Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

I Love My Father (Chapter 8)

$
0
0

picsart_11-18-12-24-00

Title: I Love My Father

Cast:

  • Xi Luhan as Shin Luhan
  • Shin Youngah OC
  • Park Chanyeol
  • Huang Zi Tao as Hwang Zi Tao

Author: SungRIMIn

Genre: Romance, Supranatural, Mystery

Lenght: Chaptered

Rating: General

***

6 hari kemudian.

Pagi yang cerah dengan sinar matahari yang cukup bagi penerangan dunia. Burung bernyanyi mengitari angkasa. Awan berarak-arak melewati langit biru yang cerah. Pepohonan menari seiring datangnya angin. Diluar sana, keramaian sudah tampak di penghujung kota, mengingat hari ini saat nya weekend untuk semua keluarga di Korea Selatan. Gedung-gedung pencakar langit yang seolah ramai, untuk saat ini, sepi tak berpenghuni.

Didalam rumah minimalis bercat abu-abu, terlihat dua orang laki-laki yang berdiam diri tak bersuara. Sama-sama sibuk dengan pikirannya masing-masing. Kadang, mereka berdua terlihat mengobrol, tertawa, bahkan tersenyum bersama. Tapi, mereka hanya bersandiwara demi menyenangkan seorang gadis yang sedang berkutat didapur yang berdominan berwarna putih.

“Ini Ayah, Paman, tehnya. Aku buatkan spesial untuk dua orang yang aku sayangi.” YoungAh menaruh dua gelas teh panas di atas meja. Tao dan Luhan senantiasa meminum teh buatannya. YoungAh berdiri di depan meja untuk menunggu komentar dari dua orang lelaki tersebut. “Bagaiman teh nya? Enak tidak?”

Luhan mengangguk sambil menghirup aroma hangat yang terpancar dari teh buatannya. Anggukan dari sang Ayah membuatnya berbinar dan bangga pada diri sendiri.

Tao pun melakukan hal yang sama dengan Luhan, “Kenapa kau tidak membuat kopi saja?”

“Ini masih pagi, kalu pagi-pagi begini, enaknya minum teh. Kalau malam hari, enaknya minum kopi.” Itulah analisa YoungAh yang seperti profesor, membuat kedua pria di depannya tertawa melihat aksi lucu nya.

“Kau mau tidak tidur gara-gara minum kopi malam-malam?” canda Luhan diikuti tawa Tao dan YoungAh.

Tokk.. tokk..

Suara ketukan pintu berbunyi, membuat semua orang yang ada di dalamnya menoleh tepat ke sumber suara. Dengan sigap, YoungAh segera berjalan menuju sumber suara tersebut.

“ChanYeol….” saat pintu terbuka, tampak lah seorang laki-laki tampan dengan blazer abu-abunya. YoungAh segera memeluk tubuh tinggi ChanYeol, begitu juga sebaliknya.

YoungAh mengamit tangan ChanYeol dan membawanya masuk kedalam rumah dan memperkenalkannya kepada Luhan dan Tao. “Ayah, Paman! Kenalkan, ini ChanYeol.” ChanYeol menunduk hormat kepada dua lelaki di depannya. Matanya bertemu pandang dengan mata kucing milik Tao. Cakra Ajna nya membidik cepat ke arah mata Tao. Melihat sesuatu dibalik Devil Eyes nya. Tao mulai khawatir dengan situasi yang ada, tapi ia berusaha agar tetap tenang.

“ChanYeol ini…” YoungAh menghadapkan tatapan matanya ke arah ChanYeol, begitu juga sebaliknya. Ia pandang lekat-lekat mata bulat persis bulan purnama itu, menatapnya dalam sedalam lautan. “Adalah pacarku.” Mereka berdua tersenyum saat penuturan YoungAh terlontarkan, masih menatap satu sama lain, membuat mereka tampak mesra.

Satu detik kemudian, Cakra Ajna milik ChanYeol membidik mata Luhan yang terlihat shock. Ia menarik sudut bibirnya saat melihat ekspresi Luhan yang terkena perangkap olehnya.

“Oh iya, karena hari ini, hari spesial ku dan ChanYeol, aku dan ChanYeol akan membuatkan makanan untuk makan siang nanti. Kalian tunggu disini okee!!” YoungAh mengamit tangan ChanYeol dan menariknya ke dapur untuk mempersiapkan segala sesuatu.

Mereka berdua, lelaki berumur yang tak punya pendamping, hanya bisa berdiam dan sibuk dengan pikiran nya masing-masing.

“Apa berpelukan termasuk dalam skenario hah?” cecar ChanYeol saat sampai di dapur yang cukup jauh dari dua orang lelaki tersebut.

“Kau kan bilang, kita harus berperan sebagai seorang kekasih!” YoungAh mengambil sayuran dan mulai mencuci nya di westafel.

“Tapi kan tidak berpelukan juga!”  ChanYeol masih sibuk membuka plastik belanjaan di atas meja, mencari suatu bahan untuk ia masak.

YoungAh yang tak terima karena terus di sudutkan, membalikkan badannya menghadap ChanYeol, “Aku kan hanya membangun suasana agar tetap hidup! Apa salahnya?” ia mendengus sebal sambil mengambil nampan dan juga pisau.

“Hhh~ sampai kapan aku harus berlakon seperti ini? Nanti kau malah berpaling pada diriku.” ChanYeol yang sedang asik memisahkan sayuran yang segar dan yang tidak, tidak sadar bahwa di kejauhan sana ada YoungAh yang bersiap melempar tomat kearahnya.

YoungAh menghampiri ChanYeol yang terus duduk di meja dapur dan terus mengamati sayur-sayuran segar di kantong plastik putih. Itu yang bisa ChanYeol lakukan, mengingat ChanYeol seorang lelaki, dan belum tentu lelaki bisa masak. YoungAh mengibaskan tangan nya tepat di depan wajah ChanYeol. Mata nya terlihat sayu seperti tidak tidur seharian dan pandangannya kosong. Kepalanya ia tumpukan ke tangan kanan. Dan inilah saat yang tepat bagi YoungAh mengerjai ChanYeol. Ia memukul tangan ChanYeol yang menumpu kepalanya dengan kencang, dan alhasil, ia terlonjak kaget, bahkan kepalanya hampir terbentur meja.

“Apa? Kenapa kau menggangguku? Urusilah masakan mu itu!” YoungAh hanya bisa tertawa melihat ekspresi ChanYeol yang mirip dengan orang mabuk.

“Masakan ku tinggal 15 menit lagi matengnya, kau tenang saja!” YoungAh mencolek hidung ChanYeol, terlihat sekali bahwa ChanYeol berusaha untuk tidur di atas meja. “Oh ya, apa kau sudah tau tentang perasaan Luhan saat aku bilang kau pacarku? Lalu bagaiman dengan Tao? Apa kau mengetahuinya semua?”

“Yaaaa…” jawabnya panjang, dengan posisi kepala yang berada di atas meja.

“Ceritakanlah!”

“Nanti saja!”

“Kenapa tidak sekarang?”

Brakk..

Suara gebrakan meja yang di buat ChanYeol membuat YoungAh kaget dan sedikit memundurkan tubuhnya kebelakang. Walaupun gebrakannya sungguh luar biasa, tapi raut wajah ChanYeol tidak berubah, masih terlihat seperti orang mengantuk.

“Kalau aku menceritakannya sekarang, nanti mereka mendengar. Aku akan menceritakan ini secara privasi padamu!” ChanYeol kembali dengan posisi awal. Matanya terkatup seiring kepalanya menyentuh badan meja.

“Malah suara gebrakanmu lah yang terdengar oleh mereka.”

Seolah belum berada di alam mimpi, ChanYeol pun membalas perkataan YoungAh. “Suara gebrakan yang ku buat hanya kau dan aku yang dengar, mereka takkan dengar.”

“Ilmu sihir.” YoungAh mendesis. “Sepertinya kau abis ronda semalam sampai kau mengantuk seperti ini! Apa kau abis jaga lilin semalam? Haha.. dapat uang berapa kau?” YoungAh tertawa kemenangan.

ChanYeol yang tidak terima, mengambil posisi duduk tegap dan melawan semua rasa kantuknya. “Kau tahu? Kekuatan ku telah kembali, dan efek sampingnya adalah ini salah satunya, susah tidur!” ChanYeol kembali merebahkan kepalanya di atas meja. “Aku seperti kalong. Bangun malam, tidur pagi!”

***

“Selamat makan!” ekspresi bahagia terpancar jelas pada raut wajah YoungAh. Mereka berempat, YoungAh, Luhan, ChanYeol, Tao, sedang menikmati makanan yang dibuat oleh YoungAh seorang diri, tanpa bantuan ChanYeol sedikit pun. Raut wajah ChanYeol sudah mulai segar karena sempat tidur di dapur, dan karena YoungAh mempunyai kepekaan yang tajam, ia biarkan ChanYeol tidur selama 30 menit lamanya. Ia tahu, ChanYeol telah memanipulasi keadaan sebenarnya yang ada di dapur dengan kekuatannya. Seolah-olah mereka berdua terlihat bermesraan apabila dilihat dari luar dapur, padahal di dalamnya, ia sedang bertengkar, dan bahkan, ChanYeol sempat tertidur.

“Ayah? Bagimana masakan ku?” tanya YoungAh pada Ayah nya yang duduk bersebrangan.

“Enak! Kau seperti Ibumu yang pandai memasakYoungie!” Luhan tersenyum hangat, begitu juga YoungAh.

Selagi anak dan ayah itu berbincang-bincang perihal masakan, ada dua orang pria yang saling bertatapan satu sama lain. Mata kucing dan mata bulan purnama itu kembali bertemu pandang. Ia merasa, ChanYeol terus menatapnya dan membuatnya geram. Selagi ia bisa menatapnya kembali, kenapa ia mesti takut?

“Kenapa kau melihatku seperti itu?” Tao yang kehilangan selera makannya, menghentikkan pergerakannya dalam menyuap sesendok nasi. Sedangkan sepasang Ayah dan Anak itu juga menghentikan perbincangannya karena tak sopan apabila mereka terus berbicara sedangkan ada pihak lain yang ingin berbicara.

“Aku hanya kagum padamu!” ChanYeol tersenyum dan menyuapkan satu sendok nasi ke mulutnya. “Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” lanjutnya saat semua nasi turun ke perutnya.

“Tidak pernah.” Tao kembali memakan masakan YoungAh.

“Kau yakin?” mata ChanYeol terus membidik kearah bola mata Tao yang sedikit bersembunyi.

“Ya.” Tao duduk dengan tegap. Ia melipat kedua tangannya di depan dada seraya menantang bocah ingusan di hadapannya.

“Baiklah, kalau begitu.” ChanYeol kembali dengan makanannya dan menyantapnya kembali.

“Hahhh.. kenyang.” YoungAh mengangkat kedua tangannya keatas seraya melepas rasa kenyang yang membalut dirinya. “ChanYeol.. kau makan lama sekaliii.” Rengeknya.

“Aku sudah kenyang sayang..” perkataan ChanYeol sukses membuat YoungAh merinding. Nada suaranya begitu lembut, beda dari ChanYeol yang asli. YoungAh malah berharap, ChanYeol akan selembut itu walaupun tidak sedang berperan sebagai pacarnya, dan menghilangkan nada suaranya yang berat apabila sedang berteriak.

“Paman? Kau juga tak menghabiskan makananmu? Kau tidak menghargai masakan ku!”

“Aku kenyang, sama seperti calon suamimu itu! Aku akui, masakan mu enak. Tapi sungguh, aku kenyang!”

YoungAh tak memperdulikkan perkataan Tao. Ia memilih untuk membereskan meja makannya.

“Ayah, aku bolehkan kekamar dengan ChanYeol?” setelah semuanya selesai di bereskan, YoungAh dengan manja menggelayuti tangan ChanYeol dan merengek pada Luhan yang sudah pasti tak membolehkannya.

“Yasudah sana kalian pergi ke kamar!” perintah Tao. Ia mengibaskan tangannya seraya mengusir dua sejoli ini. Tatapan menuntut terlihat dari mimik wajah Luhan. “Luhan.. biarkanlah! Kau seperti tidak pernah muda saja! Aku yakin, mereka tidak akan berbuat macam-macam. Ini bukan di daerah barat kan?” Tao menaikkan sudut bibirnya. “Kalian jangan macam-macam! Kasihan Luhan memikirkan kalian di dalam sana. Jangan lepas kendali oke!”

“Kita berdua adalah murid berprestasi, kami juga tak ingin melakukan itu sebelum menikah.” YoungAh berbicara pada Tao sekaligus memberi tekanan pada Luhan agar ia tak khawatir.

“Yasudah, kita kekamar dulu ya, Paman, Ayah. Bye..” YoungAh melambaikan tangan kepada paman dan ayahnya. Ia menarik tangan ChanYeol, menuntunnya kejalan menuju kamarnya.

***

“Ceritakanlah!” sahut YoungAh yang baru saja mengunci pintu kamarnya.

ChanYeol merebahkan dirinya sambil menerawang apa yang ia lihat dengan cakra ajna miliknya. “Tao, terlihat takut dan gugup saat melihatku pertama kali. Ia masih ingat dengan wajah ku saat pertama kali bertemu, tepatnya saat kau kecelakaan.”

“Jadi, seseorang yang mengejarku di dalam mimpi itu benar paman Tao?” tanya YoungAh yang dudk di atas kasur, memandang Chanyeol yang telentang diatas kasur.

“Kemungkinan besar, iya.”

“Kenapa kemungkinan? Berarti belum tentu benar?” ChanYeol hanya mengerutkan dagu. “Kenapa kau tidak melihat peristiwa masa lalu dalam mata nya?”

“Aku kan hanya meminta kekuatan telepati ku saja! Kau ingat kan?”

YoungAh tersenyum malu karena membuat kesalahan 6 hari yang lalu. “Soal itu, aku minta maaf. Aku benar-benar ingin tahu, apa benar, ilmu ghaib itu ada?”

“Sudahlah, tak apa!”

“Kenapa, kau hanya meminta kekuatan telepati mu saja?”

ChanYeol bangkit, dan duduk di sampimg YoungAh. “Karena, aku tidak ingin sifat dingin ku kembali. Aku tak ingin dianggap aneh dan aku ingin memiliki banyak teman. Dari SD sampai SMP kelas 1, aku seperti hidup di tempat asing. Semua orang yang se-species denganku mengasingkanku, menganggapku berbeda dengan yang lain. Padahal aku dan mereka sama, sama-sama mempunyai 2 mata untuk melihat, 1 hidung untuk bernafas, 1 mulut untuk berbicara, 2 telinga untuk mendengar, 2 lengan untuk mengambil sesuatu, 2 kaki untuk berjalan. Tak ada yang cacat dari diriku. Aku lebih suka bekerja sendiri daripada berkelompok, karena, teman-temanku tak ada yang mau berkelompok denganku walaupun otak ku jauh lebih cerdas daripada guru. Tapi, aku tak merasa itu semua menjadi beban dalam hidupku. Aku malah tak peduli dan cuek dengan keadaan. Sampai saat itu, Ibu tiri ku memperlihatkan foto kecilku saat masih TK. Semua orang berbaur, tak membedakan satu sama lain, tak ada yang di anggap aneh, semuanya sama. Semua berteman baik dengan ku, begitu juga aku, aku berteman baik dengan mereka. Aku sedih melihat foto itu, aku ingin kembali menjadi ChanYeol yang dulu. Aku ingin mempunyai teman yang banyak. Karena, semua manusia tidak bisa hidup sendiri.” YoungAh tersenyum mendengar kata-kata ChanYeol yang bijak.

“Aku mengerti itu!” ChanYeol menoleh ke hadapan YoungAh dan tersenyum hangat. “Hei! Sejak kapan keningmu terdapat lingkaran hitam?”

ChanYeol mengusap keningnya, “Ini namanya Cakra ajna, mata ketiga. Berkat cakra ajna ini, aku bisa membaca pikiran orang.” YoungAh mengangguk mengerti. “Apa lingkaran hitamnya terlihat jelas?”

YoungAh kembali menatap ChanYeol, dan memperhatikan lingkaran hitam di keningnya. “Kalau dilihat dari sedekat ini sih kelihatan. Tapi tetap samar karena tertutup kulitmu.”

“Kau tidak ingin mendengar ceritaku tentang Luhan saat kau bilang pada dua orang lelaki itu bahwa aku pacarmu? Tentang bagaimana perasaannya? Ekspresi hatinya? Perubahan emosinya?”

“Tidak.” YoungAh menggeleng cepat.

“Kenapa?” ChanYeol memiringkan kepalanya untuk melihat ekspresi YoungAh yang terus menunduk.

YoungAh hanya menaikkan bahu seraya tak tahu, kenapa ia tidak mood sekarang. ChanYeol membuang nafasnya panjang. Ia menyentuh bahu YoungAh dan mengusapnya, untuk menenangkan pikirannya. “Kau tak usah mendramatisir cerita ku tadi. Anggap saja, itu curahan hatiku di masa lampau. Jangan salahkan dirimu atas diriku. Memanggil kekuatan untuk ditanamkan pada diriku bukan lah beban, aku malah senang. Karena, aku bisa menjaili teman-temanku dengan kekuatanku. Haha, apalagi dengan telepati. Membaca pikiran mereka satu persatu. Itu sungguh menyenangkan.”

“Lalu, kenapa dulu sifat mu sedingin itu?”

“Kekuatan itu, sama seperti obat. Disaat kita meminumnya, pasti ada efek sampingnya. Sifat dingin ku itu berada diluar kesadaran ku. Saat aku menguasai lebih dari  3 kekuatan dalam tubuhku, aku seperti punya dua kepribadian. Dan, kepribadian ku yang kedua ini yang menguasai diriku.” YoungAh terdiam, masih tak berkutik. Tapi ia paham, ini kemauan ChanYeol sendiri untuk memanggil kekuatannya kembali. Meski begitu, YoungAh tetap merassa tak enak. Gara gara dia, ChanYeol harus mengulang pembersihan kekuatan selama 5 tahun, agar ia bisa hidup normal seperti halnya manusia biasa. Dirinya, bukan lah ChanYeol dengan species manusia. Dalam dirinya, ada dua kepribadian, kepribadian pertama adalah kepribadian manusia yang selalu tertawa, ceria, dan bahagia, itulah sifat ChanYeol yang asli, dan kepribadian yang kedua adalah kepribadian setan yang berasal dari kekuatannya sendiri. Untung saja, kali ini, ia terbebas dari kepribadian setannya, ia mengimbangi antara kepribadian dirinya dan kepribadian kekuatannya, bahkan, kepribadiannya sendiri lah yang berdominan, sehingga sifatnya tak terlalu berubah. Perubahannya hanya terletak pada matanya, itu karena cakra ajna nya, ia akan menatap orang dengan tajamnya.

“Jadi? Apa kau ingin mendengar tentang isi hati Luhan? Bukankah kau bersemangat sekali untuk mengetahui isi hati Ayahmu?” ChanYeol mencoba membujuk YoungAh yang terus menunduk.

Perlahan, YoungAh menampakkan wajahnya. Ia menatap ChanYeol yang begitu tulus membantunya, “Baiklah.” Sebisa mungkin ia tersenyum.

ChanYeol membalas dengan senyum yang menawan. Tangan kirinya ia arah kan untuk mengacak rambut lurus YoungAh. Rambut itu, sudah kembali normal setelah dirombak sama pemiliknya.

“Saat aku menatap matanya, yang bisa ku baca dari pikirannya hanyalah rasa bingung, shock, hanya itu. Selebihnya, hanya tanda tanya saja.”

“Apa cinta ku bertepuk sebelah tangan?”

“Aku tidak tahu. Tapi sepertinya, ada sedikit perasaan aneh yang menjalar dirinya. Luhan, tak percaya dan ragu kalau kau ini anaknya.”

“Lalu, bagaimana cara mengupas misteri ini semua?” ungkap YoungAh.

ChanYeol tertawa mendengar penuturan temannya. “Sekarang, kau penasaran dengan jati dirimu? Dulu, saat kau pertama kali masuk kekelas, kau bilang pada HyeSung, kalau kau tidak mau tahu! Tapi sekarang? Kau malah penasaran.” ChanYeol mendekat dengan YoungAh. Tak ada jarak sedikitpun yang terlihat. Ia merangkul YoungAh dan mengucapkan kata-kata yang membuatnya semangat dan tidak putus asa, “Kau tenang saja! Aku akan membantumu sampai titik darah penghabisan! Ini baru tahap pertama, masih ada tahap-tahap selanjutnya! Semangat!!!” ia menyemangati dirinya sendiri, karena menurut YoungAh, hanya ChanYeol yang bekerja menangani kasus ini.

TBC



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles