidak melepas kimonomu?”

Aku menatap Chanyeol oppa kemudian refleks berkata, “Eh?”

“Maksudku, bukankah kita akan berenang?” ralat Chanyeol oppa, dan aku hanya bisa tertawa bodoh.

“Sebenarnya aku malu.” Ungkapku jujur.

“Malu kenapa?”

“Baju renangku, aku tidak terbiasa berpakaian terbuka di hadapan pria.”

Chanyeol oppa terkekeh kemudian meraih tangan kiriku dan lalu menciumnya.

“Aku pacarmu. Kenapa harus malu?”

Aku tidak menjawab, hanya menundukkan kepalaku. Wajah Chanyeol oppa terlalu dekat, aku sesak napas. Dan detik berikutnya aku dapat merasakan kimonoku merosot dengan sendirinya. Aku kaget kemudian mendongakkan kepalaku, dan Chanyeol oppa terkekeh. Ternyata itu ulahnya.

“Kau tahu? Kau seksi. Aku suka.” Bisiknya di telingaku. Aku menggosok-gosok telinga kiriku dengan cepat kemudian berdiri.

“Chanyeol oppa, kalau berani tangkap aku!”

“Yah, aku akan menangkapmu.”

Aku berlari ke tengah pantai, dan dapat kurasakan Chanyeol oppa mengejarku di belakang. Sebenarnya ini hanya kamuflase, aku malu bila harus terus memperlihatku bentuk tubuhku di hadapannya. Setidaknya air di pantai ini akan menutupi setengah tubuhku.

Gawat, aku semakin susah berlari karena air telah mencapai atas perutku. Dan aku terlonjak kaget ketika mendapati sepasang tangan memeluk perutku dengan erat dari belakang.

“Kena, kau.”

Aku menggembungkan pipiku, “Kenapa secepat ini kau menangkapku?”

“Kenapa, ya?” Chanyeol oppa malah menggodaku.

Aku sedikit tidak nyaman karena gerakan tangan Chanyeol oppa yang sedikit nakal. Aku menggerakkan tubuhku rishi—membuat pelukan Chanyeol oppa menguat

“Ssssshh..” Chanyeol oppa menyuruhku diam kemudian membalikkan wajahku hingga bertemu dengan wajahnya.

“Kau belum pernah berciuman?”

“Tahu dari mana?”

“Hanya menebak.” Jawab Chanyeol oppa, kemudian ia memajukan wajahnya ke arahku

“Kau mau mencobanya?”

Dan sebelum aku sempat menjawab, Chanyeol oppa menciumku. Dia mengambil ciuman pertamaku. Dan gawatnya, aku bingung harus melakukan apa.

***

AUTHOR POV

Yoona terlihat kaku saat berciuman dengan Chanyeol. Membuat Chanyeol tertawa tertahan saat itu.

Chanyeol melepaskan ciumannya—menatap wajah Yoona yang memerah

“Santai saja, honey

Yoona hanya bisa menunduk dan menganggukkan kepalanya pelan. Jantungnya sudah bergemuruh berisik layaknya deburan ombak yang saat ini mereka dengar.

Lagi, Chanyeol mencium bibir Yoona dengan perlahan namun intim. Chanyeol cukup pandai dalam hal yang seperti ini. Dengan ragu Yoona mulai membalas ciuman dari Chanyeol.

Ombak-ombak kecil menghantam mereka, namun mereka tidak berniat sedikitpun menghentikan aktifitasnya. Mereka berdua sangat menikmatinya.

Terbawa perasaan. Itulah yang dirasakan Yoona saat tersentuh oleh belaian Chanyeol—pacarnya. Yoona tidak bisa berpikir dengan akal sehatnya ketika sebuah permintaan dari Chanyeol membuat kepalanya mengangguk lemah.

“Aku ingin tubuhmu menjadi milikku, honey” ujar Chanyeol sambil menyeringai.

Yoona sudah terlanjur mengangguk saat itu—ia tidak benar-benar mencerna permintaan Chanyeol dengan baik. Atau memang otaknya sudah beku karena perlakuan lembut dari Chanyeol beberapa menit yang lalu?

Tanpa membuang waktu Chanyeol menarik Yoona ketepian. Yoona hanya mengikutinya dengan tatapan kosong. Ia merasa sangat bingung. Kenapa ia mengangguk dan tidak menolaknya? Apa pilihan ini baik untuknya? Apa dia sudah memikirkan resikonya kelak?

Yoona merasakan wajahnya yang panas saat tubuhnya dihempaskan di atas pasir oleh sang pacar.

Oppa—“ Yoona menatap Chanyeol—wajahnya masih bersemu merah.

“Ya? Jika kau ingin mengganti jawabanmu dengan menolakku, kau sudah terlambat, honey” Chanyeol tersenyum.

“Aku—memang ingin menolakknya. Aku—belum siap”

“kau milikku, bukan?”

Yoona mengangguk.

“Kau mencintaiku, bukan?”

Yoona mengangguk lagi.

“Kau mau mengecewakanku?”

Kali ini Yoona menggeleng.

Chanyeol tersenyum puas kemudian mencium bibir Yoona, “Kalau begitu, kau harus mau memberikan milikmu kepadaku.”

Yoona seketika merenung. Wajah Sehun melintas di pikirannya.

“Apa perbuatanku ini benar? Apa yang nantinya Sehun lakukan jika ia mengetahui semua ini? Apa Sehun akan membenciku?”

Yoona kembali terdiam. Entah kenapa malah wajah Sehun yang terlintas dipikirannya kali ini. Ia merasa sangat bersalah sekarang. Bagaimanapun ia masih menyukainya.

Maafkan aku, Sehun

***

Yoona membuka matanya. Dia terkejut saat tahu dirinya sudah berada di villa tempatnya dan Chanyeol menginap. Tubuh mungilnya tertutup selimut putih yang tebal. Ia tahu apa yang sudah ia lakukan bersama dengan Chanyeol beberapa waktu lalu.

“Ah, Yoona kau sudah bangun?” Chanyeol membuka pintu kamar—dia sudah berpakaian rapih.

“I-iya” Yoona menunduk. Selimut yang menutupi tubuh polosnya itu ia genggam sangat erat. Ada rasa menyesal yang menyelimutinya.

“Kau tertidur saat kita melakukan—“

“J-jangan disebut!” sela Yoona sedikit berteriak. Chanyeol hanya tertawa renyah di hadapannya—ia duduk di tepi kasur.

“Sebaiknya kau pakai pakaianmu dulu. Aku akan menunggumu di meja makan. Kita sarapan lalu aku akan mengantarmu pulang” Chanyeol mengelus rambut panjang Yoona. Senyumannya yang lembut itu sedikit menenangkan hati Yoona yang kali ini amat ketakutan.

Ketakutan utamanya adalah tentang Sehun—bukan tentang dirinya saat ini.

“Iya oppa

***

Yoona berjalan menuju meja makan yang cukup besar untuk mereka berdua. Chanyeol sudah menyambutnya dengan senyuman khasnya.

Yoona memakan sarapannya perlahan, seketika ia terkejut saat Chanyeol bersuara.

“jadi kau berteman baik dengan Sehun?”

Yoona mengangguk, “Dia sahabatku oppa. Memangnya ad apa?”

“Tidak. Hanya saja kurasa hubungan kalian sangat dekat. Bahkan terlalu dekat.”

“Kami hanya berteman, oppa. Kau jangan cemburu seperti itu.”

“Aku tidak cemburu.”

“Kenapa tidak?”

“Karena kalian hanya berteman, kau sudah menjelaskannya bukan?”

Yoona mengangguk kecil. Dalam hati sebenarnya ia menginginkan reaksi cemburu dari Chanyeol.

***

August 12th, 2000

KIM YOONA POV

11 hari berlalu setelah kepulanganku dari villa milik Chanyeol. Sudah 11 hari pula semenjak hubungan intimku dengan Chanyeol terjadi. Dan gawatnya, aku merasakan gejala-gejala menegangkan itu. Aku telat menstruasi dan perutku selalu terasa mual. Dengan terpaksa aku membeli testpack ke apotik dan mimpi burukku benar-benar terjadi. Aku positif hamil, dan Chanyeol sama sekali tidak bisa aku hubungi.

Aku takut. Aku takut Chanyeol tidak akan bertanggung jawab. Aku takut orang tuaku mengetahuinya. Aku takut aku dikeluarkan dari sekolah. Dan aku takut…Sehun membenciku.

Besok aku kembali masuk ke sekolah dan aku akan bertemu Sehun. Apa aku harus memberitahukannya?

Ya Tuhan..tolong aku..

***

August 13th, 2000

AUTHOR POV

“Sehun, menurutmu orang yang hamil di luar nikah itu menjijikkan?”

Sehun menengok ke arah Yoona sambil memakan roti tawarnya—seperti biasa,.

“Kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal yang seperti itu?”

“Tidak, kau jawab saja.”

“Tentu saja menjijikkan. Apa ia tidak bisa menunggu sampai menikah dulu baru melakukan?” jawab Sehun sambil lalu. Ia terlalu sibuk memakan roti kesayangannya.

Yoona menelan ludah, “Oh, begitu ya?”

“Iya, ayo cepat habiskan nasi gorengmu.” Titah Sehun sambil menyodorkan sesendok nasi goreng dari kotak bekal yang dibawa Yoona—ke arah mulut Yoona.

“Bagaimana jika yang hamil itu adalah aku?” Yoona menerima suapannya sambil sedikit menerawang.

“Ada apa ini sebenarnya? Kau aneh.” Sehun menghentikan sendokkan keduanya kemudian beralih menatap Yoona.

Tiba-tiba Yoona mengacak-acak kepalanya frustasi, “Aku..dengannya..di pantai..hamil..”

“Yoona, aku tidak menangkap apa maksud dari omonganmu barusan..” Sehun mengkerutkan keningnya sampai berlipat-lipat

“Aku hamil, Sehun. AKU HAMIL!”

Sehun membelalakkan matanya dan sejurus kemudian berbicara sambil menggemeretukkan gigi-ginya

“Siapa?”

Yoona tidak menjawab, hanya memaju-mundurkan tubuhnya ke depan dan ke belakang—dalam keadaan duduk—sambil menjambak rambutnya sendiri. Sehun mengguncangkan bahu Yoona cukup keras.

“Katakan padaku, Kim Yoona! Siapa yang melakukan itu padamu?! SIAPA?! CHANYEOL?!”

“Ini salahku. Aku yang tidak bisa menjaga diriku sendiri.” Yoona mulai mengeluarkan suara tangisannya.

“Sialan!”

Sehun bangkit dari duduknya kemudian keluar dari atap meninggalkan Yoona yang tengah menangis sendirian.

TBC



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles