Title : Horoscope
Genre : Romance
Length : Oneshoot
Rating : PG 15
Cast : Oh Sehun dan Jang Surin (OC)
Hello! Ini sudah keempat kalinya saya mengirim ff saya di exofanfiction setelah ‘After A Long Time’ , ‘Secret’, dan ‘Hello Baby’. Sekarang saya bawakan ff sederhana berjudul Horoscope ini. Semoga kalian suka ya dengan ff bertema Halloween yang telat-telat dikit ini(?). Happy Reading!
Oh ya, jika kalian berminat membaca fanfic-fanfic saya yang belum dipublish dimanapun kecuali di wordpress pribadi saya, berkunjung saja ke : http://ohmarie99.wordpress.com jangan lupa untuk tinggalkan jejak kalian setelah kalian berkunjung ke wp saya!
Thanks and happy reading!
**
“Ayo semangat Byun Baekhyun! Ya! Terus! Tendang bolanya lebih keras!”
Jang Surin hanya menghela napas berat mendengar teriakan nyaring yang entah keberapa ratus kali itu. Park Jimi, yang kini duduk tepat disebelah Surin dari lima belas menit yang lalu itu benar-benar tidak bisa tenang melihat kekasihnya yang diketahui bernama lengkap Byun Baekhyun kini tengah berlatih sepak bola dengan teman-teman satu timnya. “Ya, Surin-a! Kau lihat tidak?! Baekhyun baru saja mencetak gol! Byun Baekhyun kau memang hebat!” Jimi berseru girang terutama ketika Baekhyun tampak tersenyum seraya melambaikan tangannya pada gadis itu. Biasanya Surin akan melakukan hal yang sama dengan Jimi. Berseru girang layaknya lapangan sekolah itu hanya miliknya dan tidak ada yang bisa menghalanginya untuk menyemangati kekasihnya, Oh Sehun yang tengah berlatih seru bersama teman-teman satu timnya di lapangan sekolah yang luas tersebut. Namun kali ini Surin seakan tidak bergairah, bahkan ia merasa risih dengan Jimi yang sedari tadi tidak berhenti berteriak untuk menyemangati kekasihnya itu apalagi teriaknya tepat pada lubang telinga milik Surin, membuat kepala Surin sedikit berdenyut.
“Ya, Jang Surin, tumben sekali kau ini. Kenapa kau diam saja? Itu disana Oh Sehun tampak tengah melambai ke arahmu!” Surin hanya meletakan dagunya pada telapak tangannya sementara Jimi sudah melayangkan teriakan yang tepat menusuk lubang telinga Surin ketika ia melihat Baekhyun yang kini tampak mengoper bola ke teman satu timnya itu dengan gerakan gesit. Teman satu timnya yang tidak lain tidak bukan adalah sang pangeran berkuda putih bagi Surin. Ya, siapa lagi kalau bukan Oh Sehun.
“Oh Sehun semangat.” Surin berujar pelan sembari masih betah menopang dagunya dengan telapak tangannya. “Sehun-a! Disini Surin mendukungmu! Semangat!” Jimi yang tidak tahan melihat sikap aneh Surin segera mewakili gadis itu untuk menyemangati Sehun membuat yang diteriaki langsung menoleh ke arah suara dengan cepat sambil tersenyum. Sehun segera menendang bola yang sedari tadi di giringnya itu ke gawang lawan dan dengan mudah ia mencetak satu gol membuat Surin bertepuk tangan malas sambil tersenyum kecil. “Surin-a, kau tidak sakit kan? Atau jangan-jangan kau bertengkar lagi dengan Sehun? Ah, tidak mungkin. Jelas-jelas Sehun tampak baik-baik saja. Sedari tadi juga ia terus tersenyum ke arahmu. Sebenarnya ada apa denganmu?” Surin menggigit bibirnya, ragu untuk menceritakannya pada Jimi. Baru saja Surin berniat menceritakan tentang keresahan hatinya, tiba-tiba saja tiga orang perempuan datang menghampiri Sehun yang kini tengah istirahat di tengah lapangan bersama dengan Baekhyun, Jongin, Chanyeol, Kyungsoo, Junmyeon, Minseok, Jongdae, dan Yixing, yang tidak lain tidak bukan adalah teman satu tim dari ekstrakurikuler paling dipandang satu sekolah, sepak bola.
“Woah, hebat sekali ya tiga sekawan itu. Masih berani mendekati Sehun padahal mereka sudah tahu kalau kalian memiliki hubungan.” Jimi berujar sementara Surin hanya melihat pemandangan yang tidak mengenakan itu dengan ekspresi yang Surin buat-buat agar terlihat sebiasa mungkin. Tiga orang perempuan itu memang fans Sehun yang sudah Surin ketahui sejak lama. Surin bahkan pernah mendengar sendiri dari Sehun yang menceritakan tentang kebiasaan-kebiasaan mereka bertiga padanya. Mereka bertiga sering mengirimi Sehun surat cinta dan makanan yang banyak saat Sehun tengah berlatih seperti sekarang ini. Bahkan mereka juga mengisi laci meja Sehun setiap harinya dengan makanan-makanan ringan. Surin merebut botol mineral milik Jimi lalu meremasnya ketika ia ingat bahwa Sehun pernah menyebut nama sang pemimpin dari ketiga orang itu beberapa kali. Itu artinya Sehun mengenalnya. Mengenal sang pemimpin dari ketiga orang tersebut yang tampaknya sangat menyukai Sehun dan siap melakukan apapun untuk mendapatkannya.
Ternyata keresahannya itu memang terbukti. Keresahannya mengenai ramalan bintang yang baru saja ia baca di sebuah majalah. Surin memang selalu paranoid dengan ramalan-ramalan semacam itu dan ia menyesal karena telah membaca artikel ramalan bintang yang ada pada majalah itu. Ya, sedari tadi Surin mengkhawatirkan ramalan bintang itu sampai-sampai ia bertingkah tidak seperti biasanya. Ia tidak menyemangati Sehun dengan heboh seperti biasanya, bahkan ketika laki-laki itu mencetak gol dengan gaya tendangan yang sangat keren dan mantap Surin hanya diam saja. Ia merasa bahwa ramalan bintang itu akan menjadi suatu kenyataan jika ia tidak melakukan sesuatu untuk mencegahnya. Dan kejadian barusan semakin memperkuat rasa takutnya, membuatnya tidak bisa menghapus pemikiran bahwa kemungkinan ramalan tersebut seratus persen benar sangatlah besar. Kepala Surin bahkan tidak bisa berhenti memutar kalimat yang ada pada artikel ramalan bintang tersebut.
Aries : Terlalu banyak pilihan yang harus anda pilih. Pertanyaannya hanya satu, anda memilih untuk mempertahankan pilihan anda yang pertama atau memilih pilihan yang sepertinya mengganggu niatan anda untuk mempertahankan pilihan anda yang pertama itu? Jangan sampai goyah!
Surin merasa ramalan bintang Aries yang adalah zodiak Sehun itu memang benar. Apalagi jika dilihat dari kejadian tadi. Surin seolah-olah menempati tempat ‘pilihan pertama’ untuk seorang Aries, dan yang menempati tempat ‘pilihan yang mengganggu niatan Aries untuk mempertahankan pilihan pertama’ itu adalah ketiga orang tersebut terutama ketuanya yang Surin tahu sendiri Sehun sudah mengenalnya. Walaupun pada akhir kalimat ramalan tersebut terdapat suatu peringatan, tetap saja hati dan perasaan seseorang tidak bisa di atur-atur. Siapa tahu saja Sehun benar-benar beralih dari pilihan pertamanya dan berlabuh pada pilihannya yang lain. Membayangkannya saja Surin sudah ingin menangis duluan.
“Surin-a, aku rasa mereka memang sudah keterlaluan dan lewat batas. Mereka seakan berpura-pura tidak tahu kalau Sehun sudah memiliki kekasih dan itu benar-benar membuatku muak. Aku akan kesana sekarang juga dan memberi mereka pelajaran. Kau tunggu saja disini.” Jimi baru saja hendak berdiri dari duduknya, namun Surin dengan segera menahan lengannya cepat. Jimi segera terduduk kembali lalu memandang Surin dengan tatapan iba. Jimi menyimpulkan bahwa sikap aneh Surin hari ini karena ia memikirkan ketiga fans fanatik Sehun itu membuat Jimi tidak tahan untuk dengan sesegera mungkin menegur mereka bertiga.
Ketiga sekawan itu masih mengerubungi Sehun, mereka tampak menyerahkan cokelat, kotak makan, dan susu cokelat yang dikemas apik pada botol minum transparan dengan motif hati yang dapat langsung Surin lihat walaupun jarak mereka yang tepaut cukup jauh. Surin tidak dapat berbuat apa-apa selain memperhatikan mereka dari kursi penonton tempatnya dan Jimi duduk tersebut. Surin dapat melihat senyuman ramah yang diberikan Sehun pada mereka bertiga yang sepertinya sedang pamit pergi itu membuat hati Surin semakin berat.
Andai saja zodiak Sehun bukan Aries, mungkin ceritanya akan berbeda. Seandainya zodiak Sehun adalah Taurus seperti kekasih Jimi alias Baekhyun maka pasti Surin tidak akan se-paranoid ini. Surin masih ingat jelas isi ramalan bintang Taurus. Ia memang sengaja membacanya ramalan setiap bintang tersebut dengan detail, berjaga-jaga kalau-kalau Jimi ingin mengetahui ramalan bintangnya atau kekasihnya itu juga. Tapi sepertinya Surin hanya akan ditertawakan kalau ia mengatakan hal ini pada Jimi. Ya, memangnya siapa yang akan percaya dengan mudah pada ramalan bintang? Sangat jarang, atau mungkin jangan-jangan hanya Surin saja? Entahlah. Ramalan bintang Taurus yang sangat pas dengan Baekhyun dan ramalan bintang Pisces yang sangat pas dengan Jimi menjadi faktor Surin semakin mempercayai ramalan bintang tersebut. Mungkin terdengar bodoh, tapi entah mengapa semua ramalan bintang tersebut terasa begitu pas dengan kondisinya maupun kondisi orang-orang disekitarnya.
Taurus : Minggu ini anda dengan orang spesial anda itu sedang dekat-dekatnya! Tetap pertahankan sifat setia anda itu ya, Taurus! Karena dengan begitu, tanpa anda tunjukan bahwa anda adalah seorang yang setia, dia sudah pasti lebih dulu merasa bahwa kau benar-benar serius padanya dan hanya akan mencintainya!
Surin menghela napas. Seandainya saja ramalan tersebut adalah ramalan Aries, maka Surin pasti tidak akan kalut seperti sekarang ini. Mungkin sekarang kau berpikir bahwa Surin terlalu berlebihan dengan mempercayai hal-hal semacam ini, tapi lihatlah dulu ramalan bintang Jimi yang juga sesuai dengan gadis itu.
Pisces : Minggu ini anda tampak lebih mesra dengan orang spesial anda! Tetap pertahankan sifat anda yang ceria itu ya. Sifat anda yang ceria itulah yang membuat dia tidak dapat berpaling dari anda dan hanya akan mencintai anda!
Pantas saja jika belakangan ini Baekhyun dan Jimi tampak lebih lengket dari biasanya. Terbukti juga dengan kejadian tadi saat Jimi menyemangati Baekhyun, dan respon Baekhyun terhadapnya. Dua sejoli itu memang sedang dimabuk cinta, benar-benar pas dengan ramalan bintang mereka masing-masing. Surin menghela napas lalu memandang Sehun yang sedari tadi melambai ke arahnya, berusaha memanggilnya yang tidak kunjung menggubris. Seketika Surin tersadar dari lamunan panjangnya ketika mendengar Sehun menyerukan namanya.
“Sudah jelek akan bertambah jelek kalau kau melamun terus seperti itu. Ini makanlah agar jelekmu itu berganti menjadi manis.” Sehun melemparkan cokelat pemberian fansnya tadi itu pada Surin yang dengan spontan menangkapnya. Sehun tertawa lalu meminum susu cokelat yang ada pada botol bermotif hati tersebut membuat Surin langsung mendengus dan melempar cokelat itu kembali yang malah mendarat mengenai kepala Sehun membuat laki-laki itu mengaduh kesakitan. “Makan saja sendiri. Itu kan manisan cinta dari fans nomor satumu yang paling manis. Betul begitu, kan?!” Surin berujar kesal lalu segera meninggalkan lapangan tersebut sementara Jimi langsung sibuk mengejarnya. “Ya, Jang Surin! Tunggu aku!”
Surin segera mendudukan dirinya pada kursinya setiba dikelas, diikuti dengan Jimi yang langsung duduk disebelah gadis yang kini tampak masih kesal itu. “Cemburu itu tidak baik.” Jimi memberi saran pada Surin yang langsung menghela napas. “Bagaimana bisa aku tidak cemburu kalau laki-laki itu saja tampak senang ketika perempuan-perempuan itu menghampirinya? Mungkin ramalan tersebut benar. Suatu saat jika ia tidak teguh pada pilihannya yang pertama, maka ia akan memilih pilihan yang lain dengan mudahnya.” Surin berceloteh panjang membuat Jimi mengernyit tidak mengerti.
“Ramalan? Ramalan apa? Oh astaga, Jang Surin jangan bilang sikap anehmu sedari tadi karena kau rupanya sedang paranoid dengan sebuah ramalan bintang yang baru kau baca dimajalah-majalah murahan? Aku pikir kau benar-benar marah pada para fans fanatik kekasihmu itu. Rupanya sedari tadi kau hanya takut Sehun menggeser posisimu dihatinya seperti apa kata ramalan bodoh itu?” Jimi menahan tawanya sementara Surin hanya menganggukan kepalanya dengan lesu tanpa memandang sahabatnya itu.
“Tertawa saja kalau kau mau tertawa. Jangan pikir aku tidak kesal pada mereka bertiga. Aku juga kesal pada ketiga orang fans Sehun yang tampak tidak mundur walaupun mereka sudah tahu bahwa Sehun sudah memiliki kekasih, tapi kini yang aku khawatirkan bukan mereka.” Surin meletakan kepalanya diatas buku cetak yang terletak di meja belajarnya dengan alis yang bertaut. “Lalu apa yang kau khawatirkan? Ingat, jika yang kau khawatirkan itu adalah ramalan bintang maka aku rasa kau harus berpikir ulang.” Jimi kini tampak lebih santai menanggapi Surin yang tengah kalut itu.
“Yang aku khawatirkan adalah bahwa nantinya Sehun akan tergoda oleh salah satu dari ketiga orang itu dan tentu saja hal ini lebih berbahaya dibandingkan keganasan mereka bertiga mendekati Sehun. Ramalan itu benar-benar terasa pas dengan semua kejadian yang terjadi sekarang ini. Tentu saja aku jadi paranoid dan terus memikirkannya.” Surin akhirnya mencurahkan apa yang sedari tadi berhasil membuatnya tampak kalut itu pada Jimi. Jimi kemudian menepuk bahu Surin lalu menghela napas berat. Jimi sudah mengenal Surin sejak mereka duduk bersama-sama di bangku sekolah dasar, tentu saja ia sudah tahu betul seluk-beluk dari seorang Jang Surin itu seperti apa. Hal kecil yang bahkan belum terjadi saja sudah di khawatirkan dan di pikirkannya sampai-sampai gadis itu pusing sendiri. Ya, begitulah Jang Surin.
“Kalau kau sekarang malah marah dengan Sehun yang bahkan tidak melakukan kesalahan apapun, kau sangat salah. Dan apabila kau terus saja bersikap seperti ini, Sehun pasti lama-kelamaan akan lelah juga. Kau tidak mau sampai ramalan itu menjadi nyata, kan? Maka itu jangan seperti ini dan sekarang satu-satunya cara adalah membuat Sehun tidak dapat berpaling darimu.” Jimi berujar membuat Surin langsung berpikir. Semua yang dikatakan Jimi memang benar adanya. Jika ia malah bertingkah seperti ini, menyalahkan Sehun yang tidak tahu apa-apa, hal itu malah akan membuat Sehun lelah menghadapinya. Sudah seharusnya ia melakukan sesuatu untuk mematahkan dan mencegah ramalan itu terjadi. Benar apa kata Jimi, ia harus membuat Sehun tidak dapat berpaling sedikitpun darinya.
“Tapi bagaimana caranya?” Ceplos Surin membuat Jimi langsung berpikir keras. Tiba-tiba gadis yang merupakan kekasih Byun Baekhyun, salah satu striker kebanggaan dari klub sepak bola sekolah mereka itu memukul meja sembari menjentikan jarinya, seolah baru saja mendapat sebuah ide cemerlang dari otaknya. “Besok kita menginap disekolah untuk persiapan ujian akhir.” Surin menautkan alisnya, berusaha mencerna ucapan Jimi barusan. “Ya memang. Setiap satu bulan sekali kan sekolah memang menyelenggarakan kegiatan menginap demi mempersiapkan ujian akhir.” Tanggap Surin polos mengira ucapan Jimi barusan adalah sebuah pemberitahuan untuknya bahwa besok ada kegiatan yang dilakukan sekolah mereka setiap satu bulan sekali itu. Kegiatan dimana para siswa kelas dua belas harus menginap disekolah dan belajar sampai malam bersama guru pembimbing untuk memantapkan persiapan ujian akhir yang akan diadakan tiga bulan lagi.
“Aish, bukan itu maksudku. Memangnya kau tidak ingat kalau besok seluruh siswa sudah bersepakat akan berkumpul di ruang theatre tepat jam dua belas malam tanpa sepengetahuan guru untuk mengadakan pesta Halloween? Ya, memang tidak bisa dapat disebut pesta juga, sih. Hanya acara menonton film horror bersama saja di ruang theatre.” Surin menepuk dahinya, lupa pada rencana angkatannya yang sudah diberitahu dari jauh-jauh hari itu. “Kau harus menggunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya.” Jimi berbisik membuat Surin lagi-lagi menautkan alisnya, tampak sedang berpikir keras.
Menggunakan kesempatan menonton film horror bersama dengan sebaik-baiknya? Apa hubungannya dengan rencana Surin untuk membuat Sehun tidak bisa berpaling darinya? Surin mencoba memutar otaknya lalu seketika ia teringat akan ramalan bintangnya sendiri. Ramalan Aquarius yang benar-benar masih diingatnya dengan jelas.
Aquarius : Orang spesialmu itu akhir-akhir ini sedang dikerumuni banyak orang berani. Cobalah untuk ‘lebih berani’ dari mereka yang berani kalau tidak mau orang spesialmu itu direbut oleh mereka yang berani.
Harus ‘lebih berani’ dari mereka yang berani agar orang spesialnya tidak direbut oleh mereka yang berani? Surin merasa pikirannya benar-benar terbelit sekarang. “Gunakan kesempatan Halloween ini, Jang Surin! Kau bisa menghabiskan waktumu berdua dengan kegiatan lain jika kau memang tidak berniat menonton film horror bersama anak-anak yang lain.” Surin mencoba menghubungkan saran Jimi tadi dengan ramalan bintangnya. Tiba-tiba ponsel Jimi bergetar menandai adanya sebuah pesan masuk, membuyarkan pemikiran Surin.
“Surin-a, Baekhyun sudah selesai latihan. Aku pulang duluan, ya. Ah ya, tadi Baekhyun bilang bahwa Sehun mencarimu. Sudahlah, temui dia dan pulang saja bersamanya. Hari sudah akan gelap sebentar lagi. Aku duluan ya. Annyeong! Jangan lupa saranku yang tadi!” Jimi langsung meraih tasnya dan berlari kecil meninggalkan Surin sendirian di ruang kelas tersebut. Ponselnya bergetar menandai adanya sebuah pesan masuk yang tidak lain tidak bukan adalah dari kekasihnya, Oh Sehun.
From : Hun
Ya, Jang Surin! Aku mencarimu dari tadi. Cepat ke parkiran sebelum aku tinggal.
Surin buru-buru meraih tasnya lalu segera berlari kecil meninggalkan ruangan kelas itu untuk menuju ke parkiran tempat Sehun menunggu. Surin tidak boleh mempertahankan egonya. Ia ingat kata-kata Jimi yang berkata bahwa jika Surin terus bertingkah seperti tadi, Sehun tidak akan tahan dengannya dan Surin tidak mau hal itu sampai terjadi.
Langkah kakinya terhenti ketika ia melihat pintu perpustakaan kecil yang berada di ujung koridor lantai dua itu. Perpustakaan kecil yang sudah tidak pernah dikunjungi siapapun kecuali para pengurus sekolah yang bertugas untuk membersihkan ruang-ruang yang ada disekolah tersebut. Misteri mengapa perpustakaan kecil itu tidak pernah dipakai lagi memang masih diperbincangkan. Walaupun perpustakaan itu tidak terkunci dan bahkan pintunya tidak tertutup rapat, tidak ada satupun siswa yang berani masuk kesana.
Bahkan dari pertama kali Surin masuk sekolah tersebut sampai kini ketika ia sudah duduk di bangku kelas akhir, ia tidak pernah sekalipun menginjakan kakinya di perpustakaan tersebut. Jangankan masuk ke dalam, mengintip saja Surin tidak berani. Surin pernah dengar dari teman-temannya bahwa rumornya, lima tahun yang lalu di perpustakaan itu ada satu siswa yang meninggal ketika sedang dihukum menata buku-buku dan membersihkan seluruh penjuru ruangan perpustakaan itu karena ia tidak mengerjakan tugas. Rupanya siswa tersebut sedang sakit parah, dan akhirnya meninggal ditempat karena siswa tersebut tetap memaksakan diri untuk menjalankan hukuman itu padahal ia sedang dalam kondisi yang tidak baik. Sejak saat itu, tidak ada satupun orang yang berani masuk ke dalam perpustakaan tersebut.
Surin memandangi pintu perpustakaan itu dalam diam dan seketika sebuah ide gila muncul begitu saja di dalam pikirannya. Tiba-tiba ponsel Surin berdering nyaring membuat gadis itu tersentak karena terkejut. Surin segera mengangkat panggilan masuk yang ternyata dari Sehun itu tanpa berpikir panjang.
“Ya, Jang Surin! Cepat ke parkiran. Nanti saja marahnya, kau harus pulang dengan selamat dulu.” Sehun berujar dengan cepat membuat Surin tersenyum. Rupanya laki-laki itu mengkhawatirkannya. “Iya sabar ini aku baru mau turun.” Surin kemudian memutuskan sambungan telepon tersebut setelah mendengar suara Sehun yang berkata ‘oke’. Gadis itu kemudian kembali menatap pintu perpustakaan yang tidak tertutup rapat itu dengan ragu. Otaknya tiba-tiba seakan membacakan ulang isi dari ramalan bintang miliknya.
“Apa aku memang benar-benar harus lebih… berani?”
**
Jam pelajaran yang selesai pada pukul sepuluh malam tepat itu sudah dari dua jam yang lalu berakhir. Para siswa yang sudah bersiap-siap dari tadi kini sibuk berjalan mengendap dan bergantian ke ruang theatre untuk menjalankan rencana mereka, mengadakan pesta Halloween dengan menonton film horror bersama. Seluruh ruang kelas di lantai tiga yang kini berubah fungsi menjadi kamar tidur itu pun sudah mulai sepi ditinggalkan para penghuninya yang turun ke lantai satu untuk segera berkumpul ditempat yang sudah direncanakan yaitu ruang theatre.
“Ya, Jang Surin. Kau sudah mengatur rencana, kan?” Jimi yang kini merapikan piyama yang ia kenakan itu berujar membuat Surin yang sedari tadi sibuk pada ponselnya hanya memandangnya tidak yakin. “Sedari jam sepuluh tadi aku sudah mengiriminya pesan untuk mengajaknya bertemu ditempat yang sudah aku rencanakan itu tapi ia belum membalasnya sampai sekarang. Menurutmu ia akan datang atau tidak?” Surin mengambil cardigan berwarna merahnya lalu mengenakannya untuk menutupi piyama bermotif beruang miliknya yang tipis itu.
“Pasti ia akan datang. Coba saja kau telepon, jangan-jangan dia masih tidur.” Jimi menyarankan membuat Surin hanya mengangguk. “Kalau begitu aku duluan, ya. Semangat! Rencanamu itu pasti berhasil!” Jimi langsung menutup pintu ruang kelas tempat mereka tidur itu dengan sangat pelan, takut-takut ketahuan oleh guru yang tidur di ruang kelas sebelah.
Surin mencoba menghubungi Sehun namun laki-laki itu tidak kunjung mengangkat panggilannya. Surin menghela napas sembari menatap langit-langit ruang kelas itu dengan ekspresi ragu. Ia merasa ragu dengan rencananya. Gadis itu berencana untuk mengajak Sehun menikmati makan malam bersama. Surin menatap kedua tempat makan berisi nasi goreng dengan telur dadar dan kimchi yang ia buat diam-diam di dapur sekolah setelah jam belajar usai itu dengan alis yang bertaut. Masalahnya itu bukan karena ia ragu dengan rasa masakannya, tapi ia benar-benar merasa ragu dengan tempat dimana ia dan Sehun akan menikmati makan malam mereka nanti.
“Kau harus berani Jang Surin.” Ujarnya menyemangati diri sendiri seraya memasukan kedua tempat makan itu pada sebuah shopping bag lalu mulai berjalan mengendap-endap keluar dari kelas tersebut. Surin kini membawa senter, jaga-jaga jika akan mati lampu atau semacamnya. Setelah menuruni tangga dengan sangat perlahan, kini Surin tepat berada dilantai dua sekolah tersebut. Ia menusuri koridor sekolah yang lampunya tidak terlalu terang itu menuju sebuah ruangan di pojok koridor. Sebuah ruangan yang sudah tidak pernah dikunjungi siapapun kecuali para pengurus sekolah yang bertugas untuk membersihkan setiap ruangan yang ada disekolah itu. Ya, perpustakaan kecil yang misterinya masih diperbincangkan para siswa.
Surin menghentikan langkah kakinya setelah ia berada tepat di depan pintu ruangan tersebut. Ia mengambil ponsel yang berada di saku cardigan merahnya lalu menghela napas setelah melihat pesan singkat dan panggilan-panggilannya ke nomor Sehun masih belum membuahkan hasil. Surin kemudian mengetikan sesuatu dilayar sentuh ponselnya itu dengan cepat.
To : Hun
Aku serius Oh Sehun. Memangnya kau tidak mengasihaniku yang sudah memasak diam-diam dan hampir ketahuan oleh wali kelas kita di dapur sekolah hanya untuk mempersiapkan makan malam ini? Aku akan menunggumu di perpustakaan lantai dua sampai kau datang!
Mungkin sekarang Sehun bertanya-tanya akan kebenaran ajakan Surin untuk makan malam bersama di perpustakaan tersebut sehingga Surin langsung mengirim pesan yang baru diketiknya itu dengan sesegera mungkin, berharap laki-laki bertubuh tinggi semampai itu dapat juga dengan segera membacanya dan tanpa berlama-lama datang menghampiri Surin. Pasalnya Surin tidak mau berlama-lama sendiri diruangan tersebut karena Surin tahu otaknya itu pasti tidak dapat diajak kerja sama. Otaknya pasti akan langsung memutar kembali adegan-adegan film horror yang sudah ditontonnya tanpa Surin perintahkan. Maka itu akan lebih baik jika Sehun segera tiba diruangan itu tanpa membuat Surin menunggu terlalu lama.
Surin kemudian segera memegang kenop pintu perpustakaan itu setelah ia meyakinkan dirinya sendiri sekali lagi. Surin terus berusaha membuka pintu yang ternyata sulit untuk dibuka itu. Rupanya, walaupun selama ini tidak tertutup rapat, pintu itu sangat sulit untuk dibuka karena ternyata bagian bawah pintu tersebut sudah bersentuhan dengan lantai sehingga cara membukanya harus di dorong dengan sekuat tenang seperti apa yang kini Surin lakukan. Setelah beberapa menit mencoba, akhirnya pintu tersebut terbuka. Surin melongokan kepalanya ke dalam perpustakaan tersebut. Gelap. Hanya rak-rak buku yang disinari oleh sinar bulan dari luar jendela yang membuat rak-rak tersebut masih dapat Surin lihat. Dengan masih menahan pintu tersebut, Surin bersusah payah meraih saklar lampu yang berada lumayan jauh dari jangkauannya. Lampu ruangan tersebut pun menyala membuat Surin menghela napas lega.
Gadis itu masuk ke dalam perpustakaan yang sunyi senyap itu lalu duduk disalah satu kursi seraya meletakan tas berisi makanannya tersebut pada meja yang memang disediakan untuk membaca itu. Baru saja Surin akan mengambil ponselnya, tiba-tiba lampu ruangan tersebut mati untuk satu detik lalu menyala lagi membuat Surin langsung bergerak-gerak gelisah. Gadis itu mulai merasa aura disekitarnya aneh.
Surin bangkit dari duduknya ketika lampu tersebut melakukan hal yang sama berkali-kali, berkedip-kedip seolah akan mati total sebentar lagi. Gerakannya semakin cepat membuat Surin yang tadinya berusaha tenang akhirnya berteriak-teriak panik seraya berlari ke arah pintu perpustakaan tersebut. Baru saja Surin memegang kenopnya tiba-tiba sebuah suara gaduh mengejutkannya membuat gadis itu langsung berjongkok sambil melindungi dirinya. Suara tersebut persis suara orang yang sedang memukul meja karena geram. “Ma-maaf! Aku tidak bermaksud mengganggu siapapun!” Surin berseru kemudian lampu tersebut berhenti berkedip.
Surin melongokan kepalanya ke sekitar. Ia masih sendiri diruangan tersebut, berjongkok sembari memeluk tas yang berisi dua kotak makannya. Surin dapat menebak sepertinya suara tadi berasal dari rak paling pojok yang ada di perpustakaan tersebut. Tiba-tiba suara itu kembali terdengar hanya saja kali ini bunyinya berbeda. “Kumohon jangan ganggu aku!” Teriak Surin kemudian ruangan tersebut kembali menjadi hening seperti semula. Suara tadi benar-benar seperti suara buku tebal yang sengaja dijatuhkan ke lantai membuat Surin bergetar.
Surin bangkit berdiri lalu berusaha membuka pintu yang kini tertutup rapat itu. “Astaga, pintunya! Pintunya mengapa jadi tertutup rapat?!” Surin berujar panik masih berusaha membuka pintu tersebut dengan sekuat tenaga namun tetap tidak berhasil. Pintu yang selama ini tidak pernah tertutup rapat itu sekarang benar-benar tertutup rapat membuat Surin ingin sekali menangis ditempat. Ia menggedor pintu itu dari dalam mencoba mencari pertolongan namun tidak berhasil. Suara buku terjatuh kembali terdengar dari arah rak buku yang terakhir membuat Surin langsung menjerit sambil berjongkok, menyandar pada pintu yang tidak bisa dibuka itu. Suara buku terjatuh yang terakhir lebih gaduh membuat Surin langsung menyimpulkan bahwa buku yang jatuh bukan hanya satu melainkan banyak.
“Oh Sehun.” Sebutnya pilu seraya menempelkan ponselnya pada telinganya. Sehun tidak kunjung mengangkat sementara sekarang ini Surin benar-benar bergetar ketakutan. Ia mencoba memeluk lututnya sendiri untuk menenangkan diri namun tidak berhasil. Lampu perpustakaan itu mati seketika membuat Surin langsung menangis ditempat. Sekarang semuanya benar-benar gelap dan ia tidak dapat melihat apapun kecuali bayangan rak buku dan sinar bulan yang tampak masuk menerobos gorden putih transparan itu. Surin masih berusaha menelepon Sehun namun hasilnya tetap sama. Laki-laki itu tidak kunjung mengangkat panggilannya. Surin akhirnya mengirimkan pesan pada nomor Sehun sebelum ia benar-benar menyerah dengan segala usahanya untuk keluar dari ruangan tersebut. Ia tidak tahu lagi sekarang ia harus berbuat apa. Surin ketakutan. Ia benar-benar ketakutan.
To : Hun
Oh Sehun, tolong aku. Kumohon tolong aku sekarang juga.
**
“Oh Sehun! Ya! Oh Sehun! Bangun!” Kim Jongin, seorang teman Sehun yang kini tampak kesal itu menendang kaki Sehun berkali-kali. Sedari tadi Jongin benar-benar tidak dapat tidur dengan tenang. Pertama, karena teman-temannya yang tiba-tiba membangunkannya secara paksa untuk menghadiri acara pesta Halloween yang menurut Jongin tidak jelas itu. Kedua, ketika ia sudah berhasil menolak permintaan teman-temannya dan mendapatkan kembali ketentramannya dalam mimpi-mimpinya, ponsel Sehun yang entah bagaimana caranya dapat berada dibawah bantalnya itu terus saja bergetar dan berdering nyaring membuat Jongin yang sedari tadi berusaha mengabaikannya akhirnya geram. “Ada apa?” Sehun segera terbangun dari tidurnya kemudian menatap Jongin yang kini masih terlihat samar-samar itu.
“Ini, sedari tadi ponselmu berisik. Aish, kapan sih aku dapat tidur dengan tenang?! Otakku ini benar-benar panas karena belajar dari pagi sampai jam sepuluh malam. Ditambah lagi sekarang aku harus tidur pada kasur gelar yang tidak nyaman ini dengan semua kebisingan kalian. Aish, kalian memang benar-benar tidak mengerti.” Jongin berujar panjang dengan kesal sementara Sehun langsung merebut ponselnya dari tangan Jongin. “Sudahlah, sana kau pergi saja ke pesta apalah itu. Jangan ganggu jam tidurku yang berharga!” Jongin menutup seluruh tubuhnya dengan selimut biru gelap bergambar lambang klub bola favoritnya yaitu Chelsea sementara Sehun masih sibuk pada ponselnya dengan paras yang luar biasa serius.
“Jang Surin. Aish!”
Sehun buru-buru mengambil mantel hitam yang ia sampirkan pada ranselnya lalu berlari keluar dari ruangan kelas tempatnya tidur itu. Ia tidak menggubris teriakan kesal Jongin yang disebabkan karena bantingannya pada pintu kelas tersebut yang menimbulkan bunyi gaduh.
“Jang Surin!” Sehun berseru keras sembari menggedor pintu perpustakaan itu berkali-kali. “Oh Sehun! Apa itu benar kau? Tolong aku! Aku terkunci dan aku benar-benar ketakutan!” Sehun tidak dapat membendung rasa khawatirnya kala ia mendengar seruan Surin yang diselingi dengan tangisan gadis itu. “Menjauhlah dari pintu. Aku akan mendobraknya.” Sehun langsung mendobrak pintu itu dengan sekuat tenaga namun tidak berhasil. Ia mencobanya berkali-kali dan akhirnya pintu tersebut dapat terbuka.
Surin langsung berlari menghambur ke pelukan Sehun sambil menangis. “Aku takut. Aku benar-benar takut.” Ucapnya dengan suara bergetar membuat Sehun langsung membalas pelukannya. Ia dapat merasakan tubuh Surin yang bergetar hebat itu. “Sudahlah, sekarang kau aman. Aku antar ke ruanganmu, ya. Kau harus beristirahat.” Surin buru-buru menggeleng seraya melepaskan pelukannya. Gadis itu meremas mantel Sehun yang kini menatapnya khawatir. “Tidak, aku tidak ingin sendirian lagi. Aku takut. Aku ingin bersamamu, Oh Sehun. Kumohon.” Surin berujar membuat Sehun langsung merangkul bahunya dan menuntunnya berjalan. Surin yang masih meremas mantel Sehun itu hanya menurut mengikuti Sehun. Ia hanya ingin bersama laki-laki itu. Ia benar-benar tidak ingin sendiri untuk kali ini.
“Untuk sekarang ini kita disini saja. Aku rasa kau butuh udara segar.” Sehun menuntun Surin untuk duduk disebuah kursi panjang yang ada di lapangan paling atas sekolahnya tersebut. Dari sini mereka dapat melihat langsung langit malam yang luas dan bulan berbentuk bulat sempurna, serta taburan bintang yang kini tampak berusaha menerangi langit malam yang gelap itu.
Surin menyerahkan tas yang berisi dua kotak makan yang sedari tadi ia peluk itu pada Sehun. “Aku tidak mau makan. Kau saja yang habiskan dua-duanya.” Surin berujar sembari menghapus sisa-sisa airmatanya sementara Sehun langsung membuka salah satu kotak makan tersebut. “Kebetulan aku memang sedang lapar. Terima kasih.” Ujarnya lalu menyantap nasi goreng tersebut sementara Surin hanya menatapnya tanpa ekspresi. “Maaf karena aku tidak menjawab semua pesan dan teleponmu. Aku terlalu lelah sampai-sampai tidak dapat mendengar apapun.” Sehun berujar membuat Surin menghela napasnya. “Sudahlah tidak usah dibahas lagi. Bukan salahmu tapi salahku.” Surin mengalihkan pandangannya pada langit yang tampak tenang itu.
“Tidak, semua salahku. Harusnya aku mengajakmu ke acara pesta Halloween yang diadakan di ruang theatre sekolah itu lebih dulu agar kau tidak melakukan aksi semacam ini. Benar, kan? Kau pasti melakukan ini semua karena aku tidak mengajakmu kesana, kan?” Sehun menyodorkan sendok berisi nasi goreng tersebut pada Surin yang hanya menatapnya. “Makanlah. Ini nasi goreng terenak yang pernah kau buat.” Surin segera memakannya kemudian mengernyitkan dahinya setelah merasakan nasi goreng buatannya itu. “Terlalu asin. Sudah jangan dimakan lagi.” Surin merebut kotak makan tersebut namun Sehun menahannya dan malah dengan lahap memakan nasi goreng tersebut.
“Sebenarnya aku melakukan hal ini bukan karena kau tidak mengajakku lebih dulu ke acara pesta Halloween itu.” Surin berujar lalu merubah posisinya jadi menghadap Sehun. Gadis itu menekuk lututnya seraya memeluknya dan meletakan dagunya pada lututnya tersebut. “Lalu karena apa?” Tanya Sehun masih asik menikmati nasi goreng asin buatan Surin itu. “Karena ramalan bintangku yang aku baca pada sebuah majalah berkata bahwa aku harus lebih berani dari mereka yang sudah berani-beraninya mendekati pasanganku. Jadi aku pikir cara paling tepat untuk menunjukan padamu kalau aku berani itu ya dari cara tadi. Mengajakmu makan malam di ruangan keramat itu.” Surin berujar panjang membuat Sehun langsung terbahak sampai-sampai ia tersedak makanannya sendiri. “Aish, mengapa kau malah tertawa, sih?!” Surin segera mengambil air minum yang berada di dalam tas tempat ia menaruh tempat makan itu dan dengan cepat menyerahkannya pada Sehun yang langsung menegaknya sampai tinggal setengah.
“Ini adalah hal terlucu yang pernah aku dengar. Aigu, Jang Surin. Hahahaha! Kau ini!” Sehun mengacak rambut Surin yang kini tampak sudah ingin menangis kembali. “Sudah jangan menertawaiku terus! Kalau kau diposisiku pasti kau juga akan melakukan hal yang sama. Kau tahu? Ramalan bintang itu benar-benar pas dengan semua kondisi yang ada sekarang ini. Ramalan bintangmu mengatakan bahwa kau bingung harus mempertahankan pilihan pertamamu atau memilih pilihanmu yang lain. Dan kau sendiri tahu belakangan ini ketiga fans fanatikmu itu semakin gencar mendekatimu. Bisa saja kan, kau sempat berpikir untuk menggeser posisiku dan akhirnya memilih salah satu dari ketiga perempuan itu.” Surin berujar kesal sementara Sehun lagi-lagi sudah menertawainya.
“Kau tahu? Dari semua hal bodoh yang pernah kau lakukan dan ucapkan, hal ini yang paling bodoh dari semuanya.” Ledek Sehun membuat Surin langsung menangis seperti anak kecil. Awalnya tangisan tersebut hanya ia buat-buat, namun lama-kelamaan tangisannya menjadi tangisan sungguhan yang membuat Sehun langsung sibuk berusaha mendiamkannya. “Aku kan hanya berusaha. Berusaha agar semua ramalan yang terasa benar-benar pas dengan semua kondisi kita itu tidak terjadi. Agar kau tidak memilih mereka yang berani. Agar kau tidak memilih pilihanmu yang lain. Agar kau tidak berpaling dariku. Aku bahkan memaksakan diriku yang penakut ini untuk menjadi lebih berani seperti apa kata ramalan itu. Mengapa sekarang kau masih saja tega menertawakanku, sih?!” Sehun mati-matian menahan tawanya mendengar ucapan Surin barusan.
Sehun benar-benar tidak mengerti apa yang ada dikepala gadis itu. Sehun benar-benar tidak mengerti mengapa Surin mempercayai ramalan bintang yang ada pada sebuah majalah. Sehun mungkin masih dapat memaklumi dan tidak tertawa sehebat ini kalau Surin mengartikan ramalan tersebut dengan benar. Tapi sungguh, Sehun tidak dapat menahan dirinya lagi untuk tidak tertawa ketika mendengar semua ucapan Surin barusan. Gadis itu memaknai ramalan tersebut dengan makna yang jelas salah dari makna yang seharusnya. Ia memaknai kalimat ‘harus lebih berani dari mereka yang berani-berani mendekati pasangan anda’ itu dengan kata ‘berani’ yang lebih menjurus ke arah hal-hal yang berbau mistis. Sehun benar-benar tidak tahu harus melakukan apa selain tertawa.
“Kau memang kalah dari mereka yang berani. Benar-benar kalah.” Sehun berujar setelah berhasil menghentikan tawanya. “Ya, karena aku memang penakut. Seberapapun aku berusaha menjadi berani seperti mereka yang berani aku tidak akan pernah bisa karena aku adalah orang yang penakut. Sebaiknya kau terima saja aku apa adanya.” Surin membalas membuat Sehun hanya menahan tawanya. “Maksud ramalan bintangmu itu adalah kau bukannya harus berani dalam hal-hal mistis seperti itu. Tetapi harus lebih berani menunjukan kalau kau mencintaiku lebih dari mereka yang sudah berani secara langsung menunjukan padaku bahwa mereka menyukaiku.” Surin tampak terkejut mendengar ucapan Sehun barusan. Sehun tahu kini gadis itu mati-matian mengutuk dirinya yang tidak dapat berpikir sampai ke arah itu.
Surin berdeham kemudian mempererat pelukannya pada lututnya sendiri. “O-oh, jadi begitu. Ya, mana aku tahu. Saat itu aku kan sedang terbakar emosi karena melihatmu dikerubungi fansmu. Jelas saja aku tidak dapat berpikir panjang dan langsung menyimpulkan pemikiran pendekku itu. Lagipula ramalanmu itu benar-benar terasa pas. Waktu itu kau tampak bahagia dikerumuni oleh ketiga perempuan itu. Kalau kau goyah sedikit saja, kau akan memilih pilihan lain dan membuang pilihan pertamamu begitu saja. Artinya kalau kau tergoda, kau akan memilih mereka dan menyingkirkanku. Benar begitu, kan?” Nada suara Surin terdengar sangat mengintimidasi.
“Kalau itu mungkin kau memang sudah benar memaknai kalimat ramalan tersebut. Yang salah adalah ramalannya.” Sehun berujar seraya menatap kedua mata Surin yang kini tampak masih sembab itu. Sehun memindahkan tas serta kotak makan yang menjadi pembatasnya dengan Surin itu ke samping kirinya yang kosong lalu menggeser posisinya menjadi sangat dekat dengan Surin yang kini masih mempertahankan posisinya. Surin kini dapat melihat dengan jelas tampak samping dari seorang Oh Sehun yang baginya sempurna itu. Rambutnya tampak sangat halus, alisnya tampak begitu tegas, mata yang tengah tersenyum itu pun tampak sangat menarik bagi Surin, hidungnya yang tampak semakin mancung jika dilihat dari posisi samping seperti ini, bibirnya pun tampak begitu sempurna dengan warna pink alami membuat Surin tidak bisa berhenti menatapnya.
Dengan perlahan Sehun menolehkan kepalanya membuat Surin langsung berkedip berkali-kali, takut kalau laki-laki itu menyadari sedari tadi Surin memperhatikan sosoknya. “Mengapa kau bisa mengatakan kalau ramalan bintangmu itu salah? Bukannya sangat pas dengan kondisimu?” Surin berusaha mencairkan suasana sementara Sehun masih menolehkan kepalanya untuk menatap kedua mata Surin.
“Kondisi apa? Memangnya kau seyakin itu aku akan menggeser posisimu dan menggantikanmu dengan mereka?” Surin terdiam sementara Sehun kini mengambil satu tangan Surin kemudian menggenggamnya.
“Tidak pernah terlintas dalam pikiranku untuk menggantikanmu dengan siapapun. Jika ramalan itu mengatakan bahwa aku memiliki pilihan lain, pada kenyataannya aku bahkan tidak pernah memikirkan untuk memiliki pilihan lain. Aku hanya mencintaimu. Aku sudah memilihmu dan tidak akan ada yang lain. Aku mungkin jarang mengatakannya bahkan tidak pernah tapi karena kau sudah berpikir jauh seperti ini maka aku harus mengatakannya untuk membuatmu percaya. Jadi, sudah jelas kan kalau ramalan itu salah dan tidak benar?” Surin menatap Sehun dengan berkaca-kaca sementara laki-laki itu langsung mengacak rambutnya dengan gemas. “Lagipula mereka tidak mendekatiku untuk mencuriku darimu.” Sehun berujar lagi. “Lalu untuk apa mereka mendekatimu sampai seperti itu?”
“Kau pikir memang kenapa aku memberikanmu cokelat yang mereka berikan padaku?” Sehun bertanya membuat Surin hanya menatapnya malas. “Karena kau mau membuatku cemburu.” Tanggapnya sementara Sehun langsung menggeleng. “Itu memang untukmu dari mereka. Selama ini mereka sangat mendukung hubungan kita dan bahkan berkata bahwa mereka ingin seperti kita dengan kekasih mereka masing-masing. Setiap mereka mengirimiku banyak makanan pun mereka selalu menuliskan surat dengan pesan harus dibagi berdua denganmu. Itu mengapa aku sering tiba-tiba memberimu snack pada jam makan siang. Hanya saja aku sengaja tidak memberitahukannya padamu karena aku ingin membuatmu cemburu. Dan untuk soal surat cinta yang mereka berikan itu aku juga berbohong padamu. Mereka tidak pernah mengirimiku surat cinta. Mereka bukan fansku, tapi fans kita. Hanya saja mereka takut padamu yang sudah garang duluan sehingga yang mereka dekati hanyalah aku.”
Surin langsung memukuli Sehun yang kini hanya tertawa sambil juga mengaduh. “Berarti semua ramalan itu bohong. Ah, aku merasa bodoh sempat percaya pada hal-hal seperti itu.” Surin langsung menghapus sisa-sisa air matanya. “Memang kau bodoh.” Sehun mengacak rambut Surin dengan gemas sementara gadis itu dengan cepat merapikannya dan hanya mendengus.
“Surin-a.” Panggil Sehun membuat Surin langsung menatapnya. “Mau aku ajarkan cara mewujudkan kata ‘berani’ itu yang ada pada ramalan bintangmu?” Sehun menahan tawanya sementara Surin langsung memukulinya lagi. “Siapa tahu besok-besok ramalan bintangmu menyuruhmu untuk ‘lebih berani’ lagi. Agar kau tidak salah mengartikan kata lagi, mau aku ajarkan tidak caranya mewujudkan kata ‘lebih berani’ itu?” Sehun menatap Surin jahil sementara Surin hanya terdiam sambil menautkan kedua alisnya. Perasaannya mulai tidak enak.
“Caranya seperti ini.” Sehun memeluk leher Surin dengan satu tangannya kemudian menarik kepala gadis itu mendekat padanya. Sehun segera mengecup bibir Surin singkat membuat gadis yang bahkan belum sadar sepenuhnya itu terkejut setengah mati. Jantungnya seakan lepas begitu saja membuat Sehun tidak kuasa untuk tidak tertawa karena melihat reaksi kecupannya yang begitu dahsyat pada Surin. “Ya, Oh Sehu—” Sehun kemudian memeluk leher Surin lagi dan langsung mengecup bibir gadis itu untuk kedua kalinya, bermaksud memberhentikan ocehan gadis itu.
“Itu yang dimaksud ‘lebih berani’. Mereka yang mendekati pasanganmu pasti tidak akan berani melakukan hal itu. Maka jika kau berani melakukan hal itu, pasanganmu itu sudah pasti tidak akan berpaling darimu.” Sehun tertawa sementara kini Surin sibuk memukulinya. “Tapi sebenarnya kau tidak harus melakukan hal itu. Kau tidak perlu menjadi ‘lebih berani’ karena aku lebih suka jika aku yang melakukannya lebih dulu. Pasti ekspresimu setelahnya akan sangat lucu dan menggemaskan.” Sehun baru saja akan memeluk leher Surin lagi namun gadis itu dengan cepat menghindar. “Ya! Oh Sehun jangan coba-coba seperti itu lagi! Dan apa maksud ucapanmu barusan?! Dasar kurang ajar! Habis kau Oh Sehun!” Surin sibuk memukulinya sementara Sehun hanya tertawa terbahak tanpa henti.
Kau tahu apa yang membuat Sehun tidak dapat berpaling dari gadisnya itu? Sehun mungkin juga tidak dapat menjawabnya karena begitu banyak alasan dan sebab mengapa ia tidak bisa berpaling dari Surin. Tapi kejadian kali ini, kejadian dimana Surin mempercayai ramalan bintang yang ada pada sebuah majalah dan berusaha mencegah ramalan itu terjadi, mungkin adalah salah satu dari banyaknya alasan mengapa Sehun tidak dapat berpaling dari seorang Jang Surin.
“Dasar gadis horoscope! Berhenti memukuliku!” Sehun kemudian menarik tangan Surin dan langsung mendaratkan bibirnya pada bibir Surin yang langsung membeku dengan seketika.
Atau alasan yang paling kuat untuk menjawab pertanyaan tadi adalah mungkin karena Sehun terlalu mencintainya. Mencintai seorang Jang Surin dan semua hal tentangnya. Termasuk kebodohan Surin yang dengan begitu saja mempercayai ramalan bintang yang ada disebuah majalah.
-FIN.
Terima kasih sudah membaca! Semoga kalian suka. Please send your thoughts about this ff on the comment box! Thanks and see ya! Kunjungin wordpress pribadi saya untuk ff yang lainnya ya. Here’s the link : http://ohmarie99.wordpress.com Jangan lupa tinggalkan jejak kalian disana ya!
