Title: I Love My Father
Cast:
- Xi Luhan as Shin Luhan
- Shin Youngah OC
- Park Chanyeol
- Huang Zi Tao as Hwang Zi Tao
Author: SungRIMIn
Genre: Romance, Supranatural, Mystery
Lenght: Chaptered
Rating: General
A/N: Sebenernya FF ini udah lama banget author bikin buat diserahin ke penerbit. Tapi karena pesimis ga bakal diterima, jadi author posting aja disini. Happy reading allJ
***
Cahaya lampu bersinar menerangi ruangan yang dominan barcat putih itu. Aroma obat menyeruak masuk kedalam hidung saat siapapun datang keruangan tersebut. Angin yang berasal dari AC membuat siapapun betah berlama-lama didalamnya. Padahal angin yang berada di luar lebih sejuk daripada AC yang sangat memboroskan listrik. Sayangnya, jendela yang ada diruangan itu tertutup seakan-akan tidak menizinkan angin sejuk itu masuk kedalamnya. Mungkin siempunya ruangan tak ingin ada debu masuk walau seujung kuku pun.
Terdapat dua orang yang berada dalam ruangan berdominan putih itu. Mereka sama-sama terdiam tak bersuara, tak berkutik dan tak bergerak. Bagai patung yang berada di monumen atau bahkan patung dengan simbol suatu negara ataupun kota. Bagai mayit yang hidup, bagai manusia yang mati. Bahkan dengusan nafas mereka sama sekali tak terdengar. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Yang satu, terbaring lemah diatas tempat tidur dengan selang infus dan perban dikepalanya, tak lupa alat bantu pernafasan agar paru-parunya dapat berfungsi dengan stabil. Sedangkan orang yang kedua, hanya berdiri bersandar pada dinding sambil menundukkan kepala. Seperti orang yang mempunyai beban teramat berat.
Perlahan, seseorang yang terbaring itu menggerakkan jemarinya, lalu kelopak matanya. Perlahan tapi pasti. Orang yang berada disampingnya tak menyadari keajaiban yang terjadi saat ini. Sampai akhirnya suara lenguhan memecah belah fikirannya. Lalu ia menarik wajahnya untuk melihat seseorang yang akhir-akhir ini selalu ia jaga.
“Eunghh…” Lenguhan itu sukses membuat bola matanya tertuju pada seseorang didepannya yang tergolek lemah.
“Hei kau sudah sadar?” Pria itu spontan menarik dirinya untuk mendekat dan sedikit menunduk agar bisa mensejajarkan wajahnya. Tak lupa ia mengusap pucuk kepalanya tanda sayang.
Wanita tak berdaya itu masih mengeluarkan lenguhannya. Ia belum bisa bicara terlalu banyak mengingat kondisinya masih belum stabil. Matanya juga belum terbuka sempurna karena ia belum terbiasa dengan cahaya lampu yang begitu mencolok bola matanya.
Perlahan mata itu terbuka sempurna. Ia mulai menyesuaikan penerangan yang berada diruangan ini. Setelah itu, ia mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru ruangan ini. Setiap inchi dari ruangan suci ini ia lihat, seperti seorang bayi yang baru melihat dunia. Dari mulai sudut-sudut ruangan bahkan benda-benda yang berada diruangan ini ia teliti secara detail. Seperti seorang ilmuan hebat yang baru saja menciptakan barang baru yang belum pernah ada didunia. Terakhir, ia melihat seseorang yang berjarak dekat dengan dirinya. Seorang Pria yang tinggi semampai, tegap dan gagah. Wajahnya juga lumayan tampan dengan hidung mancung yang terbentuk sempurna, mata kucing yang indah, serta bibir tipis yang ia pakai untuk tersenyum, berbicara, bahkan tertawa. Wanita itu kaget setengah mati, ia sedikit terlonjak dan membulatkan matanya. Ia mencengkram selimutnya kuat, sekuat tenaga yang ia miliki sekarang. Takut-takut Pria itu melakukan tindakan yang tidak sewajarnya, ataupun takut Pria itu menerkam dirinya seperti singa yang menerkam mangsanya.
“Kau siapa??” tanya Wanita itu takut-takut.
“Kau tidak mengenalku?” Pria itu menunjuk dirinya dengan jari telunjuk.
“Tidak.. Kau siapa? Aku dimana?” tanyanya bertuturan.
“Kau benar tidak mengenalku?” tanya Pria itu meyakinkan.
“Tidak.. Aku tidak mengenalmu. Dan aku juga tidak mengenal diriku! Dimana aku sekarang? Mau kau apakan aku??” tanyanya dengan nada yang sakratif.
‘Dia lupa ingatan! Apa benar itu?’ batin Pria itu. Sepintas fikiran terlintas dalam benak Pria jangkung itu.
“Aku Paman mu Youngah~ aku Pamanmu mu!” ucap Pria yang berkata bahwa ia pamannya.
“Paman ku? Benarkah?” tanya Wanita itu meyakinkan. Cengkraman pada selimutnya mulai mengendur secara perlahan.
“Ya, aku Paman mu Hwang Zi Tao.” Pria yang memperkenalkan dirinya sebagai Tao ini mulai meyakinkan Wanita yang sebelumnya dipanggil Youngah ini.
Youngah memicingkan matanya. Mencari raut kejujuran atau kebohongan dari bola mata Tao. Lama kelamaan mata yang memincing dengan sorot mata yang begitu mendetail hilang sudah, yang ada sorot mata yang menandakan ketenangan, sama seperti hatinya. Ia mulai percaya bahwa Tao adalah pamannya. Karena wajah kebohongan tidak ia temukan pada sorot mata Tao.
“Ya, aku percaya padamu Paman. Kalau kau Paman ku, lalu namaku siapa?” ia mulai jauh lebih tenang dibandingakan tadi.
“Namamu Shin Young Ah.” Tao mulai mengejakkan namanya.
“Shin Young Ah? Margaku Shin? Sedangkan kau Hwang? Apa kau…..”
“Eumm aku Paman dari pihak Ibu mu. Ya, dari pihak Ibu mu.” Tao menyalip perkataan Youngah sebelum ia melengkapi kalimatnya.
“Ahh dari pihak Ibu. Memang nama Ibu ku siapa?”
Tao berdiam sejenak. Ia seperti mengingat suatu kejadian yang mungkin penting baginya.
“Hwang Ye Rim.” Tao menatap Youngah dengan ekspresi datar. Tapi Youngah menghiraukan raut wajah Tao yang berubah.
“Apa dia cantik?” Youngah membinarkan wajahnya, seakan menunggu dongeng dari Tao tentang perawakan Ibu nya. Tao yang seolah datar, kini mengulas senyumnya sedikit. Hanya sedikit.
“Kau lihatlah dirimu dicermin. Kau sangat cantik. Dan Ibu mu itu juga pasti sangat cantik.” Seulas tawa tanpa suara terpancar dari bibir Youngah.
“Tapi seorang Anak mempunyai perpaduan antara wajah seorang Ibu dan Ayah. Kalau menurutmu Aku ini sangat cantik, berarti Ayah ku juga sangat tampan. Tak mungkin Aku terlihat sangat cantik apabila kedua orangtuaku tidak memiliki wajah yang sempurna.” Raut wajah Youngah semakin berbinar. Begitu juga Tao. Senyumnya mulai melebar, dan ia terus mengusap pucuk kepala Youngah dengan sayang.
“Kau benar. Ayah mu juga sangat tampan.”
“Benarkah?? Siapa nama Ayah ku?” Tao berekspresi sama seperti saat Youngah menanyakan nama Ibu nya.
“Shin Lu Han.” Jawabnya singkat.
“Ahh begituu~ tapi, kenapa kedua orang tuaku tidak menjengukku? Kenapa dia tidak berada disisiku? Kenapa dia tidak menemaniku saat aku dirumah sakit begini? Kenapa yang datang kau? Bukankah seorang orang tua akan selalu menjaga anaknya saat anaknya sakit?”
“Ibu mu sudah meninggal. Sedangkan Ayah mu sedang bekerja.” Tao merendahkan suaranya saat memberitahukan soal Ibunya.
“Apa? Sudah meninggal?” Youngah membungkam mulutnya dengan telapak tangannya. Buliran air mata menetes dari pelupuk matanya. Entah kenapa ia bisa secepat itu mengeluarkan air mata, padahal tadi, ia terlihat begitu ceria.
“Ya. Ibu mu meninggal saat ia melahirkanmu.” Raut wajah Tao mulai memburuk. Ia menundukkan kepalanya. Perasaan sedihnya mulai luluh lantah saat segeming air mata mulai nampak dari balik pelupuknya.
“Ibu sangat baik ya. Ia rela mempertaruhkan nyawanya demi anaknya. Memang perjuangan seorang Ibu sungguh luar biasa.” Youngah terus membanggakan Ibu nya. Sesekali ia sibuk menghapus air matanya. Tanpa ia ketahui, air mata Tao tumpah begitu saja mengenai lantai. Ia tak kuasa menahan tangis dalam dirinya.
“Paman! Kapan aku bisa bertemu Ayah? Aku ingin melihat wajahnya.” Youngah memandang lurus kedepan tanpa melihat Tao. Ini kesempatan untuk Tao bersikap senormal mungkin dan menghapus air matanya yang tumpah tanpa permisi.
“Saat kau sembuh. Aku akan mengantarmu kerumah Ayah mu.”
“Kenapa saat aku sembuh? Kenapa tidak besok saja atau sekarang?” Youngah mendengus kesal sambil melipat kedua tangannya.
“Sebenarnya, kau sudah lama berpisah dengan Ayahmu. Kau telah menghilang saat berusia 7 tahun.” Youngah membekap mulutnya, tak percaya dengan ucapan Pamannya. “Kau diculik oleh orang jahat saat bermain di Taman bersama Ayahmu. Ayahmu sendiri yang menceritakan kejadian ini kepadaku.” Tao mengambil nafas dalam sebelum melanjutkan ceritanya. “Aku melihat mu ditabrak oleh seseorang, aku tak mengenal orang itu. Tapi yang jelas, ada seseorang yang mengejarmu sebelumnya, sambil berteriak, ‘Heii Youngah kembali lah!! Mau pergi kemana kau?!’”
“Tapi, kenapa kau begitu yakin, kalau aku ini Youngah yang kau maksud?”
“Sejak kecil, kau sudah aku anggap seperti reinkarnasi ibumu. Kau begitu mirip. Jadi, aku yakin kalau kau, adalah Youngah yang selama ini aku cari.” Youngah tersenyum manis mendengar penuturan
“Tapi, apa kau sudah memberitahu Ayah soal ini?”
“Sudah.” Balas Tao singkat.
“Lalu, kapan ia kesini?”
“Dia tak akan kesini, Aku yang akan membawa mu kepelukan Ayahmu.”
“Kapan?” Youngah mempoutkan bibirnya, sebenarnya ia tak setuju dengan ide Pamannya.
“Saat kau sembuh nanti.” Pernyataan itu sukses membuat Youngah berpaling dari hadapan Tao. Ia berdecak kesal, karena menurutnya, untuk keluar dari Rumah Sakit ini membutuhkan waktu yang sanga lama.
“Aishhh itu lama sekali Paman!!” Youngah mengacak-acak selimutnya, ia benar-benar kesal, Pamannya tak mengerti perasaan nya saat ini.
“Tidak, asal kau menuruti perintah Dokter.”
“Baiklah! Lebih baik kau panggil Dokter kesini untuk memeriksa keadaan ku. Aku ingin besok kita meninggalkan rumah sakit.” Youngah melipat kedua tangannya, ia enggan menatap manik mata milik Tao.
“Siapp Bos!!” Tao tersenyum seraya hormat pada Bos besarnya. Lalu Tao menekan tombol panggilan Dokter yang berada didekat kasur YoungAh. Dan tak lama kemudian Dokter pun datang untuk mengecek keadaan YoungAh. Sedangkan Tao lebih memilih keluar dari ruangan tersebut.
Tao mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Ia mulai berkutat dengan ponselnya lalu mengetik beberapa kata untuk dikirim kepada seseorang
To: Luhan
From: Tao
Aku sudah menemukan anakmu. Dia sedang bersamaku. Kau tak perlu khawatir, dia aman bersamaku. Keadaannya baik-baik saja. Hanya saja, ia lupa ingatan sekarang. Ia tumbuh menjadi anak yang cantik seperti Istrimu. Aku akan membawanya kepelukanmu nanti. Aku sedang mencari waktu yang tepat.
Message send.
Tapi, tak lama kemudian ponselnya berbunyi lagi. Balasan dari Luhan telah diterimanya.
To: Tao
From: Luhan
Benarkah?? Apa benar ia bersamamu? Tapi tunggu, lupa ingatan? Bagaimana bisa? Kau berada dimana sekarang? Biar aku yang kesana. Aku ingin bertemu anakku. Aku ingin melihat kondisinya!
Tao mulai membalas pesan itu.
To: Luhan
From: Tao
Tidak. Aku tidak bisa membawamu kesini. Aku akan segera membawa anakmu, padamu. Aku janji. Dalam satu minggu ini, anakmu pasti kembali kepelukanmu. Aku berjanji itu. Beritahu semua orang yang berada di Rumah mu bahwa Youngah telah lupa ingatan. Aku tak ingin Youngah mendapat serentetan pertanyaan yang membuat kondisinya malah memburuk.
Message send
Setelah pesan itu terkirim, ia mematikan ponselnya agar Luhan tidak lagi bertanya padanya. Ia tahu ia kejam telah memisahkan anak dan ayah itu. Tapi ia ingin menjadikan ini sebagai suprise untuk Luhan. Ia berjanji akan mengembalikan anaknya secepat mungkin. Ia berjanji tak akan mengingkari janjinya itu.
Ia langsung masuk kedalam kamar YoungAh lagi setelah Dokter memberikan penjelasan tentang kondisi YoungAh yang sudah sangat membaik, walaupun Youngah telah lupa ingatan. Didalam sana, terlihat raut wajah YoungAh yang begitu gembira dan terus mengumbar senyumnya. Membuat Tao yang melihat nya ikut menarik sudut bibirnya membentuk lengkungan indah seperti bulan sabit.
“Hei kau kenapa senyum-senyum sendiri? Kau nampak seperti orang gila.” tutur Tao mengawali perbincangan.
“Paman, besok aku sudah diizinkan pulang karena kondisi ku naik drastis. Lihat, perbanku saja sudah dilepas oleh dokter.” YoungAh menunjuk kearah kepalanya yang tak terbalut oleh perban. Tao pun mengikuti arah telunjuk YoungAh.
“Hemm bagus kalau begitu.” Tao mengiyakan perkataan YoungAh.
“Berarti.. besok aku sudah bisa bertemu dengan Ayah? Kau jangan lupa mengantarku kerumah Ayah loh!”
“Iya, iya. Sudah kau istirahat ya. Aku keluar sebentar.”
“Baiklah.” YoungAh mulai berbaring diatas kasurnya lalu menyikap selimutnya agar tetap hangat. Tao pun pergi dengan secepat kilat sampai tubuhnya tak terlihat lagi dari balik pintu.
TBC
Help RCL ya guysss JJ
